Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk ketika sistem kekebalan tubuh membangun tembok yang mengelilingi bakteri dalam paru.1 TB paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita TB paru merupakan sumber penyebab penularan TB paru pada populasi di sekitarnya.2 Sampai saat ini penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan yang utama, baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan laporan WHO tahun 2015 diperkirakan sekitar 9,6 juta orang terinfeksi TB. Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%).3 Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan China dalam hal jumlah penderita TB paru sekitar 583 ribu orang, dan diperkirakan sekitar 140 ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat TB Paru.4 Tahun 2014 diperkirakan angka prevalensi TB di Indonesia sebesar 272 per 100.000 penduduk dan angka insiden sebesar 183 per 100.000 penduduk serta angka kematian akibat TB (tanpa TB dengan HIV positif) yang diperkirakan mencapai 25 per 100.000 penduduk.3 Kalimantan Barat tahun 2011 terdapat jumlah kasus TB paru sebanyak 4.367, tahun 2012 kasus TB paru sebanyak 4.629, tahun 2013 sebanyak 4.806 kasus, dan terus meningkat hingga 2015 sebanyak 5.569 berdasarkan laporan seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.5 Kabupaten Kubu Raya yang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat pada tahun 2016 didapatkan kasus TB paru sebanyak 223 kasus, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2015-2017 ditemukan 68 kasus baru TB paru.6
1 2
Sekitar 75% penderita TB paru adalah kelompok usia produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang penderita TB paru dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain merugikan secara ekonomis, TB paru juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial bahkan kadang dikucilkan oleh masyarakat.4 Seiring dengan pertumbuhan wilayah, baik wilayah dalam pengertian administratif maupun ekosistem, masalah kesehatan akan berubah dari waktu ke waktu, serta berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini akan menyebabkan variabilitas masalah antar wilayah dan betapapun kecilnya tiap wilayah (spasial) akan memiliki “local specificity”. Pendekatan spasial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spasial. Analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan salah satu metode penting untuk surveilans dan monitoring kesehatan masyarakat. Hal ini karena fungsi SIG dalam bidang kesehatan yang dapat menghasilkan gambaran spasial dari peristiwa kesehatan, menganalisis hubungan antar lokasi, lingkungan dan kejadian penyakit. Selain itu SIG dapat menstratifikasi faktor risiko suatu penyakit berdasarkan kondisi lingkungan. 7 Penelitian sebelumnya yang dilakukan Fachrudin Ali Achmad, dalam penelitiannya “Analisis Spasial Penyakit TB Paru BTA Positif di Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2007-2009” didapatkan hasil penelitian bahwa secara spasial variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan fasilitas pelayanan kesehatan mikroskopis berpengaruh terhadap jumlah kasus TB paru BTA positif di Kecamatan Tebet.8 Sampai saat ini belum diketahui pola spasial yang rinci mengenai distribusi kasus TB paru di Kabupaten Kubu Raya. Dengan pendekatan secara spasial, tiap wilayah dapat mengonsentrasikan wilayah tersebut untuk dapat menanggulangi permasalahan kesehatan yang dianggap sebagai prioritas utama.7 Bedasarkan data kejadian kasus TB paru, Puskesmas Rasau Jaya termasuk wilayah dengan kasus TB kedua terbanyak di Kabupaten Kubu Raya. Gambaran spasial kasus penyakit TB 3
paru diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko lingkungan terhadap
penyebaran penyakit TB paru khususnya di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran hasil analisis spasial sebaran dan faktor resiko lingkungan pada kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015-2017?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran hasil analisis spasial sebaran dan faktor resiko lingkungan pada kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015-2017 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui sebaran jumlah kasus TB paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015-2017 2. Mengetahui hasil analisis secara spasial kelembaban udara, suhu udara, curah hujan, rumah sehat dengan jumlah kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015-2017
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah, di samping itu diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai analisis spasial sebaran dan faktor resiko TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya, serta memberikan dasar pengembangan penelitian bagi peneliti selanjutnya mengenai perkembangan penyakit TB paru dan penanggulangannya. 4
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya di bidang epidemiologi, dapat menjadi bahan referensi dan kepustakaan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang, terutama dengan metode dan variabel yang lebih kompleks, serta ikut berperan dalam peningkatan bidang penelitian tingkat fakultas yang merupakan salah satu upaya dalam menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 1.4.3 Bagi Masyarakat Memberikan pengetahuan tambahan bagi masyarakat tentang faktor resiko lingkungan yang memengaruhi kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya 2015-2017, sehingga diharapkan di masa yang akan datang kasus TB paru dapat lebih ditekan. 1.4.4 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait Memberikan informasi mengenai analisis lingkungan terhadap kasus TB paru dengan pendekatan spasial di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya 2015-2017, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan dan Instansi terkait dalam kebijakan maupun langkah-langkah pengendalian dan pemberantasan TB paru. 5
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Penelitian Sebelumnya Penelitian yang akan dilakukan Judul : Analisis Spasial Sebaran Kasus TB paru Ditinjau dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah di Kabupaten Pekalongan Desain : Observasional analitik dengan Desain : Deskriptif Observasional rancangan penelitian case control Rancangan Penelitian : Cross Sectional Peneliti : Ruswanto B Lokasi : Pekalongan Lokasi : Kubu Raya Tahun : 2010 Tahun : 2017 Analisis Spasial, Korelasi Dan Tren Kasus Tb Paru Bta Positif Menggunakan Web Sistem Informasi Geografis Di Kota Kendari Desain : Analitik Observasional Desain : Deskriptif Observasional Peneliti : Hastuti T Lokasi : Kendari Lokasi : Kubu Raya Tahun : 2016 Tahun : 2017 Analisis Spasial Sebaran Kasus TB paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado Bulan Januari – Juni Tahun 2016 Desain : Deskriptif Obervasional Peneliti : Panigoro MNA Lokasi : Manado Lokasi : Kubu Raya Tahun : 2016 Tahun : 2017