Anda di halaman 1dari 4

Hutan adalah paru-paru dunia yang sangat penting bagi kehidupan kita.

Seperti tubuh
kita, paru-paru sangat penting untuk mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam
tubuh. Begitu pula hutan, ia sangat penting bagi kehidupan kita untuk memberikan udara yang
segar dan sejuk. Bukan hanya bagi kehidupan kita, hutan merupakan tempat hidup berbagai jenis
tumbuhan dan hewan. Jika hutan dibakar untuk kepentingan manusia sendiri, selain suplai
oksigen di bumi menjadi berkurang, hewan-hewan pun akan kehilangan tempat hidupnya. Oleh
karena itu, pelestarian hutan sangatlah penting untuk kita lakukan.

Pentingnya keberadaan hutan bagi tubuh kita yaitu karena setiap pohon besar mampu
memproduksi 4580 oksigen per tahun. Sedangkan seseorang membutuhkan oksigen 2,9 kg/hari
yang berarti sekitar 1058,5 kg/tahun. Jadi jika rumah dihuni oleh 4 orang dibutuhkan sekitar
4234 kg oksigen per tahunnya. Dengan menanam 1 pohon besar dipekarangan rumah kebutuhan
oksigen tercukupi dan udara di rumah terasa segar sepanjang tahun. Setiap pohon yang ditanam
mempunyai kapasitas mendinginkan udara sama dengan rata-rata 5 unit ac yang dioperasikan
selama 20 jam/hari. Setiap hektar hutan dapat menetralisir karbondioksida (CO2) yang
diakibatkan oleh 20 kendaraan bermotor. Setiap hektar hutan memiliki potensi untuk mengikat
1000 kg debu per tahun yang diakibatkan oleh polusi udara (debu, asap, aerosol, dll) dan
mengolahnya menjadi humus.

Belakangan ini fenomena kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi perhatian tingkat
nasional bahkan internasional, kebakaran hutan dan lahan merupakan ancaman yang pasti karena
berdampak langsung pada ekosistem. Karhutla dampak merusak keanekaragaman hayati bahkan
mengganggu system pertumbuhan yang berkelanjutan. Karhutla telah mengakibatkan kematian,
penyakit hingga kerugian ekonomi ratusan trilyun rupiah. Namun ada pihak-pihak tertentu yang
mengambil untung besar dengan pembakaran yang dilakukan.

Pembakaran ini berbentuk jaringan yang tidak mudah terdeteksi oleh regulasi yang ada.
Hubungan jaringan Karhutla dan regulasi masih perlu untuk di evaluasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada tiga tipe jaringan yang paling bertanggung jawab atas kebakaran hutan
dan lahan yaitu Korporasi, Cukong dan Individual. Pada tipe Jaringan Korporasi ada tiga sub-
tipe yaitu Perusahaan sebagai aktor terpenting, kemudian sub-tipe Koperasi dan Perseorangan.
Regulasi-regulasi tertentu bisa saja dipakai secara lebih spesifik untuk membidik jaringan
Karhutla tertentu tapi hanya saja dalam penerapannya masih sangat jauh dari harapan
masyarakat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan luas kebakaran hutan dan lahan
(Karhutla) di Indonesia dalam kurun Januari hingga Agustus 2019 mencapai 328.724 Ha.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Masyarakat BNPB, Agus Wibowo,
mengatakan Provinsi Riau merupakan daerah terluas dilanda kebakaran hutan di Sumatera,
yakni mencapai 49.266 hektare (Ha). Kebakaran di Riau paling banyak terjadi di lahan gambut
mencapai 40.553 Ha dari perhitungan berdasarkan interpretasi visual data citra satelit Landsat
8 OLI/TIRS dan data titik panas, atau disebut MODIS. Kebakaran hutan dan lahan yang luas
juga terpantau di Kalimantan Tengah mencapai 44.769 Ha, Kalimantan Barat 25.900 Ha,
Kalimantan Selatan 19.490 Ha, Sumatera Selatan 11.826 Ha, Jambi 11.022 Ha, Kalimantan
Timur 6.715 Ha, dan Kepulauan Riau 5.621 Ha.
Pemerintah seperti tidak pernah makan buah pahit dari kejadian kebakaran hutan dan
lahan ini. Karhutla menjadi agenda tahunan sejak tahun 1997 dan sampai saat ini belum ada
tindakan pasti yang diambil oleh pemerintah. Maka pemerintah harusnya lebih tanggap lagi
untuk mengawasi, mencegah, serta menangani fenomena karhutla yang tiap tahunnya selalu
meresahkan masyarakat. Aturan-aturan yang dibuat juga belum dijalankan dengan maksimal,
belum tegasnya pemerintah dalam menjalankan system regulasi yang ada membuat pihak
korporasi semakin berani bahkan cenderung tanpa belas kasih dalam membakar hutan untuk
kepentingan individu.
Penyebab maraknya pembakaran di indonesia

1. Hutan Indonesia di buat babak belur.

Penebanganan hutan besar-besaran yang terjadi di Indonesia merupakan momok


yang juga berpengaruh terhadap fenomena karhutla ini. Sebenarnya Indonesia memiliki
hutan tropis, namun dengan penebangan hutan yang besar hingga ilegal loging, sinar
matahari semakin banyak yang masuk dan akibatnya kebakaran hutan sering terjadi.
Batas sebuah hutan menjadi hutan lindung pun kurang jelas, sehingga banyak
masyarakat atau perusahaan yang seenaknya membuka lahan dengan menebang hutan.

2. Degradasi hutan hingga deforestrasi terjadi untuk di alih fungsikan menjadi lahan sawit

Praktik pembakaran yang dilakukan manusia bisa sangat mudah karena akses
seseorang untuk membuka lahan didukung dalam aturan. Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam
penjelasan Pasal 69 ayat 2 dinyatakan pembakaran lahan diperbolehkan dengan luas
maksimal 2 hektar dan harus dikelilingi sekat bakar.

3. Supremasi penegakan hukum Indonesia yang lemah

Para korporasi nakal yang sengaja merusak hutan sering tidak mendapatkan
hukuman yang tegas. Hal ini tidak memberikan efek jera kepada perusahaan dan
individu sehingga pembakaran hutan akan terus terjadi,

4. Jenis tanah gambut

Kebakaran hutan dan lahan juga disebabkan karena tekstur tanah di kalimantan
serta di sumatera yang berjenis tanah gambut. Hal ini memungkinkan ketika terjadi
pembakaran maka bara api akan tetap berada di dalam tanah 10-15 m dalamnya dan ini
memungkinkan panas dari pembakaran tersebut tetap berada di dalam serta dapat
menjalar ke area yang lain

Inti masalah ?

Dari semua kalkulasi tentang penyebab pembakaran ini, ada akar dari semua masalah penyebab
pembakaran yaitu pemerintah abai bahkan terkesan kurang peduli. Fenomena El Nino sudah
pernah dialami Indonesia pada tahun 1997-1998. Indonesia pun mengalami kebakaran hutan
hingga 10 juta hektar. Saat itu, kabut asap juga menjadi masalah karena udara sesak menyebar
ke seluruh penjuru negari bahkan sampai ke negara tetangga. Tapi mengapa pemerintah tidak
belajar dari kejadian masa lalu ??

Dampaknya akan seperti apa untuk Indonesia kedepan ?

Kebakaran hutan menyebabkan berbagai kerugian untuk masyarakat Indonesia, mulai


dari gangguan kesehatan, sosial, ekologi, ekonomi dan juga reputasi. Asap dari kebakaran hutan
dan lahan dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), asma, penyakit paru obstruktif kronik. masyarakat setempat juga mengalami kerugian
sosial berupa hilangnya hutan sebagai sumber mata pencaharian, penghidupan dan identitas
masyarakat adat. Tidak hanya itu, ada juga kerugian ekologi, seperti hilangnya habitat tempat
keanekaragaman hayati flora dan fauna berada dan rusaknya ekosistem penting yang
memberikan jasa lingkungan berupa udara dan air bersih beserta makanan dan obat-obatan.
Kondisi ekonomi Indonesia juga ikut merugi karena dengan terjadinya karhutla ini, sumber
devisa negara dari produk hutan kayu dan non-kayu, serta ekowisata juga berkurang. Lalu, di
mata internasional, Indonesia juga mengalami kerugian reputasi karena menuai protes dari
negara tetangga yang ikut terimbas asap kebakaran hutan

Kebakaran hutan dan lahan menyebakan tersebarnya asap dan emisi gas karbondioksida
dan gas-gas lain ke udara yang berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.
Kebakaran hutan akan menyebabkan hutan menjadi gundul sehingga tak mampu menampung
cadangan air saat musim hujan. Hal ini yang menjadi faktor terjadinya tanah longsor maupun
banjir. Berkurangnya sumber air bersih dan menyebabkan kekeringan karena kebakaran hutan
menyebabkan hilangnya pepohonan yang menampung cadangan air

Pernyataan sikap Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa STIKes Surya Global
Yogyakarta :
1. Merasa prihatin terhadap fenomena kabut asap yang menimpa saudara kami yang ada di
sumatera maupun di Kalimantan

2. Meminta kepada pemerintah untuk memperkuat sektor-sektor penanggulangan bencana

3. Meminta pemerintah untuk memberikan kebijakan bebas terhadap beban biaya


pengobatan akibat penyakit yang disebabkan oleh kabut asap

4. Meminta pemerintah untuk serius terhadap pencegahan kebakaran hutan dan lahan

5. Meminta pemerintah daerah, provinsi, dan bahkan kementrian lingkungan hidup juga
Presiden RI untuk terus melakukan evaluasi baik dari sisi kinerja maupun penetapan
regulasi

6. Meminta pemerintah untuk menindak tegas para pelaku pembakaran yang telah
meresahkan masyarakat

7. Meminta pemerintah menutup seluruh industri yang terbukti melakukan pembakaran


untuk kepentingan korporasi

Anda mungkin juga menyukai