Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI GEMPA BUMI

MATA KULIAH : PRINSIP PERANCANGAN KAWASAN RAWAN


GEMPA

DOSEN PEMBIMBING : ADI SAFYAN, ST., M.Sc

Disusun oleh :

NURPATIMA LUBIS

170160014

VII

PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR

TAHUN AJARAN 2019


A. Pengertian Gempa Bumi
Pada hakekatnya gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit
bumi yang bersifat tidak abadi/ sementara dan kemudian menyebar ke segala arah
(Howel, 1969). Gempa bumi adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang
di sebabkan oleh gelombang seismic dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi.
Pusat atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum.
Daerah permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat pusat getaran
bumi merambat disebut episentrum. Gempa bumi adalah getaran bumi atau getaran
kulit bumi secara tiba-tiba, bersumber pada lapisan kulit bumi (litosfer) bagian
dalam, dirambatkan oleh kulit bumi ke permukaan bumi. Gempa bumi di sebabkan
adanya pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam
kulit bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi termasuk bagian dari tenaga endogen yang
merusak, menyimpang dari sifat tenaga endogen pada umumnya, yaitu membangun
tetapi merupakan gejala sampingan tenaga endogen yaitu tektonisme dan vulkanisme.

B. Macam – Macam Gempa Bumi


1. Gempa vulkanisme
Gempa vulkanisme terjadi karena meletusnya gunung berapi. Kalau gunung
api akan meletus timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawah. Tekanan itu
menyebabkan terjadinya getaran yang di sebut gempa bumi. Gempa bumi ini
hanya terdapat di daerah sekitar gunung api yang meletus.
2. Gempa runtuhan
Gempa bumi runtuhan terjadi karena guguran atau runtuhan tanah atau
runtuhnya bagian atas litosfer karena sebelah dalam berongga. Daerah yang terjadi
gempa guguran adalah daerah tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan
kapur atau lubang di dalam pegunungan kapur.
3. Gempa Tektonik
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh gerak lempeng tektonik dan merupakan
akibat dari gerak orogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa ini adalah
daerah pegunungan lipatan muda, yaitu daerah rangkaian mediterania dan
rangkaian sirkum pasifik. Bahaya gempa ini besar sekali sebab lapisan bumi dapat
mengalami lipatan patahan, retakan atau bergeser. Karena gempa ini selalu
mengakibatkan pergeseran muka bumi, maka gempa ini di sebut juga gempa
dislokasi. Dislokasi berasal dari kata Dis artinya terpisah, iocare artinya tempat.
Jadi, timbulnya getaran itu karena retakan kulit bumi atau terpisahnya kulit bumi
dari kedudukan semula.
4. Gempa Bumi Buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktifitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke
permukaan bumi.

C. Proses Terjadinya Gempa Bumi


Gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang
sangat hebat oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua.
Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan.
Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng benua.
Para ahli menganggap bahwa terdapat empat sebab yang menimbulkan gempa bumi,
yaitu : Runtuhan lubang – lubang interior bumi, Tabrakan/ impack, Letusan gunung
api, Kegiatan tektonik.
1. Runtuhan Lubang -Lubang Interior Bumi
Runtuhnya lubang – lubang interior seperti gua atau tambang batuan/ mineral
dalam bumi dapat menyebabkan getaran di atas permukaannya, namun getaran ini
tidak terlalu besar dan terjadi hanya di setempat saja atau terjadi secara lokal.
2. Tabrakan (impack)
Tabrakan benda langit atau sering disebut meteor juga dapat menyebabkan
getaran, hanya saja getaranya tidak sampai terekam oleh alat pencatat getaran
gempa bumi dan juga sangat jarang terjadi.
3. Letusan atau Ledakan Gunung Api
Aktivitas gunung api dapat menimbulkan gempa yang disebut gempa bumi
vulkanik. Gempa bumi ini terjadi baik sebelum, selama, ataupun sesudah letusan
gunung api. Penyebab gempa ini adalah adanya persentuhan antara magma
dengan dinding gunung api dan tekanan gas pada letusan yang sangat kuat, atau
perpindahan magma secara tiba – tiba dari dapur magma. Dari seluruh gempa
bumi yang terjadi hanya 7% yang termasuk ke dalam gempa bumi vulkanik,
walaupun demikian kerusakannya cukup luas juga, karena disertai dengan letusan
gunung api. Berdasarkan kedudukan sumber gempanya (posisi kegiatan magma),
dapat dibedakan menjadi empat jenis :
a. Gempa Vulkanik Dalam
Kedalaman sumber gempanya ±2-30 km. Gempa bumi ini banyak
persamaanya dengan gempa bumi tektonik, terutama mengenai gempa
susulannya. Terjadi pada saat menjelang letusan suatu gunung api, atau
sebagai pertanda bahwa suatu gunung api tengah mulai aktif.
b. Gempa Vulkanik Dangkal
Kedalaman sumeber gempa kurang dari 2 km, terjadi pada saat
mendekati terjadinya letusan, saat letusan dan setelah letusan terjadi.
c. Gempa Bumi Ladakan
Terjadi sehubungan dengan tengah berlangsungnya ledakan gunung
api, sumber gempa sangat dangkal kurang dari 1 km.
d. Getaran vulkanik atau tremor,
Terjadi terus-menerus sehingga menciptakan suasana tidak tenang,
sumber gempanya terletak dari kedalaman 30 km sampai permukaan.
4. Kegiatan Tektonik
Gempa bumi yang mempunyai efek sangat besar sebenarnya berasal dari
kegiatan tektonik, yaitu mencakup 90 % dari seluruh kegiatan gempa bumi.
Gempa bumi ini berhubungan dengan kegiatan gaya-gaya tektonik yang telah
terus berlangsung dalam proses pembentukan gunung-gunung, terjadinya patahan-
patahan (faults) dan tarikan atau tekanan dari pergerakan lempeng-lempeng
batuan penyusun kerak bumi.

D. Pengertian Patahan Gempa Bumi


Menurut ilmu geologi, Patahan (Sesar) adalah fraktur planar atau
diskontinuitas pada suatu volume batuan, di mana telah terjadi perpindahan signifikan
sebagai hasil dari gerakan massa batuan. Patahan (sesar) yang besar dalam lempengan
bumi adalah akibat dari proses lempeng tektonik (Diatropisme). Fault atau patahan
merupakan suatu gejala adanya pergeseran lapisan batuan akibat gaya geologi.
Ciri paling mudah untuk melihat struktur patahan pada lapisan batuan adalah adanya
bidang offset pada batuan tersebut.
Beberapa definisi yang lengkap dari sebagian ahli geologi struktur tersebut, antara
lain.

• Billing (1959) “ Sesar didefinisikan sebagai bidang rekahan yang disertai oleh
adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya.
Jarak pergeseran tersebut dapat hanya beberapa milimeter hingga puluhan
kilometer, sedangkan bidang sesarnya mulai dari yang berukuran beberapa
centimeter hingga puluhan kilometer.
• Ragan (1973) “ Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami
pergeseran.
• Tjia (1977) “ Struktur sesar adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang
jelas.
• Park (1983) “ Sesar adalah suatu bidang pecah (fracture) yang memotong suatu
tubuh batuan dengan disertai oleh adanya pergeseran yang sejajar dengan bidang
pecahnya.

Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang memperlihatkan
pergeseran. Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau terputar
(rotasi). Akibat terjadinya pergeseran itu, sesar akan mengubah perkembangan
topografi, mengontrol air permukaan dan bawah permukaan, merusak stratigrafi
batuan, dan sebagainya. Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan,
rekahan. Adapun di lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui :

• Gawir sesar atau bidang sesar

• Breksiasi, gouge, milonit

• Deretan mata air

• Sumber air panas

• Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan

• Gejala-gejala struktur minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan

Patahan itu sendiri akan selalu mempunyai bidang yang disebut dengan
"bidang patahan". Bidang patahan adalah bidang yang mewakili permukaan fraktur
patahan. Dalam pembentukannya, patahan meninggalkan jejak yang sering disebut
sebagai jejak patahan (jejak sesar). Patahan biasanya tidak berdiri sendiri, sehinnga
para ahli Geologi memunculkan istilah zona patahan. Zona patahan adalah zona
deformasi kompleks yang berhubungan dengan keberadaan bidang patahan.

1. Bentuk - Bentuk Patahan


a. Bentuk Patahan Vertikal
Patahan vertikal adalah patahan yang terjadi akibat tenaga endogen.
Patahan ini menyebabkan sesar bergerak keatas dan ke bawah. Patahan vertikal
adalah salah satu penyebab relief di muka bumi memiliki tinggi yang berbeda-
beda. Patahan vertikal yang dikenal di terkenal di Indonesia patahan
semangko (sumatra).

Jenis – jenis patahan vertikal yaitu :

1. Horst
Horst adalah dataran yang mengalami kenaikan akibat adanya tenaga
endogen. Kenaikan dataran ini akibat adanya gerakan tektogenesa vertikal.
2. Graben
Graben adalah dataran yang mengalami penurunan akibat dari tarikan
tenaga endogen. Penurunan ini terjadi secara cepat. Graben terjadi akibat dari
gerakan tektogenesa yang memusat, dan menarik sesar ke arah bawah melalui
dua titik. Graben juga bisa disebut Slenk atau Terban. Graben yang terisi
oleh air dapat menjadi danau. Salah satu contoh graben di indonesia
adalah danau toba di sumatra utara dan danau tempe di sulawesi.
3. Fault Scrap
Fault scarp (fleksur) adalah bentuk patahan yang terjadi akibat dorongan
dari satu sisi saja. Dorongan ini menyebabkan salah satu bagian sesar menjadi
naik, sehingga membentuk dinding terjal yang posisinya lebih tinggi dari pada
daerah sekitar. Patahan ini biasa disebut tebing atau cliff.
4. Pegunungan Patahan
Pegunungan patahan (Step Faulting) adalah bentuk patahan yang
berbentuk seperti tangga. Hal ini terjadi akibat adanya gerakan penurunan
beberapa sesar dengan tempo dan gerakan yang hampir sama.

Bentuk patahan vertikal

b. Bentuk Patahan Horizontal


Patahan horizontal adalah bentuk patahan yang diakibatkan dari tekanan
tenaga endogen yang bergerak secara horiontal. Patahan ini biasanya hanya
berbentuk garis- garis atau retakan- retakan besar yang ada di dalam tanah.
Patahan horizontal, biasanya dapat ditemukan pada daerah- daerah yang
mengalami lipatan. Patahan horizontal dipisahkan menjadi dua, yaitu Dekstral
dan Sinistral. Jenis – jenis patahan horizontal yaitu :

1. Dekstral
Dekstral adalah patahan horizontal yang bergerak ke arah kanan. Dekstral
dapat diketahui dengan cara berdiri di depan potongan sesar yang besar. jika
patahan tersebut adalah dekstral, maka sesar tersebut akan bergerak ke kiri.
2. Sinistral
Sinistral adalah patahan horizontal yang bergerak ke arah kiri. Untuk
mengetahu sinistral, caranya sama dengan dekstral. Yaitu berdiri di depan
potongan sesar yang besar. jika sesar tersebut bergerak ke arah kiri, maka patahan
tersebut adalah sinistral.

Bentuk patahan horizontal


c. Bentuk Block Mauntain

Block Mauntain adalah kumpulan patahan- patahan yang tidak


beraturan. Patahan tersebut membentuk dataran yang memiliki bentuk yang
bermacam- macam. Ada yang naik, turun, maupun miring. Hal ini terjadi dari
akibat adanya beberapa tekanan yang terjadi di satu daerah yang besar.
Tekanan tersebut membuat tarikan dan dorongan, yang menghasilkan bentuk
relief yang tidak beraturan. Kumpulan patahan ini biasanya akan membentuk
berbagai pegunungan. Pegunungan ini biasanya terdiri dari balok- balok
lithosfer. Lithosfer adalah lapisan bumi atau kulit bumi bagian luar.

Bentuk patahan block mauntain

d. Bentuk Oblique

Oblique adalah sesar yang mengalami patahan vertikal bersamaan


dengan patahan horizontal. Gerakan ini juga disebut sebagai gerak miring.
Dikarenakan gerakannya yang miring, hal ini menyebabkan sesar berbentuk
miring dan memanjang. berbeda dengan Fault scarp yang membentuk tebing,
bentuk Oblique lebih dalam dan panjang. Selain itu, perbedaan tekanan yang
didapat, membuat Oblique lebih curam dari Fault scarp. Oblique adalah
penyebab terbentuknya paling di dasar laut, dan ngarai di daratan.
2. Jenis - jenis Patahan (Sesar) / Macam Macam Patahan (sesar)
"Slip" didefinisikan sebagai gerakan relatif dari fitur geologi yang hadir di
kedua sisi bidang patahan dan merupakan sebuah vektor perpindahan. Gerakan relatif
batuan di setiap sisi patahan akan selalu berhubungan dengan bagian sisi lainnya.
Jenis Sesar dapat dikategorikan menjadi beberapa macam berdasarkan gerakannya
yaitu :
1) Normal Fault
Merupakan patahan yang memungkinkan satu blok (footwall) lapisan batuan
bergerak dengan arah relatif naik terhadap blok lainnya (hanging wall). Ciri dari
patahan ini adalah sudut kemiringan besar hingga mendekati 90 derajat.

2) Reserve Fault
Merupakan patahan dengan arah footwall yang relatif turun dibanding hanging
wall. Ciri dari patahan ini adalah sudut kemiringan yang relatif kecil yaitu kurang dari
45 derajat.

3) Strike Fault
Merupakan patahan yang arahnya relatif mendatar ke kiri atau ke kanan. Arah
patahan mendatar ini tidak sepenuhnya seluruh lapisan batuan bergerak dengan arah
mendatar namun sebagian ada yang bergerak dengan arah vertikal. Bila gerakan
patahan ke kanan di sebut sesar geser sinistrial dan bila ke kiri dinamakan sesar geser
dekstral.
Ada juga pengelompokan sesar atau patahan lainnya yang dikemukakan oleh ahli
E.W Spencer (1977), menurutnya sesar atau patahan dapat dikelompokan menjadi
berikut ini:

 Sesar Tranlasi – merupakan kondisi dimana tidak adanya gerakan rotasi dari
masing-masing blok namun garis-garis sejajar dari masing-masing blok yang
berlawanan tetap sejajar.
 Sesar rotasi – merupakan kondisi dimana terjadi rotasi pada masing-masing blok
yang membuat kedudukan kedua blok tidak sejajar dan berlawanan arah.

Sesar juga dikelompokkan menjadi 3 kelompok menurut ahli Billinge tahun 1977,
seperti berikut ini:

 Strike Skip Fault – Sebuah patahan akan dikatakan masuk dalam kategori strike
skip fault jika memiliki rake sebesar 0° dan memiliki arah sejajar terhadap bidang
sesar.
 Dip Slip Fault – Merupakan kondisi dimana terdapat patahan yang memiliki rake
90° dan memiliki arah gerak tegak lurus pada masing-masing bidangnya.
 Diagonal Fault – Sebuah patahan akan dikatakan sebagai diagonal fault jika tidak
memiliki rake 0° dan 90°.

3. Pengelompokan Sesar atau Patahan

1. Menurut Tjia tahun 1976, tingkat keaktivan sesar atau patahan adalah sebagai
berikut:

 Sesar aktif, merupakan sesar yang terjadi pada masa holosen atau saat sejarah
geologi sudah ditemukan
 Sesar aktif potensial, merupakan sesar yang memiliki usia pada kwarter dan
ini biasanya terjadi pada daerah yang memiliki gunung api di dalamnya.
 Sesar aktif tidak pasti, sesar ini merupakan sesar yang terjadi lebih lama dari
kwarter sehingga usianya pun sudah sangat tua dan hal ini membuat apakah
sesar tersebut masih aktif atau tidak menjadi tidak pasti.
2. Menurut Lensen tahun 1980, keaktifan sesar dibedakan menjadi berikut ini:

 Sesar aktif kelas 1, merupakan sesar yang pernah mengalami pergerakan atau
pergeseran paling tidak kurang lebih 5000 terakhir.
 Sesar aktif kelas II, adalah sesar yang mengalami pergerakan dan pengulangan
pergerakan setidaknya 5000 hingga 50.000 tahun yang lalu. Sesar jenis ini
termasuk yang kurang aktif karena sudah lama sekali mengalami pergerakan.
 Sesar aktif kelas III, adalah sesar yang sangat tidak aktif karena paling tidak
terjadi pengulangan gerakan pada kurun waktu 50.000 hingga 500.000 tahun
yang lalu.

Berdasarkan kumpulan kekhasan yang dimiliki oleh bidang daerah sesar dapat
dibedakan menjadi berikut ini:

 Concetring fault, merupakan kumpulan sesar yang memiliki konsentris pada


satu pusat.
 Radial Fault, merupakan kumpulan sesar atau patahan yang membentuk suatu
pola
 Rectilinier Fault, adalah kumpulan sesar yang membentuk pola hampir tegak
lurus
 Parallel fault, merupakan kumpulan sesar yang membentuk pola sejajar satu
sama dengan yang lain.

Berdasarkan pada pola utama yang menyebabkannya menurut Anderson tahun


1951 dapat dibedakan menjadi berikut ini:

 Thrust Fault, adalah pola yang berbentuk tegasan utama pada maksimum dan
intermediate adalah pola posisi horizontal.
 Normal fault, adalah patahan yang memiliki ketegasan utama adalah vertikal
 Wrench Fault, merupakan patahan yang tegasan utamanya adalah gorizontal.
4. Mekanisme Sesar atau Patahan
1. Sesar Naik
Ini adalah kondisi di mana sebagian dataran terdorong ke atas. Hal ini
diakibatkan adanya dorongan dari dalam bumi yang bisa berasal dari air tanah
ataupun lava, menyebabkan lapisan dataran dipaksa untuk terangkat ke atas. Tidak
hanya mendorong lapisan saja. Jika berada di dekat atau di laut, lapisan dapat
mendorong air juga membuat gelombang besar yang dikenal sebagai tsunami.
Sejumlah sesar naik (Thrust zone) yang terbentuk pada periode tektonik
yang sama dinamakan sebagai Thrust Systems (Boyer dan Elliott, 1982). Pada
Thrust System, ada dua jenis pola sesar utama, yaitu Imbricate Fan dan Duplexes.
Pola struktur Imbricate Fan dicirikan dengan adanya Thrust sheet yang di
dalamnya berkembang struktur lipatan asimetri dan rebah mengikuti arah Tectonic
transport, sedangkan di dalam pola Duplex , Thrust sheet dilingkupi oleh sesar
(Boyer dan Elliott, 1982).

2. Sesar Mendatar

Bidang sesar pada sesar mendatar ini seperti bidang vertikal biasa oleh
karena itu istilah hanging fault dan foot wall tidak lazim digunakan oleh sesar atau
patahan jenis ini. sesar mendatar ini memiliki bentuk yang mendatar dan agak
berbeda dengan jenis sesar naik yang memiliki bagian depan dan belakang.

Moody dan Hill (1956), membuat model pembentukan sesar mendatar


yang dikaitkan dengan sistem tegasan. Di dalam model tersebut dijelaskan bahwa
sesar orde I membentuk sudut kurang lebih 30° terhadap tegasan utama. Ada
persyaratan tertentu dalam menerapkan konsep Moody dan Hill (1954), yaitu
model ini berlaku apabila pembentukan sesarnya bukan merupakan akibat
reaktivasi sesar pada batuan dasar atau dengan kata lain sesarnya merupakan sesar
primer. Apabila pembentukan sesar mendatar ini merupakan reaktivasi dari sesar
pada batuan dasar, maka konsep Moody dan Hill (1954) tidak tepat diterapkan.
Untuk kepentingan analisis dalam kasus ini digunakan model dari Price dan
Cosgrove (1956). Dalam percobaan tersebut pembentukan sesar terjadi secara
bertahap, yaitu :

Tahap I : Terjadi sejumlah rekahan yang disertai oleh pergeseran mendatar


sepanjang 2,1 cm. Masing-masing rekahan tersebut saling terpisah dan posisinya
saling merencong pada arah yang relatif sama (en-echelon synthetic Riedel Shear
atau R shears) dan membentuk sudut lancip sekitar 17° terhadap tegasan utama.

Tahap II : Terbentuk pergeseran sepanjang 2,8 cm dan mulai membentuk short-


lived splay fault (S) yang membentuk sudut lebih besar dari 17° terhadap tegasan
utama.
Tahap III. Terbentuk

3. Sesar Normal

Sesar normal merupakan bidang yang posisinya saling sejajar satu sama
lain, bagian bidang sesar yang berada di bawah dikenal dengan graben sedangkan
untuk bidang sesar yang berada di bawah dinamakan dengan graben. Kemudian
jika hanya ada salah satu dari dua bidang tersebut yang mengalami pergerakan
tunggal maka bisa dinamakan dengan half graben atau half horst tergantung pada
situasi yang terjadi. contoh dari jenis sesar normal ini adalah patahan semangko
yang berada di pulau sumatera. Sesar normal umumnya terbentuk lebih dari satu
bidang yang posisinya relatif saling sejajar.Apabila bidang sesarnya lebih dari satu
buah, maka bagian yang tinggi dinamakan sebagai horst dan bagian yang rendah
dinamakan sebagai graben.
Selanjutnya apabila jenjang dari bidang sesar normal ini hanya berkembang
di salah satu sisi saja (gawir sesar hanya dijumpai pada salah satu lereng saja),
maka kelompok sesar tersebut lazim dinamakan sebagai half graben dan apabila
jenjang bidang sesar normalnya berpasangan maka dinamakan sebagai graben.
Berdasarkan pada bentuk bidang sesar, maka sesar normal ini dapat dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu Planar Ekstensional Fault dan Listric Ekstensional Fault.
Selanjutnya Planar ekstensional fault berdasarkan ada tidaknya rotasi, dibedakan
menjadi Non-rotational planar fault dan Rotational planar fault.

E. Dampak Gempa Bumi

Dilihat dari efek atau akibat yang ditimbulkan, kejadian-kejadian yang mungkin
terjadi mengiringi peristiwa gempa bumi sebagai berikut:

- Gelombang tsunami

Salah satu akibat dari gempa bumi adalah munculnya gelombang tsunami jika
sumber gempa di bawah laut. Gelombang tsunami tersebut muncul jika di pusat
gempa terjadi patahan lempeng bumi turun sehingga air laut surut sementara. Akan
tetapi tidak lama kemudian gelombang sangat tinggi dan berkecepatan luar biasa
menerjang pantai dan masuk jauh ke daratan. Selanjutnya gelombang ini merusak apa
saja yang dilaluinya.

- Kerusakan bangunan

Gempa merupakan suatu pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh


pergerakan lempeng tektonik yang terdapat di bawah permukaan bumi. Dengan
bergoyangnya permukaan bumi, maka bangunan-bangunan seperti gedung sekolah,
pusat pertokoan, perkantoran, maupun rumah-rumah penduduk dapat hancur atau
paling tidak retak.

- Mengubah topografi atau bentuk muka bumi

Dari hasil penelitian Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) Yogyakarta diketahui


bahwa terjadi perubahan topografi tanah di sekitar Yogyakarta akibat gempa bumi
tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. Gempa bumi tersebut memicu longsoran tanah dan
mengakibatkan perubahan struktur tanah di daerah-daerah berlereng curam akibat
guncangan gempa. Struktur tanah seperti ini berbutir kasar dan dalam kondisi kering
akan merapat. Akibat pengaruh gempa, tegangan pori udara dalam lapisan tanah pasir
meningkat, dan tegangan efektif tanah menurun hingga mencapai nilai terendah.

- Menyebabkan keretakan permukaan bumi

Selain tsunami dan hancurnya infrastruktur, gempa bumi juga mengakibatkan


keretakan permukaan tanah. Keretakan ini disebabkan permukaan tanah ikut bergerak
ketika lempeng tektonik di bawahnya saling berbenturan.

- Menyebabkan perubahan tata air tanah

Pada dasarnya sebelum terjadi gempa tata air tanah bersifat terbuka, tidak
bertekanan, berlapis-lapis sesuai dengan struktur batuan dan tanah sehingga ada mata
air kecil, relatif besar, dan sudah terbentuk kantong-kantong air di bawah tanah.
Kantong-kantong air tersebut secara rutin terisi oleh saluran primer, sekunder, dan
tersier berdasarkan struktur dan kestabilan tanah yang telah terbentuk sebelumnya.
Ketika terjadi gempa bumi lapisan dalam kantong-kantong air ini patah sehingga
terjadi kebocoran, lapisan tanah terkoyak, dan bergeser.

- Mengakibatkan trauma psikis atau mental

Ternyata bencana gempa, gunung meletus, dan tsunami tidak hanya


mengakibatkan kerusakan fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi
juga kondisi kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut, sebagian besar
korban dapat mengalami penderitaan biopsikososial yaitu gangguan akan
kewaspadaan den kepekaan yang berlebihan terhadap sekadar perubahan suara,
perubahan keadaan, dan aneka perubahan kecil lain yang sebenarnya wajar terjadi di
tengah kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND.GEOGRAFI/197901012005011-
NANDI/geologi%20lingkungan/GEMPA_BUMI.pdfsuplemen_Geologi_Lingkungan.pdf,
diakses 1 Oktober 2019
http://j2-fajar-fa.blogspot.com/2017/02/pengertian-pembentukan-dan-jenis-jenis-
patahan.html, diakses 1 Oktober 2019

https://www.academia.edu/28143657/MAKALAH_GEOLOGI_STRUKTUR_-
_SESAR_FAULTS, diakses 1 Oktober 2019

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/geomorfologi/bentuk-bentuk-patahan, diakses 1 Oktober


2019

https://geograph88.blogspot.com/2014/03/jenis-jenis-patahan-fault.html, diakses 1 Oktober 2019

https://forum.teropong.id/2017/10/28/pengertian-patahan-jenis-dan-mekanisme-sesar-atau-patahan/,
diakses 1 Oktober 2019

https://www.academia.edu/28143657/MAKALAH_GEOLOGI_STRUKTUR_-
_SESAR_FAULTS, diakses 1 Oktober 2019

https://www.academia.edu/12325389/MAKALAH_GEMPA, diakses 1 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai