Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KKPMT – VI (Anatomi dan Fisiologi)

“PATOLOGI CEDERA / INJURY”


Dosen Pembimbing : dr. Suhartatik M.Kes

Disusun oleh :
Husnul Khotimah 171151002
Nanssi F 171151008
Vicky Oktalutfianto 171151012
Devi Kumala Sari 171151018
Tita Yuliasari 171151021

Semester V
PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
STIKes WIDYA CIPTA HUSADA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Anfis dan Patologi yang
berjudul “PATOLOGI CEDERA / INJURY”. Adapun makalah ini tentunya dengan
bantuan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam pembuatan makalah ini mulai dari penyusunan maupun materi tersebut.
Untuk itu diperlukan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki
makalah ini lebih baik lagi. Penyusun berharap makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai patologi cedera/injury.

Kepanjen, 24 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

2.1 Anatomi dan Potongan Tubuh ...................................................................... 2

2.2 Pengertian dan Penggolongan Cedera/Injury ................................................ 3

2.3 Proses Terjadinya Cedera/Injury ................................................................... 5

2.4 Bentuk dan Jenis Cedera/Injury .................................................................... 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 17

3.2 Saran ............................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh
yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi.Cedera
adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian
daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,
gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.
Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada
ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya
memerlukan pertolongan yang profesional dengan segera.Cara yang lebih
efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami beberapa jenis cedera
dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan respon terhadap cedera
tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga dapat
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera,
bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana
mengobatinya dan kapan meminta pengobatan secara profesional
(memeriksakan diri ke dokter).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Anatomi dan Potongan Tubuh ?
2. Apa pengertian dan Penggolongan Cedera/Injury ?
3. Bagaimana Proses Terjadinya Cedera/Injury?
4. Apa saja Bentuk dan Jenis Cedera/Injury?

1.3 Tujuan
1. Agar memahami Tentang Anatomi dan Potongan Tubuh
2. Agar memahami Tentang pengertian dan Penggolongan Cedera/Injury
3. Agar memahami Tentang Proses Terjadinya Cedera/Injury
4. Agar memahami Tentang Bentuk dan Jenis Cedera/Injury

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Potongan Tubuh

2
Potongan tubuh manusia:
1. Bidang sagital membagi tubuh menjadi dua bagian kanan dan kiri sama
besar
2. bidang koronal membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang
a. bagian depan disebut anterior
b. bagian belakang disebut posterior
3. bidang transversal membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah
a. bagian atas disebut superior
b. bagian bawah disebut inferior

2.2 Pengertian dan Penggolongan Cedera/Injury


A. Pengertian Cedera/Injury
Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba–tiba
mengalami penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang batas
toleransi fisiologi atau akibat dari kurangnya satu atau lebih elemen penting
seperti oksigen (WHO 2014). Cedera pada anak dapat berupa cedera yang tidak
disengaja (Unintetional injury) dan cedera yang disengaja (Intentional injury)
(european child safety alliance, 2014; california injury prefention network,2012)
berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cedera adalah
sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu trauma atau
tekanan fisik maupun kimiawi.
B. Penggolongan Cedera
Menurut Hardianto (2005), klasifikasi cedera sebagai berikut:
1. Berdasarkan berat ringannya, cedera dapat diklasifiksikan menjadi:
a. Cedera ringan
Cedera yang tidak di ikuti kerusakan yang berarti pada jaringan
tubuh kita, misalnya kekakuan otot, dan kelelahan. Pada cedera rinhan
biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun, dan cedera akan sembuh
dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
b. Cedera berat

3
Cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat kerusakan
jaringan tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah
tulang. Kriteria cidera berat :
a. kehilangan substansi atau kontinuitas
b. rusaknya atau robeknya pembuluh darah.
c. Peradangan lokal (ditandai oleh kalor atau panas , rubor atau
kemerahan, tumor atau bengkak , dolor atau nyeri, fungsi olesi atau
tidak dapat digunakan secara normal).
2. Berdasarkan jaringan yang terkena, cedera dapat diklasifikasikan
menjadi :
a. Cedera jaringan lunak
Beberapa cedera jaringan lunak :
1) Cedera pada kulit ,cedera yang paling sering adalah eksoriasi
(lecet), laserasi (robek) , maupun punctum (tusukan)
2) Cedera pada otot atau tendon dan ligamen
a) Strain adalah cedera yang terjadi pada otot dan tendon
biasanya disebabkan oleh adanya regangan yg berlebihan.
Gejala : nyeri yang terlokalisasi , kekakuan , bengkak ,
hematom disekitar daerah yang cedera.
b) Sprain, adalah cedera yang disebabkan adanya peregangan
yang berlebihan sehingga terjadi cedera pada ligamen.
Gejala : Nyeri, bengkak , hematoma , tidak dapat
menggerakan sendi, kesulitan untuk menggunakan
ekstremitas yang cedera.
b. Cedera jaringan keras
Cedera ini terjadi pada tulang atau sendi dapat ditemukan bersama
dengan cedera jaringan lunak. Yang termasuk cedera ini :
1) Fraktur (Patah Tulang) yaitu discontinuitas struktur jaringan
tulang. Penyebabnya adalah, tulang mengalami suatu trauma
(ruda paksa) melebihi batas kemampuan yang mampu di

4
terimanya. Bentuk dari patah tulang dapat berupa retakan saja
sampai dengan hancur berkeping – keping.
2) Dislokasi adalah sebuah keadaan dimana posisi tulang pada
sendi tidak pada tempat yang semestinya.

2.3 Proses Terjadinya Cedera/Injury


Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar, Cotran &
robbins, 2007)
A. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti
mempertahankan osmolaritas seluler, proses transpor, sintesis protein dan jalur
metabolik dasar hilangnya sintesis ATP menyebabkan penutupan segera jalur
homeostasis.
B. Deprivasi oksigen
Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejak sel pada iskemia.
C. Hilangnya homeostasis Kalsium
Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor kalsium yang
bergantung pada ATP iskemia atau toksin menyebabkan masuknya kalsium
ekstrasel diiikuti pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium
sitosol akan mengaktivasi fosfolipase (pencetus kerusakan membran) 10
prostase (katabolisator protein membran dan struktural), ATP ase (mempercepat
deplesi ATP) dan endonuklease (pemecah materi genetik).
D. Defek pemeabilitas membran plasma
Membran plasma dapat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus,
komponen komplemen, limfosit sitolitik, agen fisik maupun kimiawi perubahan
permeabilitas membran dapat juga disebabkan oleh hilangnya sintesis ATP atau
aktivasi fosfolipase yang dimediasi kalsium.
E. Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan produk pemecahan
lipid menyebabkan pembentukan saluran membran mitokondria interna dengan

5
kemampuan konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini memungkinkan gradien
proton melintasi membran mitokondria sehingga mencegah pembentukan ATP.
2.4 Bentuk dan Jenis Cedera/Injury
A. Cedera superfisial
Luka lecet sering dialami akibat dari kecelakaan dirumah seperti tergores
pisau atau terkena benda tajam lainya baik dengan sengaja maupun tidak sengaja
yang dapat membuat luka. Menurut Sinta Prastiana Dewi (2010:11) lecet
merupakan kerusakan jaringan luar apabila permukaan kulit terkelupas akibat
benda yang keras dan kasar yang menyebabkan terjadinya perdarahan pembuluh
darah kapiler. Orang yang mengalami luka lecet akan mengalami rasa perih pada
bagian yang terluka, tergantung seberapa dalam goresan benda tajam terhadap
kulit dan perlu tindakan pertolongan pertama disertai dengan pengetahuan medis
dan metode pertolongan yang tepat dalam menangani orang yang mengalami
perdarahan.
Pada tingkatan yang ringan, luka lecet umumnya dapat ditangani sendiri di
rumah. Namun perlu diingat, Anda harus mencuci tangan dengan air dan sabun
hingga bersih sebelum membersihkan luka. Berikut cara yang dapat dilakukan
sebagai upaya perawatan luka. Di antaranya:
1. Bersihkan luka dari kotoran yang mungkin menempel di bawah air mengalir
atau menggunakan larutan garam (cairan saline) steril hingga bersih.
2. Gunakan sabun lembut seperti sabun bayi untuk membersihkan luka.
Sebaiknya hindari menggunakan bahan-bahan pembersih mengandung
alkohol, iodine, ataupun hidrogen peroksida langsung di luka terbuka
karena dapat menyebabkan iritasi dan perih.
3. Oleskan antibiotik untuk membuat luka tetap lembap, sehingga
mempercepat penyembuhan, serta mencegah infeksi.
4. Tutup luka dengan kasa steril yang lembut dan ganti setiap hari.
5. Obat pereda nyeri terkadang diperlukan untuk menangani luka lecet yang
terasa sakit dan berukuran besar. Tetapi, hindari
mengonsumsi aspirin karena berisiko memperpanjang waktu perdarahan.

6
6. Hindari luka dari pajanan sinar matahari untuk
mencegah hiperpigmentasi permanen.
7. Periksakan ke dokter jika perdarahan luka lecet tidak berhenti, darah
muncrat keluar, pinggiran luka menganga terbuka, luka disebabkan oleh
sesuatu yang kotor dan berkarat, dan area luka terasa kebas.
8. Hindari mengoleskan salep ataupun bahan selain obat luka, kecuali
dilakukan atau dianjurkan oleh dokter.
9. Jika terdapat memar atau bengkak, kompres dengan es.

B. Luka Terbuka
Luka terbuka adalah cedera yang melibatkan kerusakan eksternal atau
internal dalam jaringan tubuh, biasanya melibatkan kulit. Hampir setiap orang
akan mengalami luka terbuka di beberapa titik dalam hidup
mereka. Kebanyakan luka terbuka bersifat ringan dan dapat dirawat di rumah.
Jatuh, kecelakaan dengan benda tajam, dan kecelakaan mobil adalah penyebab
paling umum dari luka terbuka. Dalam kasus kecelakaan serius, Anda harus
segera mencari perawatan medis. Ini terutama benar jika ada banyak pendarahan
atau jika pendarahan berlangsung lebih dari 20 menit.
Ada empat jenis luka terbuka, yang diklasifikasikan tergantung pada
penyebabnya.
1. Abrasi terjadi ketika kulit Anda bergesekan atau tergores dengan permukaan
yang kasar atau keras. Road rash adalah contoh abrasi. Biasanya tidak
banyak perdarahan, tetapi luka perlu digosok dan dibersihkan untuk
menghindari infeksi.
2. Laserasi adalah luka dalam atau sobekan pada kulit Anda. Kecelakaan
dengan pisau, peralatan, dan mesin sering menjadi penyebab
laserasi. Dalam kasus laserasi yang dalam, perdarahan bisa cepat dan luas.
3. Tusukan adalah lubang kecil yang disebabkan oleh benda panjang yang
runcing, seperti paku atau jarum. Terkadang, peluru bisa menyebabkan luka
tusukan. Tusukan mungkin tidak banyak berdarah, tetapi luka ini bisa cukup
dalam untuk merusak organ dalam. Jika Anda bahkan memiliki luka

7
tusukan kecil, kunjungi dokter Anda untuk mendapatkan suntikan
tetanus dan mencegah infeksi.
4. Avulsion adalah sebagian atau seluruhnya merobek kulit dan jaringan di
bawahnya. Avulsi biasanya terjadi selama kecelakaan hebat, seperti
kecelakaan yang menghancurkan tubuh, ledakan, dan tembakan. Mereka
berdarah hebat dan cepat.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, luka terbuka harus segera ditangani
dengan baik. Penanganan bisa membuat infeksi tidak terjadi dan luka segera
sembuh. Berikut cara menangani luka terbuka yang benar.
1. Penanganan di rumah
Kalau luka yang terjadi hanya luka ringan saja, penanganan di rumah bisa
dilakukan. Misal luka yang terjadi berupa luka gores saja. Luka bisa dicuci
dengan cairan antiseptik lalu diberi obat atau diberi perban agar tidak terbuka.
2. Segera di bawa ke dokter
Tidak semua orang bisa merawat luka terbuka dengan cepat dan mudah. Luka
ini kadang terjadi cukup berat dan harus segera dibawa ke dokter. Berikut
kriteria luka terbuka yang harus segera dibawa ke dokter.
a. Luka terbuka dengan kedalaman di atas 1,25 cm. Luka yang dalam
berpotensi menyebabkan masalah yang lebih besar.
b. Luka tidak mau berhenti mengeluarkan darah meski sudah diberi
tekanan. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, peluang Anda mengalami
kekurangan darah akan besar.
c. Perdarahan terjadi lebih dari 20 menit. Kalau Anda merasa darah yang
keluar semakin tidak normal, segera ke dokter.
d. Luka yang terjadi karena kecelakaan serius.

C. Fraktura
Fraktur adalah patah tulang, yang dapat berkisar dari retakan tipis hingga
patah. Patah tulang bisa melintang, memanjang di beberapa tempat, atau menjadi
beberapa bagian. Biasanya, patah tulang terjadi ketika tulang dipengaruhi oleh
kekuatan atau tekanan lebih. Menurut Lars Peterson dan Per Renstrom (2001: 5)

8
Patah tulang merupakan cedera yang serius tidak hanya pada jaringan lunak,
tetapi juga jaringan lunak disekitarnya dan patah tulang ini dapat terjadi akibat
cedera trauma, seperti pukulan langsung pada tulang. Beberapa orang yang
mengalami patah tulang biasanya merasakan rasa nyeri ketika ditekan bahkan
ketika bergerak diikuti dengan penurunan fungsi gerak.
Patah tulang dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Patah tulang tertutup, dimana patah tulang tidak diikuti oleh robeknya
struktur di sekitarnya.
2. Patah tulang terbuka, dimana ujung tulang yang patah menonjol keluar.
Jenis fraktur ini lebih berbahaya dari fraktur tertutup, karena dengan
terbukanya kulit maka ada bahaya infeksi akibat masuknya kuman-kuman
penyakit ke dalam jaringan.
Pengobatan patah tulang tergantung pada jenis dan area pada tubuh.
1. Menstabilkan patahan tulang
Secara umum, dokter akan mencoba mengembalikan potongan tulang yang
patah ke posisi semula dan menstabilkan tulang-tulang tersebut saat sembuh.
Penting untuk menjaga potongan tulang yang rusak tidak bergerak sampai
mereka sembuh.
Selama proses penyembuhan, tulang baru akan terbentuk di sekitar tepi potongan
yang patah. Jika tulang benar-benar selaras dan stabil, tulang baru pada akhirnya
akan menghubungkan potongan-potongan.
2. Penggunaan gips
Dokter Anda mungkin menggunakan gips untuk menstabilkan tulang patah
Anda. Gips Anda kemungkinan besar terbuat dari plester atau fiberglass. Ini
akan membantu menjaga area yang cedera stabil dan mencegah potongan tulang
yang rusak bergerak saat patah tulang sembuh.
3. Penggunaan katrol
Dalam kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin memerlukan daya tarik untuk
menstabilkan area yang cedera. Traksi meregangkan otot dan tendon di sekitar
tulang Anda.

9
Dokter Anda akan merawat patah tulang menggunakan sistem katrol dan bobot
diposisikan dalam bingkai logam di atas tempat tidur Anda. Sistem ini akan
menghasilkan gerakan menarik lembut yang dapat digunakan dokter untuk
menstabilkan area yang cedera.
4. Pembedahan
Untuk fraktur kompleks, Anda mungkin perlu pembedahan. Dokter mungkin
menggunakan reduksi terbuka, dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal untuk
menjaga agar tulang tidak bergerak.
Dalam reduksi terbuka dan fiksasi internal, dokter Anda akan mengubah posisi
atau “mengurangi” potongan tulang yang patah ke dalam garis normal tulang.
Kemudian mereka akan menghubungkan atau memperbaiki tulang yang patah.
cara ini dilakukan dengan menggunakan sekrup, pelat logam, atau keduanya.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memasukkan batang melalui pusat
tulang Anda.
Dalam fiksasi eksternal, dokter akan menaruh pin atau sekrup ke tulang di atas
dan di bawah area fraktur. Dokter akan menghubungkan pin atau sekrup ini ke
batang penstabil logam yang diposisikan di bagian luar kulit Anda. Batang akan
menahan tulang di tempatnya saat penyembuhan.
5. Obat patah tulang
Dokter mungkin juga akan meresepkan obat patah tulang untuk mengontrol rasa
sakit, melawan infeksi, atau mengelola gejala atau komplikasi lain. Setelah tahap
perawatan awal, dokter dapat merekomendasikan terapi fisik atau prosedur lain
untuk membantu Anda menyembuhkan fraktur.

D. Dislokasi
Dislokasi adalah cedera pada sendi yang terjadi ketika tulang bergeser dan
keluar dari posisi normalnya. Seluruh sendi pada tubuh dapat mengalami
dislokasi, termasuk sendi bahu, jari, lutut, pinggul, dan pergelangan kaki.
Pengobatan akan disesuaikan dengan area dan tingkat keparahan dislokasi yang
pasien alami. Beberapa bentuk pengobatan yang mungkin dilakukan, antara lain
adalah:

10
1. Reduksi. Tindakan yang dilakukan dokter untuk mengembalikan tulang ke
posisi semula.
2. Imobilisasi. Setelah tulang telah kembali ke posisi semula, dokter akan
menghambat gerak sendi dengan menggunakan penyangga sendi, seperti
gips, selama beberapa minggu.
3. Operasi. Jika dokter tidak mampu mengembalikan tulang ke posisi semula
atau jika pembuluh darah, saraf, atau ligamen yang berdekatan dengan
dislokasi mengalami kerusakan, maka dokter akan melakukan operasi.
4. Rehabilitasi. Setelah penyangga sendi dilepas, pasien akan menjalani
program rehabilitasi untuk memulihkan jangkauan gerak dan kekuatan
sendinya.
5. Selain melalui pengobatan, ada beberapa langkah sederhana yang dapat
pasien lakukan sendiri untuk membantu proses penyembuhan. Di antaranya
adalah:

6. Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi. Jangan terlalu banyak


menggerakkan sendi yang cedera dan hindari gerakan yang memicu rasa
sakit.
7. Mengonsumsi obat pereda nyeri jika diperlukan. Obat-obatan yang dijual
bebas di apotek, seperti ibuprofen, dapat membantu meredakan rasa sakit
yang dirasakan.
8. Mengompres sendi dengan air hangat dan es. Letakkan es pada sendi yang
terluka untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit. Gunakan kompres
dingin selama 1-2 hari pertama. Setelah 2-3 hari, ketika rasa sakit dan
peradangan mulai menghilang, gunakan kompres panas untuk membantu
melemaskan otot-otot yang kencang dan sakit.
9. Melatih sendi yang cedera. Setelah 1-2 hari, lakukan sedikit latihan terhadap
sendi yang cedera sesuai petunjuk dokter. Hal ini dilakukan agar sendi tidak
kaku.

11
E. Cedera saraf
Cedera saraf tulang belakang adalah kondisi di mana terjadi kerusakan atau
luka pada saraf yang terletak di saluran (kanal) tulang belakang. Rusaknya saraf
tulang belakang umumnya disebabkan oleh kecelakaan saat berkendara,
berolahraga, atau kekerasan fisik.
Saraf tulang belakang adalah saraf yang berperan pada proses pengiriman
sinyal dari otak ke seluruh tubuh, dan begitu pun sebaliknya. Jika saraf tulang
belakang mengalami kerusakan, akan menyebabkan gangguan pada beberapa
fungsi tubuh, seperti hilangnya sensor motorik dan kendali gerak.
Penanganan cedera saraf, dalam hal ini, beberapa upaya yang dilakukan
dokter, meliputi:
1. Pemberian obat. Suntikan methylprednisolone diberikan untuk menangani
cedera saraf tulang belakang yang akut. Namun, karena memiliki efek
samping, penggunaan obat ini harus dengan pengawasan penuh oleh dokter.
2. Pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk membuang potongan-potongan
tulang, benda asing, atau retakan tulang belakang yang ada di tubuh akibat
kecelakaan. Pembedahan juga diperlukan untuk mencegah serta
memperbaiki kelainan bentuk dan posisi tulang belakang.
Setelah kondisi pasien stabil dan membaik, dokter akan menjalankan
prosedur fisioterapi. Dalam masa rehabilitasi, pasien akan diberikan arahan oleh
dokter untuk melatih kekuatan otot dan mengembalikan kemampuan bergerak.
Dokter juga akan memberikan obat untuk mengatasi rasa nyeri, jika diperlukan.

F. Cedera pembuluh darah


Perdarahan dapat terjadi akibat goresan benda tajam pada bagian kulit yang
menyebabkan pembuluh darah terluka Novita Intan Arofah (2009: 8)
mengatakan perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat
dari trauma pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat
menimbulkan gangguan sirkulasi sampai menimbulkan shocks atau gangguan
kesadaran. Menurut Althon Thygerson (2006: 25) ada tiga jenis perdarahan yang
berhubungan dengan pembuluh darah yang rusak, yaitu:

12
1. Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lambat.
Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah dikontrol.
2. Perdarahan vena, mengalir terus menerus karena tekanan rendah perdarahan
vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol.
3. Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut jantung, tekanan
yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis perdarahan
ini sulit dikontrol. jenis perdarahan yang paling serius karena banyak darah
yang dapat hilang dalam waktu sangat singkat.

G. Cedera otot dan tendon


Otot menempel pada sendi dengan bantuan jaringan ikat yang disebut tendon.
Strain adalan cidera pada tendon atau pada otot itu sendiri. Betis, selangkangan,
dan hamstring (otot paha belakang) adalah area yang biasa mengalami strain.
Jaringan lunak terbuat dari kumpulan serat. Otot dan tendon mengandung sel-sel
yang memonitor tingkat kontraksi dan peregangan. Dengan aktifitas sehari-hari,
otot dan tendon menggunakan kontraksi ringan untuk melawan peregangan yang
berlebihan. Namun gerakan mendadak dengan intensitas kuat dapat memberikan
tekanan terlalu intens pada jaringan. Serat lalu meregang melebihi kapasitasnya
dan robek. Pendarahan dari pembuluh darak akibat perobekan inilah yang
menyebabkan ada bengkak.
Perawatan:
Kerusakan jaringan lunak membutuhkan beberapa minggu untuk sembuh,
tergantung dari tingkat keparahan dan kesehatan tiap individu. Diperlukan
tindakan yang tepat segera setelah cidera terjadi untuk memastikan proses
penyembuhan berjalan secara cepat. Kunjungi dokter bila anggota tubuh yang
cidera tidak dapat berfungsi atau jika rasa sakit dan bengkak tidak berkurang
setelah beberapa hari.
Tindakan perawatan yang dapat dilakukan adalah:
1. Rehabilitasi gerakan, dengan panduan dokter atau ahli kesehatan, untuk
mempercepat penyembuhan, meningkatkan kekuatan, dan fleksibilitas.
2. Terapi elektro.

13
3. Obat pengurang rasa sakit (konsultasi dengan dokter sebelum
mengkonsumsi obat apapun karena beberapa jenis obat dapat
memperlambat proses penyembuhan kerusakan jaringan lunak)
4. Tindakan operasi mungkin diperlukan bagi kasus cidera yang parah
dimana jaringan benar-benar robek. Operasi berguna untuk menyatukan
kembali bagian jaringan

H. Cedera hancur
Cedera yang mengakibatkan remuknya bagian tubuh tertentu (seperti tulang, otot,
atau bahkan organ dalam) karena terhimpit atau mendapat tekanan yang besar
dari benda berat.
Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menentukan tingkat keparahan luka. Tes
pencitraan juga dilakukan untuk melihat kondisi cedera pada jaringan dan organ
bagian dalam. Jenis tes pencitraan yang digunakan, yaitu:
1. Foto Rontgen, untuk mendeteksi retakan atau patahan pada tulang.
2. CT scan, untuk memeriksa kondisi cedera dari berbagai sudut secara lebih
detail.
3. MRI, untuk memeriksa dan mendeteksi dampak cedera terhadap organ
tubuh bagian dalam.
Setelah mengetahui tingkat keparahan cedera yang dialami pasien, dokter akan
menentukan tindakan yang perlu diberikan, di antaranya:
1. Terapi obat. Beberapa jenis obat akan diberikan oleh dokter sebagai langkah
awal penanganan cedera. Sebagian besar obat akan diberikan melalui jalur
suntik atau infus, antara lain:
a. Obat pereda nyeri (analgesik), seperti ketamine, untuk meredakan nyeri
akibat cedera yang dirasakan oleh pasien.
b. Obat penenang atau sedatif, seperti benzodiazepine, untuk meredakan
rasa cemas dan ketegangan otot pada pasien.
c. Antibiotik, untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri, khususnya pada
luka terbuka.

14
2. Operasi. Tindakan operasi dilakukan untuk mengendalikan perdarahan dan
menangani cedera pada organ bagian dalam. Jenis operasi yang akan
dilakukan tergantung pada lokasi cedera dan perdarahan, yaitu:
a. Kraniotomi, untuk menangani perdarahan dan gangguan pada otak.
Prosedur ini dilakukan dengan membuat dan mengangkat sebagian
tulang tengkorak, sehingga dokter dapat melakukan tindakan terhadap
otak.
b. Laparotomi, yaitu prosedur operasi dengan membuat sayatan di dinding
perut, sehingga dokter dapat memeriksa kondisi organ dalam perut dan
mendeteksi perdarahan.
c. Torakotomi, untuk menghentikan perdarahan dan meredakan tekanan
pada area jantung dan paru. Prosedur ini dilakukan dengan cara
membuat sayatan di sepanjang tulang rusuk.
d. Fasciotomy, yaitu prosedur operasi yang dilakukan dengan cara
memotong lapisan pembungkus organ (fascia), untuk meredakan
ketegangan atau tekanan pada otot dan saraf yang dapat mengakibatkan
terganggunya sirkulasi darah ke daerah tersebut. Fasciotomy dilakukan
untuk menyelamatkan organ tubuh dari kerusakan akibat sindrom
kompartemen.
3. Tindakan amputasi, yaitu pemotongan bagian tubuh tertentu untuk
mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut atau komplikasi yang dapat
mengancam nyawa. Amputasi dilakukan terhadap beberapa kondisi berikut:
a. Jaringan tubuh membusuk atau mati dan berisiko menyebabkan infeksi
pada bagian tubuh lainnya.
b. Cedera berat, seperti luka akibat ledakan atau gigitan hewan.
c. Infeksi parah dan tidak kunjung membaik, terutama jika korban
menderita diabetes.
4. Operasi berulang. Untuk kasus cedera yang parah, operasi perlu dilakukan
secara berulang dan bertahap, untuk memperbaiki organ, otot, dan saraf
secara keseluruhan.

15
I. Amputasi traumatik
Dalam arti yang luas, istilah amputasi tentu traumatis. Namun, jenis
amputasi traumatis mengacu pada cara di mana amputasi telah terjadi, misalnya
peristiwa kekerasan mendadak dan tak terduga yang menyebabkan hilangnya
anggota tubuh seseorang.
Ada banyak cara bagaimana amputasi ini dapat terjadi, mulai dari situasi
yang berisiko tinggi membahayakan seseorang, hingga kecelakaan yang tiba-
tiba terjadi dan tidak menguntungkan. Beberapa contoh peristiwa yang
memungkinkan terjadinya amputasi traumatik adalah sebagai berikut:
1. Kecelakaan yang melibatkan mesin, sering kali terjadi di tempat kerja
2. Kecelakaan lalu-lintas
3. Ledakan
4. Sengatan listrik
5. Terjepit di dalam gedung atau pada pintu mobil
Amputasi traumatis adalah situasi yang sangat berbahaya dan sering
mengancam jiwa, terutama jika penderita kehilangan darah. Namun, karena
kemajuan perkembangan dalam ilmu kedokteran, maka prospek kelangsungan
hidup telah meningkat pesat. Tenaga medis biasanya cepat tiba di tempat
kejadian, dan kendaraan dapat mengangkut pasien melalui darat dan udara.
Pada jenis amputasi traumatis di mana anggota tubuh tidak bisa lagi
terpasang, penderita kemungkinan besar akan mengalami operasi pembentukan
tulang yang tersisa, membersihkan luka (debridement), dan menutupnya dengan
melibatkan pencangkokan kulit. Kondisi ini bisa membutuhkan lebih dari
satu prosedur bedah.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Cedera adalah kerusakan fisik yang terjadi ketika tubuh manusia tiba–
tiba mengalami penurunan energi dalam jumlah yang melebihi ambang
batas toleransi fisiologi atau akibat dari kurangnya satu atau lebih
elemen penting seperti oksigen (WHO 2014).
2. Proses terjadinya cedera ada beberapa bagian yaitu Deplesi ATP,
Deprivasi oksigen , Hilangnya homeostasis Kalsium, Defek
pemeabilitas membran plasma, Kerusakan mitokondria,
3. Bentuk dan Jenis Cedera yaitu : Cedera superfisial, Luka Terbuka,
Fraktura, Dislokasi, Luksasio, Cedera saraf, Cedera pembuluh darah,
Cedera otot dan tendon, Cedera hancur, Amputasi traumatik,

3.2 Saran

Dari pembahasan diatas mungkin saja masih banyak kekurangan dalam


penyampaian materi maupun cara penyusunannya maka saya mengharapkan
saran dari para pembaca makalah ini dan semoga bermanfaat.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/pertolongan-pertama-merawat-luka-lecet

https://doktersehat.com/mengenal-jenis-luka-terbuka/

https://oshigita.wordpress.com/2014/03/05/jenis-jenis-luka/

https://www.alodokter.com/cedera-saraf-tulang-belakang

https://www.alodokter.com/dislokasi

http://www.casablancaclub.co.id/Club-Info/Healthy-Article/PERBEDAAN-
SPRAIN-DAN-STRAIN.html

https://www.alodokter.com/crush-injury

https://www.honestdocs.id/%E2%80%8Bamputasi

18

Anda mungkin juga menyukai