PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Disusun Oleh
Kelompok 4
1
Lembar Pengesahan
PROPOSAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Disusun Oleh
Kelompok 4
Disetujui Pembimbing
NIP. 195804241985032004
2
KATA PENGANTAR
Segala puji & syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan Proposal Pemberdayaan Masyarakat
melalui pemberdayaan kader posyandu mengenai pembangunan gizi.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................... 4
A. Pendahuluan ..................................................................................................... 5
D.Manfaat ............................................................................................................. 7
G. Pengorganisasian .............................................................................................. 18
I. Penutup .............................................................................................................. 19
4
PRODI D.III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIKKESEHATAN TANJUNGKARANG
Kampus : Jl. Soekarno Hatta No. 1 Bandar Lampung Telp/Fax : (0721) 703580
Status gizi pada anak menentukan pembangunan nasioanal karena anak merupakan
generasi yang akan melanjutkan pembangunan ini. Kalau status gizi anak tidak baik, ini
akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologis pada anak tersebut. Masalah gizi
pada anak sering kita lihat dan dengar dari berbagai media seperti masalah gizi buruk
(marasmus maupun kwasiokor), gizi kurang (kekurangan zat mikro maupun makro)
maupun gizi lebih (obesitas).
Keadaan kesehatan penduduknya merupakan salah satu daya tarik bagi domestic.
Sayangnya pada daerah desa kalijaga ini masih memiliki masalah dengan gizi .
Pengetahuan masyarakat tentang gizi masih rendah sehingga pada balita masih ditemukan
gangguan gizi dan gizi buruk. Bila balita mengalami gangguan gizi maka akibat yang akan
ditimbulkan antara lain: gizi buruk, gizi kurang, kwashiorkor, marasmus. Angka
kekurangan gizi yang dialami anak di bawah lima tahun (balita) di Kab. Perilaku dalam
merawat kebutuhan nutrisi balita, masih merupakan masalah di kabupaten ini yang
menyebabkan masih adanya balita dana anak yang berstatus kurang gizi dan gangguan gizi
5
Rumusan Masalah
C. Tujuan Pemberdayaan
a. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan para kader mampu memahami strategi untuk
pembangunan gizi didesa kalijaga?
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan kader dalam pengetahuan mengenai pembangunan gizi
2. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader dalam pembangunan gizi
D.Manfaat
Pelaksanaan Pelatihan ibu/bapak kader di desa kalijaga dilaksanakan di balai desa. Untuk
Lama pelatihan Kader Posyandu selama 3 hari efektif, dengan jumlah jam = 72 jam
pelatihan. Pelatihan dilaksanakan dimulai tanggal 17 s/d 20 Maret 2019.
6
F. Tinjauan Pustaka
7
Kesehatan sendiri perlu merinci cara yang efektif untuk merangsang, mendorong
dan meningkatkan partisipasi tersebut. Padahal telah disadari bahwa keberhasilan
program terutama terletak pada peran serta seluruh masyarakat, sehingga potensi-
potensi yang ada, baik yang kelihatan maupun yang laten dapat digali agar dicapai
hasil yang optimal (Trihono, 1999).
Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan program, pada saat sekarang perlu
disiapkan rencana kegiatan program penyuluhan gizi-kesehatan dengan
memperhatikan kebutuhan informasi yang dirasakan masyarakat. Proses dapat
dimulai dengan mengenali kebutuhan masyarakat di bidang gizi (topik-topik yang
diinginkan untuk disuluhkan), menggali kekuatan yang ada dan mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan. Hal ini berbeda dengan kebijakan pemerintah yang pada
umumnya menggunakan pola berdasarkan kebutuhan sasaran (objective needs),
yaitu kegiatan yang direncanakan dibuat berdasarkan ide si pembuat
kebijaksanaan.
Dengan demikian pembangunan gizi harus mengupayakan program
perbaikan gizi langsung kepada kelompok sasaran yaitu penduduk miskin. Upaya
tersebut menurut Soekirman (2000) berupa pelayanan dasar gizi, kesehatan dan
pendidikan. Sedangkan upaya tidak langsung berupa :
Jaminan ketahanan pangan sehingga setiap keluarga dan penduduk miskin
dapat memperoleh makanan yang cukup bergizi
Memperluas kesempatan kerja untuk meningkatkan daya beli
Membangun dan mengembangkan industri kecil dan menengah untuk
penduduk miskin.
Disamping itu masih perlu upaya lain yang bersifat pemantauan pertumbuhan
anak Balita dan status kesehatan ibu dan anak (KIA) di Posyandu. Untuk program
revitalisasi Posyandu sangat penting sehingga perlu mendapat dukungan semua
pihak.
B. Pemberdayaan Keluarga di Bidang Gizi dan Kesehatan
Secara ekonomis, membiarkan anggota keluarga atau masyarakat mempunyai
masalah gizi berarti membiarkan potensi keluarga atau masyarakat bahkan bangsa itu
‘hilang’ begitu saja. Potensi itu dapat berupa pendapatan keluarga yang tidak dapat
diwujudkan karena anggota keluarga yang produktivitasnya rendah akibat kurang gizi
8
waktu umur balita. Oleh karena itu penting untuk pemberdayaan keluarga di bidang gizi
dan kesehatan. Pemberdayaan tersebut bertujuan untuk memperoleh kelayakan minimal
standar hidup, kemampuan bersaing sehingga produktifitas dan efisiensi meningkat, dan
akhirnya mutu hidup suatu keluarga atau masyarakat dapat tercapai.
Standard hidup.
Produktivitas
Keluaran jasa dan barang-barang /unit masukan- sebagai contoh, tiap unit tenaga
kerja (produktivitas pekerja keras), tiap satuan tenaga ( seperti GNP / satuan tenaga
penggunaan), atau tiap unit dari semua sumber daya produksi yang dikombinasikan.
Produktivitas suatu negara dengan potensi yang hilang itu dapat berupa
pendapatan nasional atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Menurut ADB
Nutrition and Developmen (2001) PDB yang hilang akibat kurang energi protein
(KEP), anemia gizi besi (AGB) dan gangguan akibat kurang Iodium (GAKI) pada
anak dan orang dewasa di Banglades berkisar antara 2 % - 5 % dari PDB.
B. Upaya Pembangunan Bidang Gizi dan Kesehatan
Merupakan aib bangsa Indonesia karena banyaknya bayi, anak balita dan ibu
melahirkan yang meninggal karena gizi buruk yang seharusnya dapat dicegah apabila
Posyandu-Polindes-Puskesmas dapat berfungsi optimal dengan pelayanan kesehatan
dasar yang bermutu. Empat masalah gizi utama di Indonesia sebenarnya dapat ditangani
dengan baik bila Puskesmas sebagai pusat pelayanan gizi dan kesehatan masyarakat
dapat berjalan optimal dan didukung potensi sumberdaya masyarakat.
9
C. Pemberdayaan Kader Posyandu Melalui Revitalisasi Posyandu
Tujuan pemberdayaan kader Posyandu adalah meningkatkan kemampuan dan
kinerja kader Posyandu sehingga mampu memepertahankan dan meningkatkan status
gizi serta kesehatan ibu dan anak. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
* Tercapainya pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi, orientasi,
pelatihan atau penyegaran.
* Tercapainya pemantapan kelembagaan dengan terpenuhinya perlengkapan Posyandu.
* Terselenggaranya kegiatan Posyandu secara rutin dan berkesinambungan
10
Persiapan revitalisasi Posyandu umumnya dimulai dengan :
a). Advokasi ke Camat dan petugas lintas sektoral, Pokjanal Posyandu, Tim
Penggerak PKK, LSM dan tokoh masyarakat setempat. Kegiatan ini
bergabung dengan advokasi kegiatan JPS-BK lainnya.
b). Sosialisasi revitalisasi Posyandu ke petugas dan masyarakat untuk kesatuan
pemahaman dan tindakan.
c). Pertemuan dengan pokjanal Posyandu, Tim Penggerak PKK. LSM setempat,
Petugas Puskesmas termasuk Bidan di Desa, untuk bersama-sama menyusun
rencana kegiatan revitalisasi Posyandu di seluruh wilayah kecamatan.
11
Mengingat beragamnya wajah Posyandu di tanah air, maka Puskesmas,
Pokjanal Posyandu, Tim Penggerak PKK, Tokoh Masyarakat, Lembaga Masyarakat
dan LSM serta pengelola Posyandu setempat dapat melakukan modifikasi kegiatan
sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Dalam kaitan ini, hal terpenting adalah
tercapainya tujuan untuk menjangkau seluruh keluarga rawan gizi dan kesehatan. Paket
bantuan biaya revitalisasi Posyandu dapat digunakan untuk :
1). Pemberdayaan tokoh masyarakat melalui advokasi dan orientasi masyarakat
2). Pemberdayaan kader melalui pelatihan dan penyegaran kader Posyandu.
3). Pengadaan perlengkapan alat masak, operasional Posyandu lainnya seperti ATK
dan barang habis pakai, pakaian seragam kader dan lain-lain
4). Pengganti transport kader apabila kader melakukan kunjungan ke keluarga sasaran
atau Posyandu.
Bantuan paket revitalisasi Posyandu tentu saja tidak mungkin mencukupi. Oleh
karena kegiatan ini penggalian dana swadaya masyarakat dengan dukungan tokoh
masyarakat setempat harus terus digalakan. Semangat gotong royong harus terus
ditumbuhkan, sehingga yang kaya wajib menjadi donatur, yang pintar memberi ilmu,
yang kuat memberi tenaga dan sebagainya.
Make a Start
Marilah revitalisasi Posyandu dimulai dengan niat suci, dan dikerjakan dengan
benar. Keluarga miskin sebagai kelompok sasaran program sudah saatnya dijadikan
sebagai ‘subyek pembangunan’ gizi dan kesehatan, bukan lagi sebagai ‘obyek dari
program’ ataupun proyek.
Masih ada 100 juta rakyat Indonesia yang hidup sebagai orang miskin dan kurang
gizi. Dari 100 juta ada 40 juta orang yang hidup dalam kebodohan dan akrab
dengan penyakit. Untuk itu empat masalah gizi utama di Indonesia, yaitu : kurang
vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), Anemia gizi besi
(AGB), dan Kurang energi Protein (KEP) perlu dikenalkan kepada seluruh
pemimpin mulai dari lurah sampai dengan Presiden, termasuk kepada seluruh
anggota DPR dan DPRD (khususnya Komisi VII). Berdasarkan hal tersebut maka
revitalisasi Posyandu
Do No Harm
13
diperlukan kerjasama dengan instansi riset dan teknologi, universitas, dan badan
badan dunia yang menangani masalah pembangunan gizi dan kesehatan.
Dimulai dengan mencari teman atau mitra untuk melakukan revitalisasi Posyandu.
Pada umumnya para pejabat di daerah di Indonesia belum paham betul tentang
pentingnya ‘revitalisasi Posyandu’. Banyak cara untuk mengenalkan pentingnya
‘revitalisasi Posyandu’ kepada para penentu kebijakan sehingga kegiatan ini
mendapat perhatian dan dukungan dana yang memadai. Salah satu cara ‘ampuh’
untuk membuat orang lain tahu tentang pembangunan gizi dan kesehatan khususnya
revitalisasi Posyandu adalah dengan membuat buku atau menulis di koran, atau mass
media lain.
Tahap terakhir dari upaya pelaksanaan pembangunan gizi dan kesehatan khususnya
revitalisasi Posyandu ini memerlukan renungan berbagai pihak yang terlibat
program secara langsung. Renungan ini berupaya untuk menemukan bentuk paling
ideal sesuai dengan kondisi lokal, sehingga revitalisasi posyandu berjalan dengan
efektif dan efisien.
14
G. Pengorganisasian
Bendahara : Primadinar
Seksi Acara
1) Monica holi
2) Rahma
3) Syaza
Seksi Konsumsi
1) Senorita
2) ningtya
3) Nanda
Seksi Dokumentasi
1) Rizky
15
H. Pembiayaan Program
I. Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan untuk dipertimbangkan dan kiranya dapat disetujui demi
mensukseskan kegiatan Pelatihan pelatihan kader mengenai pembangunan gizi.
16
Daftar Pustaka
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/82034_2.htm
http://jurnal.unpad.ac.id/mkk/article/view/16946
https://www.google.com/search?client=firefox-b-
d&channel=crow&q=carapemberdayaan+kader+mengnaigizi+balita
17