KELOMPOK 9 :
1. Nada Salsabila
2. Syaza
3. Siti Rahma Bakri
4. Senorita Bonita
5. Adelia Putri
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dengan mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, kami harap dapat
mengurangi kecemasan pada anak di ruangan Delima RS. Abdoel Moeluk
selama hospitalisasi dan juga dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas
melaluipengalaman bermain.
2. Tujuan Khusus
a. Anak dapat mengekspresikan perasaannya
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak.
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat.
d. Meningkatkan kreatifitas bermain anak.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Meskipun semua anak memperoleh manfaat fisik, sosial, emosional dan kognitif
dari aktivitas seni, kebutuhan tersebut akan semakin kuat pada saat mereka di
hospitalisasi (Rollins, 1995 dalam Wong, et al, 2008). Anak akan lebih mudah
mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka melalui seni, karena manusia
pertama kali berpikir memakai imajinasi kemudian diterjemahkan dalam kata-
kata. Misalnya, gambar anak-anak sebelum pembedahan sering bermakna
kekhawatiran yang tidak terungkapkan (Clatworthy, 1999 dalam Wong, et al,
2008).
2) Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah sesuatu yang memfasilitasi seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti kondisi
lingkungan,ada atau tidaknya sarana atau fasilitas kesehatan dan
kemampuan sumber-sumbermasyarakat serta program-program yang
mendukung untuk terbentuknya suatu tindakan (Supartini, 2004).
Untuk terwujudnya sikap perawat agar menjadi tindakan di perlukan
faktor pendukung di rumah sakit, seperti tersedianya sarana atau fasilitas
antara lain, ruangan bermain yang diatur sedemikian rupa, sehingga
memungkinkan untuk dilaksanakan aktifitas bermain pada anak, alat-alat
bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adanya protap yaitu prosedur kegiatan yang telah di tetapkan sebagai acuan
perawat dalam melaksanakan kegiatan bermain.Dan perlunya kebijakan
yaitu ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan
aktifitas bermain (Wong et al, 2008).
3) Faktor Pendorong
Faktor pendorong adalah akibat dari tindakan yang dilakukan
seseorang atau kelompok untuk memerima umpan balik yang positif atau
negatif yang meliputi support sosial, pengaruh teman, nasehat dan umpan
balik oleh pemberi pelayanan kesehatan atau pembuat keputusan, adanya
keuntungan sosial seperti penghargaan, keuntungan fisik seperti
kenyamanan, hadiah yang nyata, mengagumi seseorang yang
mendemonstrasikan tindakannya. Perubahan tingkah laku bisa didorong
juga oleh pemberian insentif dan hukuman. Sumber pendorong tergantung
pada objek, tipe program dan tempat. Di rumah sakit faktor pendorong bisa
berasal dari perawat, dokter dan keluarga (Green LW, 2010).
Perawat memerlukan faktor pendorong untuk melaksanakan
tindakannya tersebut yang berasal dari sikap atasannya, apakah atasannya
memberikan Universitas Sumatera Utaradorongan terhadap tindakan yang
telah di lakukannya, misalnya memberikan reward, insentif atau nilai angka
kredit; pengaruh teman, adanya dorongan atau ajakan dari perawat lain akan
memberikan dorongan kepada perawat untuk melakukan terapi bermain
secara bersama-sama atau bergantian. Kondisi klien, dengan adanya klian
dengan berbagai kelemahan dan tingkat stressnya karena lingkungan yang
asing akan mendorong perawat untuk memberikan aktifitas yang bisa
menghibur, yaitu dengan memberikan aktifitas bermain pada anak yang
sesuai dengan keadaan atau kondisi anak tersebut (Supartini, 2004).
4) Alat Mainan yang Sesuai dengan Usia dan Kondisi Anak
Alat mainan dapat diberikan pada anak dalam keadaan kondisi sakit ringan,
dimana anak dalam keadaan yang membutuhkan perawatan dan pengobatan
yang minimal. Pengamatan dekat dan tanda vital serta status dalam keadaan
normal dan kondisi sakit sedang, dimana anak dalam keadaan yang
membutuhkan perawatan dan pengobatan yang sedang, pengamatan dekat dan
status psikologis dalam keadaan normal. Sedangkan anak dalam keadaan sakit
berat tidak diberikan aktivitas bermain karena anak berada dalam status
psikologis dan tanda vital yang belum normal, anak gelisah, mengamuk serta
membutuhkan perawatan yang ketat (Whaley & Wong, 2004).
a. Pada usia bayi, saat anak mengalami sakit ringan, alat mainan yang sesuai
seperti balok dengan warna yang bervariasi, buku bergambar, cangkir atau
sendok, kotak musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi.
Sedangkan saat anak sakit sedang, mainan yang dapat diberikan berupa kotak
musik, giring-giring yang dipegang, boneka yang berbunyi (Wong, et al,
2008). Alat mainan yang dapat didorong dan ditarik, balok-balok, mainan
bermusik, alat rumah tangga, telephone mainan, buku gambar, kertas, crayon,
dan manik-manik besar dapat diberikan pada anak usia toodler saat
mengalami sakit yang ringan. Sedangkan pada saat anak sakit dalam tingkat
yang sedang, mainan yang diberikan dapat berupa mainan bermusik, alat
rumah tangga, telephone mainan, buku bergambar, dan manik-manik besar
(Wong, et al, 2008).
b. Pada usia pra sekolah, saat mereka mengalami sakit ringan, alat mainan yang
dapat diberikan berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar,
Universitas Sumatera Utarateka-teki, menyusun potongan gambar, kertas
untuk melipat-lipat, crayon, alat mainan bermusik dan majalah anak-anak.
Dan saat anak pra sekolah mengalami sakit sedang, mainan yang diberikan
dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku bergambar, dan alat
mainan musik (Wong, et al, 2008).
c. Pada usia sekolah, anak sudah mulai melakukan imaginasi. Maka alat mainan
yang dapat diberikan berupa permainan teka-teki, buku bacaan, alat untuk
menggambar, alat musik seperti harmonika. Sedangkan pada saat remaja,
anak mulai mencurahkan kreativitas yang dimilikinya, maka alat mainan yang
diberikan dapat berupa permainan catur, alat untuk mengggambar seperti cat
air, kanvas, kertas, majalah anak-anak atau remaja, dan buku cerita
(Hardjadinata, 2009).
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan Bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini bertema “Mengalihkan
kecemasan dengan bermain warna”. Kegiatan ini terdiri dari 1 sesi dengan
menggunakan kertas yang sudah terdapat berbagai macam gambar. Anak diajak
untuk mewarnai gambar-gambar tersebit, kemudian hasil pewarnaan yang telah
selesai diberikan tali untuk digantung ditempat tiap tidur anak.
B. Media dan Alat
1. Kertas yang sudah ada gambar
2. Pewarna
3. Tali
4. Lakban
C. Waktu Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019
Waktu : Pukul 09.00 s/d
Lama Kegiatan : 30 menit
Tempat : Ruang Terapi Bermain Anak
D. Sasaran
Kegiatan Bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi:
a. Anak usia 5-8 tahun
b. Anak tidak mengalami peningkatan suhu tubuh
c. Tidak terpasang alat-alat invasif (NGT, Kateter)
d. Tidak Bedrest
e. Tidak Infeksi
2. Kriteria Eksklusi:
a. Suhu tubuh meningkat (> 380C)
b. Terpasang alat-alat invasif
c. Bedrest
d. Infeksi
E. METODE
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi secara langsung yang dilakukan
oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.
F. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Syaza
2. Co Leader : Adelia Putri
3. Fasilitator : a.Senorita Bonita
b.Siti Rahma Bakri
4. Observer : Nada Salsabila
G. PEMBAGIAN TUGAS
1. Leader : Syaza
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
H. SETTING TEMPAT
Keterangan:
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Leader
I. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Waktu Terapis Anak Ket
1 5 menit Pembukaan :
a. Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri terapis Mendengarkan
c. Memperkenalkan pembimbing
d. Memperkenalkan anak satu Mendengarkan
persatu dan anak saling
berkenalan Mendengarkan dan
e. Kontrak waktu dengan anak saling berkenalan
f. Mempersilahkan Leader
Mendengarkan
Mendengarkan
2 25 Kegiatan bermain :
menit a. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan
b. Menanyakan pada anak, anak Menjawab pertanyaan
mau bermain atau tidak
c. Membagikan permainan Menerima permainan
d. Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi anak
e. Fasilitator mengobservasi anak Bermain
f. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
3 10 Penutup :
menit a. Leader Menghentikan Selesai bermain
permainan
b. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan
perasaan
c. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar anak
dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi poin
penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut. Faktor keamanan
dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak
hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan
tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini.
2004. Grafindo: Jakarta
Widyasari. 2009
Http:// www. Terapibermain.wordpress.com
Stuart, Gail and Laraia, Michele. (1998). Principles and practice of psychiatric nursing.
St. Louis: Mosby.
Internet. http://klinis.wordpress.com/2007/08/30/penerapan-terapi-bermain-bagi-
penyandang-autisme-1/. Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 04.00 p.m.
Internet. http://konsultanmainan.multiply.com/journal/item/5/Terapi_Bermain.
Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.30 p.m.
Internet. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pathology/1916947-terapi-
bermain/Downloaded on Wednesday, 14th April 2010 at 03.45 p.m.