Anda di halaman 1dari 18

Keselamatan Pasien Dan K3 Dalam Keperawatan

Penyakit Akibat Kerja

Di susun oleh :
Kelompok 4
Moh.Anugrah A Rioeh
Moh.Yasin
Moh.Ikhzan Mahendra
Mohammad Isra R Antu
Mujida Nur Santi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
2018-2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Salawat beserta salam tidak lupa pula penulis
ucapkan kepada nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita kembali ke
jalan Allah SWT. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan. Dimana dalam
makalah ini penulis akan membahas mengenai ”Penyakit Akibat Kerja”.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya


sehingga dapat menambah pengetahuan kita semua. Akhir kata penulis mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, karena penulis masih dalam
proses pembelajaran. Untuk itu penulis menerima saran dan kritikan dari pembaca
sebagai batu loncatan bagi penulis untuk pembuatan makalah kedepannya.

……………

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................

Daftar Isi..................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................


B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan .........................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja ...............................................


B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja ................................................
C. Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja .......................................
D. Fakto Penyebab Penyakit Akibat Kerja ......................................
E. Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja .................................

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................
B. Saran ............................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan kerja dengan produktivitas memiliki hubungan yang sangat
erat. Karena produktivitas tenaga kerja sangat ditentukan oleh pendidikan dan
keterampilan, motivasi dan juga kesehatan. Status kesehatan tenaga kerja sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan kerja, perilaku
selama bekerja, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang diberikan perusahaan
kepada tenaga kerja.
Lingkungan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penyakit
dan kecelakaan akibat kerja seperti di pertambangan, pabrik-pabrik yang
menghasilkan limbah yang berisiko mengganggu kesehatan manusia, dan
seterusnya. Mengingat pentingnya faktor lingkungan kerja sebagai faktor risiko
bagi kesehatan masyarakat, utamanya bagi pekerja, maka dari itulah perlu
dipelajari dan dipahami tentang upaya kesehatan kerja.

B. Rumusan masalah

C. Tujuan
Untuk memberikan informasi kepada pembaca agar lebih mengerti tentang
penyakit yang diakibatkan kerja dan dapat mengurangi korban kecelakaan kerja
guna meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan
hal tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja
(PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan
ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan
pekerjaan. (Hebbie Ilma Adzim, 2013)

B. Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja merupakan seuatu hambatan pada tingkat keamanan
dalam bekerja, dalam hal ini perlu adanya upaya pencegahan, baik untuk
keselamatan maupun kesehatan para pekerja yang ada di lingkungan rumah sakit.
Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh
pemajanan di lingkungan kerja secara terus menerus setiap hari.
Untuk mengantisipasi hal ini, maka langkah awal yang penting adalah
pengenalan/identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian
dilakukan upaya pengendalian dengan cara melihat dan mengenal (walk through
inspections).
Dalam lingkungan kerja seseorang dapat terganggu kesehatannya, dan
gangguan kesehatan akibat lingkungn kerja ini cukup banyak terjadi. Penyakit
akibat kerja salah satunya terjadi karena disebabkan kondisi lingkungan kerja
seperti udara dingin, panas, bising, bahan kimia, debu dan lain-lain. Gangguan
kesehatan pada pekerja juga dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun faktor yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja
dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya di lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor
kesehatan pekerja yang akan berpengaruh pada prilaku pekerja yang tidak
konsentrasi.
Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan di lingkungan rumah sakit belum teratasi dengan baik,
sehingga terjadi kecenderungan peningkatan prevalensi. Dalam hal ini perlu
mendapat perhatian, karena seseorang yang bekerja jika mengalami kecelakaan
atau penyakit akibat kerja bukan hanya berpengaruh pada diri sendiri, tetapi juga
produktifitas kerja menurun dalam pemberian pelayanan kesehatan yang
maksimal terhadap pasien.
Resiko petugas rumah sakit terhadap gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja pada umumnya disebabkan oleh prilaku petugas dalam kepatuhan
melaksanakan setiap prosedur terhadap kewaspadaan. Melihat hal di atas tentunya
kita perlu menyadari bahwa dalam lingkup pekerjaan di bidang kesehatan
mempunyai banyak resiko terhadap kesehatan pekerja.

Tenaga kerja (tenaga medis dan non medis) yang beresiko terhadap
penyakit akibat kerja di rumah sakit antara lain:

1. Perawat yang setiap hari kontak dengan pasien dalam waktu yang cukup
lama 6 sampai 8 jam perhari, sehingga selalu terpajan terhadap
mikroorganisme pathogen dapat membawa infeksi dari satu pasien ke
pasien yang lain. Hasil penelitian membuktikan bahwa tenaga kerja
perawat banyak ditemukan cedera sprain dan strain, nyeri pinggang,
merupakan keluhan terbanyak yang ditemukan pekerja perawat di rumah
sakit. Luka sayat dan tusukan jarum yang tidak sesuai prosedur
penggunaannya atau pada saat pencucian instrument tajam yang beresiko
tersayat.
2. Dokter dapat tertular penyakit dari pasien, terpapar bahan kimia anesthesi
halotan yang mudah menguap merembes menembus masker sehingga
menyebabkan gangguan somatic, nyeri kepala, mual sampai gangguan
fungsi saraf pusat. Robeknya sarung tangan dapat menyebabkan cedera
sayatan dan tusukan jarum.
3. Dokter gigi, tingginya kadar HBsAg dan anti HBC para dokter gigi
disbanding dengan petugas kesehatan lain, hal ini diduga sebagai pajanan
air ludah pasien, penyakit infeksi akibat kerja, pajanan dosis rendah seperti
merkuri, pajanan bahan penambal lubang gigi yang berkepanjagan dapat
menyebabkan gangguan gastrointestinal, lesu, anorexia. Nyeri punggung
juga sering dialami oleh karena posisi kerja yang tidak ergonomis.
4. Petugas Gizi, sebagai penyaji diet atau makanan pasien, dalam hal ini
petugas gizi pada umumnya terpajan salmonella dari bahan mentah ikan,
daging dan sayuran yang setiap hari terpapar sehingga beresiko terjadi
gangguan gastrointestinal.
5. Petugas Farmasi yan melayani pembelian dan penyediaan obat-obat pasien
segala penyakit, yang setiap hari akan menghirup bahan-bahan kimia
segala jenis obat-obatan yang merembes dan menembus masker, hal ini
dapat menyebabkan resiko keracunan.
6. Petugas Laboratorium yang setiap hari melakukan pemeriksaan darah,
urin, sputum, feses pasien dengan segala jenis penyakit sehingga akan
beresiko terpajan bakteri maupun virus yang berasal dari bahan objek
pemeriksaan.
7. Petugas Radiologi, radiasi merupakan pajanan yang sangat berbahaya bagi
gangguan kesehatan pekerja, dalam hal ini perlu adanya petugas yang
lebih bertanggung jawab dalam upaya pengendaliannya.
8. Petugas londri rumah sakit yang setiap hari terpajan dengan bahan linen
yang berasal dari bekas pakai pasien dengan segala jenis penyakit menular,
hal ini dapat menyebabkan penyebaran bakteri maupun virus yang berasal
dari linen kotor. Bakteri dan virus menyebar pada saat petugas londri
melakukan seleksi jenis linen, sehingga sangat beresiko terhadap penyakit
gangguan pernafasan.
9. Petugas rumah tangga di lingkungan rumah sakit yang setiap hari
membersihkan lantai semua bagian tempat rawat inap pasien segala
penyakit menular, yang terpapar dengan bakteri maupun virus, sehingga
dapat mengakibatkan virus dan bakteri berterbangan dan terhirup petugas,
hal ini dapat mengakibatkan penyakit gangguan sistem pernafasan dan
infeksi lainnya.

C. Macam-Macam Penyakit Akibat Kerja


Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah
maupun ulah manusia, yaitu lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang
mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis
kegiatan industri dan teknologi yang ada. Partikel-partikel udara sangat merugikan
kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang tercemar oleh partikel dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh
adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap didalam paru-paru. Penyakit
pneumoconiosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang
masuk atau terhisap kedalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis
yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan
teknologi, yaitu silikosis, asbestosis, bisinosisi, antrakosis, dan beriliosis.

1) Penyakit Silikosis
Penyakit silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas,
berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja,
keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda) dll. Selain dari itu, debu silika juga banyak terdapat di
tempat penampang besi, timah putih dan tambang batu bara. Pemakaian
batu bara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkam debu silika
bebas SiO2.
2) Penyakit Asbestosis
Penyakit asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan
oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran
dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah magnesium
silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes
dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup ke dalam paru-paru akan
mengakibatkan gejala sesak nafas dan batuk-batuk yang disertai dahak.
Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak besar/melebar. Apabila
dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak debu asbes dalam
dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya
perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar jangan mengakibatkan asbestosis ini.
3) Penyakit Bisnosis
Penyakit bisnosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap
kedalam paru-paru. Pencemaran ini dapat dijumpai pada pabrik pemintalan
kapas, pabrik tekstil, perusahaan, atau pergudangan kapas. Masa inkubasi
penyakit bisnosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal
penyakit bisnosis ini berupa sesak nafas, terasa berat pada dada, terutama
peda hari senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Pada bisnosis
yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti
dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan
emphysema.
4) Penyakit Antrakosis
Penyakit antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batu bara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada
pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak
melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker), dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta
pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu: penyakit antrakosis murni,
penyakit silikoantrakosis, dan penyakit tuberkolosilkoantrakosis.
5) Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa
logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat
menyebabkan penyakit saliran pernafasan yang disebut beriliosis. Debu
logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis, dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering, dan
sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri
yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada
pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio, dan juga pada pekerja
pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
6) Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis.
Akut misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai
tracheobronchitis akut atau karena virus kronis, misal: asbestosis. Seperti
gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau edema paru
akut. Penyakit ini disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
7) Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, dan kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang
dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan
pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang
merupakan penyebab, membuat peka, atau karena faktor lain.
8) Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang
dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan
terjadinya hilang pendengaran.
9) Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada
riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan
berulang yang tidak wajar.
10) Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat
kerja (karsinogen) sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada
studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen
mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
11) Coronary Artery
Penyakit ini disebabkan oleh karena stres atau Carbon Monoksida
dan bahan kimia lain di tempat kerja.
12) Penyakit Liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis
virus atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta
bahan toksik yang ada.
13) Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan. Neuropatiperifer, sering dikaitkan dengan diabet,
pemakaian alkohol, atau tidak diketahui penyebabnya. Depresi SSP oleh
karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak
baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan
depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri,
methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Selain itu,
Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
14) Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan
kimia atau lingkungan sick building syndrome. Multiple Chemical
Sensitivities (MCS), misal: parfum, derivate petroleum, rokok.

D. Faktor- Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja


1. Faktor Fisik
 Suara tinggi atau bising dapat menyebabkan ketulian
 Temperature atau suhu tinggi dapat menyebabkan Hyperpireksi, Miliaria,
Heat Cramp, Heat Exhaustion, dan Heat Stroke
 Radiasi sinar elektromagnetik infra merah dapat menyebabkan katarak
 Ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis
 Radio aktif/alfa/beta/gama/X dapat menyebabkan gangguan terhadap sel
tubuh manusia
 Tekanan udara tinggi menyebabkan Coison Disease
 Getaran menyebabkan Reynaud’s Desiase, ganguan metabolisme,
Polineurutis

2. Faktor Kimia
Asal: bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, hasil
samping(produk), sisa produksi atau bahan buangan. Bentuk: zat padat, cair,
gas, uap maupun partikel Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan,
saluran pencerrnaan kulit dan mukosa. Masuknya dapat secara akut dan
sevara kronis. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asphyxia,
keracunan sistematik, kanker, kerusakan kelainan janin.
Terjadi pada petugas/ pekerja yang sering kali kontak dengan bahan
kimia dan obat-obatan seperti antibiotika. Demikian pula dengan solvent yang
banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai
zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat
memberi dampak negatif terhadap kesehatan. Gangguan kesehatan yang
paling sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya
disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena
alergi (keton). Bahan toksik (trichloroethane, tetrachloromethane) jika
tertelan, terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut
atau kronik, bahkan kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible pada daerah yang
terpapar.
Pencegahan :
a. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannya bahan kimia dan terhirupnya aerosol.
c. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
d. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara mata
dan lensa.
e. Menggunakan alat pelindung pernafasan dengan benar.

3. Faktor Biologi

 Viral Desiases: rabies, hepatitis

 Fungal Desiases: Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus

 Parasitic Desiases: Ancylostomiasis, Schistosomiasis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi


berkembang biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman
pyogenic, colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien,
benda-benda yang terkontaminasi, dan udara. Virus yang menyebar melalui
kontak dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hepatitis B) dapat
menginfeksi pekerja sebagai akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya
karena tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi virus.

Angka kejadian infeksi nosokomial di unit Pelayanan Kesehatan cukup


tinggi. Secara teoritis kemungkinan kontaminasi pekerja LAK sangat besar,
sebagai contoh dokter di Rumah Sakit mempunyai risiko terkena infeksi 2
sampai 3 kali lebih besar dari pada dokter yang praktek pribadi atau swasta,
dan bagi petugas Kebersihan menangani limbah yang infeksius senantiasa
kontak dengan bahan yang tercemar kuman patogen maupun debu beracun
mempunyai peluang terkena infeksi.

Pencegahan :
1) pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang kebersihan,
epidemilogi, dan desinfeksi.

2) Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja untuk


memastikan dalam keadaan sehat badan, punya cukup kekebalan
alami untuk bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.

3) Melakukan pekerjaan laboratorium dengan praktek yang benar (Good


Laboratory Practice).

4) Menggunakan desinfektan yang sesuai dan cara penggunaan yang


benar.

5) Sterilisasi dan desinfeksi terhadap tempat, peralatan, sisa bahan


infeksius, dan spesimen secara benar.

6) Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.

7) Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.

8) Kebersihan diri dari petugas.

4. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Faktor ini sebagai akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja,
lingkungan kerja yang salah, dan kontruksi yang salah. Efek terhadap tubuh:
kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan bentuk, dislokasi,
dan kecelakaan.
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi, dan seni berupaya menyerasikan
alat, cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan, dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat,
aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.

5. Faktor Psikologi
Faktor ini sebagai akibat organisasi kerja (tipe kepemimpinan,
hubungan kerja komunikasi, keamanan), tipe kerja (monoton, berulang-ulang,
kerja berlebihan, kerja kurang, kerja shift, dan terpencil). Manifestasinya
berupa stress. Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan
stress antara lain:
a. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di
tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan
b. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
c. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja.
d. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal

E. Upaya pencegahan dan pengendalian Penyakit Akibat Kerja


Berikut ini beberapa tips dalam mencegah penyakit kerja, diantaranya:
1) Memakai alat pelindung diri secara benar dan teratur
2) Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supayah tidak terjadi lebih lanjut
3) Segara akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan
Selain itu terdapat pula beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh seperti
berikut ini:
a) Pencegahan Pimer – Healt Promotio

 Perilaku kesehatan

 Faktor bahaya di tempat kerja

 Perilaku kerja yang baik

 Olahraga

 Gizi

b) Pencegahan Skunder – Specifict Protectio

 Pengendalian melalui perundang-undangan

 Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja


 Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD)

 Pengendalian jalur kesehatan imunisasi

c) Pencegahan Tersier
 Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
 Pemeriksaan kesehatan berkala
 Pemeriksaan lingkungan secara berkala
 Surveilans
 Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
 Pengendalian segera ditempat kerja

Agar tenaga kerja di lingkungan rumah sakit tetap efisien dan produktif
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta tidak mengalami
penyakit akibat kerja maka tindakan untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
adanya penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit.

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit melibatkan


semua unsur manajemen, karyawan dan lingkungan kerja yang terintegrasi
sebagai upaya pencegahan dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja di lingkungan rumah sakit yang bertujuan adalah menciptakan tempat kerja
yang aman, sehat serta bebas dari pencemaran paparan lingkungan kerja, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efesiensi dan produktifitas kerja.

Langkah awal yang peting adalah upaya pengendalian di lingkungan kerja


rumah sakit antara lain kesehatan kerja bagi karyawan, sanitasi lingkungan rumah
sakit, pengamanan pasien, pengunjung maupun petugas rumah sakit dan lain-lain.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam mempelajari Penyakit Akibat Kerja perlu mengetahui pajanan di
lingkungan kerja dan pekerjaan yang dilakukan. Selain itu perlu mengetahui
gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat pajanan tersebut, serta perlu
mengetahui pencegahan apa yang harus dilakukan dengan prinsip pengendalian
teknis, pengendalian administrasi dan penggunaan alat pelindung diri.
Deteksi dini penyakit akibat kerja dilakukan dengan pemeriksaan
kesehatan berkala sesuai pajanan di lingkungan kerja dan pekerjaan yang
dilakukan.

B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan
karena sakit dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost
benefit) suatu perusahaan atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan
kerja harus dikelola secara maksimal bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi
seluruh masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

http://harian.analisadaily.com/kesehatan/news/penyakit-akibat-kerja-di-rumah-
sakit/5059/2014/02/10

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131572389/pendidikan/materi-ajar-k3-ft-uny-
20152-kecelakaan-akibat-kerja-dan-penyakit-akibat-kerjabadraningsih-l.pdf

Direktorat Bina Kesehatan Kerja. (2008). Pedoman Tata Laksana Penyakit


Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan

Endroyo, B. dan Tugino (2007). Analisa Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan


Kerja Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan.Nomor 2 vol 21-31

Heinrich, HW., Petersen, DC., Roos, NR., Hazlett, S., 1980. Industrial
Accident Prevention: A Safety Management Approach. NY: McGraw-Hill
Hinze, Jimmie. (1997). Construction Safety. NJ: Prentice-Hall.

Adzim, HI. (2013). Penyakit Akibat Kerja.

Anda mungkin juga menyukai