Oleh:
Nunung Ratna Sari, S. Kep.
NIM 192311101149
Hari :
Tanggal :
TIM PEMBIMBING
i
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
Laporan Tugas Program Profesi Ners Stase KDP yang disusun oleh:
Hari :
Tanggal :
Bondowoso, September 2019
TIM PEMBIMBING
Ns. Erti I. D., S.Kep., M.Kep., Sp.J Ns. Ahmad Rifai, S.Kep., M.S
NIP 1981028 200604 2 001 NIP 198502072015041001
Menyetujui,
Wakil Dekan I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri,
berjalan, dan bekerja. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, sistem
pernafasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme
tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari
keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang
memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem muskuloskeletal
seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan ketidakefektifan
fungsi organ internal lainnya (Alimul, 2006). Mobilisasi adalah kemampuan
seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit
khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Mubarak et al 2015
dalam Pradana 2016).
Latihan mobilisasi atau rehabilitasi juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi
neurologis melalui terapi fisik dan teknik-teknik lain. Mobilisasi dan rehabilitasi
dini di tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi. Tujuannya adalah
untuk mencegah terjadinya kekakuan (kontraktur) dan kemunduran pemecahan
kekakuan (dekondisioning), mengoptimalkan pengobatan sehubungan masalah
medis dan menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya(Junaidi, 2006
dalam Pradana 2016).Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya
menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Aktivitas fisik
yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai gangguan pada sistem
musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga menyebabkan
ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry, 2006).
Menurut Mubarak 2008 jenis mobilisasi sebagai berikut:
1. Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
2
B. Epidemiologi
Pemecahan protein, klien kehilangan massa tubuh yang tidak berlemak.
Massa otot berkurang tidak stabil untuk mempertahankan aktivitas tanpa
meningkatnya kelemahan. Jika mobilisasi terus terjadi dan klien tidak melakukan
latihan, kehilangan massa otot akan terus terjadi (Asmadi, 2008). Kelemahan otot
juga terjadi karena imobilisasi, dan imobilisasi lama sering menyebabkan atrofi
angguran, dimana atrofi angguran (disuse atrophy) adalah respon yang dapat
diobservasi terhadap penyakit dan menurunnya aktifitas kehidupan sehari-hari.
Dan imobilisasi kehilangan daya tahan, menurunnya massa dan kekuatan otot, dan
instabilitas sendi menyebabkan klien beresiko mengalami cedera. Selain itu pasien
yang tirah baring tanpa melakukan mobilisasi akan mengakibatkan munculnya
dekubitus ( Setyawan 2008 dalam Yetiyana 2013).
C. Etiologi
Penyebab yang dapat mempengaruhi mobilisasi antara lain (Kozier, 1995
dalam Khairani, 2013):
1. Usia dan status perkembangan
Perbedaan tingkat mobilisasi salah satunya disebabkan oleh perbedaan usia.
Orang dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas yang berbeda dengan anak-
anak. Anak yang sering sakit juga akan mempunyai mobilitas berbeda dengan
anak yang sehat.
2. Gaya hidup
Masing-masing individu mempunyai gaya hidup sendiri yang berbeda-beda.
Hal ini juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi
tingkat pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan
kesehatannya. Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan
tentang mobilitas dan akan senantiasa melakukan mobilitas dengan cara yang
sehat.
3. Proses dari suatu penyakit
Individu yang dihadapkan dengan penyakit tertentu akan berpengaruh
terhadap mobilitasnya. Contohnya seseorang yang menderita patah tulang
akan kesulitan dalam melakukan mobilisasi secara bebas.
4
4. Kebudayaan
Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam
beraktivitas, misalnya seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki
berbeda dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribadi. Sehingga
dapat disimpulkan mobilitasnya sangat berbeda.
5. Tingkat energi
Individu dalam melakukan mobilitas akan membutuhkan sebuah energi.
Individu yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih
sedikit dibandingkan dengan individu yang sehat.
Rangka aksial terdiri dari tulang-tulang dan bagian kartilago yang melindungi
dan menyangga organ-organ kepala, leher, dan dada. Bagian rangka aksial
meliputi tengkorak, tulang hyoid, osikel auditori, kolumna vertebra, sternum dan
tulang iga.
a) Tengkorak
Tersusun dari 22 tulang: 8 tulang cranial dan 14 tulang fasial
1. Kranium : membungkus dan melindungi otak.
a. Tulang frontal : membentuk dahi, langit-langit rongga nasal, dan
langit-langit orbita (kantong mata).
(1) Tulang frontal : pada tahap kehidupan embrio terbentuk menjadi
dua belahan yang pada masa kanak-kanak awal berfusi dengan
penuh.
(2) Tuberositas frontal : adalah dua tonjolan yang berbeda ukuran dan
biasanya lebih besar pada tengkorak muda.
(3) Arkus supersiliar : adalah dua lengkungan yang mencuat dan
menyatu secara medial oleh suatu elevasi halus yang disebut
glabela.
(4) Tepi supraorbital : yang terletak dibawah lengkungan supersiliar
dan membentuk tepi orbita bagian atas. Foramen supraorbital
(atau takik pada beberapa tengkorak) merupakan jalan masuk
arteri dan saraf.
b. Tulang parietal : membentuk sisi dan langit-langit cranium.
6
(1) Sutura sagital, yang menyatukan tulang parietal kiri dan kanan,
adalah sendi mati yang distukan fibrokartilago.
(2) Sutura koronal, menyambung tulang parietal ke tulang frontal
(3) Sutura lambdoidal, menyambung tulang parietal ke tulang
oksipital
c. Tulang oksipital: membentuk bagian dasar dan bagian belakang
cranium.
(1) Foramen magnum, adalah pintu oval besar yang dikelilingi tulang
oksipital. Foramen ini menghubungkan rongga kranial dengan
rongga spinal.
(2) Protuberans oksipital eksternal, adalah suatu proyeksi yang
mencuat diatas foramen magnum.
(3) Kondilus oksipital, adalah dua prosesus oval pada tulang oksipital
yang berartikulasi dengan vertebra serviks pertama, Atlas.
d. Tulang temporal, membentuk dasar dan bagian sisi dari kranium.
Setiap tulang temporal ireguler terdiri dari empat bagian :
(1) Bagian skuamosa, bagian terbesar, merupakan lempeng pipih dan
tipis yang membentuk pelipis. Prosesus zigomatikus menonjol
dari bagian skuamosa pada setiap tulang temporal. Tonjolan
tersebut bertemu dengan bagian temporal dari setiap tulang
zigomatikus untuk membentuk arkus zigomatikus.
(2) Bagian petrous, terletak didalam dasar tengkorak dan tidak dapat
dilihat dari samping. Bagian ini berisi struktur telinga tengah dan
telinga dalam.
(3) Bagian mastoid, terletak dibelakang dan dibawah liang telinga
Prosesus mastoid adalah tonjolan membulat yang mudah teraba
dibelakang telinga.
(a) Pada orang dewasa prosesus mastoideus mengandung ruang
ruang udara, yang disebut sel-sel udara mastoid (sinus), dan
dipisahkan dari otak oleh sekat tulang yang tipis.
(b) Inflamasi pada sel udara mastoid (mastoiditis) dapat terjadi
akibat infeksi telinga tengah yang tidak diobati.
7
(4) Bagian timpani, terletak disi inferior bagian squamosa dan sisi
anterior dibagian mastoid. Timpani berisi saluran telinga (meatus
auditori eksternal) dan memiliki prosesus stiloid yang ramping
untuk melekat pada ligament stiloid.
e. Tulang etmoid, adalah struktur penyangga penting dari rongga nasal
dan berperan dalam pembentukan orbita mata.
Tulang ini terdiri dari 4 bagian :
(1) Lempeng plate kribriform membentuk sebagian langit-langit
rongga nasal dan terperforasikan untuk jalur saraf olfaktori.
Bagian Krista galli (disebut dmeikian karena kemiripannya
dengan jengger ayam jantan) adalah prosesus triangular yang
menonjol kedalam rongga cranial diatas lempeng kribriformis dan
berfungsi sebagai tempat perlekatan pelapis otak.
(2) Lempeng perpendicular menonjol kearah bawah disudut kanan
lempeng kribriform dan membentuk bagan septum nasal yang
memisahkan dua rongga nasal.
(3) Massa lateral, mengandung sel-sel udara atau sinus etmoid tempat
mensekresi mucus,
(4) Konka nasal superior dan tengah, atau turbinatum, menonjol
secara medial dan berfungisi untuk memperluas area permukaan
rongga nasal. (konka nasal inferior merupakan tulang tersendiri).
f. Tulang sfenoid , membentuk seperti kelelawar dengan sayap
terbentang. Tulang ini membentuk dasar anterior cranium dan
berartikulasi kearah lateral dengan tulang temporal dan ke arah
anterior dengan tulang etmoid dan tulang frontal.
(1) Badan sfenoid memiliki suatu lekukan, sela tursika atau “pelana
turki” yang menjadi tempat kelenjar hipofisis.
(2) Sayap besar dan sayap kecil menonjol ke arah inferior dari badan
tulang.
(3) Prosesus pterigoid menonjol kearah inferior dari badan tulang dan
membentuk dinding rongga nasal.
g. Osikel auditori tersusun dari maleus, inkus, dan stapes (tapal kuda).
8
c. Sebuah prosesus spinosa menonjol dari lamina kea rah posterior dan
inferior untuk tempat perlekatan otot.
d. Prosesus transversa menjorok kearah lateral.
e. Prosesus pengartikulasi inferior dan prosesus pengartikulasi superior
menyangga faset untuk berartikulasi dengan vertebra atas dan vertebra
bawah.
3. Variasi regional pada karakteristik vertebra
a. Semua vertebra serviks memiliki foramina transversal untuk lintasan
arteri vertebra. Vertebra serviks pertama dan kedua dimodifikasi
untuk menyangga dan menggerakkan kepala.
(1) Atlas adalah vertebra serviks pertama dan tidak memiliki badan.
(2) Aksis adalah vertebra serviks kedua. Vertebra ini memiliki
prosesus odontoid yang menonjol keatas dan bersandar pada
tulang atlas.
(3) Vertebra serviks ketujuh memiliki prosesus spinosa yang panjang,
sehingga dapat teraba dan terlihat pada pangkal leher. Oleh karena
itu, vertebra ini sering disebut sebagai vertebra prominens.
b. Vertebra toraks memiliki prosesus spinosa panjang, yang mengarah
kebawah dan memiliki faset artikular pada prosesus transversus, yang
digunakan untuk artikulasi tulang iga.
c. Vertebra lumbal merupakan vertebra terpanjang dan terkuat. Prosesus
spinosanya pendek dan tebal, serta menonjol hamper searah garis
horizontal.
d. Sacrum adalah tulang riangular. Bagian dasar tulang ini berartikulasi
dengan vertebra lumbal kelima.
(1) Diarah lateral, banyak terdapat foramen (lubang pada sacrum
untuk lintasan arteri dan saraf.
(2) Tepi anterior bagian atas sacrum adalah promontorium sacrum
suatu tanda obstetric yang dipakai sebagai petunjuk untuk
menentukan ukuran pelvis.
e. Koksiks (tulang ekor) menyatu dan berartkulasi dengan ujung sacrum,
yang kemudian membentuk sendi dengan sedikit pergerakan.
11
Rangka apendikular terdiri dari girdel pektoral (bahu), girdel pelvis, dan
tulang lengan serta tungkai.
b. Radius
(1) Ujung proksimal tulang radius adalah kepala berbentuk diskus
yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik radial
tulang ulna.
(2) Tuberositas radial untuk tempat perlekatan otot biseps terletak
pada batang radius tepat di bawah bagian kepala.
(3) Ujung distal tulang radius memiliki permukaan karpal konkaf
yang berartikulasi dengan tulang pergelangan tangan, sebuah
takik ulnar pada permukaan medialnya untuk berartikulasi
dengan tulang ulna, dan sebuah prosesus stiloid di sisi lateral.
3. Tulang pergelangan tangan (karpus). Pergelangan tangan terbentuk
dari delapan tulang karpal ireguler yang tersusun dalam dua baris,
setiap baris berisis empat tulang.
a. Barisan tulang karpal proksimal dari sisi ibu jari dalam posisi
anatomis terdiri dari tulang berikut ini:
(1) Navikular (skafoid), dinamakan demikian karena bentuknya
menyerupai perahu.
(2) Lunatum dinamakan demikian karena bentuknya seperti bulan
sabit.
(3) Trikuetral (triangular), dinamakan demikian memiliki tiga
sudut.
(4) Pisiform, yang berarti kacang, dinamakan demikian karena
ukuran dan bentuknya menyerupai kacang.
b. Barisan tulang karpal distal terdiri dari:
(1) Trapesium, sebelumnya disebut tulang multangular besar
karena permukaannya yang banyak
(2) Trapesoid, berukuran lebih kecil, tetapi multi-sisi juga
(3) Kapitatum, dinamakan demikian karena kepala tulang yang
bulat dan besar
(4) Hamatum, berarti kait, dinamakan demikian karena ada
tonjolan menyerupai kait, yang meluas pada sisi medial
pergelangan tangan.
16
2. Tulang tungkai adalah tulang tibia medial dan tulang fibula lateral.
a. Tibia adalah tulang medial yang bsar; tulang ini membagi berat
tubuh dari femur ke bagian kaki.
(1) Bagian kepala tulang tibia melebar ke kondilus medial dan
lateral yang berbentuk konkaf untuk berartikulasi dengan
kondilus femoral.
(2) Kartilago pipih berbentuk baji, kartilago semilunar (meniskus)
medial dan lateral (meniskus), berada dipinggir kondilus untuk
memperdalam permukaan artikular.
(3) Tonjolan interkondilar terletak di antara dua kondilus.
(4) Kondilus lateral menonjol untuk membentuk faset fibular, yang
menerima bagian kepala fibula.
(5) Tuberositas tibial, yang berfungsi untuk tempat perlekatan
ligamen patela, menonjol pada permukaan anterior di antara
kedua kondilus.
(6) Krista tibial (anterior), lebih umum disebut tulang kering,
adalah punggung batang tulang dengan permukaan anterior
yang tajam dan melengkung ke bawah.
(7) Ujung bawah tibia melebar untuk berartikulasi dengan tulang
talus pergelangan kaki. Maleolus medial adalah tonjolan yang
membentuk benjolan (mata kaki) pada sisi medial pergelangan
kaki.
b. Fibula adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh, panjangnya
proporsional, dan tidak turut menopang berat tubuh. Kegunaan
tulang ini adalah adalah untuk menambah area yang tersedia
sebagai tempat perlekatan otot pada tungkai.
(1) Bagian kepala fibula berartikulasi dengan faset fibular di
bawah kondilus lateral tulang tibia.
(2) Ujung bawah batang berartikulasi secara medial dengan takik
fibular pada tulang tibia, dan memanjang ke arah lateral
menjadi maleolus lateral, yang seperti maleolus tibia lateral,
dapat diraba di pergelangan kaki.
21
3. Pergelangan kaki dan kaki tersusun dari 26 tulang yang diatur dalam
tiga rangkaian. Tulang tarsal menyerupai tulang karpal pergelangan
tangan, tetapi berukuran lebih besar; tulang metatarsal juga
menyerupai tulang metakarpal tangan, dan falang pada jari kaki juga
menyerupai falang jari tangan.
a. Ada tujuh tulang tarsal.
(1) Tulang talus berartikulasi dengan maleolus medial tibia dan
dengan maleolus lateral fibula untuk membentuk persendian
pergelangan kaki. Oleh karena itu, bagian ini menopang
seluruh berat tungkai, yang tersebar setengah ke bawah ke arah
tumit dan setengah lagi ke depan pada tulang-tulang pembentuk
lengkung kaki.
(2) Tulang kalkaneus terletak di bawah talus dan menonjol di
belakang talus menjadi tulang tumit. Tulang ini menopang talus
dan meredam goncangan saat tumit menginjak tanah.
(3) Tulang navikular memiliki permukaanposterior berbentuk
konkaf untuk berartikulasi dengan talus dan permukaan
anterior berbentuk konveks untuk berartikulasi dengan tiga
tulang tarsal.
(4) Ketiga tulang kuneiform yang berbentuk baji, diberi nomor dari
sisi medial ke sisi lateral, sebagai kuneiform ketiga juga
berartikulasi dengan tulang tulang tarsal ketujuh, yaitu tulang
kuboid. Tulang kuneiform ini membentuk arkus transversa
yang terdapat di bawah permukaan kaki.
(5) Tulang kuboid berartikulasi di sisi anterior dengan tulang
metatarsal keempat dan kelima, di sisi posterior, tulang ini
berartikulasi dengan kalkaneus.
b. Telapak kaki dan arkus longitudinal terbentuk dari lima tulang
metatarsal yang ramping. Setiap metatarsal memiliki bagian dasar,
batang, dan bagian kepala.
(1) Tulang-tulang metatarsal dikenali dengan urutan nomor dari
satu sampai lima, mulai dari sisi medial ibu jari kaki.
22
Jenis-jenis otot
1. Otot rangka adalah otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.
a. Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk sinlindris,
dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.
b. Setiap serabut memiliki banyak inti, yang tersusun di bagian
perifer.
c. Konstraksinya cepat dan kuat.
2. Otot polos adalah otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini
dapat ditemukan pada dinding organ berongga seperti kandung kemih
dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem rsepiratorik,
pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah.
a. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus sentral yang
terelongasi.
23
isometrk. Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktivitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang (Handiyani, 2013).
Clinical Pathway:
Hambatan Berdiri
Degenerasi tulang
Hambatan Berjalan
rawan sendi
Hambatan Kemampu
Kelainan pada otot berpindah
skleletal
Ketidakmampuan Ketidakmampuan
mengakses kamar mandi melakukan
dan menjangkau sumber air pergerakan ke toilet
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis untuk mobilisasi antara lain:
a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga
b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i. Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.
26
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a) Identitas pasien
Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
No. Reg :
Tgl MRS :
Tgl pengkajian :
Dx. Medis :
b) Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hub. dgn pasien :
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan saat ini
Alasan masuk RS, faktor pencetus, keluhan utama, timbulnya keuhan,
pemahaman penatalaksanaan kesehatan, upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya, diagnosa medik
b) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit yang pernah dialami, pernah dirawat, dioperasi, kebiasaan
obat-obatan, riwayat kesehatan keluarga
3. Pengkajian Kesehatan Fungsional Pola Gordon
Pola fungsi kesehatan
a) Pemeliharaan dan persepsi tentang kesehatan
Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Faktor-faktor risiko sehubungan dengan masalah kesehatan
b) Nutrisi/metabolik
Berapa kali makan sehari
Makanan kesukaan
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
c) Pola eliminasi
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
Nyeri
27
Kuantitas
d) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas Harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket: 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3:
bantuan alat, 4: mandiri
e) Pola tidur dan istirahat
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
Somnambolisme
Kualitas dan kuantitas jam tidur
f) Pola kognitif dan perseptual
Adakah ganguan penglihatan, pendengaran (panca indera)
g) Pola persepsi diri dan konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
h) Pola seksual dan reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminnya
i) Pola peran-hubungan
Hubungan dengan anggota keluarga
Dukungan keluarga
Hubungan dengan tetangga dan masyarakat
j) Pola manajemen koping stres
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
k) Pola keyakinan-nilai
Persepsi keyakinan
Tindakan keyakinan
4. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kiri
5. Kemampuan Mobilisasi
Pengkajian kemampuan mobilisasi dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
28
Mata kaki
normal
0 0 Paralisis sempurna
SalembaMedika (2008)
8. Pengkajian Fisik
Keadaan umum pasien
Kesadaran
Pemeriksaan TTV
32
Kaku sendi
Malnutrisi
Nyeri
Fisik tidak bugar
Keengganan memulai pergerakan
Gaya hidup kurang gerak
Batasan karakteristik
Ketidakmampuan melakukan higiena eliminasi secra komplet
Ketidakmampuan menyiram toilet
Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
Ketidakmampuan mencapai toilet
Ketidakmampuan naik ke toilet
Ketidakmampuan untuk duduk di toilet
Faktor berhubungan
34
Ansietas
Penurunan motivasi
Kendala lingkungan
Keletihan
Hambatan kemampuan berpindah
Hambatan mobilitas
Nyeri
Kelemahan
4. Hambatan duduk adalah keterbatasan kemampuan secara mandiri dan terarah
untuk melakukan dan atau mempertahankan posisi istirahat yang disongkong
oleh bokong dan paha dengan batang tubuh tegak
5. Hambatan berdiri adalah keterbatasan kemampuan secara mandiri atau
terarah untuk menciptakan dan atau mempertahankan posisi tegak dari kaki
sampai kepala
6. Hambatan kemampuan berpindah adalah keterbatasan bergerak mandiri di
antara dua permukaan yang berdekatan
7. Hambatan berjalan adalah keterbatasan bergerak mandiri menggunakan kaki
di dalam suatu lingkungan
35
Keterangan:
2. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Bantuan perawatan diri:
perawatan diri: defisit perawatan diri : eliminasipasien berkurang dengan kriteria hasil: mandi/kebersihan
mandi 1. Letakkan handuk, sabun, dan
Ambulasi (0200) alat madi lain yang diperlukan
di samping tempat tidur atau
Tujuan kamar mandi
No Indikator Awal 2. Fasilitasi pasien untuk
1 2 3 4 5 menggosok gigi dengan tepat
3. Fasilitasi pasien untuk mandi
1 Menopang berat 2 √ sendiri
badan 4. Monitor integritas kulit pasien
2 Berjalan dengan 3 √
37
pelan
Keterangan:
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
3. Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan Bantuan perawatan diri:
perawatan diri: defisit perawatan diri : eliminasi pasien berkurang dengan kriteria hasil: eliminasi
eliminasi 1. Bantu pasien ke toilet pada
Ambulasi (0200) waktu tertentu
2. Instruksikan pasien/keluarga
Tujuan dalam rutinitas toilet.
No Indikator Awal 3. Buat jadwal aktivitas terkait
1 2 3 4 5 dengan eliminasi dengan tepat.
1 Menopang berat 2 √
badan
2 Berjalan dengan 3 √
pelan
Keterangan:
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
38
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
39
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
40
Perry & Potter. 2005. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Jakarta : EGC.
Pradana, M. D. 2016. Upaya peningkatan Mobilitas Fisik pada Pasien Stroke NonHemoragik di
RSUD dr Soehadi Prijonegoro. Naskah Publikasi Surakarta: Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta [Diakses pada 7 Maret
2018]
40
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. Identitas Klien
1. Diagnosa Medik:
Cerebrovascular Accident (CVA) Bleeding
2. Keluhan Utama:
Penurunan kesadaran
Genogram:
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
// : Cerai
: Anak kandung
: Anak angkat
: Anak kembar
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal serumah
Keluarga mengatakan pasien merasa sehat ketika dirinya dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa merasakan keluhan apapun. ketika sakit pergi berobat ke puskesmas atau
praktek dokter terdekat.
Interpretasi : Persepsi dan pemeliharaan kesehatan baik.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Antropometry
Saat di rumah sakit:
LLA = 23 cm
% LLA = 76
Interpretasi :
Status gizi pasien adalah kurang.
Biomedical sign :
SGOT 25 U/I
SGPT 8 U/I
Kreatinin 0,75 mg/dl
Urea 26 mg/dl
Uric Acid 4.11 mg/dl
Natrium 140
Kalium 4.9
Klorida 108
Interpretasi :
Hasil pemeriksaan dalam batas normal, namun nilai klorida agak tinggi (normal: 98 –
106).
Clinical Sign :
Turgor kulit kurang (5 – 10 detik), CRT < 2 detik, kulit tampak lembab.
Interpretasi :
alat
Interpretasi :
Pola nutrisi pasien tidak mengalami gangguan.Pasien mendapat asupan nutrisi per sonde.
Balance cairan
Tidak dapat dihitung karena berat badan tidak diketahui
Interpretasi:
Balance cairan pasien berlebih dapat dikarenakan pasien belum melakukan defekasi sejak MRS
(Normal: input = input, Kurang: input < output, Berlebih: input > output).
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Keluarga mengatakan pasien sebelum di rumah sakit memiliki banyak aktivitas dan tidak dapat
diam, kegiatan pasien kesehariannya seperti aktivitas normal, setelah masuk rumah sakit pasien
mengalami penurunan kesadaran sehingga hanya beraktivitas mobilitas di tempat tidur.
Makan / minum V
Toileting V
Berpakaian V
Berpindah V
Ambulasi / ROM V
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3: dibantu alat, 4:
mandiri
Sangat kurang = 0 - 6, kurang = 7 – 12, baik = 13 – 18, sangat baik = 19 - 24
Status SkorADL :0 yaitu sangat kurang sehingga pasien total care (tergantung total)
Status Oksigenasi :
RR = 32 x/menit, SpO2 = 100
Fungsi kardiovaskuler :
Pasien bed rest dan mengalami penurunan kesadaran
Terapi oksigen :
Terpasang alat bantu oksigenasi Nasal kanul dengan 4 ml per menit
Interpretasi :
Aktivitas harian pasien terganggu sehingga membutuhkan bantuan secara penuh (total
care)
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Istirahat dan Sebelum sakit Saat di rumah sakit
Tidur
Durasi ± 7 jam Pasien tidak sadar
Gangguan Tidak terdapat Tidak terdapat
tidur gangguan gangguan
Keadaan Segar Tidak terkaji
bangun tidur
Interpretasi :
Pola tidur pasien tidak mengalami gangguan.
Interpretasi :
Keadaan indera pasien terganggu
Ideal diri :
Tidak dapat dikaji
Harga diri :
Tidak dapat dikaji
Peran Diri :
Tidak dapat dikaji
Identitas Diri :
Tidak dapat dikaji
Interpretasi :
Tidak dapat dikaji
Fungsi reproduksi
Tidak terkaji
Interpretasi :
Tidak terkaji
Interpretasi :
40
Interpretasi :
Pola manajemen koping-stress dapat mengalami gangguan dikarenakan mekanisme
koping kurang baik.
Interpretasi :
Sistem nilai dan keyakinan tidak mengalami gangguan
Keadaan umum:
Tanda vital:
Interpretasi :
Keadaan umum pasien tampak lemah, tekanan darah pasien tinggi, pasien sudah
mendapatkan terapi O2nasal kanul 4 lpm.
1. Kepala
Inspeksi :Kepala bentuk simetris, warna rambut beruban, penyebaran merata,
bentuk wajah bulat.
Palpasi :Tidak ada benjolan dan lesi pada kepala.
40
2. Mata
Inspeksi : Mata tampak menutup, tidak ada lesi pada kelopak mata.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tampak bersih, tidak menggunakan alat bantu dengar,
tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
4. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, permukaan hidung agak kurang bersih, tidak ada sekret
yang keluar dari hidung, menggunakan alat bantu pernapasan dan NGT.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
5. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering, warna bibir tidak sianosis, kondisi mulut dan gigi
agak kurang bersih, tidak ada lesi pada mukosa bibir,.
6. Leher
Inspeksi : Leher tampak simetris, tidak ada lesi,
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Dada
Jantung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, pengembangan dada normal, ictus cordis
tidak tampak.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
Perkusi : redup
Auskultasi : Bunyi S1 dan S2 tunggal, murmur (-).
Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada benjolan, Palpasi : Pergerakan nafas kanan dan
kiri +/+ simetris.
Perkusi : Sonor.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+. Rhonki (-). Wheezing (-).
Posterior
40
8. Abdomen
Inspeksi : Bentuk supel, umbilikus berada di tengah, tidak ada bekas luka.
Auskultasi : Bising usus 10 kali/menit.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Tidak ada benjolan.
10. Ekstremitas
Inspeksi : Bentuk tangan dan kaki normal, tidak ada lesi. Ekstremitas atas dan
bawah bagian kiri tampak lemah
Palpasi : Tidak ada benjolan, akral hangat, CRT < 2 detik.
Kekuatan otot: Kekuatan otot tidak dapat dikaji dikarenakan pasien mengalami penurunan
kesadaran. Ekstremitas atas dan bawah bagian kanan tampak aktif
bergerak. Ketika diberikan rangsangan nyeri, ekstremitas bagian kanan
masih dapat merespon. Sementara ekstremitas bagian bawah tidak
bergerak.
V. Terapi
Deskripsi Terapi
1. Infus Asering Cairan infus yang berisi larutan 14 tpm IV Indikasi: Hiperglikemia, iritasi lokal,
dextrose dan elektrolit yang dapat anuria, oliguria, kolaps
digunakan untuk memenuhi 1.000 cc Perawatan darah dan sirkulasi, tromboflebitis,
kebutuhan glukosa dalam tubuh kehilangan cairan. edema, hipokalemia,
ketika pasien tidak dapat meminum Tingkat kalsium yang rendah. hipomagnesia,
cairan yang cukup atau dibutuhkan Hipokalsemia. hipofosfatemia
tambahan dari luar demi menjaga Kekurangan kalium.
keseimbangan cairan dan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit.
Inkonsistensi ph.
40
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas
enzim lambung pompa proton H+/ pengobatan peroral: ulkus bersin-bersin, sakit
K+- ATPase dalam sel parietal. duodenum, ulkus gaster, tenggorokan
Secara kimiawi, dideskripsikan esofagitis ulseratif dan sindrom Sakit perut, buang angin
sebagai 5-methoxy-2- [[(4-methoxy- Zolinger-Ellison. Mual, muntah, diare
3,5-dimethyl- ringan; atau
2pyridinyl)methyl]sulfinyl]-1H- Sakit kepala
benzimidazole. Omeprazole sodium Kontraindikasi:
diabsorpsi dengan cepat. 95%
omeprazole sodium terikat pada Pasien yang diketahui
protein plasma. Omeprazole hipersensitivitas terhadap obat ini
dimetabolisme secara sempurna atau bahan lain yang terdapat
terutama di hati, sekitar 80% dalam formulasi.
metabolit diekskresi melalui urin
dan sisanya melalui feses.
4. Ondansetron Obat yang digunakan untuk 3 x 4 mg Injeksi Indikasi: Sakit kepala dan pusing.
mencegah serta mengobati mual dan IV Mudah mengantuk.
muntah yang disebabkan oleh efek Profilaksis mual dan muntah Kepanasan.
samping kemoterapi, radioterapi, yang diakibatkan radioterapi, Pusing ketika berdiri.
atau operasi. pencegahan emesis yang Mudah lelah.
diakibatkan kemoterapi, Konstipasi.
Terjadinya mual dan muntah meredakan mual dan muntah Sakit perut.
disebabkan oleh senyawa alami ringan pasca radioterapi atau Diare atau sembelit.
tubuh yang bernama serotonin. kemoterapi (emetogenik ringan), Merasa lemah atau capek.
Jumlah serotonin dalam tubuh akan pencegahan mual dan muntah Demam.
meningkat ketika kita menjalani sedang yang diakibatkan Sakit kepala.
kemoterapi, radioterapi, dan operasi. kemoterapi. (emetogenic Pusing, mengantuk.
Seretonin akan bereaksi terhadap sedang), pencegahan mual dan
40
Hasil(Tanggal/Jam
Jenis Nilai normal
No )
pemeriksaan
Nilai Satuan 04-09-2019
1. SGOT 0 ~ 37 U/I 25
2. SGPT 0 ~ 42 U/I 8
4. Urea 10 - 50 mg/dl 26
Pemeriksaan Radiologi
Kurang Inspirasi
Kesimpulan : Cardiomegaly
Congestive Pulmonum
ASHD
Kajian Ulang
Kajian
Tanggal
Pengkajian Faktor Risiko Skor
21-09-
Awal
2019
Riwayat Kejadian jatuh dalam 3 bulan 25 - -
Jatuh terakhir
Status Tidak konsisten perintah 15 - -
Mental
Pengobatan Efek samping obat 20 - -
Post GA/RA (24 jam) 45 - -
Mobilitas Gaya Kelemahan 10 V V
berjalan Kerusakan, tidak 20 V V
bisa berjalan
Alat Walker, tongkat 15 - -
bantu Kursi roda, 30 V V
berpegangan
dinding, brankard
Kondisi Penyakit penyerta/penyulit 15 V V
Penyakit Terapi intravena 20 V V
TOTAL SKOR 215 95 95
Keterangan:
0 – 24 = Risiko Rendah (RR)
25 – 44 = Risiko Sedang (RS)
≥ 45 = Risiko Tinggi (RT)
Interpretasi:
Pasien memiliki risiko tinggi jatuh.
Pengambil Data,
ANALISIS DATA
ETIOLOGI Nama
Kelemahan pada
anggota tubuh yaitu
ekstremitas atas dan
bawah
Keterbatasan rentang
gerak
Hambatan mobilitas
fisik
40
Keterbatasan rentang
gerak
Terbatasnya
mobilisasi pasien
Risiko jatuh
kesadaran
GCS E2V1M3
Pengkajian ADL = 0
40
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
(Berdasarkan Prioritas)
Tanggal
No Diagnosis Keperawatan Keterangan
perumusan
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 Manajemen Energi (0180)
(00085) berhubungan x 24 jam pasien menunjukkan peningkatan terkait
1. Monitor intake nutrisi.
dengan gangguan hambatan mobilitas fisik dengan kriteria hasil: 2. Monitor pergerakan yang pernah
neuromuscular karena dilakukan pasien.
Pergerakan (0208) 3. Monitor istirahat dan tidur pasien.
adanya penyumbatan pada 4. Observasi tanda-tanda vital yang
pembuluh darah di otak Pada ekstremitas atas dan bawah bagian kanan: berpengaruh terhadap energi.
5. Ajarkan keluarga untuk mengenali tanda
ditandai dengan lateralisasi kelelahan pada pasien.
Skala Skala
sinistra, nilai skor ADL : 1, No. Indikator
saat ini capaian Terapi Latihan: Pergerakan Sendi (0224)
GCS E2V1M3
1. Gerakan otot 2 5 6. Lakukan latihan ROM pasif.
7. Dukung ambulasi jika memungkinkan.
8. Ajarkan pada keluarga untuk membantu
2. Gerakan sendi 2 5
pergerakan pasien di tempat tidur.
3. Bergerak dengan
2 5
mudah
40
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 1 3
2. Gerakan sendi 1 3
3. Bergerak dengan
1 3
mudah
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
2. Risiko jatuh (00155) Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam Pencegahan jatuh (6490)
berhubungan dengan diharapkan pasien dapat terhindarkan dari risiko
1. Identifikasi perilaku dan faktor yang
mempengaruhi risiko jatuh.
40
hambatan mobilitas fisik jatuh dengan kriteria hasil: 2. Instruksikan keluarga untuk memanggil
bantuan terkait pergerakan pasien.
ditandai dengan lateralisasi
Kejadian jatuh (1912) 3. Ajarkan anggota keluarga mengenai
sinistra, nilai skor faktor risiko adanya kejadian jatuh dan
bagaimana keluarga bisa menurunkan
pengkajian risiko jatuh: 65 Skala Skala
No. Indikator risiko ini.
(risiko tinggi), GCS Saat ini Capaian 4. Jaga posisi side rail dalam posisi yang
tinggi saat caregiver tidak ada, dengan
E2V1M3
1. Jatuh dari tempat 4 5 tepat.
5. Pasang gelang identitas dengan stiker
tidur warna kuning (fall risk)
6. Monitor skor risiko jatuh
7. Pasang restrain jika perlu
Skala:
5 : Tidak ada
3. Defisit perawatan diri: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 Bantuan Perawatan diri (1800)
40
mandi (00108) berhubungan x 24 jam pasien menunjukkan defisit perawatan 1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
dg kelemahan ditandai diri: mandi berkurang dengan kriteria hasil: meningkatkan perawatan diri.
2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan
dengan pasien nampak Perawatan diri: Kebersihan (0301)
alat-alat kebersihan diri.
masih kotor, pasien tidak 3. Bantu pasien menerima kebutuhan terkait
Skala Skala
NO Indikator dengan kondisi ketergantungannya.
bisa pergi kekamar mandi, Saat ini Capaian
4. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan
pasien tidak bisa merawat
1. Membersihkan diri.
dirinya sendiri 1 3
area perineum 5. Ajarkan keluarga untuk mendukung
kemandirian dengan membantu ketika
2. Membersihkan
1 3 pasien tidak mampu melakukannya.
telinga
5. Menyisir rambut 1 3
6. Memperhatikan
kuku jari tangan 1 3
dan kaki
7. Mempertahankan
penampilan yang 1 3
rapi
40
8. Mempertahankan
1 3
kebersihan tubuh
Keterangan:
1 = Sangat terganggu; 2 = Banyak terganggu; 3 =
Cukup terganggu; 4 = Sedikit terganggu; 5 =
Tidak terganggu.
Skala Skala
NO Indikator
Saat ini Capaian
1. Menyikat gigi 1 3
2. Membersihkan
mulut, gusi dan 1 3
lidah
Keterangan:
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No No Paraf
EVALUASI FORMATIF
Dx Tanggal/Jam IMPLEMENTASI dan
(HASIL/RESPON)
Kep. Nama
1 17.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. TD: 183/97 mmHg, suhu: 37,2oC, nadi: 88
kali/menit, rr: 23 kali/menit, SpO2 100
2. Memonitor intake nutrisi. 2. Pasien mendapatkan asupan nutrisi 200 cc
per sonde.
3. Melakukan latihan ROM pasif 3. Keluarga dapat mengikuti saat memberikan
17.15
latihan ROM pasif pada pasien
4. Memonitor pergerakan yang pernah 4. Pasien sering dilakukan reposisi tidur dan
dilakukan pasien. dilatih ROM oleh fisioterapis.
1. 5. Memonitor istirahat dan tidur pasien. 5. Pasien mengalami penurunan kesadaran dan
17.30 hemipharesis.
6. TD: 158/99 mmHg, suhu: 36oC, nadi: 105
6. Mengobservasi tanda-tanda vital. kali/menit, rr: 28 kali/menit, SpO2 100
7. Pasien mendapatkan asupan nutrisi 200 cc
18.15 per sonde
8. Keluarga dapat mengikuti saat memberikan
7. Memonitor intake nutrisi
latihan ROM pasif pada pasien
9. Keluarga dapat membantu melakukan
pergerakan diatas tempat tidur.
19.00 8. Melakukan latihan ROM pasif.
19.15
19.30
20.00
2 15.40 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 1. Perilaku dan faktor yang mempengaruhi
yang mempengaruhi risiko jatuh. risiko jatuh diidentifikasi dengan
pengkajian ulang risiko jatuh. Hasil skor:
65 merupakan resiko tinggi jatuh.
2. Menginstruksikan keluarga untuk 2. Keluarga memahami untuk memanggil
memanggil bantuan terkait bantuan terkait pergerakan pasien.
pergerakan pasien.
40
15.50
16.00
14.50
15.00
2. 1. 16.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. TD: 171/92 mmHg, suhu: 38oC, nadi: 102
kali/menit, rr: 24 kali/menit, SpO2 100
2. Keluarga dapat mengikuti saat memberikan
40
18.30
19.00
20.00
40
2. 15.05 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 1. Perilaku dan faktor yang mempengaruhi
yang mempengaruhi risiko jatuh. risiko jatuh diidentifikasi dengan
2. Menjaga posisi side rail dalam posisi pengkajian ulang risiko jatuh. Hasil skor: 5.
yang tinggi.
2. Posisi side rail dalam posisi tinggi.
15.10
18.00
1. 10.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. TD: 152/90 mmHg, suhu: 37oC, nadi: 99
kali/menit, rr: 23 kali/menit, SpO2 100
2. Memonitor intake nutrisi. 2. Pasien mendapatkan asupan nutrisi 200 cc
per sonde.
3. Melakukan latihan ROM pasif 3. Keluarga dapat mengikuti saat memberikan
10.15
latihan ROM pasif pada pasien
4. Memonitor pergerakan yang pernah 4. Pasien sering dilakukan reposisi tidur dan
dilakukan pasien. dilatih ROM oleh fisioterapis.
5. Memonitor istirahat dan tidur pasien. 5. Pasien mengalami penurunan kesadaran dan
10.30 hemipharesis.
6. TD: 138/78 mmHg, suhu: 37,5oC, nadi: 61
6. Mengobservasi tanda-tanda vital. kali/menit, rr: 28 kali/menit, SpO2 99
09.15
3.
12.00
14.00
2. 08.35 1. Mengidentifikasi perilaku dan faktor 1. Perilaku dan faktor yang mempengaruhi
yang mempengaruhi risiko jatuh. risiko jatuh diidentifikasi dengan
2. Menjaga posisi side rail dalam posisi pengkajian ulang risiko jatuh. Hasil skor:
40
1. 16.00 1. Mengobservasi tanda-tanda vital 1. TD: 188/90 mmHg, suhu: 37oC, nadi: 95
kali/menit, rr: 23 kali/menit, SpO2 100
2. Memonitor intake nutrisi. 2. Pasien mendapatkan asupan nutrisi 200 cc
per sonde.
3. Melakukan latihan ROM pasif 3. Keluarga dapat mengikuti saat memberikan
16.30
latihan ROM pasif pada pasien
4. Memonitor pergerakan yang pernah 4. Pasien sering dilakukan reposisi tidur dan
4. dilakukan pasien. dilatih ROM oleh fisioterapis.
5. Memonitor istirahat dan tidur pasien. 5. Pasien mengalami penurunan kesadaran
17.00 dan hemipharesis.
6. TD: 158/88 mmHg, suhu: 37,5oC, nadi: 81
6. Mengobservasi tanda-tanda vital. kali/menit, rr: 28 kali/menit, SpO2 99
18.00
40
18.15
18.30
18.00
1 21.30 1. Mengobservasi tanda-tanda vital. 1. TD: 160/88 mmHg, suhu: 37,5oC, nadi: 81
2. Memonitor pergerakan yang pernah kali/menit, rr: 28 kali/menit, SpO2 99
21.35 dilakukan pasien.
5
2 21.40 1. Memonitor kebersihan kuku. 1. Kuku pasien masih tampak kotor.
2. Memonitor integritas kulit dan area 2. Integritas kulit pasien baik, utuh, tidak ada
21.45 yang mengalami kemerahan lesi. Pada area punggung tampak
kemerahan, namun tidak lembab.
77
CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI
1. 1 S:
O:
- Pergerakan (0208)
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 2 5
2. Gerakan sendi 2 5
3. Bergerak dengan
2 5
mudah
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 1 3
2. Gerakan sendi 1 3
79
3. Bergerak dengan
1 3
mudah
1. 2 S:
21
-Keluarga mengatakan memahami tentang faktor risiko dan cara
September
menurunkan risiko tersebut.
2019
-Keluarga mengatakan memahami dan bersedia memanggil bantuan
Jam 20.00
terkait pergerakan pasien.
80
O:
No Skala Skala
Indikator
. Saat ini Capaian
1. 3 S:
P: Lanjutkan intervensi,
2. 1 S:
22
September -Keluarga mengatakan memahami tentang tanda kelelahan pada
2019 pasien.
O:
- Pergerakan (0208)
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 2 5
2. Gerakan sendi 2 5
3. Bergerak dengan
2 5
mudah
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 1 3
2. Gerakan sendi 1 3
3. Bergerak dengan
1 3
mudah
2. 22 2 S:
O:
No Skala Skala
Indikator
. Saat ini Capaian
2. 3 S:
P: Lanjutkan intervensi,
3. 23 1 S:
O:
- Pergerakan (0208)
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 2 5
2. Gerakan sendi 2 5
3. Bergerak dengan 2 5
87
mudah
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 1 3
2. Gerakan sendi 1 3
3. Bergerak dengan
1 3
mudah
3. 23 2 S:
O:
No Skala Skala
Indikator
. Saat ini Capaian
P: hentikan intervensi.
3. 3 S:
P: Lanjutkan intervensi,
4. 24 1. S:
2019 pasien.
O:
- Pergerakan (0208)
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 2 5
2. Gerakan sendi 2 5
91
3. Bergerak dengan
2 5
mudah
Skala Skala
No. Indikator
saat ini capaian
1. Gerakan otot 1 3
2. Gerakan sendi 1 3
3. Bergerak dengan
1 3
mudah
4. 24 3.. S:
92
O:
P: Lanjutkan intervensi
-N : 40x/menit
Jam 02.00