Anda di halaman 1dari 23

Laporan Kasus mendalam

ASUHAN GIZI PADA PASIEN SIDA STADIUM III DENGAN PENYAKIT


PENYERTA PNEUMONIA CAP DI RUANG AQSA 1 RUMAH SAKIT
UMUM ZAINOEL ABIDEIN BANDA ACEH

Diajukan Oleh :

QANIA
PO7131216029

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PRODI D-IV JURUSAN GIZI
2019
LEMBAR PERNYATAAN

Laropan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik


(MAGK) Kasus Mendalam terkalit Ilmu Penyakit Dalam yang disusun Oleh :

Nama : Qania

NIM : P07131216029

Kelompok :-

Ruang : AQSA 1

Telah diperiksa oleh Ahli Gizi yang bertugas dalam ruangan dan dinyatakan
diterima

Senin, 7 Oktober 2019

Koordinator Rumah Sakit Ahli Gizi

(………….…………….) (……………………..)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang dapat


melemahkan sistem kekebalan tubuh atau pelindung tubuh yang disebabkan oleh
AIDS. Sedangkan Acquired Immune defeciency Syndrome (AIDS) merupakan
sekumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
oleh HIV. Seseorang yang menderita AIDS bukan karena ia keturunan, tetapi ia
terjangkit atau terinfeksi virus penyebab AIDS (KPA, 2017).

Di Indonesia, HIV/AIDS pertama kali di temukan pada 1987. Sejak 1987


sampai tahun 2016, HIV/AIDS tersebar di 407 Kabupaten/Kota yang ada di
Indonesia. Provinsi pertama yang merupakan tempat pertama Penemuan penyakit
HIV/AIDS di Indonesia adalah provinsi Bali.

Jumlah Kumulatif Infeksi HIV/AIDS sendiri adalah sebanyak 242,699 Orang


sampai Maret 2017. Sedangkan AIDS berjumlah Kumulatif sebanyak 87,453 Orang
sampai Maret 2017 . Jumlah Kumulatif terinfeksi berada pada kisaran Umur 20-29
Tahun dengan persentase 31.4%, kelompok Umur 30-39 (30,6%), Infeksi
HIV/AIDS ini lebih banyak di jumpai pada Laki-Laki daripada perempuan dengan
persentase 56/32% sedangkan sisanya tidak melapor.

Di Aceh, tercatat sebanyak 37 orang mengidap penyakit Infeksi HIV/AIDS


pada sejak Januari-Maret 2017 dengan total Jumlah terjangkit sebanyak kurang
lebih 346 Orang sejak 2009. Sedangkan untuk angka kematian akibat terinfeksi
HIV/AIDS terdapat sekitar 77 orang sejak 1987-2017. (Laporan HIV/AIDS
kemenkes 2017)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengkaji dan mengevaluasi Terapi Diet pada Pasien


HIV/AIDS

2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menilai status gizi pasien berdasarkan data
Antropometri
b) Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah terkait gizi
c) Mahasiswa mampu menentukan Diagnosa Gizi pasien
d) Mahasiswa Mampu melakukan Intervensi gizi kepada pasien
e) Mahasiswa Mampu melakukan Monitoring dan evaluasi gizi pasien

C. Manfaat

Manfaat Kegiatan bagi Mahasiswa adalah membantu Mahasiswa agar dapat


mendalami tata cara pelaksanaan diet kepada pasien dengan penyakit dalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
1. Definisi

HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus, genus ini
memiliki tipe klinis seperti sumber penyakit infeksi yang kronis, periode laten klinis
yang panjang, replikasi virus yang persisten dan terlibat dalam sistem saraf pusat.
Virus ini berbeda dengan virus lain karena tubuh manusia tidak dapat
menyingkirkan virus ini. HIV menyebar melalui cairan tubuh dan memiliki cara
khas dalam menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel CD4 atau
sel-T.

AIDS merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh


menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. AIDS merupakan
stadium ketika sistem imun penderita jelek dan penderita menjadi rentan terhadap
infeksi yang dinamakan infeksi oportunistik. Pada individu yang terinfeksi HIV
dengan jumlah CD4 < 200µL juga merupakan definisi AIDS meskipun tanpa
adanya gejala yang terlihat atau infeksi oportunistik

2. Gejala HIV/AIDS
a) Tahap Infeksi Akut

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung
hingga beberapa minggu, yang meliputi:

1. Demam hingga 5. Pembengkakan Kelenjar Getah


menggigil bening
2. Muncul rum di kulit 6. Sakit Kepala
3. Muntah 7. Sakit Prut
4. Nyeri pada sendi dan otot 8. Sakit tenggorokan dan Sariawan
b) Tahap Asimtomatik (Tanpa Gejala/Tersembunyi)
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap Asimtomatik. Infeksi
tahap ini dapat berlangsung hingga beberapa minggu bahkan tahun atau dekade.
Pada tahap ini, virus HIV semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.
Gejala infeksi HIV pada tahap Asimtomatik bervariasi. Beberapa penderita
tidak merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita
lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:

o Berat badan turun o Herpes Zoster


o Berkeringat di malam hari o Sakit kepala
o Demam o Tubuh terasa lemah
o Diare o Pembengkakkan Kelenjar getah bening
o Mual dan Muntah

Jika tahap Asimtomatik terlambat di tangani, maka Virus HIV akan semakin
berkembang, dengan berkembangnya virus ini munculah AIDS. Hal ini
menandakan bahwa system kekebalan tubuh penderitanya sudah rusak parah.
Adapun Gejala AIDS meliputi:
1. Berat Badan terus menurun
2. Berkeringat di malam hari
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin dan anus.
4. Bintik ungu pada kulit dan tidak bias hilang
5. Infeksi jamur pada mulut, kerongkongan dan kelamin
6. Mudah memar
7. Mudah marah dan depresi
8. Ruam atau bitnik di kulit
9. Demam berlangsung lebih dari 10 hari
10. Sesak Napas
11. Diare Kronis
12. Tubuh selalu terasa lemah dan gangguan saraf

3. Penyebab HIV/AIDS
Penyebab timbulnya penyakit AIDS belum dapat dijelaskan sepenuhnya.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa virus HIV telah ada di dalam tubuh
sebelum munculnya penyakit AIDS ini. Namun kenyataan bahwa tidak semua
orang yang terinfeksi virus HIV ini terjangkit penyakit AIDS, menunjukkan bahwa
ada faktor-faktor lain yang berperan di sini. Penggunaan alkohol dan obat bius,
kurang gizi, tingkat stress yang tinggi dan adanya penyakit lain terutama penyakit
yang ditularkan lewat alat kelamin merupakan faktor-faktor yang mungkin
berperan..

Dugaan terhadap infeksi HIV didasarkan atas salah satu temuan klinis
didapatkan adanya faktor resiko epidemiologis sebagai berikut

Prilaku beresiko (sekarang atau di masa lalu)

 Hubungan seksual dengan mitra seksual resiko tinggi tanpa menggunakan


kondom
 Pecandu narkotika
 Hubungan seksual tidak aman
 Pekerja dan pelanggan tempat hiburan
 Riwayat menerima transfusi darah berulang
 Riwayat perlukaan kulit, tato, tindik atau sirkumsisi dengan alat tidak steril

4. Penatalaksanaan Diet
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan oleh
kurangnya asupan makanan, gangguan absorpsi dan metabolisme zat gizi, infeksi
oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya asupan makanan
disebabkan oleh anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak napas, diare,
infeksi, dan penyakit saraf yang menyertai penyakit HIV/AIDS. Karena gangguan
gizi memegang peranan penting dalam patogenesis penyakit HIV/AIDS, terapi diet
dan konsultasi gizi memegang peranan penting dalam upaya penyembuhan . Prinsip
diet pada penderita HIV AIDS adalah tinggi energi tinggi protein.

B. COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA

1. Definisi
Pneumonia komunitas merupakan salah satu penyakit infeksius ini sering di
sebabkan oleh bakteri yaitu Streptococcus pneumonia (Penicillin sensitive and
resistant strains ), Haemophilus influenza (ampicillin sensitive and resistant
strains) and Moraxella catarrhalis (all strains penicillin resistant). Ketiga bakteri
tersebut dijumpai hampir 85% kasus CAP. CAP biasanya menular karena masuk
melalui inhalasi atau aspirasi organisme patogen ke segmen paru atau lobus paru-
paru. Pada pemeriksaan fisik sputum yang purulen merupakan karakteristik
penyebab dari tipikal bakteri, jarang terjadi mengenai lobus atau segmen paru.
Tetapi apabila terjadi konsolidasi akan terjadi peningkatan taktil fremitus, nafas
bronkial. Komplikasi berupa efusi pleura yang dapat terjadi akibat infeksi H.
Influenza , emphyema terjadi akibat infeksi Klebsiella , Streptococcus grup A, S.
Pneumonia . Angka kesakitan dan kematian infeksi CAP tertinggi pada lanjut usia
dan pasien dengan imunokompromis. Resiko kematian akan meningkat pada CAP
apabila ditemukan faktor komorbid berupa peningkatan respirasi, hipotensi,
demam, anemia dan hipoksia.

2. Gejala CAP

Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif
atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak
menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan
bronkial, pleural friction rub.

3. Penyebab CAP

Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa penyebab


terbanyak CAP di ruang rawat inap dari bahan sputum adalah kuman gram negatif
seperti Klebsiella pneumonia,Acitenobacter baumanii, Pseudomonas aeruginosa
sedangkan kuman gram positif seperti S.pneumoniae, S.viridans,S.aureus
ditemukan dalam jumlah sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa dalam 10 tahun
terakhir terjadi
BAB III

LANGKAH-LANGKAH NCP PASIEN SIDA STADIUM III

Nama : Budi rahmat


Usia : 26 Tahun
Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Rawat : 28 September 2019
No. rekam Medik : 1-22-23-66
Diagnosa Medis : HIV/AIDS Stadium III + Pneumonia CAP

A. ASSESMENT GIZI
1. Asupan Makan
a. Asupan Sebelum Sakit

Sebelum Sakit, pasien Makan tiga kali sehari, pasien menyukai Ikan Karang
dan olahan Ayam. Jenis makanan pasien sangat beragam, namun, pasien kurang
menyukai sayuran. Pasien juga sering mengkonsumsi minuman instan dan
makanan sejenis mie seperti Mie goreng dan Lontong.

b. Asupan Setelah Sakit

Asupan makan sangat rendah karena penurunan nafsu makan sejak 2 bulan
terakhir. Pasien mengaku hanya bisa menghabiskan 1-2 sdm detiap kali makan,
hal ini disebabkan oleh Mual-muntah yang di alami pasien.

2. Antropometri

BB : 49 Kg
TB : 161 Cm
BBI : 161-100 (-10%)
= 61-6.1 = 54.9 Kg
IMT : 49/1.61² = 18.9 Kg/m² (Normal)
Kategori IMT Menurut DEPKES RI

IMT Kategori Keterangan


< 17 Sangat Kurus Kurang Berat Badan Berat
17 – 18.5 Kurus Kurang Berat Badan ringan
18.5 – 25 Normal Normal
25 – 27 Gemuk Overweight
>27 Gemuk Obesitas

3. Laboratorium
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 1 Oktober 2019

Tanggal Data Interprestasi


Nilai Normal
Pemeriksaan Laboratorium
29-09-2019 Albumin 2.70 g/dl 3.5-5.2 g/dl Rendah
Hemoglobin 10.8 g/dl 14-17 g/dl Rendah
Hematrokit 32 % 45-55 % Rendah
Eritrosit 4.4 jt/ml 4.7-6.1 jt/ml Rendah
Leukosit 5.7 ribu/ml 4.5-10.5 ribu/ml Normal
Trombosit 150 ribu/ml 150-450 ribu/ml Normal
Limfosit 13 % 20-40 % Rendah
3 Metode;
1-10-2019
Anti HIV
(Rapid Test)
-SD HIV ½ Reaktif
-Oncuprobe Reaktif
-Determine Reaktif
HIV ½
-CD4 Absolut 33
2-10-2019 Albumin 2.50 g/dl 3.5-5.2 g/dl Rendah
Sumber : Data Rekam Medik
4. Fisik dan Klinis

Data Fisik tanggal 1 – 3 Oktober 2019


Fisik 1 Okt 2019 2 Okt 2019 3 Okt 2019
Keadaan umum Lemas Lemas Lemas
Kesadaran CM CM CM
Wajah Pucat Pucat Pucat
Kaki Pucat Pucat Pucat
Lemas Ada Ada Ada
Mual dan Muntah Ada Ada Ada
Sesak Napas Ada Ada Tidak ada

Data Klinis 1 Oktober 2019


Klinis Nilai Rujukan Interprestasi
Tekanan Darah 130/90 <130 Pre-Hipertensi
Respirasi 28 14 – 20 Tinggi
Nadi 84 60 – 100 Normal
Suhu 36.7°C 36 – 37 Normal
Sumber : Data Rekam Medik

Data Klinis 2 Oktober 2019


Klinis Nilai Rujukan Interprestasi
Tekanan Darah 120/70 <130 Normal
Respirasi 21 14 – 20 Tinggi
Nadi 90 60 – 100 Normal
Suhu 41°C 36 – 37 Tinggi
Sumber : Data Rekam Medik

Data Klinis 3 Oktober 2019


Klinis Nilai Rujukan Interprestasi
Tekanan Darah 120/30 <130 Normal
Respirasi 20 14 – 20 Normal
Nadi 72 60 – 100 Normal
Suhu 37.8°C 36 – 37 Normal
Sumber : Data Rekam Medik
5. Riwayat Personal
a. Riwayat Obat

Nama Obat Kegunaan


Ceftriaxon Mengobati/mencegah Infeksi bakteri
Cotrimoxazole Menangani Infeksi akibat bakteri
Nystatin Drop Mengatasi Infeksi akibat Jamur Candidia
Attapulgite Mengatasi Diare
Fluconazole Mengobati Candidias yang terkena Jamur

b. Riwayat Penyakit

Pasien di rujuk dari Rumah sakit daerah Tapak Tuan dengan diagnose
Pneumonia dan AIDS. Pasien mengeluhkan demam dan batuk berdahak sejak 2
bulan yang lalu, namun dahak sulit di keluarkan. Pasien mengeluhkan mencret 1
minggu yang lalu dengan Frekuensi 4 -5 kali/hari. Pasien memiliki Faktor risiko
memiliki Hubungan dengan PSK.

c. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga Pasien tidak ada yang pernah terjangkit HIV/AIDS

6. Standar Kooperatif

Zat Gizi Asupan Kebutuhan % Asupan


Energi 582.3 KKal 2394 KKal 24%
Protein 67 gr 89.7 gr/hari 74.6%
Lemak 12.03 gr 53.2 gr/hari 22.6%
KH 69.2 gr 389.05 gr/hari 17.7 %

Kategori Asupan berdasarkan PUGS :


Lebih : >105 %
Cukup : 95 – 104 %
Sedang : 80 – 94 %
Kurang : 70 – 79 %
Defisit : <70 %
B. DIAGNOSA GIZI
1. Domain Asupan

Problem Etiologi Sign


Berkaitan dengan mual-
NI 1.2 Asupan energi Di tandai dengan
muntah yang di alami
tidak Adekuat Asupan <24%
pasien

2. Domain Klinis

Problem Etiologi Sign


NC 2.2 Perubahan Berkaitan dengan Nilai Di tandai dengan Kadar
Nilai Lab Terkait Gizi Albumin Albumin 2.70 g/dl
NC 3.2 Penurunan Berkaitan dengan daya Di tandai dengan
berat badan yang tidak terima yang rendah penurunan Berat badan
di harapkan terhadap makanan sebanyak 24%

3. Domain Prilaku

Problem Etiologi Sign


Di tandai dengan
NB 1.2 perilaku dan Berkaitan dengan kebiasaan
kepercayaan terkait asupan Minuman mengkonsumsi
makanan dan zat gizi sebelum sakit minuman instan dan
Minuman berkarbonasi

C. INTERVENSI GIZI
a. Jenis Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein
b. Bentuk makanan : Makanan Saring (Tergantung daya terima
Pasien)
c. Rute makanan : Oral
d. Tujuan Pemberian Diet
- Mengatasi gejala diare, mual dan muntah
- Mencegah terjadinya penurunan berat badan
- Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih makanan yang
adekuat dan sesuai dengan kemampuan menelan.
e. Syarat Diet
- Energi Tinggi 40-45 KKal/KgBB
- Protein Tinggi, 15-20% dari total Kalori
- Lemak sedang 25% dari total Kalori
- Porsi kecil tapi sering karena nafsu makan pasien masih rendah akibat
mual dan muntah
- Bentuk makanan tergantung kesanggupan Penerimaan pasien
- Tidak merangsang bau dan rasa.
- Rendah serat karena pasien mengalami diare

f. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi


BMR = 66+(13.7 x BBI) + (5 x TB) – (6.4 x U)
= 66+(13.7 x 56.7) + (5 x 163) – (6.4 x 26)
= 66 + 776.8 + 815 – 176.8
= 1481 Kkal
FS = 40%BMR + 1481 = 2073 Kkal
AKT = 10%FS + FS = 2280.3 KKal
SDA = 5%AKT + AKT = 2394.3 KKal
TEE = 2394.3 KKal
65% 𝑥 2394.3
KH = = 389.05 gr/hari
4
15% 𝑥 2394.3
Protein = = 89.7 gr/hari
4
25% 𝑥 2394.3
Lemak = = 53.2 gr/hari
9

g. Rencana Konseling/Penyuluhan
- Sasaran = Pasien dan Keluarga
- Waktu =
- Tempat = Ruang Aqsa 1 – Isolasi 2
- Metode = Wawancara dan Tanya Jawab
- Materi = Masalah Terkait Asupan zat Gizi
- Tujuan = Kegiatan di lakukan untuk memotivasi pasien dan
keluarga pasien agar pasien dapat meningkatkan asupan zat gizi pasien
serta memberitahukan apa yang boleh pasien makan dan yang tidak
boleh.
D. MONITORING DAN EVALUASI

Anamnesis Yang diukur Evaluasi/target


Antropometri BB dan status gizi BB meningkat dan status gizi
normal
Biokimia Data penunjang hasil Data penunjang hasil pemeriksan
Pemeriksaanlaboratorium laboratotium mendekati normal
(Hb,Leukosit, LED)

Asupan Asupan makan ( energy Asupan makan berangsur


protein, lemak dan KH) membaik dan mendekati
> 75%
Fisik/klinis Keadaan umum KU, lemas, mual, muntah
berkurang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. MONITORING DAN EVALUASI ZAT GIZI

Hasil Recall Asupan Pasien sejak tanggal 1-3 Oktober 2019

Asupan Energi Protein Lemak KH


Tanggal makanan (kkal) (gr) (gr) (gr)

Kebutuhan 2348.3 kkal 89.7 gr 53.2 gr 389 gr

1 – 10 – 2019 Asupan 582.3 KKal 67 gr 12.3 gr 69.2 gr


% 24 % 74.1 % 22.6 % 17.7 %
2 – 10 – 2019 Asupan 431.3 KKal 54.8 gr 10.83 gr 42.7 gr
% 18 % 61 % 20.3 % 10.4 %
3 – 10 – 2019 Asupan 596.4 KKal 66.5 gr 14.1 gr 73.9 gr
% 24.9 % 74.1 % 26.5 % 18.9 %

Asupan energi yang cukup sangat diperlukan agar tubuh mampu


mempertahankan fungsi normalnya, sehingga organ tubuh dapat berfungsi dengan
baik terutama dalam proses metabolisme dalam tubuh.. Zat gizi yang di butuhkan
di antaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral yang
juga harus dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan oleh seorang individu. (Amelia,
2017)

Pemantauan dilakukan dengan cara recall 24 jam selama dirawat di rumah


sakit, mengamati perkembangan diet selama studi kasus mendalam dan wawancara
dengan pasien dan keluarga. Setelah pemantauan selama 3 Hari, hasil recall
menunjukkan bahwa asupan pasien masih mengalami naik-turun. Tabel di atas
menunjukkan bahwa Asupan makan hari pertama baik protein, lemak dan KH
masih kurang bahkan defisit dengan jumlah energi sebanyak 24%, dan pada hari
kedua tejadi penurunan menjadi 18%, pada hari ketiga asupan makan mengalami
sedikit peningkatan yakni 24.9%, dan angka ini sangat jauh dari kata cukup untuk
memenuhi kebutuhan asupan zat gizi pasien. Berkurangnya nafsu makan pada
penderita AIDS terjadi karena mereka rentan mengalami infeksi, termasuk infeksi
pada saluran cerna. Kondisi ini ditandai dengan gejala mual, muntah, dan diare.
Seiring berkembangnya penyakit, penderita AIDS juga bisa mengalami infeksi
jamur atau sariawan di mulut yang menganggu proses makan. (Adrian 2019)

B. PERKEMBANGAN DIET

Selama studi kasus berlangsung pasien diberi makanan Saring secara oral.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan zat gizi, pasien diberi diet AIDS II TETP 2394
KKal yang diberikan secara bertahap dimulai dari 1300 – 1500 kkal, walaupun
sudah diberikan secara bertahap tetapi asupan makan tidak mencapai 80%, hal ini
menandakan perkembangan diet pasien tidak mengalami kemajuan yang signifikan.

C. DATA BIOKIMIA

Tanggal Data Interprestasi


Nilai Normal
Pemeriksaan Laboratorium
29-09-2019 Albumin 2.70 g/dl 3.5-5.2 g/dl Rendah
Hemoglobin 10.8 g/dl 14-17 g/dl Rendah
Hematrokit 32 % 45-55 % Rendah
Eritrosit 4.4 jt/ml 4.7-6.1 jt/ml Rendah
Leukosit 5.7 ribu/ml 4.5-10.5 ribu/ml Normal
Trombosit 150 ribu/ml 150-450 ribu/ml Normal
Limfosit 13 % 20-40 % Rendah
1-10-2019
3 Metode;
Anti HIV
(Rapid Test)
-SD HIV ½ Reaktif
-Oncuprobe Reaktif
-Determine Reaktif
HIV ½
-CD4 Absolut 33
2-10-2019 Albumin 2.50 g/dl 3.5-5.2 g/dl Rendah
Pasien melakukan pemeriksaan laboratorium pada 28 september 2019, 1
Oktober 2019 dan 2 Oktober 2019. pemeriksaan laboratorium di lakukan untuk
menegakkan diagnosa penyakit dan juga memantau perkembangan pengobatan
terhadap suatu jenis penyakit tertentu melalui pemeriksaan tertentu. (Adrian 2019)

Berdasarkan tabel di atas, pasien memiliki kadar albumin 2.70 g/dl pada 29
September dan 2.50 g/dl pada 2 oktober. Kekurangan Albumin di tandai dengan
terjadinya pembengkakan (Edema) di beberapa bagian tubuh tertentu seperti
Pergelangan kaki, perut bahkan dapat menimbulkan sesak napas akibat
penumpukan cairan di dalam paru-paru. Hal ini di buktikan dengan adanya edema
di pergelangan kaki pasien, kekurangan albumin yang di pengaruhi oleh kurangnya
asupan protein kedalam tubuh pasien serta karena adanya infeksi HIV yang
menghambat penyerapan zat gizi ke dalam tubuh pasien. (Muhlisin 2019)

CD4 merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang bekerja pada orang
yang telah didiagnosis dengan human immunodeficiency virus (HIV). CD4+ adalah
jenis sel darah putih yang berperan penting dalam memerangi infeksi. Sel-sel CD4+
juga disebut T-limfosit, T-sel, atau sel T-helper. Berdasarkan tabel, Pasien memiliki
jumlah CD4 sebanyak 33sel/m³ dimana secara normal jumlahnya adalah >500
sel/m³. hal ini menyebabkan virus HIV dapat menyebar dengan mudah ke seuruh
tubuh pasien dan melemahkan sistem pertahanan kekebalan tubuh pasien.
(Muhlisin 2019)

Rapid test adalah sebuah test awal untuk mengetahui seseorang terjangkit virus
HIV atau tidak. Jika hasilnya reaktif, hal ini menandakan orang itu positif
mengalami pelemahan sistem kekebalan tubuh yang di sebabkan oleh Virus HIV.
(Saiful 2015)

D. DATA ANTROPOMETRI
Tanggal penimbangan BB (kg)
1 Oktober 2019 49 kg
3 Oktober 2019 49 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat
atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya
yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang
dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih
akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. (Depkes 2011)

Penimbangan pertama dilakukan pada tanggal 1 Oktober 2019, pasien memiliki


berat badan 49 Kg dan penimbangan kedua di lakukan pada 3 Oktober 2019 pasien
memiliki berat 49 Kg. hal ini merupakan pertanda bagus yang berarti pasien mampu
mempertahankan berat badan normalnya dengan IMT 18.9 Kg/m².

E. DATA KLINIS

Klinis 1 Okt 2019 2 Okt 2019 3 Okt 2019


Tekanan Darah 130/90 120/70 120/30
Respirasi 28 21 20
Nadi 84 90 72
Suhu 36.7°C 41°C 37.8°C

Berdasarkan table di atas, dapat di lihat bahwa pada hari kedua pemantauan
pasien mengalami demam tinggi dengan suhu tubuh 41°C. pada umumnya suhu
dalam keadaan normal adalah 36 - 37°C. demam disebabkan oleh beberapa factor,
diantaranya adalah rendahnya jumlah hematrokit dan eritrosit dalam tubuh. Kedua
zat ini memegang peran penting dalam darah sehingga dapat menyebabkan demam
apabila jumlahnya lebih tinggi atau lebih rendah dari batas normalnya. Demam juga
dapat di pengaruhi oleh rendahnya asupan zat gizi yang diserap oleh tubuh karena
Infeksi yang terjadi di dalam tubuh pasien. (Willy, 2018)

Pada pemeriksaan klinis yang diperhatikan adalah Tekanan darah,


pernapasan, nadi, dan suhu. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan,
Tekanan darah pasien tidak mengalami masalah dan terus berada pada titik normal,
begitu juga dengan Nadi. Berdasarkan hasil pemeriksaan suhu, di ketahui pasien
mengalami demam pada hari kedua pemantauan studi kasus kemudian suhu turun
lagi pada hari ketiga hal ini berkaitan dan di sebabkan oleh melemahnya sistem
imun pasien. Sedangkan pernapasan, pasien mengalami sesak napas pada hari
pertama pemantauan dengan jumlah respirasi sebanyak 28x/menit dan berangsur
membaik hingga hari ketiga sesak napas sudah hilang. Hal ini di sebabkan oleh
riwayat Pneumonia yang di alami oleh pasien.

F. DATA FISIK

Fisik 1 Okt 2019 2 Okt 2019 3 Okt 2019


Keadaan umum Lemas Lemas Lemas
Kesadaran CM CM CM
Wajah Pucat Pucat Pucat
Kaki bengkak Bengkak Bengkak
Lemas Ada Ada Ada
Mual dan Muntah Ada Ada Ada
Sesak Napas Ada Ada Tidak ada

Pemeriksaan fisik selalu dilakukan setiap hari pada keadaan umumnya.


sejak awal dan sampai selesai studi kasus keadaan pasien lemas, mual dan tidak
mengalami perkembangan yang baik. Hal ini di sebabkan oleh reaksi infeksi yang
di alami oleh pasien dan juga di sebabkan oleh rendahnya asupan zat gizi/makanan
ke dalam tubuh pasien. (Juliani 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Flora H, Kolibu FK,Maramis F 2019. Pengaruh Pemberian Penyulhan Kesehatan


terhadap Pengetahuan, sikap dan Tindakan Pencegahan HIV/AIDS di SMK
NEGERI 1 Likupang Barat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sam Rutulangi, Jakarta.

KEMENKES RI 2007. Laporan Perkembangan HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi


Menular Seksual (PMS) Triwulan I 2007, Jakarta

Mandal BK, Wilkins EGL, Dunbar EM, Mayon RT, edisi keenam. Penyakit
Infeksi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Alodokter 2019. www.Alodokter.com yang di akses pada 1-3 Oktober 2019


mengenai HIV/AIDS dan Pneumonia

Halosehat 2019. www.Halsehat.com yang di akses pada 2 Oktober 2019


mengenai HIV/AIDS dan Pneumonia

Calherang2019. www.calherang.com yang di akses pada 1-2 Oktober 2019


mengenai Pneumonia CAP

Researchgate 2019. www.research.net yang diakses pada 1-3 Oktober 2019


mengenai HIV/AIDS

Muslihin A, 2019. www.Honestdocs.id yang di akses pada tanggal 3-4 Oktober


2019

Medicalogy, 2018. www.medicalogy.com yang di akses pada 4 Oktober 2019

Wagustina, S dan Zulfah, S. (2018) Terapi Diet pada Berbagai Penyakit , Jurusan
Gizi, Poltekkes Kemenkes Aceh.

Anda mungkin juga menyukai