Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis atau TB paru merupakan penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan paling sering menyerang
parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil
dan keras yang terbentuk ketika sistem kekebalan tubuh membangun tembok yang
mengelilingi bakteri dalam paru.1 TB paru ini bersifat menahun dan secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan.
Mikobakterium ini ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang
penderita TB paru merupakan sumber penyebab penularan TB paru pada populasi
di sekitarnya.2
Sampai saat ini penyakit TB paru masih menjadi masalah kesehatan yang
utama, baik di dunia maupun di Indonesia. Berdasarkan laporan WHO tahun 2015
diperkirakan sekitar 9,6 juta orang terinfeksi TB. Pada tahun 2014, jumlah kasus
TB paru terbanyak berada pada wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara
(28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%).3 Indonesia menempati urutan ketiga
di dunia setelah India dan China dalam hal jumlah penderita TB paru sekitar 583
ribu orang, dan diperkirakan sekitar 140 ribu orang meninggal dunia tiap tahun
akibat TB Paru.4 Tahun 2014 diperkirakan angka prevalensi TB di Indonesia
sebesar 272 per 100.000 penduduk dan angka insiden sebesar 183 per 100.000
penduduk serta angka kematian akibat TB (tanpa TB dengan HIV positif) yang
diperkirakan mencapai 25 per 100.000 penduduk.3 Kalimantan Barat tahun 2011
terdapat jumlah kasus TB paru sebanyak 4.367, tahun 2012 kasus TB paru sebanyak
4.629, tahun 2013 sebanyak 4.806 kasus, dan terus meningkat hingga 2015
sebanyak 5.569 berdasarkan laporan seksi Bimdal Pemberantasan Penyakit Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.5 Kabupaten Kubu Raya yang merupakan
salah satu kabupaten di Kalimantan Barat pada tahun 2016 didapatkan kasus TB
paru sebanyak 223 kasus, sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya
Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2015-2017 ditemukan 68 kasus baru TB paru.6

1
2

Sekitar 75% penderita TB paru adalah kelompok usia produktif secara


ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan seorang penderita TB paru dewasa akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan, hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Selain
merugikan secara ekonomis, TB paru juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial bahkan kadang dikucilkan oleh masyarakat.4
Seiring dengan pertumbuhan wilayah, baik wilayah dalam pengertian
administratif maupun ekosistem, masalah kesehatan akan berubah dari waktu ke
waktu, serta berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini akan menyebabkan
variabilitas masalah antar wilayah dan betapapun kecilnya tiap wilayah (spasial)
akan memiliki “local specificity”. Pendekatan spasial di sektor kesehatan
merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi
problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spasial.
Analisis spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG)
merupakan salah satu metode penting untuk surveilans dan monitoring kesehatan
masyarakat. Hal ini karena fungsi SIG dalam bidang kesehatan yang dapat
menghasilkan gambaran spasial dari peristiwa kesehatan, menganalisis hubungan
antar lokasi, lingkungan dan kejadian penyakit. Selain itu SIG dapat menstratifikasi
faktor risiko suatu penyakit berdasarkan kondisi lingkungan. 7
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Fachrudin Ali Achmad, dalam
penelitiannya “Analisis Spasial Penyakit TB Paru BTA Positif di Kota Administrasi
Jakarta Selatan Tahun 2007-2009” didapatkan hasil penelitian bahwa secara spasial
variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan fasilitas pelayanan kesehatan
mikroskopis berpengaruh terhadap jumlah kasus TB paru BTA positif di
Kecamatan Tebet.8
Sampai saat ini belum diketahui pola spasial yang rinci mengenai distribusi
kasus TB paru di Kabupaten Kubu Raya. Dengan pendekatan secara spasial, tiap
wilayah dapat mengonsentrasikan wilayah tersebut untuk dapat menanggulangi
permasalahan kesehatan yang dianggap sebagai prioritas utama.7 Bedasarkan data
kejadian kasus TB paru, Puskesmas Rasau Jaya termasuk wilayah dengan kasus TB
kedua terbanyak di Kabupaten Kubu Raya. Gambaran spasial kasus penyakit TB
3

paru diharapkan dapat mengidentifikasi faktor-faktor risiko lingkungan terhadap


penyebaran penyakit TB paru khususnya di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran hasil analisis spasial sebaran dan faktor resiko
lingkungan pada kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten
Kubu Raya tahun 2015-2017?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran hasil analisis spasial sebaran dan faktor resiko
lingkungan pada kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten
Kubu Raya tahun 2015-2017
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui sebaran jumlah kasus TB paru BTA positif di wilayah kerja
Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015-2017
2. Mengetahui hasil analisis secara spasial kelembaban udara, suhu udara, curah
hujan, rumah sehat dengan jumlah kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya tahun 2015-2017

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan
penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah, di samping itu diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai analisis spasial
sebaran dan faktor resiko TB paru di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya
Kabupaten Kubu Raya, serta memberikan dasar pengembangan penelitian
bagi peneliti selanjutnya mengenai perkembangan penyakit TB paru dan
penanggulangannya.
4

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
di bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya di bidang epidemiologi,
dapat menjadi bahan referensi dan kepustakaan bagi penelitian sejenis di
masa yang akan datang, terutama dengan metode dan variabel yang lebih
kompleks, serta ikut berperan dalam peningkatan bidang penelitian tingkat
fakultas yang merupakan salah satu upaya dalam menerapkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan tambahan bagi masyarakat tentang faktor
resiko lingkungan yang memengaruhi kasus TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya 2015-2017, sehingga
diharapkan di masa yang akan datang kasus TB paru dapat lebih ditekan.
1.4.4 Bagi Dinas Kesehatan dan Instansi Terkait
Memberikan informasi mengenai analisis lingkungan terhadap
kasus TB paru dengan pendekatan spasial di wilayah kerja Puskesmas
Rasau Jaya 2015-2017, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi Dinas Kesehatan dan Instansi terkait dalam kebijakan
maupun langkah-langkah pengendalian dan pemberantasan TB paru.
5

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


Penelitian Sebelumnya Penelitian yang akan dilakukan
Judul : Analisis Spasial Sebaran Kasus
TB paru Ditinjau dari Faktor
Lingkungan Dalam dan Luar Rumah
di Kabupaten Pekalongan
Desain : Observasional analitik dengan Desain : Deskriptif Observasional
rancangan penelitian case control Rancangan Penelitian : Cross Sectional
Peneliti : Ruswanto B
Lokasi : Pekalongan Lokasi : Kubu Raya
Tahun : 2010 Tahun : 2017
Analisis Spasial, Korelasi Dan Tren Kasus Tb
Paru Bta Positif Menggunakan Web Sistem
Informasi Geografis Di Kota Kendari
Desain : Analitik Observasional Desain : Deskriptif Observasional
Peneliti : Hastuti T
Lokasi : Kendari Lokasi : Kubu Raya
Tahun : 2016 Tahun : 2017
Analisis Spasial Sebaran Kasus TB paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Ranotana Weru
Kota Manado Bulan Januari – Juni Tahun
2016
Desain : Deskriptif Obervasional
Peneliti : Panigoro MNA
Lokasi : Manado Lokasi : Kubu Raya
Tahun : 2016 Tahun : 2017

Anda mungkin juga menyukai