Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan temperature 273,15 K (0ºC). Air
merupaka pelarut yang kuat, melarutkan banyak zat kimia. Zat-zat yang larut dengan
baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut sebagai zat-zat “hidrofilik” (pencinta
air), dan zat-zat yang tidak mudah tecampur dengan air (misalnya lemak dan
Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam
makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrien seperti bahan
organisme hidup. Salah satu pertimbangan penting dalam penentuan lokasi pabrik
pengolahan bahan makanan adalah adanya sumber air yang secara kualitatif
memenuhi syarat. Dalam pabrik pengolahan pangan, air diperlukan untuk berbagai
bahan (tenggelam atau mengambang), bahan baku proses, medium pemanasan atau
(Sudarmadji,2003).
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen di
samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air dapat ditemukan sebagai
air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi
tersebut. Sebenarnya air dapat terikat secara fisik, yaitu ikatan menurut sistem kapiler
dan air terikat secara kimia, antara lain air kristal dan air yang terikat dalam sistem
dispersi (Purnomo,1995).
1. Air bebas, air ini terdapat dalam ruang-ruang antar sel dan inter-granular dan pori-
2. Air yang terikat secara lemah, air ini teradsorbsi pada pemukaan kolloid
makromolekuler seperti protein, pektin pati, sellulosa. Selain itu air juga
terdispersi diantara kolloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam
sel. Air yang ada dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan
dapat dikristalkan pada proses pembekuan. Ikatan antara air bebas dengan kolloid
3. Air dalam keadaan terikat kuat, air ini membentuk hidrat. Ikatannya bersifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air ini tidak membeku meskipun
pada 0ºF.
Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat membantu terjadinya proses
Jumlah air bebas dalam bahan pangan yang dapat digunakan oleh
Sampai sekarang belum diperoleh sebuah istilah yang tepat untuk air yang
terdapat dalam bahan makanan. Istialah yang umumnya dipakai hingga sekarang ini
adalah “air terikat” (bound water). Walaupun sebenarnya istilah ini kurang tepat,
karena keterikatan air dalam bahan berbeda-beda, bahkan ada yang tidak terikat.
Karena itu, istilah “air terikat” ini dianggap suatu sistem yang mempunyai derajat
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe.
• Tipe I adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui suatu
ikatan hidrogen yang berenergi besar. Air tipe ini tidak dapat membeku pada
proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan dengan cara
pengeringan biasa. Air tipe ini terikat kuat dan sering kali disebut air terikat dalam
arti sebenarnya.
• Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air
lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dengan air minum.
Air ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan mengakibatkan
penurunan Aw (water activity). Jika air tipe II dihilangkan seluruhnya, kadar air
bahan akan berkisar 3-7 % dan kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai,
membran, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III inilah yang sering kali disebut
dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. Apabila air tipe ini
(water activity) kira-kira 0,8% tergantung dari jenis bahan dan suhu.
• Tipe IV adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni
Selain tipe-tipe air tersebut di atas, beberapa penulis membedakan pula air
imbibisi dan air Kristal. Air imbibisi merupakan air yang masuk kedalam bahan
pangan dan akan menyebabkan pengembangan volume, tetapi air ini tidak merupakan
komponen penyusun bahan tersebut. Misalnya air dengan beras bila dipanaskan akan
membentuk nasi, atau pembentukan gel dari bahan pati. Air Kristal adalah air terikat
dalam semua bahan, baik pangan maupun non pangan yang berbentuk kristal, seperti
Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut
dengan kadar air seimbang. Setiap kelembaban relatif tertentu dapat menghasilkan
Aw = ERH/100
Aw = aktivitas air
Bila diketahui kurva hubungan antara kadar air seimbang dengan kelembaban relatif
pada hakikatnya dapat menggambarkan pula hubungan antara kadar air dan aktivitas
air. Kurva sering disebut kurva Isoterm Sorpsi Lembab (ISL). Setiap bahan
mempunyai ISL yang berbeda dengan bahan lainnya. Pada kurva tersebut dapat
diketahui bahwa kadar air yang sama belum tentu memberikan Aw yang sama
tergantung macam bahannya. Pada kadar air yang tinggi belum tentu memberikan Aw
yang tinggi bila bahannya berbeda. Hal ini dikarenakan mungkin bahan yang satu
disusun oleh bahan yang dapat mengikat air sehingga air bebas relatif menjadi lebih
kecil dan akibatnya bahan jenis ini mempunyai Aw yang rendah (Wulanriky,2011).
Nilai Aw suatu bahan atau produk pangan dinyatakan dalam skala 0 sampai 1.
Nilai 0 berarti dalam makanan tersebut tidak terdapat air bebas, sedangkan nilai 1
menunjukkan bahwa bahan pangan tersebut hanya terdiri dari air murni. Kapang,
khamir, dan bakteri ternyata memerlukan nilai Aw yang paling tinggi untuk
pertumbuhannya. Niai Aw terendah dimana bakteri dapat hidup adalah 0,86. Bakteri-
bakteri yang bersifat halofilik atau dapat tumbuh pada kadar garam tinggi dapat
hidup pada nilai Aw yang lebih rendah yaitu 0,75. Sebagian besar makanan segar
mempunyai nilai Aw = 0,99. Pada produk pangan tertentu supaya lebih awet biasa
menambahkan suatu senyawa yang dapat mengikat air ( Ahmadi & Estiasih,2009).
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan Aw yaitu jumlah air bebas yang
memperpanjang daya tahan suatu bahan, sebagian air dalam bahan harus dihilangkan
dengan beberapa cara tergantung dari jenis bahan. Umumnya dilakukan pengeringan,
Kebanyakan makanan yang diolah dengan pemanasan dianggap telah steril secara
komersial yaitu makanan telah diproses dengan pemanasan untuk mematikan semua
(Buckle,1987).
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-110ºC selama 3 jam atau
sampai didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan
adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas,
dilakukan pemanasan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Seperti
bahan bekadar gula tinggi, minyak daging, kecap, dan lain-lain. kadang-kadang
H2SO4 pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat yang konstan. Untuk bahan
dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan
refraktometer disamping menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini, air dan
Disamping cara-cara fisik, ada pula cara-cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc
Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asetilen yang dihasilkan dari reaksi
kalsium karbida dengan bahan yang akan diperiksa. cara ini dipergunakan untuk
bahan-bahan seperti sabun, tepung, kulit, bubuk biji panili, mentega, dan sari buah.
Karl Fischer pada tahun 1935 menggunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi
kimia air dari titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodine, sulfur,
dioksida, dan piridina dalam methanol. Perubahan warna menunjukkan titik akhir
titrasi (Winarno.1992).
Kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan beragai cara antara
lain :
1. Metode pengeringan
3. Metode kimiawi
4. Metode fisis
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.
Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan yang berarti semua air sudah
• Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
• Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
mengalami oksidasi.
• Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun
sudah dipanaskan.
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan. Maka
dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan
(Sudarmadji.2003).
“pembawa” cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi dari pada air dan
tidak dapat bercampur dengan air serta mempunyai berat jenis lebih rendah dari pada
air. Zat kimia yang dapat digunakan antara lain : toluen, xylen, benzen,
tetrakhlorethilen dan xylol. Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia
sebanyak 75-100 ml pada sampel yang diberikan mengandung air sebanyak 2-5 ml
kemudian dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan
dan ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada
zat kimia tersebut maka air akan berada dibagian bawah pada tabung penampung.
Bila pada tabung penampung dilengkapi skala maka banyaknya dapat diketahui. Cara
destilasi ini baik untuk menentukan kadar air dalam zat yang kandungan airnya kecil
yang sulit ditentukan dengan cara gravimetri. Penetuan kadar air ini hanya
Ada beberapa cara penentuan kadar air dalam bahan secara kimiawi yaitu
antara lain :
Cara ini adalah dengan menitrasi sampel dengan larutan iodine dalam metanol.
Reagen lain yang digunakan dalam titrasi ini adalah sulfur dioksida dan piridin.
Metanol dan piridin digunakan untuk melarutkan yodin dan dan sulfur dioksida agar
reaksi dengan air menjadi lebih baik. Selain itu piridin dan methanol akan mengikat
asam sulfat yang terbentuk sehingga akhir titrasi dapat lebih jelas dan tepat. Selama
masih ada air dalam bahan, iodin akan bereaksi tetapi begitu air habis, maka iodin
memperjelas pewarnaan maka dapat ditambahkan metilen biru dan akhir titrasi akan
memberikan warna hijau. I2 dengan mtilen biru akan berubah warnanya menjadi
hijau. Cara titrasi ini telah berhasil dipakai untuk penentuan kadar air dalam alkohol,
ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati, tepung gula, madu, dan bahan makanan yang
dikeringkan. Cara ini banyak dipakai karena memberikan harga yang tepat dan
dikerjakan cepat. Tingkat ketelitiannya lebih kurang 0,5 mg dan dapat ditingkatkan
Cara ini berdasarkan reaksi antara kalsium karbid dan air menghasilkan gas
asetilin. Cara ini sangat cepat dan tidak memerlukan alat yang rumit. Jumlah asetilin
• Menimbang campuran bahan dan karbid sebelum dan sesudah reaksi ini selesai.
• Mengumpulkan gas asetilin yang terbentuk dalam ruangan tertutup dan mengukur
volumenya.
Dengan volume yang diperoleh tersebut dapat diketahui banyaknya asetilin dan
• Dengan mengukur tekanan gas asetilin yang terbentuk jika reaksi dikerjakan dalam
ruang tertutup. Dengan mengetahui tekanan dan volme asetilin dapat diketahui
tembaga asetilin yang dapat ditentukan secara gravimetri atau volumetri atau
karbid dengan bahan. Penentuan kadar air cara ini dapat dikerjakan sangat singkat
Penentuan kadar air cara ini berdasarkan reaksi asetil khlorida dan air
menghasilkan asam yang dapat dititrasi menggunakan basa. Asetil khlorida yang
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara secara fisis ini antara lain :
resonance). (Sudarmadji,2003).
yang maksimum. Berbagai cara dilakukan untuk mempercepat pindah panas dan
• Luas pengeringan
menguap sehingga kecepatan penguapan lebih cepat dan bahan lebih cepat kering.
Ukuran yang kecil menyebabkan penurunan jarak yang harus ditempuh oleh panas.
• Suhu
Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung oleh
udara tersebut sebelum terjadi kejenuhan. Dapat disimpulkan bahwa udara bersuhu
tinggi lebih cepat mengambil air dari bahan pangan sehingga proses pengeringan
lebih cepat.
Udara yang beregerak akan lebih cepat mengambil uap air dibandingkan udara
diam. Pada proses pegerakan udara, uap air dari bahan akan diambil dan terjadi
• Kelembaban udara
• Tekanan atmosfer
Pada tekanan udara 1 atm (760 cmHg) air mendidih pada suhu 100ºC diketinggian
0 m dari permukaan laut. Jika tekanan udara lebih rendah dari 1 atm, air lebih
cepat mendidih dan titik didih lebih rendah dari 100ºC. Jika pengeringan bahan
• Penguapan air
Penguapan atau evaporasi merupakan proses penghilangan air dari bahan pangan
yang dikeringkan sampai diperoleh produk kering yang stabil. Pada proses
penguapan air dari permukaan bahan, terjadi proses pengambilan energi dari bahan
• Lama pengeringan
Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang pendek dapat lebih menekan
kerusakan bahan pangan dibandingakan dengan pengeringan yang lebih lama dan