Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Disusun Oleh
Kelompok 4

No Nama Mahasiswa NIM

1. Angga Yudandi 1714301039


2. Amreza Maula 1714301040
3. Rindy Annelia 1714301041
4. Gita Guspita Sari 1714301042
5. Nada Salsabila 1714301043
6. Syaza 1714301044
7. Siti Rahma Bakri 1714301045
8. Senorita Bonita 1714301046
9. Adelia Putri 1714301047
10. Nabila Umi Kalsum 1714301048
11. Prima Dinar Ainur Rofiq 1714301049
12. Monica Holi Sakila 1714301050
13. Noviana Uly Sitinjak 1714301051

PROGRAM STUDI D IV POLTEKKES TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2019

1
Lembar Pengesahan

PROPOSAL

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Disusun Dalam Rangka Praktik Laboratorium MK. Pemberdayaan Masyarakat


Tk. II Semester IV Prodi D IV Keperawatan Tanjungkarang

Disusun Oleh
Kelompok 4

No Nama Mahasiswa NIM

1. Angga Yudandi 1714301039


2. Amreza Maula 1714301040
3. Rindy Annelia 1714301041
4. Gita Guspita Sari 1714301042
5. Nada Salsabila 1714301043
6. Syaza 1714301044
7. Siti Rahma Bakri 1714301045
8. Senorita Bonita 1714301046
9. Adelia Putri 1714301047
10. Nabila Umi Kalsum 1714301048
11. Prima Dinar Ainur Rofiq 1714301049
12. Monica Holi Sakila 1714301050
13. Noviana Uly Sitinjak 1714301051

Bandar Lampung, 29 April 2019

Disetujui Pembimbing

( Tumiur Sormin, SKM., M.Kes )

NIP. 195804241985032004

2
KATA PENGANTAR

Segala puji & syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan Proposal Pemberdayaan Masyarakat
melalui pemberdayaan kader posyandu mengenai pembangunan gizi.

Bandar Lampung,29 April 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 3

DAFTAR ISI......................................................................................................... 4

A. Pendahuluan ..................................................................................................... 5

B. Latar Belakang/Gambaran Situasi .................................................................... 6

C. Tujuan Pemberdayaan ...................................................................................... 7

D.Manfaat ............................................................................................................. 7

E. Waktu dan Tempat ........................................................................................... 8

F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 8

G. Rencana Implementasi ..................................................................................... 18

G. Pengorganisasian .............................................................................................. 18

H. Pembiayaan Program ....................................................................................... 19

I. Penutup .............................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

4
PRODI D.III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIKKESEHATAN TANJUNGKARANG
Kampus : Jl. Soekarno Hatta No. 1 Bandar Lampung Telp/Fax : (0721) 703580

PELATIHAN KADER POSYANDU MENGENAI PEMBANGUNAN GIZI


A. Pendahuluan

Penentu keberhasilan pembangunan kesehatan dan tidak terpisahkan dari pembangunan


nasional secara keseluruhan. Hal ini tercemin pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
yang terdiri dari umur harapan hidup, tingkat melek huruf dan pendapatan per kapita. IPM
yang rendah antara lain dipengaruhi oleh status gizi dan kesehatan yang berdampak pada
tingginya angka kematian bayi, balita dan ibu.

Status gizi pada anak menentukan pembangunan nasioanal karena anak merupakan
generasi yang akan melanjutkan pembangunan ini. Kalau status gizi anak tidak baik, ini
akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis pada anak tersebut. Masalah gizi
pada anak sering kita lihat dan dengar dari berbagai media seperti masalah gizi buruk
(marasmus maupun kwasiokor), gizi kurang (kekurangan zat mikro maupun makro)
maupun gizi lebih (obesitas).

Penanganan dan penanggulangan terhadap masalah ini butuh kefokusan dan


keseriusan dari semua stakeholder karena masalah ini bukan masalah anak itu sendiri,
melainkan masalah bersama yang harus diselesaikan segera. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat mealui Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu).

B. Latar Belakang/Gambaran Situasi

Keadaan kesehatan penduduknya merupakan salah satu daya tarik bagi domestic.
Sayangnya pada daerah desa kalijaga ini masih memiliki masalah dengan gizi .
Pengetahuan masyarakat tentang gizi masih rendah sehingga pada balita masih ditemukan
gangguan gizi dan gizi buruk. Bila balita mengalami gangguan gizi maka akibat yang akan
ditimbulkan antara lain: gizi buruk, gizi kurang, kwashiorkor, marasmus. Angka
kekurangan gizi yang dialami anak di bawah lima tahun (balita) di Kab. Perilaku dalam
merawat kebutuhan nutrisi balita, masih merupakan masalah di kabupaten ini yang
menyebabkan masih adanya balita dana anak yang berstatus kurang gizi dan gangguan gizi

Untuk itu kami mahasiswa POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN berencana akan melakukan pelatihan kader posyandu
mengenai pembangunan gizi.

5
Rumusan Masalah

Bagaimana strategi untuk pembangunan gizi di desa kalijaga?

C. Tujuan Pemberdayaan

a. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan para kader mampu memahami strategi untuk
pembangunan gizi didesa kalijaga?
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan kader dalam pengetahuan mengenai pembangunan gizi
2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam pembangunan gizi

D.Manfaat

1.Bagi Sasaran Program

3. Masyarakat dapat memahami tentang pembangunan gizi


4. Masyarakat dapat Meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam
pembangunan gizi

2. Bagi Institusi prodi D IV KeperawatanTanjungkarang

a) Terpenuhinya tugas mata kuliah pemberdayaan masyarakat pada tingkat II DIV


Keperawatan
b) Mahasiswa dapat belajar dan memperoleh pengamalan pada saat kegiatan
pemberdayaan masyarakat.

E. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan Pelatihan ibu/bapak kader di desa kalijaga dilaksanakan di balai desa. Untuk
Lama pelatihan Kader Posyandu selama 3 hari efektif, dengan jumlah jam = 72 jam
pelatihan. Pelatihan dilaksanakan dimulai tanggal 17 s/d 20 Maret 2019.

6
F. Tinjauan Pustaka

A. Pembangunan Gizi dan Kesehatan

1. Masalah Gizi di Indonesia


Atas dasar pemahaman ilmu gizi yang mendalam, kritis dan jelas serta
disampaikan dalam bahasa yang teratur, maka WHO (1948) menyatakan bahwa
‘setiap orang memiliki hak untuk menikmati hidup dengan kesehatan yang cukup
baik untuk diri dan keluarganya, termasuk cukup makanan yang bergizi dan aman’.
Berdasarkan deklarasi tersebut, maka sejak tahun 1950 di Indonesia telah didirikan
Lembaga Makanan Rakyat (LMR), dengan slogan yang sangat dikenal yaitu
‘empat sehat lima sempurna’. Namun dengan perkembangan ilmu gizi yang sangat
pesat dan adanya pengalaman dan hasil penelitian di banyak daerah di Indonesia
yang menunjukkan pembangunan gizi masih sangat jauh tertinggal dengan
pembangunan ekonomi bidang fisik, maka pedoman gizi Indonesia ditinjau
kembali dan berganti menjadi Pedoman Umum Gizi seimbang yang lebih ilmiah
dan dapat dipertanggung jawabkan secara individu maupun masyarakat.
2. Gizi dan Pembangunan
Laporan Bank Dunia tahun 1992 menyebutkan bahwa gizi yang baik dapat
merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik dan mental serta
menjamin status kesehatan anak sehingga anak dapat tumbuh sehat-cerdas-aktif
dan produktif. Kebijakan baru Bank Dunia sejak itu (1992) pada hakekatnya
memperkuat hasil penelitian gizi dan kesehatan mengenai adanya hubungan antara
gizi-kesehatan-pembangunan ekonomi secara makro.
Salah satu akibat dari krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat
termasuk kebutuhan pangan, yang berakibat pada penurunan kecukupan gizi,
selanjutnya menurunkan gizi dan status kesehatan masyarakat. Hal ini diantisipasi
dengan upaya interversi gizi melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada
keluarga miskin dan yang rawan gizi. Pelayanan perbaikan gizi dilakukan oleh
Puskesmas, Pustu, sedangkan PMT dilaksanakan oleh Posyandu atau ibu asuh.
Pelaksana teknis dilapang adalah tenaga pelaksana gizi Puskesmas dan bidan desa
(Depkes, 1999).
Akhir-akhir ini partisipasi masyarakat dirasakan menjadi sangat penting
karena disadari terdapat keterbatasan kemampuan pemerintah sehingga hasilhasil
program gizi lebih sulit dirasakan msyarakat luas. Oleh sebab itu Departemen

7
Kesehatan sendiri perlu merinci cara yang efektif untuk merangsang, mendorong
dan meningkatkan partisipasi tersebut. Padahal telah disadari bahwa keberhasilan
program terutama terletak pada peran serta seluruh masyarakat, sehingga potensi-
potensi yang ada, baik yang kelihatan maupun yang laten dapat digali agar dicapai
hasil yang optimal (Trihono, 1999).
Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan program, pada saat sekarang perlu
disiapkan rencana kegiatan program penyuluhan gizi-kesehatan dengan
memperhatikan kebutuhan informasi yang dirasakan masyarakat. Proses dapat
dimulai dengan mengenali kebutuhan masyarakat di bidang gizi (topik-topik yang
diinginkan untuk disuluhkan), menggali kekuatan yang ada dan mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan. Hal ini berbeda dengan kebijakan pemerintah yang pada
umumnya menggunakan pola berdasarkan kebutuhan sasaran (objective needs),
yaitu kegiatan yang direncanakan dibuat berdasarkan ide si pembuat
kebijaksanaan.
Dengan demikian pembangunan gizi harus mengupayakan program
perbaikan gizi langsung kepada kelompok sasaran yaitu penduduk miskin. Upaya
tersebut menurut Soekirman (2000) berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan
pendidikan. Sedangkan upaya tidak langsung berupa :
 Jaminan ketahanan pangan sehingga setiap keluarga dan penduduk miskin
dapat memperoleh makanan yang cukup bergizi
 Memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan daya beli
 Membangun dan mengembangkan industri kecil dan menengah untuk
penduduk miskin.

Disamping itu masih perlu upaya lain yang bersifat pemantauan pertumbuhan
anak Balita dan status kesehatan ibu dan anak (KIA) di Posyandu. Untuk program
revitalisasi Posyandu sangat penting sehingga perlu mendapat dukungan semua
pihak.
B. Pemberdayaan Keluarga di Bidang Gizi dan Kesehatan
Secara ekonomis, membiarkan anggota keluarga atau masyarakat mempunyai
masalah gizi berarti membiarkan potensi keluarga atau masyarakat bahkan bangsa itu
‘hilang’ begitu saja. Potensi itu dapat berupa pendapatan keluarga yang tidak dapat
diwujudkan karena anggota keluarga yang produktivitasnya rendah akibat kurang gizi

8
waktu umur balita. Oleh karena itu penting untuk pemberdayaan keluarga di bidang gizi
dan kesehatan. Pemberdayaan tersebut bertujuan untuk memperoleh kelayakan minimal
standar hidup, kemampuan bersaing sehingga produktifitas dan efisiensi meningkat, dan
akhirnya mutu hidup suatu keluarga atau masyarakat dapat tercapai.

 Standard hidup.

Tingkatan kesejahteraan/ kesehatan (dari suatu individu, kelompok atau populasi


suatu negeri) ketika diukur dengan tingkatan pendapatan (sebagai contoh, GNP per
kapita) atau oleh kwantitas berbagai jasa dan barang-barang yang dikonsumsi (
sebagai contoh, banyaknya kereta; mobil tiap 1,000 orang atau banyaknya pesawat
televisi per kapita.

 Produktivitas

Produktivitas ekonomi, efisiensi dari

 Keluaran jasa dan barang-barang /unit masukan- sebagai contoh, tiap unit tenaga
kerja (produktivitas pekerja keras), tiap satuan tenaga ( seperti GNP / satuan tenaga
penggunaan), atau tiap unit dari semua sumber daya produksi yang dikombinasikan.

Produktivitas suatu negara dengan potensi yang hilang itu dapat berupa
pendapatan nasional atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Menurut ADB
Nutrition and Developmen (2001) PDB yang hilang akibat kurang energi protein
(KEP), anemia gizi besi (AGB) dan gangguan akibat kurang Iodium (GAKI) pada
anak dan orang dewasa di Banglades berkisar antara 2 % - 5 % dari PDB.
B. Upaya Pembangunan Bidang Gizi dan Kesehatan
Merupakan aib bangsa Indonesia karena banyaknya bayi, anak balita dan ibu
melahirkan yang meninggal karena gizi buruk yang seharusnya dapat dicegah apabila
Posyandu-Polindes-Puskesmas dapat berfungsi optimal dengan pelayanan kesehatan
dasar yang bermutu. Empat masalah gizi utama di Indonesia sebenarnya dapat ditangani
dengan baik bila Puskesmas sebagai pusat pelayanan gizi dan kesehatan masyarakat
dapat berjalan optimal dan didukung potensi sumberdaya masyarakat.

9
C. Pemberdayaan Kader Posyandu Melalui Revitalisasi Posyandu
Tujuan pemberdayaan kader Posyandu adalah meningkatkan kemampuan dan
kinerja kader Posyandu sehingga mampu memepertahankan dan meningkatkan status
gizi serta kesehatan ibu dan anak. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
* Tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi, orientasi,
pelatihan atau penyegaran.
* Tercapainya pemantapan kelembagaan dengan terpenuhinya perlengkapan Posyandu.
* Terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan berkesinambungan

Revitalisasi Posyandu diutamakan pada Posyandu yang sudah tidak aktif /


rendah stratanya (pratama dan madya), dan Posyandu yang berada di daerah yang
sebagian besar penduduknya tergolong miskin. Adanya dukungan materi dan non
materi dari tokoh masyarakat setempat (baik pimpinan formal maupun informal)
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan Posyandu. Dukungan tokoh masyarakat
dipandang amat penting, karena komitmen dan dukungan mereka sangat
menentukan keberhasilan dan kesinambungan kegiatan Posyandu. Sebaiknya
revitalisasi Posyandu dilakukan setelah tokoh masyarakat menyampaikan komitmen.
Revitalisasi posyandu terdiri dari paket minimal dan paket pilihan. Sampai
saat ini masih ada paket minimal yang berupa perbaikan gizi (misalnya pemantauan
status gizi; PMT pemulihan untuk gizi buruk; MP-ASI dan penyuluhan gizi). paket
minimal ini juga melayani Kesehatan Ibu dan Anak (KIA); Keluarga Berencana
(KB); Imunisasi anak Balita maupun ibu hamil; Penanggulangan penyakit diare
(oralit).
Sedangkan paket pilihan berupa kegiatan pengembangan Posyandu, meliputi
berbagai program antara lain :
 Perkembangan anak yang dipadukan dengan Bina Keluarga Balita (BKB)
 Penemuan dini penderita lumpuh layu dan infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA)
 Penanggulangan penyakit endemis setempat seperti malaria, demam berdarah
dengue (DBD) dan gondok endemik.
 Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP)
 Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

10
Persiapan revitalisasi Posyandu umumnya dimulai dengan :
a). Advokasi ke Camat dan petugas lintas sektoral, Pokjanal Posyandu, Tim
Penggerak PKK, LSM dan tokoh masyarakat setempat. Kegiatan ini
bergabung dengan advokasi kegiatan JPS-BK lainnya.
b). Sosialisasi revitalisasi Posyandu ke petugas dan masyarakat untuk kesatuan
pemahaman dan tindakan.
c). Pertemuan dengan pokjanal Posyandu, Tim Penggerak PKK. LSM setempat,
Petugas Puskesmas termasuk Bidan di Desa, untuk bersama-sama menyusun
rencana kegiatan revitalisasi Posyandu di seluruh wilayah kecamatan.

Selanjutnya pelaksanaan revitalisasi Posyandu berupa :


a). Pemberdayaan tokoh masyarakat dalam bentuk advokasi/orientasi kepada para
tokoh masyarakat (baik formal maupun informal), karena mereka memegang
peranan penting dalam menentukan sukses tidaknya kegiatan Posyandu.
b). Pemberdayaan kader oleh petugas Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam
bentuk antara lain : pelatihan/penyegaran/jambore/lomba cerdas cermat.
Sebagai penghargaan atas jasanya kader dan keluarganya diberikan pelayanan
kesehatan dasar secara bebas biaya di Puskesmas setempat.
c). Pengadaan perlengkapan (alat masak) dan kebutuhan operasional Posyandu
lainnya.
d). Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kegiatan Posyandu. Salah satu
peran penting Posyandu adalah menjangkau sasaran yang tidak datang.
Khususnya keluarga miskin yang rawan gizi/kesehatan. Sasaran inilah yang
sangat memerlukan bantuan. Dalam kunjungan ke keluarga sasaran ditekankan
perlunya sasaran mengunjungi Posyandu terdekat sesuai dengan jadwal buka
Posyandu.
e). Kader diharapkan segera meminta petugas memberikan layanan kesehatan
yang sesuai, bila pada keluarga yang dikunjungi ditemukan:
 Anggota keluarga yang sakit
 Anggota keluarga yangmenderita kekurangan gizi
 Anggota keluarga yang ingin menjadi akseptor KB
 Ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas

11
Mengingat beragamnya wajah Posyandu di tanah air, maka Puskesmas,
Pokjanal Posyandu, Tim Penggerak PKK, Tokoh Masyarakat, Lembaga Masyarakat
dan LSM serta pengelola Posyandu setempat dapat melakukan modifikasi kegiatan
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Dalam kaitan ini, hal terpenting adalah
tercapainya tujuan untuk menjangkau seluruh keluarga rawan gizi dan kesehatan. Paket
bantuan biaya revitalisasi Posyandu dapat digunakan untuk :
1). Pemberdayaan tokoh masyarakat melalui advokasi dan orientasi masyarakat
2). Pemberdayaan kader melalui pelatihan dan penyegaran kader Posyandu.
3). Pengadaan perlengkapan alat masak, operasional Posyandu lainnya seperti ATK
dan barang habis pakai, pakaian seragam kader dan lain-lain
4). Pengganti transport kader apabila kader melakukan kunjungan ke keluarga sasaran
atau Posyandu.

Bantuan paket revitalisasi Posyandu tentu saja tidak mungkin mencukupi. Oleh
karena kegiatan ini penggalian dana swadaya masyarakat dengan dukungan tokoh
masyarakat setempat harus terus digalakan. Semangat gotong royong harus terus
ditumbuhkan, sehingga yang kaya wajib menjadi donatur, yang pintar memberi ilmu,
yang kuat memberi tenaga dan sebagainya.

D. Model Pembangunan – Gizi dan Kesehatan Untuk Menunjang Revitalisasi Posyandu


Sebagai dampak dari Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tentang Revitalisasi
Posyandu Nomor : 411.3/536/SJ tertanggal 3 Maret 1999, ada beberapa Pemerintah
Daerah, Lembaga Donor dan LSM menyediakan anggaran guna mendukung
Revitalisasi Posyandu penggunaannya dikoordinasikan.
Bidan desa melakukan pendataan sasaran dengan mengisi formulir daftar
keluarga miskin, kemudian membuat rencana pelaksanaan kegiatan PMT tingkat desa
berdasarkan jumlah sasaran. Puskesmas melakukan pengecekan data sasaran PMT
yang dilaporkan oleh bidan desa, kemudian membuat rencana pelaksanaan kegiatan
tingkat kecamatan dengan unit kos Rp1000 / hari untuk anak dan Rp1250 / hari untuk
ibu.
Dalam kehidupan manusia modern saat ini, kedudukan dan peranan
perencanaan sedemikian pentingnya, sehingga perlu berbagai aturan. Luasnya
pengertian gizi dan kesehatan dalam pembangunan menuntut semua lapisan
12
masyarakat untuk aktif memikirkan bagaimana revitalisasi Posyandu agar dapat
berjalan sesuai dengan fungsi pokok Posyandu sebagai pemantau pertumbuhan anak
Balita. Pembangunan gizi dan kesehatan berazaskan moralitas dan peri kemanusiaan
maka tidak sepantasnya program revitalisasi menjadi ‘proyek’ yang diperebutkan.
Oleh karena itu perlu rumusan bentuk model revitalisasi Posyandu yang berazaskan
kemanusiaan. ADB Nutrition and development Series No.3 (2001) telah memberikan
arah sebagai berikut :

 Make a Start

Marilah revitalisasi Posyandu dimulai dengan niat suci, dan dikerjakan dengan
benar. Keluarga miskin sebagai kelompok sasaran program sudah saatnya dijadikan
sebagai ‘subyek pembangunan’ gizi dan kesehatan, bukan lagi sebagai ‘obyek dari
program’ ataupun proyek.

 Make a Malnutrition Visible

Masih ada 100 juta rakyat Indonesia yang hidup sebagai orang miskin dan kurang
gizi. Dari 100 juta ada 40 juta orang yang hidup dalam kebodohan dan akrab
dengan penyakit. Untuk itu empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu : kurang
vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), Anemia gizi besi
(AGB), dan Kurang energi Protein (KEP) perlu dikenalkan kepada seluruh
pemimpin mulai dari lurah sampai dengan Presiden, termasuk kepada seluruh
anggota DPR dan DPRD (khususnya Komisi VII). Berdasarkan hal tersebut maka
revitalisasi Posyandu

 Do No Harm

Dalam melaksanakan advokasi dan sosialisasi tentang Revitalisasi Posyandu jangan


sampai terjadi ‘salah menjelaskan’ kepada penentu kebijakan. Dalam tahap ini perlu
dihilangkan kebiasaan menggunakan slogan kosong, sehingga data kegiatan
Posyandu yang paling efisien dan efektif perlu ditunjukkan sebagai bukti nyata
pentingnya kegiatan revitalisasi Posyandu. Selain itu dalam membangun gizi mau
tidak mau harus ada orang / kelompok orang se-profesi (profesional) yang bekerja
keras untuk mengenalkan pentingnya program gizi dan kesehatan. Untuk itu

13
diperlukan kerjasama dengan instansi riset dan teknologi, universitas, dan badan
badan dunia yang menangani masalah pembangunan gizi dan kesehatan.

 Build the Case

Dimulai dengan mencari teman atau mitra untuk melakukan revitalisasi Posyandu.
Pada umumnya para pejabat di daerah di Indonesia belum paham betul tentang
pentingnya ‘revitalisasi Posyandu’. Banyak cara untuk mengenalkan pentingnya
‘revitalisasi Posyandu’ kepada para penentu kebijakan sehingga kegiatan ini
mendapat perhatian dan dukungan dana yang memadai. Salah satu cara ‘ampuh’
untuk membuat orang lain tahu tentang pembangunan gizi dan kesehatan khususnya
revitalisasi Posyandu adalah dengan membuat buku atau menulis di koran, atau mass
media lain.

 Learn from the Process

Tahap terakhir dari upaya pelaksanaan pembangunan gizi dan kesehatan khususnya
revitalisasi Posyandu ini memerlukan renungan berbagai pihak yang terlibat
program secara langsung. Renungan ini berupaya untuk menemukan bentuk paling
ideal sesuai dengan kondisi lokal, sehingga revitalisasi posyandu berjalan dengan
efektif dan efisien.

Posyandu merupakan upaya untuk mengatasi kesenjangan-kesenjangan yang


umumnya terjadi di perdesaan, misalnya (a) Kesenjangan geografis dalam memperoleh
pelayanan KIA; (b) Kesenjangan informasi mengenai kesehatan ibu dan anak serta
perilaku hidup bersih dan sehat ; (c) Kesenjangan sosiobudaya antara petugas kesehatan
dan masyarakat yang dilayaninya ; (d) Kesenjangan ekonomi dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar dengan tarif yang murah dan bahkan gratis yang semuanya
untuk menunjang kelangsungan hidup anak.

14
G. Pengorganisasian

Ketua : Nada Salsabila

Sekretaris : Novianna Uly

Bendahara : Primadinar

Seksi Acara
1) Monica holi
2) Rahma
3) Syaza

Seksi Konsumsi

1) Senorita
2) ningtya
3) Nanda

Seksi Dokumentasi

1) Rizky

15
H. Pembiayaan Program

No Kegiatan / Sub Perhitungan


Kegiatan/ Jenis Volume Harga Satuan Jumlah Biaya
Kegiatan/ Rincian
Dana
1. Sie Acara
1. Print proposal 26 lembar Rp. 1.000,00 Rp. 26.000,00
2. Print undangan 5 lembar Rp. 1.000,00 Rp. 5.000,00
3. Print out materi 10 lembar Rp.1.000,00 Rp. 10.000,00
4. Foto Copy materi 30 lembar Rp. 250,00 Rp. 7.500,00
5. Print run down 3 lembar Rp. 500,00 Rp. 1.500,00
6. Print absensi 2 lembar Rp. 500,00 Rp. 1.000,00
2 Sie Konsumsi
1. Snack peserta 30orang Rp. 5.000,00 Rp. 150.000,00
dan panitia
2. Makan siang 30 orang Rp. 15.000,00 Rp. 450.000,00
peserta dan panitia

3 Sie Dokumentasi 20 buah Rp. 1.000,00 Rp. 717.500,00


1. Pamflet/brosur

I. Penutup

Demikian proposal ini kami ajukan untuk dipertimbangkan dan kiranya dapat disetujui demi
mensukseskan kegiatan Pelatihan pelatihan kader mengenai pembangunan gizi.

16
Daftar Pustaka

http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/82034_2.htm

http://jurnal.unpad.ac.id/mkk/article/view/16946

https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&channel=crow&q=carapemberdayaan+kader+mengnaigizi+balita

17

Anda mungkin juga menyukai