Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit mematikan ke-9 di dunia modern adalah meningitis umum. Jumlah rata-
rata infeksi: lebih dari 1 juta orang setiap tahun. Meningitis merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia, tidak hanya dalam hal tingkat kematian, tetapi juga
dalam kehidupan setelah pemulihan penuh juga. Infeksi yang fatal meliputi otak dan
sumsum daerah tulang belakang. Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem
saraf pusat (Suriadi & Yuliani R. 2010). Meningitis merupakan keradangan pada daerah
meningen, meningitis itu sendiri terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan
oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya
disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum tulang
belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur), tetapi
juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi
lainnya (WHO, 2014).
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan pasien
dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis
itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu : Meningitis purulenta dan meningitis tuberculosa. Meningitis purulenta adalah
radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan
pada anak daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat
komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya
pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis
dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ /
jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus
influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.

1
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak
sempurna / pengobatan yang terlambat. Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi
gambaran klasik meningitis. Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam,
muntah, gelisah, kejang berulang, kadang-kadang didapat pula high pitched cry (papa
bayi). Tanda fisik yang tamapk jelas adalah ubun-ubun tegang dan menonjol, sedangkan
tanda brudsinski dan kernig sulit dievaluasi. Oleh karena insiden meningitis pada umur
ini sangat tinggi, maka adanya infeksi susunan saraf pusat perlu dicurigai pada anak
dengan demam terus menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Data WHO menunjukkan, sekitar 1,8 juta bayi dan balita meninggal setiap tahun
akibat meningitis. Insiden meningitis bakteri di negara maju sudah menurun sebagai
akibat keberhasilan imunisasi HiB (Haemophilus influenzae tipe B) dan IPD (invasive
pneumococcal diseases). Kejadian meningitis bakterial oleh HiB turun 94 persen dan
insiden penyakit invasif oleh S.pneumoniae turun dari 51,5 kasus per 100.000 anak usia 1
tahun menjadi 0 kasus setelah 4 tahun program imunisasi IPD dilakukan.
Di Indonesia, angka meningitis bakteri pada bayi dan balita masih lebih tinggi
dibanding negara maju. Padahal, penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling
mematikan di dunia, tidak hanya dalam angka kematian, tapi juga risiko kecacatan yang
ditimbulkan setelah kesembuhan. Infeksi yang fatal meliputi otak dan sumsum daerah
tulang belakang. Bahkan, dengan diagnosis dini dan pengobatan yang dilakukan secara
segera, 5 sampai 10 persen dari pasien yang mengalaminya tetap tidak
tertolong. Sebanyak 10 sampai 20 persen pasien yang telah sembuh menderita gangguan
pendengaran, kerusakan otak, atau gangguan mental. Berdsarkan data yang diperoleh dari
RS M.Djamil Padang terdapat 11 orang anak dengan meningitis pada bulan Desember.
Rata-rata lama anak yang di rawat dengan meningitis adalah lebih dari 3 minggu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada An. H dengan penyakit Meningitis.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui landasan teori tentang Meningitis.
b. Mengetahui landasan teoritis askep Meningitis.
1. Mengetahui dan memahami defenisi Meningitis.
2. Mengetahui dan memahami etiologi Meningitis.
2
3. Mengetahui dan memahami manifestasi Meningitis.
4. Mengetahui dan memahami pathofisiologi Meningitis.
5. Mengetahui dan memahami klasifikasi Meningitis.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Meningitis.
c. Agar mahasiswa mampu menyesuaikan asuhan keperawatan pada anak
yang mengalami meningitis dari segi teori maupun kasus dilapangan yang
mencakup:
1. Pengkajian pada anak Meningitis.
2. Menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan Meningitis.
3. Membuat perencanaan pada anak yang mengalami Meningitis.
4. Mengimplementasikan pada anak yang mengalami Meningitis.
5. Mengevaluasi dan mendokumentasikan catatan perkembangan anak
Meningitis.

BAB II
TEORI MENINGITIS

1. Defenisi
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat (Suriadi, 2006).
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri
terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau
3
disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan
oleh virus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum
tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur),
tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi
lainnya (WHO, 2014).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis
yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
2. Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
 Haemophillus influenza (tipe B)
 Nesseria meningitides (meningococcal)
 Hemolytic streptococcus
 Streptococcus pneumoniae
 Staphylococcus aureus
 Escherichia coli

4
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen, cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya
sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel
sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau
neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
c. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
d. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
e. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat
imunosupresi.
f. Faktor resiko terjadinya meningitis :
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas
faktor pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
a. Otitis media
b. Pneumonia
c. Sinusitis
d. Sickle cell anemia
e. Fraktur cranial, trauma otak
f. Operasi spinal
g. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system
kekebalan tubuh seperti AIDS.
2. Trauma kepala

5
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium.

3. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra
kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah: Hiperemi pada meningen. Edema
dan ekudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial.
Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya dapat
melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral atau kelainan
sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tenggkorak dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pust melalui ruang sub-arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel. Dari reaksi radang
muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan
sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.
Meningitis bakteri: netrofil, limfosit dan yang lainnya merupakan sel respon radang.
Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang subarachnoid.
Penumpukan pada CSF akan bertambah dan menganggu aliran CSF di sekitar otak dan
medulla spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan
ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infarct.

6
Meingitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes
simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada
mikroorganisme pada kultur CSF.

4. Manifestasi Klinis
 Neonatus: menolak untuk makan,reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
 Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
(menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
 Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol,
kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.

5. Pemeriksaan Diagnostik
 Pungsi lumbal : tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat,
glukosa menurn, protein meningkat.
1. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
2. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
 Kultur darah
1. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
2. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping
itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
3. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
 Kultur swab hidung dan tenggorokan

6. Penatalaksaan Medis
 Isolasi
 Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena

7
 Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah
edema
 Mencegah dan mengobati komplikasi aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi
heparin pada anak yang mengalami DIC
 Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepelepsi
 Mempertahankan ventilasi
 Mengurangi meningkatnya TIK
 Penatalaksanaan syok bakterial
 Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
 Memperbaiki anemia

7. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
 Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
 Hidrosepalus obstruktif. Peradangan pada meningen dapat merangsang
kenaikan produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS
yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di
intrakranial.
 Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang
tepat.
 Epilepsi
 Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis
yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak
sebagai tempat menyimpan memori.
 Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang
tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik
yang digunakan untuk pengobatan.
8. WOC

8
A. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir, NO. MR
penanggungjawab, dll.
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama: biasanya anak mengalami sesak napas, panas badan
tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran.
- Riwayat kesehatan sekarang: pada anak meningitis biasanya didapatkan
keluhan berupa peningkatan TIK ditandai dengan sakit kepala dan demam.
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian
pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat
dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan
demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu
mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana
sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan
tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang
memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui
pembuluh darah.
- Riwayat penyakit dahulu: kaji apakah pernah mengalami TBC dan ISPA,
tanyakan apakah pernah mengalami trauma kepala atau riwayat pembedahan
pada otak. Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan

9
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh
immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan
pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani
pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberculosia. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien,
seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan
reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
- Riwayat penyakit keluarga: biasanya didapatkan data adanya infeksi pada
ibu diakhir kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks
menghisap kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan
menagis lemah
- Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala,
muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky
positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
- Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya letargi,
iritabilitas, kepucatan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah, peningkatan
tekanan intrakranial, fontanel menonjol dan adanya kejang. Pada pemeriksaan
dapat ditemukan adanya kaku kuduk, tanda kerning dan brudzinsky kadang-
kadang positif, cairan, serebrospinalis berwarna jernih dengan jumlah sel 20
3
sampai beberapa ribu per mm . Ditemukan adanya jumlah sel
polimorfonukleus lebih banyak daripada limfosit.

Berdasarkan buku “Core Topics in Critical Care Medicine” (Smith F G, 2010),


pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien meningitis meliputi:
1. Tanda-tanda vital (TTV)
Pada klien meningitis biasanya didapatkan peningkatan suhu tubuh tubuh dari
normal 38-41° C, dimulai pada fase sistemik, kemerahan, panas, kulit kering,

10
berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi
meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut
nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan
frekuensi napas sering kali berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum
dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan
darah (TD) biasanya normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.

2. Pengkajian Tingkat Kesadaran


Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kewaspadaan
klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi
sistem persaralan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan
dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien meningitis biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.

3. Pengkajian Fungsi Serebral


Status mental: pada anak yang lebih besar observasi penampilan, tingkah laku,
nilai gays bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien meningitis
tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.

4. Pengkajian Saraf Kranial


a. Saraf I : biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
b. Saraf II : Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal. Pemeriksaan
papiledema mungkin didapatkan terurama pada meningitis supuratif disertai abses
serebri dan efusi subdural yang menyebabkan terjadinya peningkatan TIK
berlangsung lama.
c. Saraf III, IV, dan VI : Pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien
meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Pada
tahap lanjut meningitis yang retail mengganggu kesadaran, tanda-tanda perubahan
11
dari fungsi dan reaksi pupil akin didapatkan.Dengan alasan yang tidak diketahui,
klien meningitis mengeliuh mengalami fotofobia atau sensitif yang berlebihan
terhadap cahaya.
d. Saraf V : umumnya tidak didapatkan paralisis pada otot wajah dan refleks
kornea biasanya tidak ada kelainan.
e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
f. Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
g. Saraf IX dan X :Kemampuan menelan baik.
h. Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleido mastoideus dan trapezius.
Adanya usaha klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk (rigiditas
nukal)
i. Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.

5. Pengkajian Sistem Sensorik


Pemeriksaan sensorik pada meningitis biasanya didapatkan sensasi raba,
nyeri, suhu yang normal, tidak ada perasaan abnormal di permukaan tubuh, sensasi
propriosefsi, dan diskriminarif normal.
Pemeriksaan fisik lainnya terutama yang herhubungan dengan peningkatan
TIK (tekanan intrakranial). Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat
purulen dan edema serebral terdiri atas: perubahan karakterisrik tanda-tanda vital
(melebarnya tekanan nadi dan bradikardia). Pernapasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah, dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam merupakan salah satu cirri yang mencolok pada meningitis
meningokokus.Sekitar setengah dari semua klien terdapat lesi-lesi pada kulit,
diantaranya ruam, petekie dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang
luas.Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali, yang
umumnta terlihat pada semua tipe meningitis, yaitu kaku kuduk, tanda kernig positif,
dan tanda brudzinski positif.
a. Kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi
dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu

12
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda Kernig Positif
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d. Tanda Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral

6. Pengkajian Sistem Motorik


Biasanya penderita kekuatan otot menurun, kontrol keseimbangan, dan
koordinasi pada meningitis tahap lanjut mengalami perubahan.

7. B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan frekuensi napas yang sering didapatkan pada klien
meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi toraks
hanya dilakukan jika terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi
pleura massif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis).Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan
penyebaran primer dari paru.

13
8. B2 (Mood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada klien
meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok).
Infeksi fulminasi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus,
dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura
yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda koagulasi
intravaskular diseminata (CID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
setelah serangan infeksi.

9. B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya
volume pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.

10. B5 (Bowel)
Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam
lambung.Pementihan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan
adanya kejang.

11. B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (tumit dan pergelangan
kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara
umum sehingga dapat mengganggu ADL.

3. Diagnosa Keperawatan
N
NANDA NOC NIC
O
1 Pola nafas tidak Status respirasi : Kepatenan Manajemen jalan napas
Aktivitas :
14
efektif Jalan nafas  Posisikan pasien untuk
Indikator :
memaksimalkan ventilasi yang
 Tidak ada demam
 Tidak ada cemas potensial
 Tidak ada tercekik
 Identifikasi masukan jalan
 Frekuensi napas dbn
 Irama napas dbn nafas baik yang aktual ataupun
 Tidak ada suara napas
potensial
tambahan
 Keluarkan sekret dengan batuk
Status Pernapasan : Ventilasi
atau suction/pengisapan
Indikator :
 Auskultasi bunyi nafas, catat
 Frekuensi napas dbn
adanya ventilasi yang turun
 Irama napas dbn
 Kedalaman inspirasi atau yang hilang dan catat
 Penggunaan otot
adanya bunyi tambahan
aksesoris tambahan
 Atur intake cairan untuk
tidak ada
mengoptimalkan
 ]suara napas tambahan
keseimbangan cairan
tidak ada
 Posisikan pasien untuk
mengurangi dispnue
 Monitor pernafasan dan status
oksigen.
Terapi Oksigen
Aktivitas :
 Bersihkan mulut, hidung dan
sekret trakea
 Pertahankan jalan napas yang
paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigen
Pemantauan tanda-tanda Vital :
Aktivitas :
 Ukur tekanan darah, denyut
15
nadi, temperature, dan status
pernafasan, jika diperlukan
 Catat gejala dan turun naiknya
tekanan darah
 Ukur tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama,
dan setelah beraktivitas, jika
diperlukan
 Pertahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
 Pantau dan mencatat tnda-
tanda dan syimptom
hypothermia dan hyperthermia
 Pantau timbulnya dan mutu
nadi
2 Gangguan perfusi Kemampuan Kognitif  Pantau tanda-tanda vital, seperti
serebral Indikator : catat :
 Berkomunikasi o Adanya hipertensi/
jelas atau tidak sesuai hipotensi, bandingkan tekanan
dengan usia dan darah yang terbaca pada kedua
kemampuan. lengan.
 Perhatian, o Frekuensi dan irama
konsentrasi. jantung ; auskultasi adanya mur-
 Memori jangka mur.
panjang dan saat ini. o Catat pola dan irama dari
 Pengolahan pernafasan, seperti adanya
informasi. periode apnea setelah
 Membuat pernafasan hiperventilasi,
keputusan yang tepat. pernafasan Cheyne-Stokes.
Status Neurologikal  Catat perubahan dalam
Indikator : penglihatan, seperti adanya
 Status mental kebutaan, gangguan lapang
 Kesadaran pandang/kedalaman persepsi

16
 Kontrol motor  Kaji fungsi-fungsi yang lebih
pusat (perubahan tinggi, seperti fungsi bicara jika
respon motorik). pasien sadar
 Letakkan kepala dengan posisi
 Sulit Menelan
agak ditinggikan dan dalam posisi
Perfusi Jaringan : serebral
anatomis (netral).
Indikator:
Pertahankan keadaan tirah baring;
Hasil yang diharapkan/Kriteria
ciptakan lingkungan yang tenang;
evaluasi pasien akan :
batasi pengunjung/ aktivitas pasien
 Mempertahankan
sesuai indikasi. Berikan istirahat
tingkat kesadaran biasanya/
secara periodik antara aktivitas
membaik, fungsi kognitif
perawatan, batasi lamanya setiap
dan motorik/sensori
prosedur.
 Mendemonstrasikan
tanda-tanda vital stabil dan
tak adanya tanda-tanda
peningkatan TIK.
 Menunjukkan tidak ada
kelanjutan deteriorasi/
kekambuhan defisit.

3 Ketidakseimbangan Keseimbangan cairan Manajemen Elektrolit / Cairan


cairan elektrolit Indikator : Aktivitas:
- Tekanan darah : DBH  Memantau tingkat serum
- Palpasi nadi perifer elektrolit
- Hipotensi Ortostatik (-)  Memantau albumin serum dan
- Kesimbangan intake &
kadar total protein
output (24jam)  Pantau ketidakseimbangan
- Perubahan suara napas
asam-basa
(-)  Mengenali dan melaporkan
- Kestabilan berat badan
- Asites (-) adanya ketidakseimbangan
- Edema Perifer (-) elektrolit
- Mata Cekung (-)  Pantau kehilangan cairan dan
17
- Kebingungan (-) elektrolit
- Rasa haus abnormal (-)  Catatan perubahan sensasi
- Hidrasi kulit perifer dan tremor
- Kelembaban mukosa  Catat kekuatan otot
kulit  Pantau mual , muntah dan
- Elektrolit serum : DBN diare
- Hematokrit : DBN  Mengidentifikasi pengobatan
- Berat jenis Urin DBN
yang dapat mengubah status
elektrolit , seperti penyedotan GI ,
Hidrasi
diuretik , anthiypertensives dan
Indicator :
calcium channel blockers
- Turgor kulit
 Memantau penyakit medis
- Kelembaban membran
yang mendasari yang dapat
mukosa
- Asupan cairan menyebabkan ketidakseimbangan
- Output urin elektrolit
- Natrium serum  Pantau adanya tanda dan gejala
- Perfusi jaringan
- Fungsi kognitif hipokalemia : kelemahan otot ,
penyimpangan jantung ( PVC ) ,
interval QT yang berkepanjangan ,
diratakan atau depresi gelombang
T , depresi segmen ST , kehadiran
gelombang U , kelelahan ,
paresthesia , refleks menurun ,
anoreksia , sembelit , penurunan
GI motilitas , pusing, kebingungan
, meningkatkan sensitivitas , untuk
digitalis , dan depresi pernapasan
 Pantau tanda-tanda / gejala
hiponatremia : disorientasi ,
berkedut otot , mual dan muntah ,
kram perut , sakit kepala ,
perubahan kepribadian , kejang ,
kelesuan , kelelahan , penarikan ,

18
dan koma
Menajemen Syok : Volume
Aktivitas:
 Pantau kehilangan darah,
dehidrasi berat, atau perdarahan
persisten
 Periksa semua pengeluaran
 Mencegah hilangnya volume
darah ( misalnya melakukan
penekanan pada tempat terjadi
perdarahan
 Pantau penurunan tekanan
darah
 Monitor kadar karbondioksida
 Pantau tanda – tanda dan
gejala syok hipovolemik (misalnya
rasa haus meningkat, peningkatan
SDM, peningkatan SVR,
penurunan output urine,
penurunan bising usus, penurunan
perpusion perifer, perubahan
status mental, atau perubahan
pernafasan)
 Posisikan pasien dalam
keadaan yang optimal
 Memasukkan dan
mempertahankan akses IV
 Berikan cairan IV seperti
kristaloid isotonik atau koloid,
yang sesuai
 Prosedur pemberian darah
sesuai dengan petunjuk
 Berikan oksigen dan / atau
ventilasi mekanis, yang sesuai
 Menggambar gas darah arteri
19
dan memonitor oksigenasi
jaringan
 Memantau kadar hemoglobin /
hematokrit
 Berikan tambahan darah yang
sesuai (misalnya : sel darah merah,
trombosit)
 Monitor faktor koagulasi,
termasuk waktu protombin (PT),
PTT, fibrinogen, degradasi fibrin,
dan jumlah trombosit yang
diperlukan.
 Monitor hasil laboraturium
(misalnya : serum laktat,
keseimbangan asam basa, profil
metabolik dan elektrolit)
4 Hipertermi Termoregulasi Pengobatan Demam
Termoregulasi adalah Aktivitas :
keseimbangan diantara  Pantau suhu berkali-kali
produksi panas, peningkatan jika diperlukan
panas dan kehilangan panas.  Tutup pasien dengan
selimut, jika hanya diperlukan
Indikator :  Pemberian kompres hangat
- Tidak adanya sakit  Pantau untuk penurunan
kepala tingkat kesadaran
- Tidak adanya ngilu  Pantau aktivitas berlebihan
pada otot  Pantau intake dan output
- Tidak adanya
 Berikan pengobatan yang
iritabilitas
- Tidak adanya perasaan tepat untuk mencegah atau

mengantuk mengontrol gemetaran


- Tidak adanya kejang  Atur oksigen, jika
pada otot diperlukan
 Tempatkan pasien pada
20
Status Tanda-Tanda Vital bagian hipotermia, jika diperlukan
Indikator :
- Temperature Pemantauan Tanda-Tanda Vital
- Denyut nadi apical Aktivitas :
- Denyut nadi radial
- Pernapasan  Mengukur
- Tekanan daras sistolik tekanan darah, denyut nadi,
- Tekanan darah diastolic
temperature, dan status
pernafasan, jika diperlukan
 Mencatat
gejala dan turun naiknya tekanan
darah
 Mebgukur
tekanan darah ketika pasien
berbaring, duduk, dan berdiri, jika
diperlukan
 Auskultasi
tekanan darah pada kedua lengan
dan bandingkan, jika diperlukan
 Mengukur
tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas, jika
diperlukan
 Mempertah
ankan suhu alat pengukur, jika
diperlukan
 Memantau
dan mencatat tnda-tanda dan
syimptom hypothermia dan
hyperthermia
 Memantau
naik turunnya tekanan nadi
 Memnatau
tingkatan irama cardiac
21
 Memantau
suara jantung
 Memantau
tingkat dan irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan kesimetrisan)
 Memantau
suara paru

BAB III
LAPORAN KASUS

Nama mahasiswa : kelompok K


Tempat Praktek : Ruang HCU (High Care Unit) Anak
Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2016

Tanggal klien masuk : 24 Maret 2016


No. RM : 941469

I.IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. Y
BB/TB : 8 kg / 84 cm
Tempat Tanggal Lahir/ Usia : Lubuk basung, 18-09-2012
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Anak : belum sekolah
Anak ke :1

22
Nama Ibu : Ny. R
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Tran Padang Mardani Utara Lubuk Basung.
Dx. Medis : Meningitis TB

II. KELUHAN UTAMA :


Kejang dengan penurunan kesadaran 30 jam sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 2
kali dengan lama ± 5 menit.
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal :
Usia ibu saat hamil 18 tahun. Ibu tidak pernah sakit selama hamil. Ibu tidak pernah
jatuh selama hamil. Ibu tidak pernah minum pil penenang saat hamil. Ibu merasa
senang selama kehamilan dan ibu belum pernah keguguran sebelumnya. Umur
kehamilan cukup bulan (9 bulan). Ibu rutin memeriksakan kandungannya. Saat
pemeriksaan kandungan ibu, letak janin dalam kandungan normal. An.Y merupakan
anak ke 1 dari 2 bersaudara.

2. Intranatal :
An.Y lahir di klinik bersalin dibantu oleh bidan melalui pervaginam, langsung
menangis kuat saat lahir dengan BBL 3.500 gr dan PBL 50 cm.

3. Postnatal :
An. Y lahir cukup bulan dengan usia kehamilan ibu 9 bulan 10 hari. Tidak ada
komplikasi setelah melahirkan. An. Y menyusu dengan ibu sampai umur 6 bulan. An.Y
mendapatkan nasi tim dari umur 6 bulan-12 bulan. An. Y mengkonsumsi susu
formula. An.Y bisa tengkurap umur 3 bulan, An. Y bisa duduk umur 6 bulan dan
berdiri umur 9 bulan. An.Y mampu berkomunikasi maupun berinteraksi dengan teman
sebaya maupun keluarga yang lebih besar.

IV. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Keluarga mengatakan An. Y sudah mengalami demam yang hilang timbul sejak 2
bulan sebelum masuk Rumah Sakit. Demam tidak menggigil, dan tidak berkeringat.
Keluarga mengatakan berat badan an Y sudah turun sejak 2 bulan yang lalu. Sebelum
sakit berat badan An Y 14 kg dan berat badan sekarang 8 kg . Keluarga mengatakan
23
An Y biasanya berobat kebidan jika An Y sakit ringan. Sebelum dirujuk ke RSUP Dr.
M djamil Padang An Y sempat rawat jalan di poli klinik RSUD Lubuk Basung ± 2
minggu. Selama rawat jalan An Y mendapatkan terapi OAT. Sejak 3 hari yang lalu
An Y demam dan diare, dalam masa rawatan An Y mengalami kejang dan penurunan
kesadaran. An Y langsung dirujuk ke RSUP Dr. M DJamil Padang dengan diagnosa
Meningitis TB + TB milier + Gizi buruk+ anemia dengan: Hb= 7,8 g/dl. Leukosit
=15.200/mm3, Ht= 25%, trombosit= 426.000/mm3.
2. Pernah dirawat di RS :
RSUD Lubuk Basung.

3. Obat- obatan yang pernah digunakan :


Sebelumnya An Y sudah mendapatkan terapi IVFD Kaen 1B 16 tetes/menit ( makro),
SF LLM 85 cc/ 2jam, Resomal 50 cc/ diare, asam folat 1x 1 mg, Ampicilin 6 x 400 IV,
gentamicin 2x 30 mg, OAT (INH 1x 75 mg, Rifampicin 1x 120mg, pirazinamid 1x 190
mg, vit B6 1x 10mg, Orezink 1x 1 cth, Paracetamol 3x ¾ cth, Luminal 2 x35mg, Vit A,
Prednisone 3x7,5 gr.
4. Alergi : tidak ada
5. Kecelakaan : tidak ada
6. Riwayat imunisasi : imunisasi lengkap

Jenis Imunisasi I II III


BCG 1 bulan
Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 2 bulan 4 bulan 6 bulan
DTP 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak 9 bulan - -

V. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Pada dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Maret 2016 keluarga An.Y
mengatakan An. Y tidak sadar sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Saat pengkajian
An.Y deman, berkeringat dan tidak ada kejang, An.Y terbaring lemah di tempat tidur.
Keluarga mengatakan An.Y sudah BAB 5x sejak pagi dengan konsistensi encer,
berampas dan sedikit berlendir. An. Y penurunan kesadaran dengan GCS = 7 (E2M4V1).
Kelurga An Y mengatakan selama sakit An Y tidak nafsu makan, dan mengalami
penurunan BB 6 kg dalam 2 bulan. BB sebelum sakit = 14kg. An. Y terpasang NGT,
Oksigen 2 liter/menit, dan IVFD Koreksi NaCl 3% 112 cc / 6 jam.
24
BB sekarang = 8kg, dan TB = 84 cm.

VI. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA disertai Genogram 3 (tiga)

Keterangan :
Pasien

VII. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG


1. Kemandirian dan bergaul :
Tepuk Tangan (-), Menyatakan keinginan (-), Daag-daag dengan tangan(+), main
bola(-), menirukan kegiatan (-), minum dengan cangkir(-)
2. Motorik Kasar :
berdiri 2 detik (-), berdiri sendiri(-)
3. Motorik Halus :
membenturkan 2 kubus (-), menaruh kubus di bangku (-)
4. Kognitif dan Bahasa :
mengoceh (+), papa/mama spesifik (-), 1 kata (-)
5. Psikososial :
An.H berada pada tahap percaya dan tidak percaya pada seseorang baik itu orang tua,
kakak ataupun perawat. Jika terjadi suatu kesalahan akan dapat menimbulkan rasa tidak
percaya An.H terhadap orang tersebut.
6. Lain-lain :

VIII. RIWAYAT SOSIAL


1. Yang mengasuh klien : ibu (Ny. R) dan nenek (Ny. W)
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : An.Y mempunyai banyak teman
4. Pembawaan secara umum : biasanya anak aktif, tidak pemalu,
dan mudah bergaul

25
5. Lingkungan rumah : rumah permanen, kamar mandi di
dalam rumah hygiene dan sanitasi lingkungan bagus.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : buruk, penurunan kesadaran dengan GCS : 7 (E3M2V4)
2. Tanda-tanda vital : TD = 100/60 mmHg, N = 132 x/ menit, S = 38,3oC, P = 24
x/menit
3. TB/ BB (cm) : 84 cm/ 8 kg
4. Lila : 9 cm
5. Kepala
a. Lingkar kepala : 45 cm
b. Rambut : Kebersihan : baik
Warna : hitam
Tekstur : halus
Distribusi rambut : tipis dan rontok
c. Wajah : simetris, memerah karena panas.
6. Mata : Simetris :
Sclera : tidak ikterik
Konjungtiva : anemis
Palpebra : tidak udem
Pupil :Ukuran : 2mm
Bentuk : isokor
Reaksi Cahaya : +/+ (normal)
7. Telinga : Simetris :
Serumen :-
Pendengaran : normal
8. Hidung : Septum simetris :
Sekret : tidak ada
Polip : tidak ada
9. Mulut : Kebersihan : kurang
Warna Bibir : gelap
Kelembapan : kering
a. Lidah : tidak ada candidiasis
b. Gigi : pertumbuhan gigi normal, tidak ada caries
10. Leher
a. Kelenjer Getah Bening: tidak ada teraba pembesaran KGB
b. Kelenjer Tiroid : tidak ada terlihat & teraba pembesaran kel.tiroid
26
c. JVP : susah dinilai
11. Dada
a. Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada tidak ada
b. Palpasi : tidak teraba massa
12. Jantung
a. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
c. Auskultasi : irama teratur, bising (-) normal
d. Perkusi :-
13. Paru-paru :
a. Inspeksi : simetris kiri dan kanan
b. Palpasi : fremitus sukar dinilai
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : bronkovesikuler, ronki +/+, wh -/-.
14. Perut
a. Inspeksi : distensi (-)
b. Palpasi : hepar teraba, lien tidak teraba
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus hiperaktif 28x/menit (+)
15. Punggung : bentuk : tidak ditemukan kelainan (normal)
16. Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot : 1 1 1 1 1 1
111 111
Atas : akral hangat, CRT < 2 detik, terpasang IVFD Koreksi NaCl
3% 112 tts/menit pada tangan kanan, tidak ada sianosis.
Bawah : akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada sianosis.
17. Genitalia : tidak ada kelainan.
18. Kulit : Warna : pucat
Tugor : kurang
Integritas : baik
Elastisitas : baik

19. Pemeriksaan neurologis :


- Pemeriksaan kaku kuduk : +
- Pemeriksaan tanda kernig : +
- Pemeriksaan tanda Brudzinski I : +
- Pemeriksaan tanda Brudzinski II : +
Kesimpulan : Rangsangan Meningeal positif

X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG


- DDST :
- STATUS NUTRISI :
BB/TB : 8 kg/84 cm
Status gizi : SD < -3 (sangat kurus)
27
BB/U : 8/15 x 100% = 53,4 %
TB/U : 84/98 x 100 % : 85,71%
Status gizi : gizi kurang

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL (Erick.H.Erickson)


An. Y dalam keadaan sakit, keluarga berharap akan kesembuhan dan hubungan klien,
orang tua dan lingkungan baik. Perkembangan Psikososial An.Y sesuai dengan tahap
perkembangan Erickson yaitu An.Y berada pada tahap inisiatif dan kesalahan untuk umur
3-5 tahun (umur An.Y 3 tahun, 6 bulan). Menurut keluarga, An.Y sudah mulai
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap
segala hal yang dilihatnya. Namun ketika sakit atau saat pengkajian, pengkajian psikologi
tidak dapat dilakukan secara kepada anak, karena An.Y mengalami penurunan kesadaran.

XII. PEMERIKSAAN SPIRITUAL


Keluarga An. Y beragama Islam, ketika anak sakit orang tua berusaha membacakan dan
mendengarkan bacaan Al-Qur’an

XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium :
24/12/2015
Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik
- glukosa sewaktu : 108 mg/dl (70 – 110 mg/dl)
- kalsium : 8,2 mg/dl (81 – 10,4 mg/dl)
- Natrium : 108 mmol/L (136 – 145 mmol/L)
- Kalium : 3,1 Mmol/ L ( 3,5 – 5, 1 Mmol/L)
- Klorida serum : 77 Mmol / L (97-111 Mmol/L)
- Total Protein : 5,2 gr / dl (6,6 – 8,7 gr / dl)
- Albumin : 2,7 gr / dl (3,8 – 5,0 gr/dl)
- Globulin : 2,5 gr/dl (1, 3 – 2,7 gr/dl)
Hasil Pemeriksaan Hematologi
- Hemoglogin : 7,2 gr/dl (14 – 18 gr / dl)
- Leukosit : 9.500/ mm3 (5000 – 10000 / mm3)
- Hematokrit : 23 % (40 – 48 %)
- Trombosit : 398.000/ mm3 ( 150.000 – 400000 )

XIV. KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI


No Jenis Kebutuhan Di Rumah/sebelum sakit Di Rumah sakit
1 Makan Nasi, lauk, sayuran Resomal (campuran
oralit + KCl+ gula pasir

28
15 gr ) dan F 75 (90 cc)
2 Minum 8 gelas / hari, susu Air putih ± 500 cc/hari
3 Tidur Nyenyak Tidak sadar
4 Mandi 2 kali sehari 1 kali sehari
5 Eliminasi Biasa BAB 5 x / hari, encer
6 Bermain Aktif Pasif

XV. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


An. Y (laki – laki, 3 tahun 6 bulan) masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada
tanggal 24 Maret 2016 melalui IGD rujukan dari RSUD Lubuk Basung dengan keluhan
kejang dengan penurunan kesadaran 30 jam sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 2
kali dengan lama ± 5 menit. Pada dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Maret 2016
keluarga An.Y mengatakan An. Y tidak sadar sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
belum ada respon ketika di ajak bicara, pergerakan belum ada. Saat pengkajian An.Y
deman, berkeringat dan tidak ada kejang, An.Y terbaring lemah di tempat tidur. Keluarga
mengatakan An.Y sudah BAB 5x sejak pagi dengan konsistensi encer, berampas dan
sedikit berlendir. An. Y penurunan kesadaran dengan GCS = 7 (E2M4V1). Kelurga An Y
mengatakan selama sakit An Y tidak nafsu makan, dan mengalami penurunan BB 6 kg
dalam 2 bulan. Anak pucat, tubuh teraba hangat, berkeringat, wajah memerah. An. Y
tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya, dengan kekuatan otot jelek. BB sebelum sakit
= 14kg. An. Y terpasang NGT, Oksigen 2 liter/menit, dan IVFD Koreksi NaCl 3% 112 cc/
6 jam. BB sekarang = 8kg, dan TB = 84 cm, Status nutrisi SD < - 3 ( sangat kurus),
BB/U : 53,4%, TB/U : 85,71 %, status gizi: gizi kurang. TD 100/60 mmHg, N : 132
x/menit, S: 38,30C, P: 24 x / menit, Hb: 7,2 gr/dl.
Terapi yang di dapat yaitu:
- Ampicilin 6 x 400 mg (iv)
- Gentamisin 2 x 30 mg (iv)
- Predniron 3 x 7,5 mg (PO)
- Luminal 2 x 40 mg (PO)
- Zing 1 x 20 mg (PO)
- As. Folat 1x1 mg (PO)

XVI. ANALISIS DATA


29
No
Data Patofisiologi Masalah
.
1. DS : Perfusi jaringan
- Ny. W mengatakan An. Y
serebral tidak efektif
belum sadar dan belum ada
respon jika diajak bicara.
- Ny. W mengatakan An. Y
mengatakan belum ada
pergerakan anggota gerak.

DO :
- An. Y belum sadar
- RR : 24 x/menit
- Nadi : 132 x/menit
- GCS : 7 (E2M4V1)
TD : 100/60 mmHg
2. DS :
- Ny. W mengatakan
bahwa An.Y demam
- Ny.W mengatakan
An.Y berkeringat
DO :
- Tubuh An. Y teraba
hangat
- Suhu : 38,30C
- An.Y berkeringat
Wajah An. Y memerah.
3. DS : Ketidakseimbangan
- Ny. W mengatakan
nutrisi kurang dari
An.Y mengalami
kebutuhan tubuh
penurunan nafsu makan
sejak 1 bulan yang lalu.
- Ny. W mengatakan
An. Y mengalami
penurunan berat badan 6
Kg sejak 2 bulan yang lalu.
DO :
30
- An. Y kurus
- BB : 8 Kg
- TB : 84 cm
- BB/U : 53,4 %
- TB/U : 85,71 %
- Status Nutrisi : Gizi
kurang
- Konjungtiva :
anemis
- Rambut rontok
- Hemoglobin : 7,2
gr/dl
- Albumin : 2,7 gr/dl
- Total Protein : 2,5
gr/dl

4. DS : Diare
- Ny. W mengatakan
An. Y BAB encer 5x sejak
tadi pagi.
- Ny. W mengatakan
BAB An.Y berampas dan
berlendir
DO :
- BAB encer
- BAB berampas dan
berlendir
- Warna BAB kuning
- Turgor kulit jelek

XVII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


- Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d infeksi meningen
- Hipertermi b.d proses infeksi
- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

31
XVIII. Diare b.d proses infeksi dan parasit.ASUHAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No DK Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi
1 Perfusi jaringan serebral a. Status neurologis a. Monitor Neurologi
tidak efektif b.d infeksi
Kriteria hasil: Aktivitas :
meningen
- Fungsi syaraf dbn - Monitor ukuran bentuk,
- Fungsi motorik dbn
kesimetrisan dan reaksi pupil.
- Komunikasi dbn
- Pantau tingkat kesadaran
- Ukuran pupil dbn
- Monitor GCS
- Rangsngan pupil dbn
- Monitor tanda – tanda vital
- Gerakan pupil dbn
- Pantau status pernafasan
- Pola nafas dbn
- Monitor batuk dan reflek muntah
- Tanda – tanda vital dbn
- Monitor kekuatan otot,
- Sakit kepala
b. Perfusi jaringan serebral pergerakan motorik, gaya
berjalan, propriosepsi
Kriteria hasil : - Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor gangguan visual
- Fungsi syaraf - Monitor gaya berbicara
- Tidak ada tanda – tanda b. Promosi perfusi serebral
peningkatan TIK Aktivitas :
- Kurang istirahat tidak ada - Pantau status neurologi
- Kecemasan tidak ada - Batasi gerakan pada kepala leher

32
- Muntah tidak ada dan punggung
- Batuk keras tidak ada - Berikan obat sesuai perintah
- Tekanan darah dbn - Pantau status respirasi
- Tidak ada fluktuasi c. Pemantauan tanda-tanda Vital
Aktivitas :
hipertensi
- Ukur tekanan darah, denyut nadi,
- Berkomunikasi dengan
temperature, dan status
jelas dan sesuai dengan
pernafasan, jika diperlukan
kemampuan
- Catat gejala dan turun naiknya
tekanan darah
- Ukur tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas, jika
diperlukan
- Pertahankan suhu alat pengukur,
jika diperlukan
- Pantau dan mencatat tnda-tanda
dan syimptom hypothermia dan
hyperthermia
- Pantau timbulnya dan mutu nadi

2 Hipertermi Termoregulasi Pengobatan Demam Pengobatan Demam


Termoregulasi adalah Aktivitas :  Memantau suhu
keseimbangan diantara  Pantau suhu berkali-kali berkali-kali jika
produksi panas, peningkatan jika diperlukan diperlukan
panas dan kehilangan panas.  Tutup pasien dengan  Menutup pasien
33
selimut, jika hanya diperlukan dengan selimut, jika
Indikator :  Pemberian kompres hanya diperlukan
- Tidak adanya sakit hangat  Memberikan
kepala  Pantau untuk penurunan kompres hangat
- Tidak adanya ngilu tingkat kesadaran  Memantau untuk
pada otot  Pantau aktivitas penurunan tingkat
- Tidak adanya
berlebihan kesadaran
iritabilitas
- Tidak adanya perasaan  Pantau intake dan output  Memantau intake

mengantuk  Berikan pengobatan yang dan output


- Tidak adanya kejang tepat untuk mencegah atau  Memberikan
pada otot mengontrol gemetaran pengobatan yang tepat
 Atur oksigen, jika untuk mencegah atau
Status Tanda-Tanda Vital diperlukan mengontrol gemetaran
Indikator :  Tempatkan pasien pada  Mengatur
- Temperature bagian hipotermia, jika oksigen, jika diperlukan
- Denyut nadi apical
diperlukan  Menempatkan
- Denyut nadi radial
- Pernapasan Pemantauan Tanda-Tanda Vital pasien pada bagian
- Tekanan daras sistolik Aktivitas : hipotermia, jika
- Tekanan darah
 Menguku diperlukan
diastolic
r tekanan darah, denyut nadi,
temperature, dan status Pemantauan Tanda-Tanda
pernafasan, jika diperlukan Vital
34
 Mencatat  M
gejala dan turun naiknya tekanan engukur denyut nadi,
darah temperature, dan status
 Mebguku
pernafasan, jika
r tekanan darah ketika pasien
diperlukan
berbaring, duduk, dan berdiri,  M
jika diperlukan engukur nadi, dan
 Auskultas
pernafasan sebelum,
i tekanan darah pada kedua
selama, dan setelah
lengan dan bandingkan, jika
beraktivitas, jika
diperlukan
diperlukan
 Menguku
 M
r tekanan darah, nadi, dan
empertahankan suhu alat
pernafasan sebelum, selama, dan
pengukur, jika
setelah beraktivitas, jika
diperlukan
diperlukan  M
 Mempert
emantau dan mencatat
ahankan suhu alat pengukur, jika
tanda-tanda dan
diperlukan
syimptom hypothermia
 Memanta
dan hyperthermia
u dan mencatat tnda-tanda dan
 M
syimptom hypothermia dan
emantau naik turunnya
hyperthermia
nadi
 Memanta
35
u naik turunnya tekanan nadi  M
 Memnata
emantau tingkat dan
u tingkatan irama cardiac
irama pernafasan (e.g.
 Memanta
kedalaman dan
u suara jantung
 Memanta kesimetrisan)
u tingkat dan irama pernafasan
(e.g. kedalaman dan
kesimetrisan)
3  S : Ibu An.H
mengatakan bahwa
panas An.H turun naik,
Ibu An.H mengatakan
bahwa An.H sudah
mengkompres An.H

O : Suhu : 380C, N:
112x/I, RR : 28x/I,
Hangat tubuh An.H
teraba berkurang

A : Suhu masih turun


naik

36
P : Intervensi
dilanjutkan
- Meonitor suhu
secara berkala
- Memberikan
paracetamol bila
demam
- Menganjurkan
keluarga rutin
mengompres anak
H jika demam

37
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 30 Desember 2015

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Pola nafas tidak Manajemen jalan napas S : ibu An.H mengatakan bahwa
Aktivitas :
efektif An.H terlihat sesak
 Posisikan pasien
O: An.H terpasang oksigen 2 liter
untuk memaksimalkan
permenit
ventilasi yang potensial
Penggunaan otot bantu pernapasan
 Identifikasi masukan
masih ada
jalan nafas baik yang
A: pola nafas tidak efektif belum
aktual ataupun potensial
teratasi
 Keluarkan sekret
dengan batuk atau
P : terapi dilanjutkan
suction/pengisapan
 Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
ventilasi yang turun atau
yang hilang dan catat
adanya bunyi tambahan
 Atur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan
 Posisikan pasien
untuk mengurangi
dispnue
 Monitor pernafasan
dan status oksigen.
Terapi Oksigen
Aktivitas :
 Bersihkan mulut,
hidung dan sekret
trakea
 Pertahankan jalan

38
napas yang paten
 Atur peralatan
oksigenasi
 Monitor aliran
oksigen
 Pertahankan posisi
pasien
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
Pemantauan tanda-tanda Vital
:
Aktivitas :
 U
kur tekanan darah,
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan,
jika diperlukan
 Ca
tat gejala dan turun
naiknya tekanan darah
 U
kur tekanan darah, nadi,
dan pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
 Pe
rtahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
 Pa
ntau dan mencatat tnda-
tanda dan syimptom
hypothermia dan
hyperthermia
 Pa

39
ntau timbulnya dan mutu
nadi
2 Ketidak Manajemen Elektrolit / S : Keluarga mengatakan bahwa
seimbangan Cairan An.H sering haus, Ibu An.H
Volume cairan  Memantau tingkat mengatakan bahwa air susunya
serum elektrolit tidak keluar
 Memantau albumin
O:
serum dan kadar total
An.H mendapatkan therapy ASI
protein
langsung dari ibu.
 Memantau
RR : 35x/i, Nadi : 135x/i
ketidakseimbangan asam- Akral An.H teraba hangat
basa
A : Kekurangan volume cairan
 Mengenali dan
belum teratasi
melaporkan adanya
ketidakseimbangan P: intervensi dilanjutkan
- Memonitor hasil labor An.H
elektrolit
 Memantau ( trombosit, Hb, Ht)
Memonitor cairan IV
kehilangan cairan dan
elektrolit
 Mencatat perubahan
sensasi perifer dan tremor
 Memantau mual,
muntah dan diare
 Mengidentifikasi
pengobatan yang dapat
mengubah status
elektrolit , seperti
penyedotan GI , diuretik ,
anthiypertensives dan
calcium channel blockers
 Memantau penyakit
medis yang mendasari
yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit
 Memantau adanya
tanda dan gejala
40
hipokalemia : kelemahan
otot , penyimpangan
jantung ( PVC ) , interval
QT yang
berkepanjangan ,
diratakan atau depresi
gelombang T , depresi
segmen ST , kehadiran
gelombang U , kelelahan ,
paresthesia , refleks
menurun , anoreksia ,
sembelit , penurunan GI
motilitas , pusing,
kebingungan ,
meningkatkan sensitivitas
, untuk digitalis , dan
depresi pernapasan
 Memantau tanda-
tanda / gejala
hiponatremia :
disorientasi , berkedut
otot , mual dan muntah ,
kram perut , sakit kepala ,
perubahan kepribadian ,
kejang , kelesuan ,
kelelahan , penarikan ,
dan koma
Menajemen Syok : Volume
Aktivitas:
 Memantau kehilangan
darah, dehidrasi berat,
atau perdarahan persisten
 Memeriksa semua
pengeluaran

41
 Mencegah hilangnya
volume darah ( misalnya
melakukan penekanan
pada tempat terjadi
perdarahan
 Memantau penurunan
tekanan darah
 Memonitor kadar
karbondioksida
 Memantau tanda –
tanda dan gejala syok
hipovolemik (misalnya
rasa haus meningkat,
peningkatan SDM,
peningkatan SVR,
penurunan output urine,
penurunan bising usus,
penurunan perpusion
perifer, perubahan status
mental, atau perubahan
pernafasan)
 Memposisikan pasien
dalam keadaan yang
optimal
 Memasukkan dan
mempertahankan akses
IV
 Memberikan cairan
IV seperti kristaloid
isotonik atau koloid, yang
sesuai
 Memberikan oksigen
yang sesuai
 Memantau kadar
hemoglobin / hematokrit
 Memberikan

42
tambahan darah yang
sesuai (misalnya : sel
darah merah, trombosit)
 Memonitor hasil
laboraturium (misalnya :
serum laktat,
keseimbangan asam basa,
profil metabolik dan
elektrolit)
2 Hipertermi Pengobatan Demam S : Ibu An.H mengatakan bahwa
 Memantau suhu panas An.H turun naik, Ibu An.H
berkali-kali jika mengatakan bahwa An.H sudah
diperlukan mengkompres An.H
 Menutup pasien
O : Suhu : 380C, N: 112x/I, RR :
dengan selimut, jika
28x/I, Hangat tubuh An.H teraba
hanya diperlukan
berkurang
 Memberikan
kompres hangat
A : Suhu masih turun naik
 Memantau untuk
P : Intervensi dilanjutkan
penurunan tingkat
- Meonitor suhu secara
kesadaran
berkala
 Memantau intake - Memberikan paracetamol
dan output bila demam
 Memberikan Menganjurkan keluarga rutin

pengobatan yang tepat mengompres anak H jika demam

untuk mencegah atau


mengontrol gemetaran
 Mengatur oksigen,
jika diperlukan
 Menempatkan
pasien pada bagian
hipotermia, jika
diperlukan

43
Pemantauan Tanda-Tanda
Vital
 M
engukur denyut nadi,
temperature, dan status
pernafasan, jika
diperlukan
 M
engukur nadi, dan
pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
 M
empertahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
 M
emantau dan mencatat
tanda-tanda dan
syimptom hypothermia
dan hyperthermia
 M
emantau naik turunnya
nadi
 M
emantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)
 M
emantau suara paru

44
Tanggal 31 Desember 2015

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Pola Nafas tidak Manajemen jalan napas S : ibu An.H mengatakan bahwa
Aktivitas :
efektif An.H terlihat sesak
 Posisikan pasien
O: An.H terpasang oksigen 2 liter
untuk memaksimalkan
permenit
ventilasi yang potensial
Penggunaan otot bantu pernapasan
 Identifikasi masukan
masih ada
jalan nafas baik yang
A: pola nafas tidak efektif belum
aktual ataupun potensial
teratasi
 Keluarkan sekret
dengan batuk atau
P : terapi dilanjutkan
suction/pengisapan
 Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya
ventilasi yang turun atau
yang hilang dan catat
adanya bunyi tambahan
 Atur intake cairan
untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan
 Posisikan pasien
untuk mengurangi
dispnue
 Monitor pernafasan
dan status oksigen.
Terapi Oksigen
Aktivitas :
 Bersihkan mulut,
hidung dan sekret
trakea
 Pertahankan jalan
napas yang paten

45
 Atur peralatan
oksigenasi
 Monitor aliran
oksigen
 Pertahankan posisi
pasien
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
Pemantauan tanda-tanda Vital
:
Aktivitas :
 U
kur tekanan darah,
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan,
jika diperlukan
 Ca
tat gejala dan turun
naiknya tekanan darah
 U
kur tekanan darah, nadi,
dan pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
 Pe
rtahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
 Pa
ntau dan mencatat tnda-
tanda dan syimptom
hypothermia dan
hyperthermia
 Pa
ntau timbulnya dan mutu

46
nadi
2 Ketidak Manajemen Elektrolit / S : Keluarga mengatakan bahwa
seimbangan volume Cairan An.H sering haus, Ibu An.H
cairan dan elektrolit  Memantau tingkat mengatakan bahwa air susunya
serum elektrolit tidak keluar
 Memantau albumin
O:
serum dan kadar total
An.H mendapatkan therapy ASI
protein
langsung dari ibu.
 Memantau
RR : 35x/i, Nadi : 135x/i
ketidakseimbangan asam- Akral An.H teraba hangat
basa
A : Kekurangan volume cairan
 Mengenali dan
belum teratasi
melaporkan adanya
ketidakseimbangan P: intervensi dilanjutkan
- Memonitor hasil labor An.H
elektrolit
 Memantau ( trombosit, Hb, Ht)
Memonitor cairan IV
kehilangan cairan dan
elektrolit
 Mencatat perubahan
sensasi perifer dan tremor
 Memantau mual,
muntah dan diare
 Mengidentifikasi
pengobatan yang dapat
mengubah status
elektrolit , seperti
penyedotan GI , diuretik ,
anthiypertensives dan
calcium channel blockers
 Memantau penyakit
medis yang mendasari
yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit
 Memantau adanya
tanda dan gejala
hipokalemia : kelemahan
47
otot , penyimpangan
jantung ( PVC ) , interval
QT yang
berkepanjangan ,
diratakan atau depresi
gelombang T , depresi
segmen ST , kehadiran
gelombang U , kelelahan ,
paresthesia , refleks
menurun , anoreksia ,
sembelit , penurunan GI
motilitas , pusing,
kebingungan ,
meningkatkan sensitivitas
, untuk digitalis , dan
depresi pernapasan
 Memantau tanda-
tanda / gejala
hiponatremia :
disorientasi , berkedut
otot , mual dan muntah ,
kram perut , sakit kepala ,
perubahan kepribadian ,
kejang , kelesuan ,
kelelahan , penarikan ,
dan koma
Menajemen Syok : Volume
Aktivitas:
 Memantau kehilangan
darah, dehidrasi berat,
atau perdarahan persisten
 Memeriksa semua
pengeluaran
 Mencegah hilangnya

48
volume darah ( misalnya
melakukan penekanan
pada tempat terjadi
perdarahan
 Memantau penurunan
tekanan darah
 Memonitor kadar
karbondioksida
 Memantau tanda –
tanda dan gejala syok
hipovolemik (misalnya
rasa haus meningkat,
peningkatan SDM,
peningkatan SVR,
penurunan output urine,
penurunan bising usus,
penurunan perpusion
perifer, perubahan status
mental, atau perubahan
pernafasan)
 Memposisikan pasien
dalam keadaan yang
optimal
 Memasukkan dan
mempertahankan akses
IV
 Memberikan cairan
IV seperti kristaloid
isotonik atau koloid, yang
sesuai
 Memberikan oksigen
yang sesuai
 Memantau kadar
hemoglobin / hematokrit
 Memberikan
tambahan darah yang

49
sesuai (misalnya : sel
darah merah, trombosit)
 Memonitor hasil
laboraturium (misalnya :
serum laktat,
keseimbangan asam basa,
profil metabolik dan
elektrolit)
2 Hipertermi Pengobatan Demam S : Ibu An.H mengatakan bahwa
 Memantau suhu panas An.H sudah mulai stabil,
Ibu An. H sering mengompres
berkali-kali jika
demam si anak
diperlukan
 Menutup pasien O : Suhu : 370C, N: 112x/I, RR :
dengan selimut, jika 28x/I, Hangat tubuh An.H teraba
hanya diperlukan berkurang
 Memberikan
kompres hangat A : Suhu dalam rentang normal
 Memantau untuk
P : Intervensi dilanjutkan
penurunan tingkat - Monitor suhu secara berkala
kesadaran - Memberikan paracetamol

 Memantau intake bila demam


Menganjurkan keluarga rutin
dan output
mengompres anak H jika demam
 Memberikan
pengobatan yang tepat
untuk mencegah atau
mengontrol gemetaran
 Mengatur oksigen,
jika diperlukan
 Menempatkan
pasien pada bagian
hipotermia, jika
diperlukan

Pemantauan Tanda-Tanda

50
Vital
 M
engukur denyut nadi,
temperature, dan status
pernafasan, jika
diperlukan
 M
engukur nadi, dan
pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
 M
empertahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
 M
emantau dan mencatat
tanda-tanda dan
syimptom hypothermia
dan hyperthermia
 M
emantau naik turunnya
nadi
 M
emantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)
 M
emantau suara paru

BAB IV
PEMBAHASAN

51
Asuhan keperawatan yang diberikan pada An. H dengan Meningitis, ditemukan
beberapa kesenjangan maupun kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi,
maka penulis membahas sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi status kesehatan klien (Nursalam, 2007).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, diperoleh data bahwa An.H
merupakan pasien rawatan di Irna Anak (Akut) RSUP Dr. M. Djamil Padang. An. H lahir
cukup bulan dengan berat badan lahir 2800 gram dan panjang badan 51 cm. An. H
mendapat ASI eksklusif dan sampai saat ini An.H masih mendapatkan ASI ditambah juga
dengan susu formula. Klien mendapat makanan keluarga berupa nasi tim, bubur dan
pisang.
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan pasien
dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa
meningitis itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu : Meningitis purulenta dan meningitis tuberculosa. Meningitis
purulenta adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini
lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada
umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai
keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia,
bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan
perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses
otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.
An.H masuk ke IGD RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 22 Desember
2015 dengan keluhan Kejang berulang dengan penurunan kesadaran sejak 10 jam SMRS,
kejang pertama ± 15 menit. Kejang berhenti setelah diberikan diazepam. Pasien tidak
sadar setelah kejang. Kejang kedua ± 30 menit dengan jarak kejang ± 1 jam dan berhenti
setalah pemberian diazepam 2x4 mg, fenitoin 1x40 mg, luminl 1x50 mg. An.H demam se
jak 3 hari SMRS, demam terus menerus, tidak menggigil, dan tidak berkeringat, muntah
1 hari SMRS frekuensi 4-5 kali sebnyak 2-3 sendok makan/kali, muntah berisi susu,
tidak menyemprot, An.H kurang mau menyusui sejak 1 hari SMRS. Batuk pilek dan
52
sesak nafas tidak ada, bintik-bintik merah pada kulit baru disadari keluarga ± 10 jam
SMRS. An.H merupakan rujukan dari RSUD Sungai dareh dengan keterangan DHF +
kejang demam + BP.
Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi gambaran klasik meningitis.
Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam, muntah, gelisah, kejang
berulang, kadang-kadang didapat pula high pitched cry (papa bayi). Tanda fisik yang
tamapk jelas adalah ubun-ubun tegang dan menonjol, sedangkan tanda brudsinski dan
kernig sulit dievaluasi. Oleh karena insiden meningitis pada umur ini sangat tinggi, maka
adanya infeksi susunan saraf pusat perlu dicurigai pada anak dengan demam terus
menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Saat ini pada tanggal 29 Desember 2015 An H terbaring lemah di tempat tidur.
An. H terpasang NGT, Oksigen 2 liter/menit, dan IVFD Ka-en IB 4 tetes/menit. An. H
terlihat lemah dan sering gelisah. GCS : E3M4V2. Keluarga An.H mengatakan An.H
sering menangis dan susah tidur. Keluarga juga mengatakan An.H sering demam. Suhu
An.H selama 1 minggu belakangan naik turun. Suhu An.A berkisar 38-400C. An. H
diberikan paracetamol setiap 4-5 jam tiap hari karena demam yang sering turun naik.
Suhu An. H pagi ini 39,30C. RR: 35 kali/menit dan Nadi 135 kali/menit. Perut An. H
terlihat agak membesar. Keluarga mengatakan An.H belum BAB 2 hari terakhir.
Keluarga mengatakan bahwa dokter menginstruksikan ASI yang diberikan pada An.H
dibatasi. Natrium : 126 mmol/L. Kalium : 3,1 mmol/L. Klorida serum : 97 mmol/L

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dimana perawat bertanggunggugat (Nanda, 1990). Tahapan dalam
penegakan diagnosa keperawatan ini adalah analisa data, perumusan masalah dan
prioritas masalah (Suprajitmo, 2004).
Diagnosa keperawatan teoritis yang direncanakan yakni Pola nafas tidak efektif,
Gangguan perfusi serebral, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipertermi serta
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan pada An.H dapat ditegakan 3 diagnosa keperawatan yakni :
1. Pola Nafas tidak efektif
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3. Hipertermi

53
Diagnosa pola nafas tidak efektif diangkat karena pada saat pengkajian an. H
bernapas dengan baik, napas tidak cepat, pernapasan 35 x/menit serta tidak ada retraksi
intercosta dinding dada saat bernapas.
Diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ditegakkan karena data – data
yang ditemukan pada saat pengkajian sangat mendukung ditegakkan diagnosa ini. Data –
data tersebut diantaranya Hasil labor anak menunjukkan nilai Natrium : 126 mmol/L (),
Kalium : 3,1 mmol/L (), Klorida serum : 97 mmol/L, An.H mendapatkan therapy ASI
langsung dari ibu., S : 39,30C, , RR : 35x/i, Nadi : 120x/I, Akral An.H teraba dingin
Diagnosa hipertermi ditegakkan karena data – data yang ditemukan pada saat
pengkajian sangat mendukung ditegakkannya diagnosa ini. data – data tersebut
diantaranya Suhu An. H 39,30C, An. H mendapatkan therapy paracetamol sirup setiap 4
jam (bila demam), RR : 35x/i, Nadi 120x/I, Tubuh An. H teraba hangat, Ibu terlihat
sedang mengompres An.H

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,1997).
Dari beberapa masalah yang ditemukan, disusun intervensi keperawatan untuk
masing – masing diagnosa prioritas. Pada diagnosa pola nafas, intervensi yang
direncanakan yaitu manajemen jalan napas dan pemantauan tanda-tanda vital.
Pada diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, intervensi yang
direncanakan yaitu manajemen cairan/elektrolit. Di dalamnya terdapat aktivitas yang
dapat memantau keseimbangan asam dan basa serta mencegah resiko terjadinya
kekurangan volume cairan pada anak.
Diagnosa gangguan hipertermi intervensi yang direncanakan yaitu pengobatan
demam. Aktivitas yang dilakukan yaitu memberikan kompres air hangat di dahi, ketiak
pasien.
Pada tahap ini penulis membuat rencana keperawatan sesuai dengan teori dan
prinsip SMART (Spesifik, Measurabel, Achicable,Rasional,Time) yang meliputi tujuan
umum, tujuan khusus dan kriteria hasil yang dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya
serta penulisan rencana tindakan yang operasional dengan menggunakan kata perintah.
1. Perencanaan untuk diagnosa pola nafas tidak efektif
a. Manajemen jalan napas
b. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Perencanaan untuk diagnosakekurangan volume cairan dan elektrolit
54
a. Manajemen cairan/elektrolit
b. Manajemen Syok/Volume
3. Perencanaan untuk diagnosa hipertermi
a. Pengobatan Demam
b. Monitor tanda-tanda vital

Faktor pendukung dalam menetapkan rencana keperawatan ini tersedianya


format perencanaan keperawatan yang telah ditetapkan dan tersediannya buku
pedoman. Faktor penghambat yang penulis temukan adalah membuat batasan waktu
pada kriteria hasil.

4. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter &Perry, 1997).
Tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap perencanaan, dimana dalam
tahap ini pelaksanaan dilakukan aplikasi rencana tindakan sesuai dengan kondisi klien.
penulis menggunakan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
dicantumkan dalam catatan keperawatan berupa respon klien dan evaluasi sumatif
untuk menilai apakah tujuan dapat tercapai atau tidak yaitu dalam bentuk SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa dan Planning).
1. Pelaksanaan untuk diagnosa pola nafas tidak efektif
a. Manajemen jalan napas
b. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Pelaksanaan untuk diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
a. Manajemen cairan/elektrolit
b. Manajemen Syok/Volume
3. Pelaksanaan untuk diagnosa diagnosa hipertermi
a. Pengobatan Demam
b. Monitor tanda-tanda vital
Pelaksanaan seluruh tindakan keperawatan yang dilakukan selalu berorientasi
pada rencana yang telah dibuat terlebih dahulu. Pelaksanaan tindakan keperawatan
yang berdasarkan teoritis ada yang belum terlaksana, semua ini disebabkan karena
keadaan atau sifat klien yang berbeda dan jenis perawatan yang dilaksanakan
diruangan.

55
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan pada
klien yaitu adanya kerjasama yang baik dan bantuan dari perawat ruangan serta
partisipasi dari klien dan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Faktor penghambat yang
penulis temukan temukan adalah sulitnya mendapatkan hasil pemerikasaan diagnostik
klien karena status klien sering dibawa tenaga kesehatan lain.
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang
disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau
kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau
standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan
perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson (2007)
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah
yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan
pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang membedakan
adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat
menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap
evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap
diagnosa keperawatan.

BAB V
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat (Suriadi, 2006).
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri terdiri atas
meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut
nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2012). Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
atau jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker
dan kondisi lainnya (WHO, 2014). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges,
56
biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok,
stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).

B. SARAN
1. Bagi Institusi RSUP. DR. M. Djamil Padang
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi
institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap meningitis, serta dapat memberikan perhatian dan perawatan yang
tepat pada An. H dengan masalah meningitis untuk mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut
2. Bagi Akademik
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau
masukan untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan keperawatan pada
pasien meningitis.
3. Bagi Perawat
Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan lebih meningkatkan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien khususnya pasien dengan meningitis,
sehingga tahap pesembuhan pasien cepat tercapai dan berbagai komplikasi dapat
dihindari.

4. Bagi Klien dan Keluarga


Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan mampu
memahami tentang penyakit meningitis serta penatalaksanaannya melalui pemberian
pendidikan kesehatan kepada keluarga.

57
DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika

Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing outcomes classification (NOC).


St. Louis: Mosby.

McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing interventions


classification (NIC). St. Loui: Mosby.

NANDA. (2005). Nursing diagnoses: definitions & classification 2005-2006.


Philadelphia: NANDA International.

Suriadi & Yuliani, R. 2010. Asuhan keperawatan Pada Anak.. Jakarta: Sagung Seto

58

Anda mungkin juga menyukai