Diajukan Oleh :
QANIA
PO7131216029
Nama : Qania
NIM : P07131216029
Kelompok :-
Ruang : AQSA 1
Telah diperiksa oleh Ahli Gizi yang bertugas dalam ruangan dan dinyatakan
diterima
(………….…………….) (……………………..)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menilai status gizi pasien berdasarkan data
Antropometri
b) Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah terkait gizi
c) Mahasiswa mampu menentukan Diagnosa Gizi pasien
d) Mahasiswa Mampu melakukan Intervensi gizi kepada pasien
e) Mahasiswa Mampu melakukan Monitoring dan evaluasi gizi pasien
C. Manfaat
HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus, genus ini
memiliki tipe klinis seperti sumber penyakit infeksi yang kronis, periode laten klinis
yang panjang, replikasi virus yang persisten dan terlibat dalam sistem saraf pusat.
Virus ini berbeda dengan virus lain karena tubuh manusia tidak dapat
menyingkirkan virus ini. HIV menyebar melalui cairan tubuh dan memiliki cara
khas dalam menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel CD4 atau
sel-T.
2. Gejala HIV/AIDS
a) Tahap Infeksi Akut
Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung
hingga beberapa minggu, yang meliputi:
Jika tahap Asimtomatik terlambat di tangani, maka Virus HIV akan semakin
berkembang, dengan berkembangnya virus ini munculah AIDS. Hal ini
menandakan bahwa system kekebalan tubuh penderitanya sudah rusak parah.
Adapun Gejala AIDS meliputi:
1. Berat Badan terus menurun
2. Berkeringat di malam hari
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin dan anus.
4. Bintik ungu pada kulit dan tidak bias hilang
5. Infeksi jamur pada mulut, kerongkongan dan kelamin
6. Mudah memar
7. Mudah marah dan depresi
8. Ruam atau bitnik di kulit
9. Demam berlangsung lebih dari 10 hari
10. Sesak Napas
11. Diare Kronis
12. Tubuh selalu terasa lemah dan gangguan saraf
3. Penyebab HIV/AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa virus HIV telah ada di dalam tubuh
sebelum munculnya penyakit AIDS ini. Namun kenyataan bahwa tidak semua
orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS, menunjukkan bahwa
ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius,
kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit
yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin
berperan..
Dugaan terhadap infeksi HIV didasarkan atas salah satu temuan klinis
didapatkan adanya faktor resiko epidemiologis sebagai berikut
4. Penatalaksanaan Diet
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh
kurangnya asupan makanan, gangguan absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi
oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya asupan makanan
disebabkan oleh anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare,
infeksi, dan penyakit saraf yang menyertai penyakit HIV/AIDS. Karena gangguan
gizi memegang peranan penting dalam patogenesis penyakit HIV/AIDS, terapi diet
dan konsultasi gizi memegang peranan penting dalam upaya penyembuhan . Prinsip
diet pada penderita HIV AIDS adalah tinggi energi tinggi protein.
B. COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering di
sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia (Penicillin sensitive and
resistant strains ), Haemophilus influenza (ampicillin sensitive and resistant
strains) and Moraxella catarrhalis (all strains penicillin resistant). Ketiga bakteri
tersebut dijumpai hampir 85% kasus CAP. CAP biasanya menular karena masuk
melalui inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke segmen paru atau lobus paru-
paru. Pada pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan karakteristik
penyebab dari tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai lobus atau segmen paru.
Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan taktil fremitus, nafas
bronkial. Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H.
Influenza , emphyema terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus grup A, S.
Pneumonia . Angka kesakitan dan kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia
dan pasien dengan imunokompromis. Resiko kematian akan meningkat pada CAP
apabila ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan respirasi, hipotensi,
demam, anemia dan hipoksia.
2. Gejala CAP
Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif
atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan
bronkial, pleural friction rub.
3. Penyebab CAP
A. ASSESMENT GIZI
1. Asupan Makan
a. Asupan Sebelum Sakit
Sebelum Sakit, pasien Makan tiga kali sehari, pasien menyukai Ikan Karang
dan olahan Ayam. Jenis makanan pasien sangat beragam, namun, pasien kurang
menyukai sayuran. Pasien juga sering mengkonsumsi minuman instan dan
makanan sejenis mie seperti Mie goreng dan Lontong.
Asupan makan sangat rendah karena penurunan nafsu makan sejak 2 bulan
terakhir. Pasien mengaku hanya bisa menghabiskan 1-2 sdm detiap kali makan,
hal ini disebabkan oleh Mual-muntah yang di alami pasien.
2. Antropometri
BB : 49 Kg
TB : 161 Cm
BBI : 161-100 (-10%)
= 61-6.1 = 54.9 Kg
IMT : 49/1.61² = 18.9 Kg/m² (Normal)
Kategori IMT Menurut DEPKES RI
3. Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 1 Oktober 2019
b. Riwayat Penyakit
Pasien di rujuk dari Rumah sakit daerah Tapak Tuan dengan diagnose
Pneumonia dan AIDS. Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak sejak 2
bulan yang lalu, namun dahak sulit di keluarkan. Pasien mengeluhkan mencret 1
minggu yang lalu dengan Frekuensi 4 -5 kali/hari. Pasien memiliki Faktor risiko
memiliki Hubungan dengan PSK.
6. Standar Kooperatif
2. Domain Klinis
3. Domain Prilaku
C. INTERVENSI GIZI
a. Jenis Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein
b. Bentuk makanan : Makanan Saring (Tergantung daya terima
Pasien)
c. Rute makanan : Oral
d. Tujuan Pemberian Diet
- Mengatasi gejala diare, mual dan muntah
- Mencegah terjadinya penurunan berat badan
- Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih makanan yang
adekuat dan sesuai dengan kemampuan menelan.
e. Syarat Diet
- Energi Tinggi 40-45 KKal/KgBB
- Protein Tinggi, 15-20% dari total Kalori
- Lemak sedang 25% dari total Kalori
- Porsi kecil tapi sering karena nafsu makan pasien masih rendah akibat
mual dan muntah
- Bentuk makanan tergantung kesanggupan Penerimaan pasien
- Tidak merangsang bau dan rasa.
- Rendah serat karena pasien mengalami diare
g. Rencana Konseling/Penyuluhan
- Sasaran = Pasien dan Keluarga
- Waktu =
- Tempat = Ruang Aqsa 1 – Isolasi 2
- Metode = Wawancara dan Tanya Jawab
- Materi = Masalah Terkait Asupan zat Gizi
- Tujuan = Kegiatan di lakukan untuk memotivasi pasien dan
keluarga pasien agar pasien dapat meningkatkan asupan zat gizi pasien
serta memberitahukan apa yang boleh pasien makan dan yang tidak
boleh.
D. MONITORING DAN EVALUASI
B. PERKEMBANGAN DIET
Selama studi kasus berlangsung pasien diberi makanan Saring secara oral.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan zat gizi, pasien diberi diet AIDS II TETP 2394
KKal yang diberikan secara bertahap dimulai dari 1300 – 1500 kkal, walaupun
sudah diberikan secara bertahap tetapi asupan makan tidak mencapai 80%, hal ini
menandakan perkembangan diet pasien tidak mengalami kemajuan yang signifikan.
C. DATA BIOKIMIA
Berdasarkan tabel di atas, pasien memiliki kadar albumin 2.70 g/dl pada 29
September dan 2.50 g/dl pada 2 oktober. Kekurangan Albumin di tandai dengan
terjadinya pembengkakan (Edema) di beberapa bagian tubuh tertentu seperti
Pergelangan kaki, perut bahkan dapat menimbulkan sesak napas akibat
penumpukan cairan di dalam paru-paru. Hal ini di buktikan dengan adanya edema
di pergelangan kaki pasien, kekurangan albumin yang di pengaruhi oleh kurangnya
asupan protein kedalam tubuh pasien serta karena adanya infeksi HIV yang
menghambat penyerapan zat gizi ke dalam tubuh pasien. (Muhlisin 2019)
CD4 merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja pada orang
yang telah didiagnosis dengan human immunodeficiency virus (HIV). CD4+ adalah
jenis sel darah putih yang berperan penting dalam memerangi infeksi. Sel-sel CD4+
juga disebut T-limfosit, T-sel, atau sel T-helper. Berdasarkan tabel, Pasien memiliki
jumlah CD4 sebanyak 33sel/m³ dimana secara normal jumlahnya adalah >500
sel/m³. hal ini menyebabkan virus HIV dapat menyebar dengan mudah ke seuruh
tubuh pasien dan melemahkan sistem pertahanan kekebalan tubuh pasien.
(Muhlisin 2019)
Rapid test adalah sebuah test awal untuk mengetahui seseorang terjangkit virus
HIV atau tidak. Jika hasilnya reaktif, hal ini menandakan orang itu positif
mengalami pelemahan sistem kekebalan tubuh yang di sebabkan oleh Virus HIV.
(Saiful 2015)
D. DATA ANTROPOMETRI
Tanggal penimbangan BB (kg)
1 Oktober 2019 49 kg
3 Oktober 2019 49 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih
akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. (Depkes 2011)
E. DATA KLINIS
Berdasarkan table di atas, dapat di lihat bahwa pada hari kedua pemantauan
pasien mengalami demam tinggi dengan suhu tubuh 41°C. pada umumnya suhu
dalam keadaan normal adalah 36 - 37°C. demam disebabkan oleh beberapa factor,
diantaranya adalah rendahnya jumlah hematrokit dan eritrosit dalam tubuh. Kedua
zat ini memegang peran penting dalam darah sehingga dapat menyebabkan demam
apabila jumlahnya lebih tinggi atau lebih rendah dari batas normalnya. Demam juga
dapat di pengaruhi oleh rendahnya asupan zat gizi yang diserap oleh tubuh karena
Infeksi yang terjadi di dalam tubuh pasien. (Willy, 2018)
F. DATA FISIK
Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon RT, edisi keenam. Penyakit
Infeksi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Wagustina, S dan Zulfah, S. (2018) Terapi Diet pada Berbagai Penyakit , Jurusan
Gizi, Poltekkes Kemenkes Aceh.