Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,Bidang Tenaga Kerja


Dinas Sosial,Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bireuen dapat melaksanakan Program
Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan berupa
pelaksanaan kegiatan Analisa Potensi Kecelakaan Kerja dan PAK tahun 2011.Pelaksanaan
kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan tindakan kontrol terhadap potensi terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) sehingga dapat diberikan syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta menempatkan kewajiban yang komprehensif pada
pengusaha untuk memastikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam segala keadaan.

Kegiatan Analisa Potensi Kecelakaan Kerja dan PAK tahun 2011 merupakan salah satu
bentuk pengembangan sistem pengawasan ketenagakerjaan sekaligus untuk menentukan strategi
dan langkah-langkah preventif ataupun represif dalam penanganan masalah norma
ketenagakerjaan khususnya kepada pengusaha,tenaga kerja serta sebagai bahan penyusunan
kebijakan maupun program pengawasan norma ketenagakerjaan.

Kami menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan Analisa Potensi Kecelakaan Kerja dan
PAK tahun 2011 masih jauh dari harapan dan kesempurnaan mengingat berbagai keterbatasan
yang kami miliki,untuk itu sumbangan pemikiran baik dalam bentuk kritik maupun saran demi
perbaikan di masa mendatang sangat diharapkan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan kegiatan Analisa Potensi Kecelakaan Kerja dan PAK khususnya manajemen
perusahaan yang telah memberikan informasi tentang ketenagakerjaan baik berupa data yang
menyangkut norma kerja maupun norma keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Selanjutnya kami berharap semoga kegiatan Analisa Potensi Kecelakaan Kerja dan PAK
ini dapat bermanfaat dalam mengambil suatu kebijakan di bidang ketenagakerjaan secara efektif
dan efisien.

Bireuen, Nopember 2011

a.n. KEPALA
KABID TENAGA KERJA

I L Y A S, S.Pd
Pembina
NIP. 19611231 198206 1 007
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja

pada khususnya dan manusia pada umumnya,hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

yang adil dan makmur.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi

baik jasa maupun industri.Perkembangan pembangunan menimbulkan konsekuensi

meningkatnya intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan.Hal

tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah

terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis kecelakaannya.Sejalan

dengan perkembangan pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14

tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Mengenai Tenaga Kerja yang selanjutnya mengalami

perubahan menjadi UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagkerjaan.Dalam pasal 86 UU No.13

tahun 2003 dinyatakan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,moral dan kesusilaan dan perlakuan yang

sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut di atas maka dikeluarkanlah peraturan

perundang-undangan di bidang keselamatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya

yaitu Veiligheids Reglement,Stbl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai dalam

menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.Peraturan tersebut adalah Undang-Undang

No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala tempat

kerja,baik di darat,di dalam tanah,permukaan air,di dalam air maupun udara yang berada di

dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.


Tujuan dan sasaran daripada Undang-Undang Keselamatan Kerja seperti pada pokok-

pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang No.1 tahun 1970 antara lain:

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada dalam tempat kerja selalu dalam

keadaan selamat dan sehat.

2. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.

3. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman dan lancar.

Masalah kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

keselamatan dan kesehatan kerja.Masalah ini diperkirakan akan meningkat sehubungan makin

meningkatnya berbagai kegiatan industri dengan teknologi tingginya.Kuantitas dan kualitas

kecelakaan kerja cenderung masih tinggi karena K3 belum menjadi sikap mental dan budaya

bagi pekerja dan pengusaha.Oleh karena itu maka masalah kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja (PAK) perlu dicegah dan ditekan angka kejadiannya.

Konsep dasar dan mekanisme terjadinya kecelakaan dapat dilihat dari beberapa

pendekatan:

1. Human Failure (Kesalahan Manusia)

Pada hakekatnya merupakan sebab yang paling mendasar terhadap terjadinya

kecelakaan.Beberapa faktor yang mempengaruhi kesalahan manusia adalah faktor pribadi

yang terdiri dari beberapa hal sebagai berikut:

a. Fisik (ukuran,kekuatan)

b. Mental (perhatian.pengertian)

c. Pengetahuan dan Keahlian (pengalaman,latihan)

d. Motivasi (tujuan dan kehendak)

e. Emosi (pemarah,senang,tekanan)

f. Sikap (pemerhati)
2. Design Failure (Kesalahan Design)

3. Management Failure (Kesalahan Manajemen)


Diakibatkan oleh kurangnya pengendalian oleh manajemen antara lain berbentuk:
a. Program kurang memadai
b. Standar program kurang memadai
c. Gagal mengikuti standar
4. Component Failure (Kegagalan Komponen)
5. External Effect (Pengaruh Eksternal)
Perlindungan tenaga kerja merupakan faktor utama yang perlu mendapat perhatian dari

pengambil kebijakan di suatu perusahaan.Kebijakan K3 khususnya di suatu perusahaan

merupakan langkah utama dan yang pertama yang perlu dibuat secara tertulis serta diketahui

dan dimengerti sebaik-baiknya oleh seluruh jajaran manajemen maupun karyawan perusahaan

karena setiap kebijakan K3 di suatu perusahaan merupakan dasar sekaligus tekad dari

manajemen untuk mewujudkan K3 sebagaimana mestinya.Untuk dapat menginformasikan

kebijakan tersebut terhadap seluruh personil di dalam perusahaan,maka perlu dibuat suatu

kebijakan yang jelas di mana di dalamnya menyatakan visi perusahaan di bidang K3 antara lain:

a. Dinamis dan relevan dengan visi dan tujuan tempat kerja secara keseluruhan

b. Menetapkan kerangka kerja untuk peningkatan secara berkesinambungan melalui program

K3 yang menyeluruh,dan berhubungan dengan nilai,tujuan dan proses perusahaan

c. Secara luas mendefinisikan tanggungjawab semua pihak di tempat kerja

d. Diterapkan melalui perencanaan

I. PERENCANAAN

Keberhasilan penerapan dan pelaksanaan Sistem Manajemen K3 memerlukan suatu

proses perencanaan yang efektif dengan hasil keluaran (output) yang terdefinisi dengan baik

serta dapat diukur,serta tidak bertentangan dengan strategidan rencana-rencana kerja system

manajemen lainnya yang terdapat di perusahaan.


Kegiatan perencanaan merupakan kegiatan yang penting untuk penerapan awal

terhadap keseluruhan sistem manajemen serta bagi elemen-elemen tertentu dalam memperbaiki

sistem.Proses perencanaan harus ditujukan melalui proses identifikasi bahaya,penilaian dan

pengendalian resiko secara rutin yang berhubungan dengan kegiatan yang terdapat di tempat

kerja sesuai dengan persyaratan yang legal.Perencanaan dijalankan secara konsultasi dengan

area-area tempat kerja relevan yang terpengaruh oleh proses.Perencanaan mencakup

jadual,sumber daya dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan dan sasaran K3 dari suatu

perusahaan yang dapat mencakup berbagai bidang misalnya:

a. Rencana untuk mengelola dan mengendalikan penerapan awal Sistem Manajemen K3

b. Rencana K3 yang spesifik yang diperlukan untuk mengelola resiko K3

c. Rencana untuk menghadapi keadaan darurat yang diperlukan sebagai bagian dari kesiapan

perusahaan untuk menghadapi keadaan darurat yang dapat diprediksikan serta rencana

untuk mengurangi akibat yang mungkin timbul

d. Rencana untuk melakukan tindakan perbaikan menanggapi insiden

Identifikasi bahaya,penilaian dan pengendalian resiko harus dimasukkan ke dalam

pertimbangan penyusunan perencanaan sehingga dapat memenuhi kebijakan perusahaan

terhadap K3.Prosedur untuk pengidentifikasian bahaya dan penilaian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan,produk dan jasa harus disusun dan terus dipelihara di mana selanjutnya

dilakukan pengendalian terhadap resiko tersebut.Penerapan yang khusus dari prosedur

identifikasi bahaya,penilaian resiko serta pengendalian resiko harus menjadi bagian dari proses

perencanaan yang sedang berlangsung.

II. SASARAN DAN TARGET

Sasaran harus disusun untuk memperlihatkan kebijakan K3 di tempat kerja.Sasaran dan

target dapat diterapkan secara luas pada tempat kerja atau lebih sempit untuk tempat tertentu

atau kegiatan individu.Tinjauan awal menyediakan informasi K3 yang memperhatikan keadaan


pada saat itu pada tenaga kerja yang akan menggunakannya.Informasi ini kemudian digunakan

untuk mengidentifikasi area kerja,praktek atau kegiatan-kegiatan pada semua tingkatan di dalam

tempat kerja di mana kinerja K3nya lemah.Sasaran dan target harus konsisten dengan kebijakan

K3 tempat kerja,kemudian harus didasarkan pada peningkatan kinerja K3 di dalam area

kerja,praktek dan kegiatan-kegiatan yang terdapat di tempat kerja.Sasaran harus ditujukan pada

peningkatan kinerja K3 dan didukung oleh target yang jelas,terukur secara realistis dan

mempunyai jangka waktu.

III. INDIKATOR KINERJA

Pada saat tujuan dan sasaran ditetapkan,perusahaan harus mempertimbangkan untuk

menyusun indikator yang akan digunakan dalam pengukuran kinerja K3.Indikator tersebut dapat

dipakai sebagai dasar sistem evaluasi kinerja K3 serta dapat memberikan informasi mengenai

manajemen K3 serta kinerja operasionalnya,

Salah satu bentuk indikator K3 yang dapat digunakan adalah dengan sistem pencatatan

statistik yaitu perhitungan frekuensi rate,severity rate dan incident rate.Tujuannya adalah untuk

membandingkan dua atau lebih masa kerja sehingga dapat mengetahui sejauh mana langkah

pencegahan telah bermanfaat atau juga melihat perkembangan dari kinerja K3 yang telah

dilakukan oleh perusahaan.Rumusnya sendiri adalah sebagai berikut:

Frekuensi Rate = Jumlah Kejadian dalam Satuan Waktu x 1.000.000


Jumlah Jam Kerja Pekerja

Severity Rate = Jumlah Waktu Kerja Hilang x 1.000.000


Jumlah Jam Kerja Pekerja

Incident Rate = Jumlah Waktu Kerja Hilang x 100%


Jumlah Pekerja

Dengan menggabungkan indikator target dan indikator kinerja,maka akan dihasilkan suatu

sasaran yang khusus di mana sasaran tersebut dapat diukur,dicapai serta sesuai dengan

kenyataannya dan memiliki batasan waktu.


IV. IDENTIFIKASI BAHAYA,PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RESIKO

1. Identifikasi Bahaya

Semua bahaya harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan tingkat

resikonya,kemudian resiko-resiko tersebut harus dapat dikendalikan.Beberapa tahapan harus

diikuti sebagai bagian proses yang berlangsung secara berulang-ulang khususnya bila ada

perubahan di dalam tempat kerja seperti penggunaan unsur-unsur baru atau mesin baru atau

terdapat pengetahuan baru mengenai bahaya maupun perubahan perundangan.

2. Penilaian Resiko

Dalam menetapkan tingkat resiko maka diperlukan spesifikasi yang jelas mengenai

komponen-komponen yang berhubungan dari resiko tersebut.Setiap kejadian yang berbahaya

dapat menimbulkan akibat yang berbeda-beda tergantung urutan kejadiannya.Dengan demikian

tingkat resiko perlu dinilai secara terpisah untuk setiap urutan kejadian.Untuk menggabungkan

ketiga komponen resiko dalam menilai tingkat resiko:

a. Pilih akibat yang ditimbulkan secara spesifik atau urutan dari kejadian yang menimbulkan

bahaya.

b. Tentukan pemaparan yang mungkin timbul dari kejadian tersebut.

c. Memperkirakan kemungkinan atau peluang bahwa kejadian tersebut akan dapat

menimbulkan akibat khusus dan perlu dipertimbangkan.Setiap kejadian dari suatu kondisi

yang berbahaya mempunyai tingkat resiko tertentu.Integritas dan efektivitas tindakan

pengendalian resiko perlu disertakan pada saat memperkirakan kemungkinan.

3. Pengendalian Resiko

Perusahaan harus merencanakan pengaturan dan pengendalian terhadap

kegiatan,produk ataupun jasa yang dapat menimbulkan suatu resiko terhadap tenaga

kerjanya.Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan,menerapkan kebijakan dan standar-


standar untuk tempat kerja,perancangan fasilitas dan bahan seperti prosedur dan instruksi kerja

untuk mengelola dan mengendalikan setiap kegiatan.

Pendekatan yang paling sering dipakai dan dianjurkan dalam perundangan untuk

pengendalian resiko ini adalah dengan mengunakan hirarki pengendalian yaitu sebagai berikut:

a. Eliminasi

b. Substitusi

c. Pengendalian Rekayasa

d. Pengendalian Administratif

e. Alat Pelindung Diri (APD)

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Tujuan dilaksanakan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK adalah:

1. Menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi

2. Menentukan sebab yang sebenarnya

3. Mengukur resiko

4. Mengembangkan tindakan kontrol

5. Menentukan kecenderungan/trend

6. Menunjukkan peran serta

C. DASAR HUKUM

Adapun yang mendasari untuk dilaksanakan kegiatan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK

adalah :

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek

3. Keppres Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja
4. Permenakertrans Nomor Per 03/Men/1982 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat

Kerja

5. Permenaker Nomor Per 03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan

Kecelakaan

D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup kegiatan pelaksanaan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK adalah

sebagai berikut:

1. Semua obyek pengawasan ketenagakerjaan sesuai pasal 2 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Jenis-jenis norma ketenagakerjaan meliputi:

a. Norma Mekanik,Pesawat Uap dan Bejana Tekan

b. Norma Konstruksi Bangunan,Listrik dan Kebakaran

c. Norma Lingkungan Kerja

i. Norma Bahan Berbahaya

ii. Norma Ergonomi


BAB II

PELAKSANAAN ANALISA POTENSI KECELAKAAN KERJA DAN PAK

A. MEKANISME PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK di Kabupaten Bireuen

dilakukan dengan metode sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi potensi bahaya berdasarkan tingkat resiko yang mengacu pada file matriks

resiko.

2. Menentukan nilai (diambil dari matriks resiko) dengan asumsi apabila terjadi kecelakaan

berakibat lebih dari satu orang meninggal dan kemungkinan terjadinya pernah/bisa.

3. Mengurutkan daftar resiko berdasarkan prioritas penanganan (resiko yang teridentifikasi).

4. Mensyaratkan pengendalian resiko kecelakaan kerja dan PAK kepada perusahaan.

B. TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK dilaksanakan secara terpusat di
Kabupaten Bireuen mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2011 dengan jumlah
60 (enam puluh) perusahaan.

C. PEMBIAYAAN
Pelaksanaan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK di Kabupaten Bireuen dibiayai
oleh DIPA Program Perlindungan Tenaga Kerja dan Pengembangan Sistem Pengawasan
Ketenagakerjaan Tahun Anggaran 2011 Nomor : 0372/026-08.3.01/01/2011 tanggal
20 Desember 2010.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan bidang ketenagakerjaan,maka obyek

pengawasan meliputi perusahaan,tenaga kerja dan penerapan norma-norma ketenagakerjaan

antara lain guna melindungi pekerja yang bekerja di perusahaan dalam rangka mengembangkan

tindakan kontrol serta menetapkan kerangka kerja untuk peningkatan secara berkesinambungan

melalui program K3 yang menyeluruh dan berhubungan dengan nilai,tujuan dan proses

perusahaan.

Berikut ini adalah hasil pelaksanaan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK

sebanyak 60 (enam puluh) perusahaan di Kabupaten Bireuen:


BAB IV
PENUTUP

Pengawasan ketenagakerjaan khususnya analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK

dilaksanakan dengan identifikasi bahaya,penilaian dan pengendalian resiko dengan

mengembangkan fungsi preventif (pembinaan/penasehatan) tanpa meninggalkan tindakan

represif maka perlu suatu sistem pengawasan ketenagakerjaan yang komprehensif dan

integratif. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan suasana kerja yang nyaman dan produktif bagi

perusahaan dan tenaga kerja.

Analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK dapat dilaksanakan bila didukung dengan

kerjasama dan tatalaksana yang baik dalam suatu sistem pengawasan ketenagakerjaan.Analisa

potensi kecelakaan kerja dan PAK tahun 2011 telah memberikan suatu gambaran tentang masih

adanya pelanggaran norma ketenagakerjaan khususnya masalah K3 di perusahaan.Untuk itu

perlu adanya penerapan pengawasan norma ketenagakerjaan di tempat kerja secara efektif dan

efisien guna mengantisipasi permasalahan ketenagakerjaan yang ada.

Demikian laporan pelaksanaan analisa potensi kecelakaan kerja dan PAK Tahun 2011

semoga dapat memberikan gambaran tentang kegiatan,hasil capaian serta dapat bermanfaat

dalam mengambil suatu kebijakan di bidang ketenagakerjaan khususnya masalah keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) secara efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai