Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNTILAN


KABUPATEN MAGELANG
Jl. Kartini Nomor 13 Muntilan 56411  Informasi (0293) 587004  Sekretariat (0293) 587017
Fax. (0293) 587017  IGD (0293) 585392 E-mail : rsudkabmgl@gmail.com

SURAT LAPORAN MENJALANKAN TUGAS

Yang bertandatangan di bawah ini :


1. Nama : Ahmad Sigit Prabowo Susanto.SST.
2. NIP : 19860314201101101119610716 198703 1 007
3. Pangkat / GolonganRuang : Penata / III c enata Tk. I / III d
4. Jabatan : Perawat
5. Nama tempat yang dituju
dalam tugas : RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SARDJITO, Jln.
Kesehatan, Sekip Yogyakarta 55284 Telepon (0274)
587333, 631190 (hunting) Faksimile (0274) 565639
6. Untuk berapa lama : 4 hari
a. Tanggal berangkat : 13 Agustus 2018
b. Tanggal kembali : 16 Agustus 2018
7. Melaporkan hasil menjalankan tugas sebagai berikut :
a. Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Lanjut yang diselenggarakan oleh
RSUP Dr.Sarjito Yogyakarta pada tanggal 13 – 16 Agustus 2018 dengan jumlah 35
jam pelajaran @ 45 menit yang beralamat di Jln. Kesehatan, Sekip Yogyakarta
55284 Telepon (0274) 587333, 631190 (hunting) Faksimile (0274) 565639,
520410 Pos-El : ip2ksdm. Sardjito @gmail.com.
b. Pemateri
Hari kesatu adalah Dr. Dr Andaru Dahesihdewi, Mkes,Sp Pk ( K ), Dra Sri
Wahyuni Wesdiningsih. Mkes, Riyantinah, S.Kep, Ns, Dr dr Ida Safitri Sp A ( K ).
Hari Ke Dua adalah Wahyu Damayanti, SKM, Dr Rizka Humardewayanti Asdie
Sp Pd, Raeni Nursanti, S.Kep.Ns, Budi Riyatun , Skep, Ns, Tri hartati , APP,
Mkes.
Hari Ke Tiga adalah Agung Sapto Budi Nugroho .ST, Dra Retno Muliawati , Apt,
Sri Purwaningsih , S Kep, Ns, MSc. Wiwik suminarti , SsiT
Hari ke Empat adalah UPG, Tim IPCN Semuanya adalah dari RSUP Dr.Sarjito
Yogyakarta.
c. Jalannya acara :

1
Hari Pertama Senin, 13 Agustus 2018
1) Pukul 08.00 WIB acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, sambutan
RSUP Dr.Sarjito Yogyakarta, serta doa.
2) Pukul 08.30 WIB : Kebijakan Kemenkes tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan
oleh Dr. Dr Andaru Dahesihdewi, Mkes,Sp Pk ( K ).
Pelaksanaan PPI di fasilitas pelayanan kesehatan harus di kelola dan di integrasikan
antara struktural dan fungsional semua departemen / instalasi / divisi / unit di fasilitas
pelayanan kesehatan sesui dengan falsafah dan tujuan PPI. Pengelolaan pelaksanaan
PPI difasilitas pelayanan kesehatan dilaksanakan sebagai berikut.
a) Ada kebijakan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan untuk membentuk
pengelola kegiatan PPI yang terdiri dari Komite atau Tim PPI.
b) Pembentukan organisasi di sesuaikan dengan kebutuhan , bebena kerja dan /
atau klasifikasi rumah sakit. Contoh untuk RS kelas A dan B struktur
organisasinya dalam bentuk Komite PPI. Untuk Rumah Sakit kelas C dan D
diperbolehkan berbentuk Tim PPI, sedangkan fasilitas pelayanan kesehatan
lainya menyesuaikan dan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
c) Komite atau Tim PPI bertanggung jawab langsung kepada pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan.
d) PPI melibatkan komite /departemen / instalasi/unit yang terkait di fasilitas
pelayanan kesehatan.
e) Ada kebijakan dan uraian tugas tentang PPI di fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Pukul 10.30 – 11.15 WIB : Kewaspadaan isolasi : studi pada pasien Tb dan TB
MDR.
Pencegahan dan pengendalian infeksi ditujukan untuk memutus rantai transmisi
infeksi patogen, jalan masuk dan individu yang rentan. Manajeman resiko potensi
infeksi dilakukan dengan mengendalikan semua komponen rantai transmisi secara
sinergi dan simultan. Kegiatan PPI harus di lakukan secara tepat di semua bagian/
area di rumah sakit /faskes, mencakup seluruh masyarakat RS / faskes dengan
menggunakan prosedur dan petunjuk pelaksanaan yang di tetapkan . Upaya pokok
PPI mendasarkan pada upaya memutus rantai penularan infeksi berfokus pada
kewaspadaan standart yang merupakan gasbungan kewaspadaan universal dan BSI
, serta kewaspadaabn isolasi berdasarkan transmisi penyakit.
Penyakit tuberkolosis paru merupakan penyakit menular udara yang endemis
diIndonesia. Jumlah penderita Tb di Indonesia mencapai jumlah kedua terbanyak
di dunia. Upaya pengendalian TB juga dilaksanakan melalui fokus kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi khusus yaitu program PPI-TB

2
Kunci kewaspadaan Udara ( Airborne ) :
a) Cuci tangan sebelum dan setelah merawat pasien, dan segera setelah setiap
kali melepas alat pelindung diri.
b) Gunakan respirator partikuler saat memasuki ruang isolasi udara, cek setiap
akan pakai ( fit test )
c) Pasien ditempatkan dalam ruang perawatan dengan ventilasi memadai
/ruang dengan pertukaran udara 12X/jam atau ruang bertekanan negatif (
bila mungkin ) dipisahkan dari pasien lain atau ditempatkan dengan prinsip
kohorting bersama pasien dengan infeksi udara sejenis.
d) Batasi gerak pasien , edukasi atika batuk, pakai masker bila keluar ruang
rawat.
e) APD : masker bedah ( untuk pasien/pengunjung ). Respirator partikuler ,
sarung tangan, gaun, apron, ( bila mengahadapi cairan dalam jumlah
banyak ).
f) Pengendalian lingkungan .
1) Cek aliran udara dengan selembar tysue , jaga pintu selalu tertutup.
2) Kontrol sistem ventilasi secara teratur ( bertekanan negatif atau
ventilasi natural ).
3) Tidak di rekomendasikan menggunkan AC central , bila
menggunakan AC harus dengan filter HEPA.
4) Pembersihan dan dekontaminasi permukaan lingkungan dan benda
benda terkontaminasi sebagai komponen pembersihan udara ( hepa
filter, ozon, sinar UV )
4) Pukul 11.15 WIB - 12.00: konsep audit dan pengelolaan data survailens
Audit adalah melakukan pemeriksaan praktek aktual terhadap Program & Standar
PPI RS yang sudah dibuat. Audit hand hygiene adalah pengamatan/observasi
kepatuhan petugas terhadap implementasi 5 moment hand hygiene selama
petugas berada di area pasien. Tujuan Audit Menentukan derajat kepatuhan
petugas kesehatan terhadap hand hygiene (HH) Hasil observasi menentukan
intervensi yang paling sesuai KIE HH. Sebagai umpan balik bagi petugas.
Membandingkan data dasar dengan data selanjutnya untuk melihat efektifitas
intervensi. Sebagai dokumen akreditasi. Bagai mana cara melakukan audit
Observasi langsung dengan metode terkini Observer terlatih paham thdp
metode dan alat observasi. Observasi dilakukan secara terbuka, tanpa menganggu
jam kerja, namun tetap menjaga kerahasiaan. Kepatuhan berdasarkan pendekatan
“5 Moments HH” dari WHO. Konsep penting Proses transmisi silang yang

3
dinamis ZONA PASIEN dan AREA PERAWATAN Konsep RISIKO
TRANSMISI Point Of Care.
5) . Pukul 13.00 – 14.15 WIB : intrepetasi dan pemanfaatan antibiogram
Pelayanan kikrobiologi klinik berupa kultur bekteriologi dan tes kepekaan
antibiotika ( TKA ) merupakan kegiatan penting dalam antibiotic stewardsip,
program pengendalian resistensi antimicroba . Berdasarkan hasil pelayanan
microbiologi klinik tersebut, secara periodik disusun pola microba dan
antibiogram rumah sakit. Selanjutnya pola microba dan antibiogram rumah sakit
ini berguna untuk menyusun pola microba dan antibiogram rumah sakit adalah
spesifik karena banyak faktor ( pra analitik maupun analitik, bahan klinis ) dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan dan dengan demikian perlu dikendalikan
dengan teliti melalui upaya perencanaan , upaya penjaminan mutu, komunikasi
dan koordinasi tim infeksi secara efektif , termasuk Tim PPI ( pencegahan dan
pengendalian infeksi ).
Data yang di kumpulkan dalam laporan pola microba dan antibiogram RS
merupakan agregat hasil pemeriksaan kultur microbiologi dan kepakaan
antibiotik di rumah sakit lokal. Kriteria inklusi untuk data yang di analisis :
a. Hasil pemeriksaan kultur dan uji kepekaan antibiotik pasien suspek /klinis
infeksi.
b. Bahan valid.
c. Microba dipertimbangkan sebagai patogen penyebab infeksi.
d. Metode pemeriksaan .
6) Pukul 14.00 - .15.00 WIB : manajeman kejadian luar biasa.
Kejadian luar biasa penyakit infeksi potensial terjadi apabila kita mengadapi
penyakit infeksi yang tingkat penularan tinggi. Pencegahan dan pengendalian
infeksi ditujukan untuk memutus mata rantai transmisi infeksi yang terdiri atas
adanya patogen penyebab , reservoir microorganisme, route transmisi patogen,
jalan masuk dan individu yang rentan . Manajeman resiko potensi infeksi
dilakukan dengan mengendalikan semua komponen rantai tranmisi secara sinergi
dan simultan.
Tatalaksana penyakit potensial wabah memerlukan koordinasi lintas
sektor/program di tingkat instutisi pelayanan kesehatan , regional daerah, juga
nasinal. Sistem penanggulangan , komunikasi secara efektif , pengerakan sumber
daya secara sistematis, akan menghasilkan luaran optimal berupa teratainya kasus ,
pemberantasan sumber dan pembatasan penularan , pencegahan kejadian berulang.
Langkah langkah tatalaksana penanggulanagan KLB :

4
1) Laporan /informasi internal/eksternal tentang dugaan terjadinya KLB
infeksi.
2) Persiapkan lapangan paralel dengan langkah investigasi untuk memastikan
kasus , memverivikasi kasus , menentukan besarnya masalah.
3) Menjalankan sistem informasi 1 pintu untuk mencegah keresahan yang
tidak diperlukan.
4) Komite PPI RS memerlukan koordinasi.
7) Pukul 15.00 – 16.00 WIB : survailence kesehatan kerja.
Rumah sakit adalah tempat kerja dengan berbagai resiko kerja yang dapat
menimbulkan resiko kesehatan bagi patugas kesehatan yang bekerja di dalamnya.
Diperlukan survailence kesehatan kerja bagi petugas kesehatan yang bekerja di
dalamnya. Diperlukan survailence kesehatan kerja bagi petugas kesehatan tersebut
agar petugas kesehatan dapat nekerja dengan aman, tetap sehat dan selamat.

Hari Kedua selasa, 14 Agustus 2018


1) Pukul 08.00 – 09.00WIB : Observasi kepatuhan kebersihan tangan.
Clean care is safer care merupakan kampanye badan kesehatan dunia yang
memfokuskan pada pemberian pelayanan / perawatan secara bersih untuk
mewujutkan keselamatabn pasien. Dari sudut pandang pencegahan dan
pengendalian infeksi , praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah
infeksi yang di tularkan melalui tangan . Konsep “ lima moment kebersihan
tangan “ yang akan di gunakan petugas kesehatan , pelatih dan pengamat untuk
meminimalkan variasi antar individu dan mgarah pada peningkatan kepatuhan
terhadap kebersihan tangan yang efektif secara global. Tujuan utama dari
observasi adalah untuk menunjukkan tingkat kepatuhan terhadap kebersihan
tangan di antara pekerja kesehatan dan dalam beberapa kasus , untuk menilai
jenis dan kwalitas teknik yang di gunakan untuk melakukan . tergantung pada
tingkat kepatuhan oleh pekerja kesehatan dan jenis pengaturan dan sesuai dengan
spesifik prioritas , hasil observasi juga membantu menentukan intervensi yang
paling tepat untuk promosi kebersihan tangan , pendidikan dan pelatihan.
Melakukan observasi sevelum dan sesudah periode tersebut intervensi
memungkinkan tidak hanya mengevaluasi tingkat kepatuhan kebersihan tangan
berulang kali tetapi juga untuk mengatur peningkatan dan dampak dari intervensi
, dan menyesuaikan materi pendidikan dan kampanye.

2) Pukul 09.15 – 10.00 WIB : Audit APD

5
Alat pelindung diri digunakan sebagai salah satu kewaspadaan standart untuk
memutus mata rantai penularan penyakit, baik melalui transmisi kontak, droplet
maupun air born. Hal ini yang menjadi standart dalam pelayanan sehingga pasien
mendapatkan pelayanan yang aman, petugas terlindungi dan kuman patogen tidak
mengkontaminasikan lingkungan.
penggunaan alat pelindung diri yang tidak efektif akan berdampak pada
peningkatan biaya, estetika yang kurang dan dapat mengkontaminasi, sedangkan
kepatuhan yang kurang terhadap pemakainya juga dapat mengkontaminasi pasien,
petugas maupun lingkungan.
Audit pada alat pelindung diri dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dan
ketepatan penggunaan alat pelindung diri, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pelayanan yang aman bagi pasien, petugas dan lingkungan , serta
akan didapatkan data yang dapat digunakandalam penentuan kebijakan.
Uraian audit APD :
a. Pengertian audit.
b. Menjelasakan jenis audit.
c. Menjelaskan waktu audit.
d. Menjelaskan skoring audit.
e. Menjelaskan pemilihan penggunaan APD yang rasional.
3) Pukul 10.15 - 11.00 WIB : Audit pencegahan dan Pengendalian Infeksi di area
Kamar Operasi.
Kamar Operasi merupakan ruangan yang termasuk zona resiko sangat tinggi
kejadian infeksi di rumah sakit yang akan memberikan dampak peningkatan
mobiditas dan mortalitas dengan segala konsekuensi ikutanya sampai dengan resiko
biaya dan sosial.
Panduan dasar pengendalian dan pencegahan infeksi di kamar operasi
a. Memakai baju , celana , topi dan sandal yang sudah di sediakan khusus untuk
kamar operasi.
b. Tangan dilarang memakai cincin , jam tangan , gelang , kuku selalu pendek
dan bersih serta tanpa cat kuku.
c. Rambut panjang harus diikat dan tertutup topi operasi.
d. Cuci tangan rutin sebelum bekerja , sebelum memakai sarung tangan , sesudah
membuka sarung tangan.
e. Dilarang bekerja bila menderita luka terbuka pada kulit tangan dan lengan
bawah, luka harus di obati sampai sembuh sebelum diperkenankan bekerja.

6
f. Peralatan anestesi anatara lain sungkup muka , gudel airway yang dipakai
harus di dekontaminasikan dengan merendam dalam larutan klorin sebelum di
cuci untuk kemudian disinfeksi dengan merendam dalam larutan
glutaraldehid.
g. Blit larygoskope setelah dipakai dicuci dengan larutan detergent dan di
keringkan .
4) Pukul 11.15 – 12.00 WIB : Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di ruang
Intensive Care.
Infeksi Rumah Sakit ( IRS ) merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka
kesakitan dan angka kematian di rumah sakit . Infeksi Rumah sakit dapat menjadi
masalah kesehatan baru , baik di negara berkembang maupun di negara maju. Oleh
karena itu rumah sakit di tuntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu
sesuai dengan standart yang sudah ditentukan dan harus diterapkan oleh semua
kalangan petugas kesehatan.
Sebanyak 20 – 45 % infeksi nosokomial di rumah sakit terjadi di ruang intensive
care unit ( ICU ) , walaupun ICU hanya mempunyai kapasitas tempat tidur 5 – 20 %
dari total tempat tidur di ruamh sakit . IRS di ICU semata mata tidak disebabkan
oleh microorganisme yang ada di ICU, namun juga microoganisme yang di bawa
dari ruang lain sebelum pasien di bawa ke ICU, seperti Ruang Gawat Darurat ,
ruang Operasi dan Ruang Rawat Inap. Bukti ilmiah menunjukkkan bahwa infeksi
paling sering berasal dari alat/prosedur . Sumber infeksi lainya adalah tangan
dokter/perawat dan pengunjung , alat ventilator , alat penghisap atau botol saction ,
akses intra vena, kateter urin , luka dan perban, botol desinfektan, troli ,
penggunaan anti biotik yang tidak rasional.
Infeksi rumah sakit mempunyai pengaruh terhadap berbagai aspek. Infeksi rumah
sakit menyebabkan ketidakmampuan secara fungsi dan meningkatkan stress pasien
yang mengarah kepada penurunan kualitas hidup. Infeksi ini juga sebagai salah satu
penyebab utama kematian , penggunaan obat yang meningkat, kebutuhan untuk
ruang isolasi , pemeriksan laboratorium dan pemeriksaan diagnistik lainya,
bertambah watu rawat inap akan meningkatkan biaya.
5) Pukul 12.15 WIB : Istirahat
6) Pukul 13.00 WIB : audit PPI di ruang Airborn
Rumah Sakit harus memiliki regulasi penempatan pasien yang digunakan sebagai
pedoman pengambilan keputusan jika ada pasien infeksi yang di rawat. Pasien
menular melalui udara , droplet ataupun pasien infeksi yang di rawat. Pasien
menular melalui udara , droplet ataupun kontak di rawat sesuai jenis transmisinya.

7
Implemantasi kewaspadaan standart secara konsisten dan kombinasi berbasis
transmisi digunakan sebagai upaya memutus mata rantai penularan infeksi.
Penempatan pasien sebaiknya di lakukan sesuai dengan tingkatan atau tingkat
infeksi pasien, pasien penyakit yang di sebabklan oleh bakteri tidak di campur
dengan pasien yang sebebkan oleh virus. Pasien TB BTA positif tidak di campur
dengan pasien BTA negatif. Tata ventilasi secara mechanikal lebih
direkomendasikan sebagai pilihan utama, namaun demikian sytem mesin porteble
juga sudah di gunakan secara meluas.
7) Pukul 14.30 WIB : Audit pencegahan dan pengendalian infeksi di rawat jalan.
Pusat pengendalian dan pencegahan infeksi ( CDC ) dan komite penasehat kontrol
infeksi perawatan kesehatan merekomendasikan sistem pencegahan dula lapis untuk
mencegah penularan infeksi di antara petugas layanan kesehatan dan pasien:
kewaspadaan standard dan tindakan berdasarkan transmisi.
Pasien yang diidentifikasi memiliki infeksi yang berpotensi menularkan di
tempatkan di satu ruang pasien sebagai :
a) Tindakan administratif
b) Pendidikan HCP dan pasien
c) Pengawasan dan pelaporan infeksi terkait perawatan kesehatandan wabah.
d) Program kesehatan dan keslamatan kerja.
e) Antisepsis bedah
f) Antibiotik yang bijak sana.
8) Pukul 16.00 WIB : Audit pencegahan dan pengendalian infeksi di haemodialisa.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di palayanan haemodialisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada pasien yang menjalani haemodialisa , serta aman
bagi petugas dan lingkungan , dengan pemahaman / edukasi secara
berkesinambungan kepada seluruh petugas , pasien dan keluarga.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pencegahan infeksi melalui vaskuler acces.
a) Petugas mempunyai kompetensi di bidangnya.
b) Hand hygine dengan tepat
c) Kuku harus pendek, tidak pakai quitek, cincin.
d) Memakai APD yang tepat saat tindakan insersi.
e) Inspeksi & palpasi dilakukan sebelum melakukan disinfeksi , apabila insersi
terkontaminasi di lakukan disinfeksi ulang.
f) Dislipin dalam menerapkan bandle IADP.
g) Usap cup CVC / HD cattter dengan akses yang permanen.

8
h) Akses HD tidak boleh digunakan untuk injeksi , tranfusi, infus, dan ambil
darah.
i) Gunakan peralatan untuk pasien yang sama.
j) Tindakan haemodialisa pada pasien dg HBSag + , secara terpisah baik
ruang, mesin maupun alat lain.
k) Artery kidney ideal tidak di re use.
l) Pembersihan dan disinfeksi mesin dan alat alat sesuai prosedur.
m) Menggunakan cairan disinfeksi yang sesuai.
n) Skrining terhadap serologi secara berkala & memberikan vaksinasi hepatitis
B bila diperlukan.
Hari ke tiga , Rabu 15 Agustus 2018
1. Pukul 08.00 – 09.00WIB Implementasi PPI dalam snars edisi 1 dan integrasi.
Akreditasi Rumah Sakit di indonesia dilaksanakan untuk menilai kepatuhan RS
terhadap standart akreditasi. Sejak tahun 1995 Akreditasi RS sudah mulai di
indonesia menggunakan standart tersebut mulai digunakan misal V tahun 2007 ,
tahun 2012 dan sekarang sudah diperbaiki dan disempurnakan dengan buku baru
yang diberi nama standart nasional akreditasi rumah sakit Edisi 1 dan disingkat
menjadi SNARS Edisi 1 berisi 16 bab, termasuk bab PPI yang sudah dilakukan
penyempurnaan pada tiap elemen.
Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( PPI ) difasilitasi pelayanan
kesehatan merupakan suatu standart mutu pelayanan dan penting bagi pasien,
petugas kesehatan maupun pengunjung . Pengendalian infeksi harus dilakukan oleh
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan
dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan memperhatikan cost effektifness.
Pelaksanaan PPI fasilitas kesehatan harus di kelola dan di integrasikan anata
struktural dan fungsional semua departemen /instalasi/divisi/unit di fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan falsafah dan tujuan PPI.Untuk dapat berjalan
secara optimal pengelolaan pelaksanaan PPI di fasilitas pelayanan kesehatan harus
didukung oleh beberapa hal seperti : kebijakanpipinan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk membentuk organisasi pengelola kegiatan PPI yang terdiri dari
Komite atau Tim , adanya kebijakan dan uraian tugas tentang PPI , dan tidak kalah
pentingnya adalah tersedianya sarana prasaramna untuk implementasi PPI.
2. Pukul 09.15 – 10.00 WIB Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Dental
Care.
Infeksi dalam pelayanan kesehatan gigi ditularkan dari satu orang ke orang lain
melalui tiga model penyebaran infeksi sebagai berikut

9
a. Penularan melalui kontak :
i. Langsung dengan micro organisme pada sumber infeksi, contoh
mulut pasien.
ii. Tidak langsung dengan dengan permukaan benda mati , misalnya
instrumen , alat dan permukaan terkontaminasi.
b. Penularan melalui droplet yaitu percikan saliva yang mengandung micro
organisme.
c. Penularan melalui udara yang terkontaminasi micro organisme , misalnya
aerosol.
Kontaminasi silang dari microorganisme yang kemungkinan dapat terjadi di temoat
pelayanan kesehatan gigi
a. Pasien ketenaga pelayanan kesehatan gigi.
b. Tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien.
c. Pasien k e pasien.
d. Tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat , termasuk di
dalamnya keluarga dari tenaga palayanan kesehatan gigi.
e. Komunitas ke pasien.
3. Pukul 10.15 - 11.00 WIB Audit pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Instalasi
Gizi.
Pada hakekatnya higine dan sanitasi mempunyai pengertian dan tujuan yang
hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang prima. Hygine lebih banyak
membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit . Sedangkan
sanitasi lebih banyak mmeperhatikan masalah kebersihan untukmencapai
kesehatan.
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan dan pengendalaian
infeksi yang menitikberatkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu
atau merusak kesehatan mulai dari makanan sebelum diprodoksi sampai makanan
siap saji.
Tujuan hygine dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan
konsumen.
b. Menurunya kejadian resiko penularan penyakit atau ganguan kesehatan
melalui makanan.
c. Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan
makanan di institusi.

10
4. Pukul 11.15 – 12.00 WIB Audit Pencegahan dan pengendalian Infeksi di CSSD.
Sterilisasi adalah proses yang menghancurkan atau menghilangkan semua bentuk
kehidupan microoganisme – termasuk endospore yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan dengan menggunakan metode fisik ataupun kimia, uap/steem
di bawah tekanan , dry – heat/panas kering, gas etilen oksida, hidrogen peroksida
plasma gas, danbahan cairan kimia sebagai agen sterilisasi.
Desinfeksi adalah satu proses untuk menghilangkan semua mickrooganisme
patogen, kecuali bakteri berspora pada satu benda mati.
Secara umum , sistemklasifikasi dari spaulding dipergunakan untuk menentukan
metode yang tepat reprosessing peralatan/instrumen perawatan untuk pasien.
Sistem ini mengkalsifikasikan peralatan/instrumen medis menjadi critical, semi
critikal, non critikal atas dasar resiko untuk keamanan dan keselamatan pasien dari
kontaminasi peralatan . Sistem ini juga membagi tiga tingkat altivitas germicidal
dan disinfeksi tingkat rendah sebagai strategi untuk responding tiga klasifikasi
peralatan medis.
Implemantasi best practice untuk reprosessing peralatan / instrumen medis harus
meliputi :
a. Pembahasan yang matang oleh semua pihak apabila terdapat
peralatan/instrumen baru yang dipertimbangkan untuk dilakukan pembelian .
b. Sentralisasi untuk reprossing ( central sterile supplies departemen – CSSD )
atau area dimana memenuhi persyaratan untuk reprosesing.
c. Kebijakan dan prosedur tertulis untuk reprosesing terhadap setiap kenis
peralatan/instrumen medis.
d. Pelatihan kepada staf yang melakukan reprosesing termasuk serta staff baru ,
setidaknya setiap tahun dilakukan uji kompetensi.
e. Verivikasi kebersihan , dekontaminasi dan sterilisasi serta fungsi dari
peralatan/instrumen medis dilakukan reprosesing.
f. Monitoring secara terus menerus terhadap prosedur reprosesing untuk
memastikan kualitas.
g. Strategi institusi baik pemerintah ataupun kebijakan lokal untuk menangani
peralatan sekali pakai dipergunakan untuk satu pasien.
h. Manajeman dan pelaporan kejadian medis.
i. Menajemen dan pelaporan kecelakaan yang terkait dengan keselamatan.
j. Kelengkapan dan dokumentasi yang tepat untuk reprosesing peralatan
/instrumen dalam hal traking, recall/penarikan kembali peralatan/intrumen

11
medis yang di hasilkan untuk proses yang tidak tepat dan dimana proses yang
tidak adekuat dan tujuan legal.
k. Prosedur yang harus diikuti dalam situasi darurat.
5. Pukul 12.15 WIB : Istirahat
6. Pukul 13.00 WIB : Audit pembuangan limbah dan Benda Tajam.
Limbah B3 yang di buang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan
bahaya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainya. Mengingat resiko tersebut , perlu diupayakan agar setiap usaha dan atau
kegiatan termasuk faskes yang menghasilkan limbah B3 seminimal . Untuk
menghilangkan atau mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan dari limbah B3
yang telah dihasilkanperlu di kelola.
Terhadap pengelolaan limbah B3 perlu dilakukan pengelolaan terpadu karena dapat
menimbulkan kerugian terhadap kesehatan manuasia, makhluk hidup lainya, dan
lingkungan hidup juka tidak dilakukan pengelolaan dengan benar.
7. Pukul 14.30 WIB Audit pencegahan dan pengendalain Infeksi Linen dan Laundry.
Linen yang sudah di gunakan harus dilakukan dengan hati hati. Kehatian harianya
ini mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan membersihkan
tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan standart dengan prinsip prinsip
sebagai berikut :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat SPO penatalaksanaan linen.
Prosedur penanganan , pengangkutan dan distribusi linen harus jelas, aman
dan memenuhi kebutuhan pelayanan.
b. Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD ( sarung tangan rumah
tangga, gaun, apron, masker, dan sepatu tertutup ).
c. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke
udara dan petugas yang menangani linen tersebut.
d. Semua linen kotor segera dibungkus/dimasukkan ke dalam kantong kuning di
lokasi penggunaanya dan tidak boleh disortir atau dicuci di lokasi dimana linen
di pakai.
e. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainya harus
dibungkus , dimasukkan kantong kuning dan diangkut secara berhati hati agar
tidak terjadi kebocoran.
f. Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washer badpan, spoolhoek
atau toilet dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong
koning.
8. Pukul 16.00 WIB Audit PPI di Kamar janazah.
Pencegahan dan pengendalian Infeksi di kamar jenazah :

12
a. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
b. APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien
tersebut meninggal dalam masa penularan.
c. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah.
d. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari jenazah setelah
meninggal dunia.
e. Jika ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari jenazah setelah meninggal
dunia.
f. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah diijinkan untuk melakukan sebelum
jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
g. Petugas harus memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular.
h. Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus di perhatikan ketika seorang
pasien dengan penyakit menular meninggal dunia.
i. Jenazah tidak di rekomendasikan untuk di balsem atau di suntik pengawet.
j. Jika akan di lakukan otopsi untuk kepentingan hukum ataupun klinis maka
otopsi harus dilakukan oleh petugas khusus yang terlatih, jika diijinkan oleh
keluarga dan direktur rumah sakit.
k. Jenazah yang sudah di bungkus tidak boleh di buka kembali.
l. Jenazah hendaknya diantar dengan mobil khusus jenazah.
m. Jenazah hendaknya tidak lebih dari 4 jam di semayamkan di kamar jenazah.
Hari ke empat , Kamis 16 Agustus 2018
1. Pukul 08.00 – 09.00WIB Ppi Dan Audit Di Ruang Isolasi Perlindungan
Ruang perawatan isolasi perlindungan adalah ruang yang di gunakan untuk perawatan
pasien yang mengalami gangguan kekebalan tubuh ( malnutrisi, keganasan , akibat
infeksi seperti HIV, mendapatkan obat obatan imunosupresan , kemothepay dan radio
therapy ) yang menyebabkan rentan terhdapa infeksi ( immunosupresan ).
Terdapat 2 katagori pasien immunosupresan yaitu :
a. Pasien immuncompromized:
Pasien yang menerima terapi imunosupresan ( kemotherapy dosis tinggi ,
pulse high dose steroid 10 – 30 mg/kgBB)
Pasien dengan neutropenia ( hitung netrofil absolud 500 x 10 /L sel )
b. Pasien immunosompromized berat :
Pasien dengan neutropenia hitung netrofil absolud <500 x 10/L sel

13
Pasien HIV yang sudah tertangani infeksi oportunistiknya dengan CD4 kurang
dari 100/UI
2. Pukul 08.45 – 09.30 WIB Kunjungan Lapangan
3. Pukul 09.00 – 09.45 coffee Break
4. Pukul 09.45 – 12.45 WIB Kunungan lapangan
5. Pukul 12.45 – 13.45 WIB ISOMA.
6. Pukul 13.45 – 14.15 Post Test.
7. Pukul 14.15 – 15.45 Presentasi hasil kunjungan lapangan dan diskusi
8. Pukul 15.45 – 16.00 Penutupan
d. Rencana tindak lanjut :
1. Sosialisasi hasil Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi lanjut kepada
pimpinan dan IPCLN.
2. Menyempurnakan program PPI yang sudah berjalan.
3. Menyempurnakan survailen.
4. Melakukan icra program yang belum berjalan.
5. Melakukan monitoring program yang belum berjalan.

Muntilan, 27 Agustus 2017

Mengetahui, Pelapor
Direktur RSUD Muntilan
Kabupaten Magelang

Dr. M. SYUKRI, MPH Ahmad Sigit Prabowo Susanto.SST.SE


Pembina Tk. I Penata
NIP. 19660115 199603 1 003 NIP. 1986031420110110111

14

Anda mungkin juga menyukai