PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit mematikan ke-9 di dunia modern adalah meningitis umum. Jumlah rata-
rata infeksi: lebih dari 1 juta orang setiap tahun. Meningitis merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia, tidak hanya dalam hal tingkat kematian, tetapi juga
dalam kehidupan setelah pemulihan penuh juga. Infeksi yang fatal meliputi otak dan
sumsum daerah tulang belakang. Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen,
cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem
saraf pusat (Suriadi & Yuliani R. 2010). Meningitis merupakan keradangan pada daerah
meningen, meningitis itu sendiri terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan
oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya
disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum tulang
belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur), tetapi
juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi
lainnya (WHO, 2014).
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan pasien
dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis
itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu : Meningitis purulenta dan meningitis tuberculosa. Meningitis purulenta adalah
radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini lebih sering didapatkan
pada anak daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada umumnya sebagai akibat
komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai keselaput otak; misalnya
pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia, bronchopneumonia, endokarditis
dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan perkontinuitatum dari peradangan organ /
jaringan didekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.
Penyebab meningitis purulenta adalah sejenis kuman pneomococcus, hemofilus
influenza, stafhylococcus, streptococcus, E.coli, meningococcus, dan salmonella.
1
Komplikasi pada meningitis purulenta dapat terjadi sebagai akibat pengobatan yang tidak
sempurna / pengobatan yang terlambat. Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi
gambaran klasik meningitis. Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam,
muntah, gelisah, kejang berulang, kadang-kadang didapat pula high pitched cry (papa
bayi). Tanda fisik yang tamapk jelas adalah ubun-ubun tegang dan menonjol, sedangkan
tanda brudsinski dan kernig sulit dievaluasi. Oleh karena insiden meningitis pada umur
ini sangat tinggi, maka adanya infeksi susunan saraf pusat perlu dicurigai pada anak
dengan demam terus menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Data WHO menunjukkan, sekitar 1,8 juta bayi dan balita meninggal setiap tahun
akibat meningitis. Insiden meningitis bakteri di negara maju sudah menurun sebagai
akibat keberhasilan imunisasi HiB (Haemophilus influenzae tipe B) dan IPD (invasive
pneumococcal diseases). Kejadian meningitis bakterial oleh HiB turun 94 persen dan
insiden penyakit invasif oleh S.pneumoniae turun dari 51,5 kasus per 100.000 anak usia 1
tahun menjadi 0 kasus setelah 4 tahun program imunisasi IPD dilakukan.
Di Indonesia, angka meningitis bakteri pada bayi dan balita masih lebih tinggi
dibanding negara maju. Padahal, penyakit ini merupakan salah satu penyakit paling
mematikan di dunia, tidak hanya dalam angka kematian, tapi juga risiko kecacatan yang
ditimbulkan setelah kesembuhan. Infeksi yang fatal meliputi otak dan sumsum daerah
tulang belakang. Bahkan, dengan diagnosis dini dan pengobatan yang dilakukan secara
segera, 5 sampai 10 persen dari pasien yang mengalaminya tetap tidak
tertolong. Sebanyak 10 sampai 20 persen pasien yang telah sembuh menderita gangguan
pendengaran, kerusakan otak, atau gangguan mental. Berdsarkan data yang diperoleh dari
RS M.Djamil Padang terdapat 11 orang anak dengan meningitis pada bulan Desember.
Rata-rata lama anak yang di rawat dengan meningitis adalah lebih dari 3 minggu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada An. H dengan penyakit Meningitis.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui landasan teori tentang Meningitis.
b. Mengetahui landasan teoritis askep Meningitis.
1. Mengetahui dan memahami defenisi Meningitis.
2. Mengetahui dan memahami etiologi Meningitis.
2
3. Mengetahui dan memahami manifestasi Meningitis.
4. Mengetahui dan memahami pathofisiologi Meningitis.
5. Mengetahui dan memahami klasifikasi Meningitis.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Meningitis.
c. Agar mahasiswa mampu menyesuaikan asuhan keperawatan pada anak
yang mengalami meningitis dari segi teori maupun kasus dilapangan yang
mencakup:
1. Pengkajian pada anak Meningitis.
2. Menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan Meningitis.
3. Membuat perencanaan pada anak yang mengalami Meningitis.
4. Mengimplementasikan pada anak yang mengalami Meningitis.
5. Mengevaluasi dan mendokumentasikan catatan perkembangan anak
Meningitis.
BAB II
TEORI MENINGITIS
1. Defenisi
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat (Suriadi, 2006).
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri
terdiri atas meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau
3
disebut nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan
oleh virus (A. Aziz Alimul Hidayat, 2012).
Meningitis adalah peradangan pada meninges, membran dari otak dan sumsum
tulang belakang. Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, atau jamur),
tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker dan kondisi
lainnya (WHO, 2014).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah
satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok, stafilokok, streptokok, hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medulla spinalis
yang superfisial.
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues,
Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain: Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
2. Etiologi
a. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Adapun beberapa bakteri yang
secara umum diketahui dapat menyebabkan meningitis adalah:
Haemophillus influenza (tipe B)
Nesseria meningitides (meningococcal)
Hemolytic streptococcus
Streptococcus pneumoniae
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
4
b. Virus
Meningitis virus adalah infeksi pada meningen, cenderung jinak dan bisa sembuh
sendiri. Virus biasanya bereplikasi sendiri ditempat terjadinya infeksi awal (misalnya
sistem nasofaring dan saluran cerna) dan kemudian menyebar kesistem saraf pusat
melalui sistem vaskuler. Virus : Toxoplasma Gondhi, Ricketsia.
Ini terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh virus seperti: campak, mumps,
herpes simplek, dan herpes zoster. Virus herpes simplek mengganggu metabolisme sel
sehingga sel mengalami nekrosis.Jenis lainnya juga mengganggu produksi enzim atau
neurotransmitter yang dapat menyebabkan disfungsi sel dan gangguan neurologic.
c. Faktor predisposisi
Jenis kelamin: laki-laki lebih sering dibandingkan wanita.
d. Faktor maternal
Ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
e. Faktor Imunologi
Defesiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobin, anak yang mendapat obat
imunosupresi.
f. Faktor resiko terjadinya meningitis :
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
Pada meningitis bacterial, infeksi yang disebabkan oleh bakteri terdiri atas
faktor pencetus sebagai berikut diantaranya adalah :
a. Otitis media
b. Pneumonia
c. Sinusitis
d. Sickle cell anemia
e. Fraktur cranial, trauma otak
f. Operasi spinal
g. Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system
kekebalan tubuh seperti AIDS.
2. Trauma kepala
5
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorrhea
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium.
3. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang dapat
menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan tekanan intra
kranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah: Hiperemi pada meningen. Edema
dan ekudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra kranial.
Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Masuknya dapat
melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses serebral atau kelainan
sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tenggkorak dapat
menimbulkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan dunia luar.
Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pust melalui ruang sub-arachnoid dan
menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan ventrikel. Dari reaksi radang
muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada ventrikel, edema dan skar jaringan
sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada CSF dan menimbulkan hidrosefalus.
Meningitis bakteri: netrofil, limfosit dan yang lainnya merupakan sel respon radang.
Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang subarachnoid.
Penumpukan pada CSF akan bertambah dan menganggu aliran CSF di sekitar otak dan
medulla spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat menimbulkan
ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah dan jaringan otak dapat menjadi infarct.
6
Meingitis virus sebagai akibat dari penyakit virus seperti meales, mump, herpes
simplek dan herpes zoster. Pembentukan eksudat pada umumnya tidak terjadi dan tidak ada
mikroorganisme pada kultur CSF.
4. Manifestasi Klinis
Neonatus: menolak untuk makan,reflex menghisap kurang, muntah atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak, dan menangis lemah.
Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,
halusinasi, perilaku agresif atau maniak, stupor, koma, kaku kuduk, opistotonus.
Tanda kernig dan brudzinski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus
(menunjukkan adanya infeksi meningococcal).
Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dan merintih, ubun-ubun menonjol,
kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pungsi lumbal : tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat,
glukosa menurn, protein meningkat.
1. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
2. Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
Kultur darah
1. Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
2. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping
itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
3. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
Kultur swab hidung dan tenggorokan
6. Penatalaksaan Medis
Isolasi
Terapi antimikroba : antibiotik yang diberikan didasarkan pada hasil kultur,
diberikan dengan dosis tinggi melalui intravena
7
Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah
edema
Mencegah dan mengobati komplikasi aspirasi efusi subdural (pada bayi), terapi
heparin pada anak yang mengalami DIC
Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepelepsi
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi meningkatnya TIK
Penatalaksanaan syok bakterial
Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Memperbaiki anemia
7. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada anak dengan meningitis, antara lain:
Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
Peradangan pada daerah ventrikuler ke otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
Hidrosepalus obstruktif. Peradangan pada meningen dapat merangsang
kenaikan produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS
yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di
intrakranial.
Abses otak. Abses otak terjadinya apabila infeksi sudah menyebar ke otak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang
tepat.
Epilepsi
Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis
yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak
sebagai tempat menyimpan memori.
Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang
tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik
yang digunakan untuk pengobatan.
8. WOC
8
A. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat/tanggal lahir, NO. MR
penanggungjawab, dll.
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama: biasanya anak mengalami sesak napas, panas badan
tinggi, kejang, dan penurunan kesadaran.
- Riwayat kesehatan sekarang: pada anak meningitis biasanya didapatkan
keluhan berupa peningkatan TIK ditandai dengan sakit kepala dan demam.
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Pada pengkajian
pasien meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat
dari infeksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya, sakit kepala dan
demam adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala berhubungan dengan
meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam
umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu
mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam, bagaimana
sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan
tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang
tersebut. Pengkajian lainnya yang perlu ditanyakan seperti riwayat selama
menjalani perawatan di RS, pernahkah mengalami tindakan invasive yang
memungkinkan masuknya kuman ke meningen terutama tindakan melalui
pembuluh darah.
- Riwayat penyakit dahulu: kaji apakah pernah mengalami TBC dan ISPA,
tanyakan apakah pernah mengalami trauma kepala atau riwayat pembedahan
pada otak. Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan
9
adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi
pernahkah pasien mengalami infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh
immunologis pada masa sebelumnya. Riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan
pada pasien terutama apabila ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani
pengobatan obat anti TB yang sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis
tuberculosia. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien,
seperti pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan
reaksinya (untuk menilai resistensi pemakaian antibiotic).
- Riwayat penyakit keluarga: biasanya didapatkan data adanya infeksi pada
ibu diakhir kehamilan.
2. Pemeriksaan Fisik
- Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks
menghisap kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan
menagis lemah
- Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala,
muntah yang diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan
teragitasi, fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif atau maniak,
penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky
positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae atau pruritus.
- Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya letargi,
iritabilitas, kepucatan, nafsu makan menurun, mual, dan muntah, peningkatan
tekanan intrakranial, fontanel menonjol dan adanya kejang. Pada pemeriksaan
dapat ditemukan adanya kaku kuduk, tanda kerning dan brudzinsky kadang-
kadang positif, cairan, serebrospinalis berwarna jernih dengan jumlah sel 20
3
sampai beberapa ribu per mm . Ditemukan adanya jumlah sel
polimorfonukleus lebih banyak daripada limfosit.
10
berkeringat. Keadaan ini biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dan iritasi
meningen yang sudah mengganggu pusat pengatur suhu tubuh. Penurunan denyut
nadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK. Jika disertai peningkatan
frekuensi napas sering kali berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum
dan adanya infeksi pada sistem pernapasan sebelum mengalami meningitis. Tekanan
darah (TD) biasanya normal atau meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda
peningkatan TIK.
12
tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi
dan rotasi kepala. Fleksi paksaan menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda Kernig Positif
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai
sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d. Tanda Brudzinski II
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral
7. B1 (Breathing)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan frekuensi napas yang sering didapatkan pada klien
meningitis yang disertai adanya gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi toraks
hanya dilakukan jika terdapat deformitas pada tulang dada pada klien dengan efusi
pleura massif (jarang terjadi pada klien dengan meningitis).Auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan meningitis tuberkulosa dengan
penyebaran primer dari paru.
13
8. B2 (Mood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular terutama dilakukan pada klien
meningitis pada tahap lanjut seperti apabila klien sudah mengalami renjatan (syok).
Infeksi fulminasi terjadi pada sekitar 10% klien dengan meningitis meningokokus,
dengan tanda-tanda septikemia: demam tinggi yang tiba-tiba muncul, lesi purpura
yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas), syok dan tanda-tanda koagulasi
intravaskular diseminata (CID). Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam
setelah serangan infeksi.
9. B4 (Bladder)
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biasanya didapatkan berkurangnya
volume pengeluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
10. B5 (Bowel)
Mual sampai muntah disebabkan peningkatan produksi asam
lambung.Pementihan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan
adanya kejang.
11. B6 (Bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (tumit dan pergelangan
kaki).Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara
umum sehingga dapat mengganggu ADL.
3. Diagnosa Keperawatan
N
NANDA NOC NIC
O
1 Pola nafas tidak Status respirasi : Kepatenan Manajemen jalan napas
Aktivitas :
14
efektif Jalan nafas Posisikan pasien untuk
Indikator :
memaksimalkan ventilasi yang
Tidak ada demam
Tidak ada cemas potensial
Tidak ada tercekik
Identifikasi masukan jalan
Frekuensi napas dbn
Irama napas dbn nafas baik yang aktual ataupun
Tidak ada suara napas
potensial
tambahan
Keluarkan sekret dengan batuk
Status Pernapasan : Ventilasi
atau suction/pengisapan
Indikator :
Auskultasi bunyi nafas, catat
Frekuensi napas dbn
adanya ventilasi yang turun
Irama napas dbn
Kedalaman inspirasi atau yang hilang dan catat
Penggunaan otot
adanya bunyi tambahan
aksesoris tambahan
Atur intake cairan untuk
tidak ada
mengoptimalkan
]suara napas tambahan
keseimbangan cairan
tidak ada
Posisikan pasien untuk
mengurangi dispnue
Monitor pernafasan dan status
oksigen.
Terapi Oksigen
Aktivitas :
Bersihkan mulut, hidung dan
sekret trakea
Pertahankan jalan napas yang
paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigen
Pemantauan tanda-tanda Vital :
Aktivitas :
Ukur tekanan darah, denyut
15
nadi, temperature, dan status
pernafasan, jika diperlukan
Catat gejala dan turun naiknya
tekanan darah
Ukur tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama,
dan setelah beraktivitas, jika
diperlukan
Pertahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
Pantau dan mencatat tnda-
tanda dan syimptom
hypothermia dan hyperthermia
Pantau timbulnya dan mutu
nadi
2 Gangguan perfusi Kemampuan Kognitif Pantau tanda-tanda vital, seperti
serebral Indikator : catat :
Berkomunikasi o Adanya hipertensi/
jelas atau tidak sesuai hipotensi, bandingkan tekanan
dengan usia dan darah yang terbaca pada kedua
kemampuan. lengan.
Perhatian, o Frekuensi dan irama
konsentrasi. jantung ; auskultasi adanya mur-
Memori jangka mur.
panjang dan saat ini. o Catat pola dan irama dari
Pengolahan pernafasan, seperti adanya
informasi. periode apnea setelah
Membuat pernafasan hiperventilasi,
keputusan yang tepat. pernafasan Cheyne-Stokes.
Status Neurologikal Catat perubahan dalam
Indikator : penglihatan, seperti adanya
Status mental kebutaan, gangguan lapang
Kesadaran pandang/kedalaman persepsi
16
Kontrol motor Kaji fungsi-fungsi yang lebih
pusat (perubahan tinggi, seperti fungsi bicara jika
respon motorik). pasien sadar
Letakkan kepala dengan posisi
Sulit Menelan
agak ditinggikan dan dalam posisi
Perfusi Jaringan : serebral
anatomis (netral).
Indikator:
Pertahankan keadaan tirah baring;
Hasil yang diharapkan/Kriteria
ciptakan lingkungan yang tenang;
evaluasi pasien akan :
batasi pengunjung/ aktivitas pasien
Mempertahankan
sesuai indikasi. Berikan istirahat
tingkat kesadaran biasanya/
secara periodik antara aktivitas
membaik, fungsi kognitif
perawatan, batasi lamanya setiap
dan motorik/sensori
prosedur.
Mendemonstrasikan
tanda-tanda vital stabil dan
tak adanya tanda-tanda
peningkatan TIK.
Menunjukkan tidak ada
kelanjutan deteriorasi/
kekambuhan defisit.
18
dan koma
Menajemen Syok : Volume
Aktivitas:
Pantau kehilangan darah,
dehidrasi berat, atau perdarahan
persisten
Periksa semua pengeluaran
Mencegah hilangnya volume
darah ( misalnya melakukan
penekanan pada tempat terjadi
perdarahan
Pantau penurunan tekanan
darah
Monitor kadar karbondioksida
Pantau tanda – tanda dan
gejala syok hipovolemik (misalnya
rasa haus meningkat, peningkatan
SDM, peningkatan SVR,
penurunan output urine,
penurunan bising usus, penurunan
perpusion perifer, perubahan
status mental, atau perubahan
pernafasan)
Posisikan pasien dalam
keadaan yang optimal
Memasukkan dan
mempertahankan akses IV
Berikan cairan IV seperti
kristaloid isotonik atau koloid,
yang sesuai
Prosedur pemberian darah
sesuai dengan petunjuk
Berikan oksigen dan / atau
ventilasi mekanis, yang sesuai
Menggambar gas darah arteri
19
dan memonitor oksigenasi
jaringan
Memantau kadar hemoglobin /
hematokrit
Berikan tambahan darah yang
sesuai (misalnya : sel darah merah,
trombosit)
Monitor faktor koagulasi,
termasuk waktu protombin (PT),
PTT, fibrinogen, degradasi fibrin,
dan jumlah trombosit yang
diperlukan.
Monitor hasil laboraturium
(misalnya : serum laktat,
keseimbangan asam basa, profil
metabolik dan elektrolit)
4 Hipertermi Termoregulasi Pengobatan Demam
Termoregulasi adalah Aktivitas :
keseimbangan diantara Pantau suhu berkali-kali
produksi panas, peningkatan jika diperlukan
panas dan kehilangan panas. Tutup pasien dengan
selimut, jika hanya diperlukan
Indikator : Pemberian kompres hangat
- Tidak adanya sakit Pantau untuk penurunan
kepala tingkat kesadaran
- Tidak adanya ngilu Pantau aktivitas berlebihan
pada otot Pantau intake dan output
- Tidak adanya
Berikan pengobatan yang
iritabilitas
- Tidak adanya perasaan tepat untuk mencegah atau
BAB III
LAPORAN KASUS
I.IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. Y
BB/TB : 8 kg / 84 cm
Tempat Tanggal Lahir/ Usia : Lubuk basung, 18-09-2012
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Anak : belum sekolah
Anak ke :1
22
Nama Ibu : Ny. R
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Tran Padang Mardani Utara Lubuk Basung.
Dx. Medis : Meningitis TB
2. Intranatal :
An.Y lahir di klinik bersalin dibantu oleh bidan melalui pervaginam, langsung
menangis kuat saat lahir dengan BBL 3.500 gr dan PBL 50 cm.
3. Postnatal :
An. Y lahir cukup bulan dengan usia kehamilan ibu 9 bulan 10 hari. Tidak ada
komplikasi setelah melahirkan. An. Y menyusu dengan ibu sampai umur 6 bulan. An.Y
mendapatkan nasi tim dari umur 6 bulan-12 bulan. An. Y mengkonsumsi susu
formula. An.Y bisa tengkurap umur 3 bulan, An. Y bisa duduk umur 6 bulan dan
berdiri umur 9 bulan. An.Y mampu berkomunikasi maupun berinteraksi dengan teman
sebaya maupun keluarga yang lebih besar.
Keterangan :
Pasien
25
5. Lingkungan rumah : rumah permanen, kamar mandi di
dalam rumah hygiene dan sanitasi lingkungan bagus.
28
15 gr ) dan F 75 (90 cc)
2 Minum 8 gelas / hari, susu Air putih ± 500 cc/hari
3 Tidur Nyenyak Tidak sadar
4 Mandi 2 kali sehari 1 kali sehari
5 Eliminasi Biasa BAB 5 x / hari, encer
6 Bermain Aktif Pasif
DO :
- An. Y belum sadar
- RR : 24 x/menit
- Nadi : 132 x/menit
- GCS : 7 (E2M4V1)
TD : 100/60 mmHg
2. DS :
- Ny. W mengatakan
bahwa An.Y demam
- Ny.W mengatakan
An.Y berkeringat
DO :
- Tubuh An. Y teraba
hangat
- Suhu : 38,30C
- An.Y berkeringat
Wajah An. Y memerah.
3. DS : Ketidakseimbangan
- Ny. W mengatakan
nutrisi kurang dari
An.Y mengalami
kebutuhan tubuh
penurunan nafsu makan
sejak 1 bulan yang lalu.
- Ny. W mengatakan
An. Y mengalami
penurunan berat badan 6
Kg sejak 2 bulan yang lalu.
DO :
30
- An. Y kurus
- BB : 8 Kg
- TB : 84 cm
- BB/U : 53,4 %
- TB/U : 85,71 %
- Status Nutrisi : Gizi
kurang
- Konjungtiva :
anemis
- Rambut rontok
- Hemoglobin : 7,2
gr/dl
- Albumin : 2,7 gr/dl
- Total Protein : 2,5
gr/dl
4. DS : Diare
- Ny. W mengatakan
An. Y BAB encer 5x sejak
tadi pagi.
- Ny. W mengatakan
BAB An.Y berampas dan
berlendir
DO :
- BAB encer
- BAB berampas dan
berlendir
- Warna BAB kuning
- Turgor kulit jelek
31
XVIII. Diare b.d proses infeksi dan parasit.ASUHAN KEPERAWATAN
Perencanaan
No DK Implementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi
1 Perfusi jaringan serebral a. Status neurologis a. Monitor Neurologi
tidak efektif b.d infeksi
Kriteria hasil: Aktivitas :
meningen
- Fungsi syaraf dbn - Monitor ukuran bentuk,
- Fungsi motorik dbn
kesimetrisan dan reaksi pupil.
- Komunikasi dbn
- Pantau tingkat kesadaran
- Ukuran pupil dbn
- Monitor GCS
- Rangsngan pupil dbn
- Monitor tanda – tanda vital
- Gerakan pupil dbn
- Pantau status pernafasan
- Pola nafas dbn
- Monitor batuk dan reflek muntah
- Tanda – tanda vital dbn
- Monitor kekuatan otot,
- Sakit kepala
b. Perfusi jaringan serebral pergerakan motorik, gaya
berjalan, propriosepsi
Kriteria hasil : - Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor gangguan visual
- Fungsi syaraf - Monitor gaya berbicara
- Tidak ada tanda – tanda b. Promosi perfusi serebral
peningkatan TIK Aktivitas :
- Kurang istirahat tidak ada - Pantau status neurologi
- Kecemasan tidak ada - Batasi gerakan pada kepala leher
32
- Muntah tidak ada dan punggung
- Batuk keras tidak ada - Berikan obat sesuai perintah
- Tekanan darah dbn - Pantau status respirasi
- Tidak ada fluktuasi c. Pemantauan tanda-tanda Vital
Aktivitas :
hipertensi
- Ukur tekanan darah, denyut nadi,
- Berkomunikasi dengan
temperature, dan status
jelas dan sesuai dengan
pernafasan, jika diperlukan
kemampuan
- Catat gejala dan turun naiknya
tekanan darah
- Ukur tekanan darah, nadi, dan
pernafasan sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas, jika
diperlukan
- Pertahankan suhu alat pengukur,
jika diperlukan
- Pantau dan mencatat tnda-tanda
dan syimptom hypothermia dan
hyperthermia
- Pantau timbulnya dan mutu nadi
O : Suhu : 380C, N:
112x/I, RR : 28x/I,
Hangat tubuh An.H
teraba berkurang
36
P : Intervensi
dilanjutkan
- Meonitor suhu
secara berkala
- Memberikan
paracetamol bila
demam
- Menganjurkan
keluarga rutin
mengompres anak
H jika demam
37
CATATAN PERKEMBANGAN
38
napas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
Pemantauan tanda-tanda Vital
:
Aktivitas :
U
kur tekanan darah,
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan,
jika diperlukan
Ca
tat gejala dan turun
naiknya tekanan darah
U
kur tekanan darah, nadi,
dan pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
Pe
rtahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
Pa
ntau dan mencatat tnda-
tanda dan syimptom
hypothermia dan
hyperthermia
Pa
39
ntau timbulnya dan mutu
nadi
2 Ketidak Manajemen Elektrolit / S : Keluarga mengatakan bahwa
seimbangan Cairan An.H sering haus, Ibu An.H
Volume cairan Memantau tingkat mengatakan bahwa air susunya
serum elektrolit tidak keluar
Memantau albumin
O:
serum dan kadar total
An.H mendapatkan therapy ASI
protein
langsung dari ibu.
Memantau
RR : 35x/i, Nadi : 135x/i
ketidakseimbangan asam- Akral An.H teraba hangat
basa
A : Kekurangan volume cairan
Mengenali dan
belum teratasi
melaporkan adanya
ketidakseimbangan P: intervensi dilanjutkan
- Memonitor hasil labor An.H
elektrolit
Memantau ( trombosit, Hb, Ht)
Memonitor cairan IV
kehilangan cairan dan
elektrolit
Mencatat perubahan
sensasi perifer dan tremor
Memantau mual,
muntah dan diare
Mengidentifikasi
pengobatan yang dapat
mengubah status
elektrolit , seperti
penyedotan GI , diuretik ,
anthiypertensives dan
calcium channel blockers
Memantau penyakit
medis yang mendasari
yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit
Memantau adanya
tanda dan gejala
40
hipokalemia : kelemahan
otot , penyimpangan
jantung ( PVC ) , interval
QT yang
berkepanjangan ,
diratakan atau depresi
gelombang T , depresi
segmen ST , kehadiran
gelombang U , kelelahan ,
paresthesia , refleks
menurun , anoreksia ,
sembelit , penurunan GI
motilitas , pusing,
kebingungan ,
meningkatkan sensitivitas
, untuk digitalis , dan
depresi pernapasan
Memantau tanda-
tanda / gejala
hiponatremia :
disorientasi , berkedut
otot , mual dan muntah ,
kram perut , sakit kepala ,
perubahan kepribadian ,
kejang , kelesuan ,
kelelahan , penarikan ,
dan koma
Menajemen Syok : Volume
Aktivitas:
Memantau kehilangan
darah, dehidrasi berat,
atau perdarahan persisten
Memeriksa semua
pengeluaran
41
Mencegah hilangnya
volume darah ( misalnya
melakukan penekanan
pada tempat terjadi
perdarahan
Memantau penurunan
tekanan darah
Memonitor kadar
karbondioksida
Memantau tanda –
tanda dan gejala syok
hipovolemik (misalnya
rasa haus meningkat,
peningkatan SDM,
peningkatan SVR,
penurunan output urine,
penurunan bising usus,
penurunan perpusion
perifer, perubahan status
mental, atau perubahan
pernafasan)
Memposisikan pasien
dalam keadaan yang
optimal
Memasukkan dan
mempertahankan akses
IV
Memberikan cairan
IV seperti kristaloid
isotonik atau koloid, yang
sesuai
Memberikan oksigen
yang sesuai
Memantau kadar
hemoglobin / hematokrit
Memberikan
42
tambahan darah yang
sesuai (misalnya : sel
darah merah, trombosit)
Memonitor hasil
laboraturium (misalnya :
serum laktat,
keseimbangan asam basa,
profil metabolik dan
elektrolit)
2 Hipertermi Pengobatan Demam S : Ibu An.H mengatakan bahwa
Memantau suhu panas An.H turun naik, Ibu An.H
berkali-kali jika mengatakan bahwa An.H sudah
diperlukan mengkompres An.H
Menutup pasien
O : Suhu : 380C, N: 112x/I, RR :
dengan selimut, jika
28x/I, Hangat tubuh An.H teraba
hanya diperlukan
berkurang
Memberikan
kompres hangat
A : Suhu masih turun naik
Memantau untuk
P : Intervensi dilanjutkan
penurunan tingkat
- Meonitor suhu secara
kesadaran
berkala
Memantau intake - Memberikan paracetamol
dan output bila demam
Memberikan Menganjurkan keluarga rutin
43
Pemantauan Tanda-Tanda
Vital
M
engukur denyut nadi,
temperature, dan status
pernafasan, jika
diperlukan
M
engukur nadi, dan
pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
M
empertahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
M
emantau dan mencatat
tanda-tanda dan
syimptom hypothermia
dan hyperthermia
M
emantau naik turunnya
nadi
M
emantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)
M
emantau suara paru
44
Tanggal 31 Desember 2015
45
Atur peralatan
oksigenasi
Monitor aliran
oksigen
Pertahankan posisi
pasien
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
Pemantauan tanda-tanda Vital
:
Aktivitas :
U
kur tekanan darah,
denyut nadi, temperature,
dan status pernafasan,
jika diperlukan
Ca
tat gejala dan turun
naiknya tekanan darah
U
kur tekanan darah, nadi,
dan pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
Pe
rtahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
Pa
ntau dan mencatat tnda-
tanda dan syimptom
hypothermia dan
hyperthermia
Pa
ntau timbulnya dan mutu
46
nadi
2 Ketidak Manajemen Elektrolit / S : Keluarga mengatakan bahwa
seimbangan volume Cairan An.H sering haus, Ibu An.H
cairan dan elektrolit Memantau tingkat mengatakan bahwa air susunya
serum elektrolit tidak keluar
Memantau albumin
O:
serum dan kadar total
An.H mendapatkan therapy ASI
protein
langsung dari ibu.
Memantau
RR : 35x/i, Nadi : 135x/i
ketidakseimbangan asam- Akral An.H teraba hangat
basa
A : Kekurangan volume cairan
Mengenali dan
belum teratasi
melaporkan adanya
ketidakseimbangan P: intervensi dilanjutkan
- Memonitor hasil labor An.H
elektrolit
Memantau ( trombosit, Hb, Ht)
Memonitor cairan IV
kehilangan cairan dan
elektrolit
Mencatat perubahan
sensasi perifer dan tremor
Memantau mual,
muntah dan diare
Mengidentifikasi
pengobatan yang dapat
mengubah status
elektrolit , seperti
penyedotan GI , diuretik ,
anthiypertensives dan
calcium channel blockers
Memantau penyakit
medis yang mendasari
yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan
elektrolit
Memantau adanya
tanda dan gejala
hipokalemia : kelemahan
47
otot , penyimpangan
jantung ( PVC ) , interval
QT yang
berkepanjangan ,
diratakan atau depresi
gelombang T , depresi
segmen ST , kehadiran
gelombang U , kelelahan ,
paresthesia , refleks
menurun , anoreksia ,
sembelit , penurunan GI
motilitas , pusing,
kebingungan ,
meningkatkan sensitivitas
, untuk digitalis , dan
depresi pernapasan
Memantau tanda-
tanda / gejala
hiponatremia :
disorientasi , berkedut
otot , mual dan muntah ,
kram perut , sakit kepala ,
perubahan kepribadian ,
kejang , kelesuan ,
kelelahan , penarikan ,
dan koma
Menajemen Syok : Volume
Aktivitas:
Memantau kehilangan
darah, dehidrasi berat,
atau perdarahan persisten
Memeriksa semua
pengeluaran
Mencegah hilangnya
48
volume darah ( misalnya
melakukan penekanan
pada tempat terjadi
perdarahan
Memantau penurunan
tekanan darah
Memonitor kadar
karbondioksida
Memantau tanda –
tanda dan gejala syok
hipovolemik (misalnya
rasa haus meningkat,
peningkatan SDM,
peningkatan SVR,
penurunan output urine,
penurunan bising usus,
penurunan perpusion
perifer, perubahan status
mental, atau perubahan
pernafasan)
Memposisikan pasien
dalam keadaan yang
optimal
Memasukkan dan
mempertahankan akses
IV
Memberikan cairan
IV seperti kristaloid
isotonik atau koloid, yang
sesuai
Memberikan oksigen
yang sesuai
Memantau kadar
hemoglobin / hematokrit
Memberikan
tambahan darah yang
49
sesuai (misalnya : sel
darah merah, trombosit)
Memonitor hasil
laboraturium (misalnya :
serum laktat,
keseimbangan asam basa,
profil metabolik dan
elektrolit)
2 Hipertermi Pengobatan Demam S : Ibu An.H mengatakan bahwa
Memantau suhu panas An.H sudah mulai stabil,
Ibu An. H sering mengompres
berkali-kali jika
demam si anak
diperlukan
Menutup pasien O : Suhu : 370C, N: 112x/I, RR :
dengan selimut, jika 28x/I, Hangat tubuh An.H teraba
hanya diperlukan berkurang
Memberikan
kompres hangat A : Suhu dalam rentang normal
Memantau untuk
P : Intervensi dilanjutkan
penurunan tingkat - Monitor suhu secara berkala
kesadaran - Memberikan paracetamol
Pemantauan Tanda-Tanda
50
Vital
M
engukur denyut nadi,
temperature, dan status
pernafasan, jika
diperlukan
M
engukur nadi, dan
pernafasan sebelum,
selama, dan setelah
beraktivitas, jika
diperlukan
M
empertahankan suhu alat
pengukur, jika diperlukan
M
emantau dan mencatat
tanda-tanda dan
syimptom hypothermia
dan hyperthermia
M
emantau naik turunnya
nadi
M
emantau tingkat dan
irama pernafasan (e.g.
kedalaman dan
kesimetrisan)
M
emantau suara paru
BAB IV
PEMBAHASAN
51
Asuhan keperawatan yang diberikan pada An. H dengan Meningitis, ditemukan
beberapa kesenjangan maupun kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan. Untuk memudahkan dalam memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi,
maka penulis membahas sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi status kesehatan klien (Nursalam, 2007).
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, diperoleh data bahwa An.H
merupakan pasien rawatan di Irna Anak (Akut) RSUP Dr. M. Djamil Padang. An. H lahir
cukup bulan dengan berat badan lahir 2800 gram dan panjang badan 51 cm. An. H
mendapat ASI eksklusif dan sampai saat ini An.H masih mendapatkan ASI ditambah juga
dengan susu formula. Klien mendapat makanan keluarga berupa nasi tim, bubur dan
pisang.
Meningitis disebbkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebnyakan pasien
dengna meningitis mempunyai faktor predisposisi seprti fraktur tulang tengkorak,
infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa
meningitis itu disebbkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua
bagian besar yaitu : Meningitis purulenta dan meningitis tuberculosa. Meningitis
purulenta adalah radang selaput otak ( aracnoid dan piamater ) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman non spesifik dan non virus. Penyakit ini
lebih sering didapatkan pada anak daripada orang dewasa. Meningitis purulenta pada
umumnya sebagai akibat komplikasi penyakit lain. Kuman secara hematogen sampai
keselaput otak; misalnya pada penyakit penyakit faringotonsilitis, pneumonia,
bronchopneumonia, endokarditis dan lain lain. Dapat pula sebagai perluasan
perkontinuitatum dari peradangan organ / jaringan didekat selaput otak, misalnya abses
otak, otitis media, mastoiditis dan lain lain.
An.H masuk ke IGD RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 22 Desember
2015 dengan keluhan Kejang berulang dengan penurunan kesadaran sejak 10 jam SMRS,
kejang pertama ± 15 menit. Kejang berhenti setelah diberikan diazepam. Pasien tidak
sadar setelah kejang. Kejang kedua ± 30 menit dengan jarak kejang ± 1 jam dan berhenti
setalah pemberian diazepam 2x4 mg, fenitoin 1x40 mg, luminl 1x50 mg. An.H demam se
jak 3 hari SMRS, demam terus menerus, tidak menggigil, dan tidak berkeringat, muntah
1 hari SMRS frekuensi 4-5 kali sebnyak 2-3 sendok makan/kali, muntah berisi susu,
tidak menyemprot, An.H kurang mau menyusui sejak 1 hari SMRS. Batuk pilek dan
52
sesak nafas tidak ada, bintik-bintik merah pada kulit baru disadari keluarga ± 10 jam
SMRS. An.H merupakan rujukan dari RSUD Sungai dareh dengan keterangan DHF +
kejang demam + BP.
Bayi berumur 3 bulan – 2 tahun jarang memberi gambaran klasik meningitis.
Biasanya manifestasi yang timbul hanya berupa demam, muntah, gelisah, kejang
berulang, kadang-kadang didapat pula high pitched cry (papa bayi). Tanda fisik yang
tamapk jelas adalah ubun-ubun tegang dan menonjol, sedangkan tanda brudsinski dan
kernig sulit dievaluasi. Oleh karena insiden meningitis pada umur ini sangat tinggi, maka
adanya infeksi susunan saraf pusat perlu dicurigai pada anak dengan demam terus
menerus yang tidak dapat diterangkan penyebabnya.
Saat ini pada tanggal 29 Desember 2015 An H terbaring lemah di tempat tidur.
An. H terpasang NGT, Oksigen 2 liter/menit, dan IVFD Ka-en IB 4 tetes/menit. An. H
terlihat lemah dan sering gelisah. GCS : E3M4V2. Keluarga An.H mengatakan An.H
sering menangis dan susah tidur. Keluarga juga mengatakan An.H sering demam. Suhu
An.H selama 1 minggu belakangan naik turun. Suhu An.A berkisar 38-400C. An. H
diberikan paracetamol setiap 4-5 jam tiap hari karena demam yang sering turun naik.
Suhu An. H pagi ini 39,30C. RR: 35 kali/menit dan Nadi 135 kali/menit. Perut An. H
terlihat agak membesar. Keluarga mengatakan An.H belum BAB 2 hari terakhir.
Keluarga mengatakan bahwa dokter menginstruksikan ASI yang diberikan pada An.H
dibatasi. Natrium : 126 mmol/L. Kalium : 3,1 mmol/L. Klorida serum : 97 mmol/L
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
atau komunitas terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil dimana perawat bertanggunggugat (Nanda, 1990). Tahapan dalam
penegakan diagnosa keperawatan ini adalah analisa data, perumusan masalah dan
prioritas masalah (Suprajitmo, 2004).
Diagnosa keperawatan teoritis yang direncanakan yakni Pola nafas tidak efektif,
Gangguan perfusi serebral, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipertermi serta
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Berdasarkan hasil pengkajian yang
dilakukan pada An.H dapat ditegakan 3 diagnosa keperawatan yakni :
1. Pola Nafas tidak efektif
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
3. Hipertermi
53
Diagnosa pola nafas tidak efektif diangkat karena pada saat pengkajian an. H
bernapas dengan baik, napas tidak cepat, pernapasan 35 x/menit serta tidak ada retraksi
intercosta dinding dada saat bernapas.
Diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit ditegakkan karena data – data
yang ditemukan pada saat pengkajian sangat mendukung ditegakkan diagnosa ini. Data –
data tersebut diantaranya Hasil labor anak menunjukkan nilai Natrium : 126 mmol/L (),
Kalium : 3,1 mmol/L (), Klorida serum : 97 mmol/L, An.H mendapatkan therapy ASI
langsung dari ibu., S : 39,30C, , RR : 35x/i, Nadi : 120x/I, Akral An.H teraba dingin
Diagnosa hipertermi ditegakkan karena data – data yang ditemukan pada saat
pengkajian sangat mendukung ditegakkannya diagnosa ini. data – data tersebut
diantaranya Suhu An. H 39,30C, An. H mendapatkan therapy paracetamol sirup setiap 4
jam (bila demam), RR : 35x/i, Nadi 120x/I, Tubuh An. H teraba hangat, Ibu terlihat
sedang mengompres An.H
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana
perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,1997).
Dari beberapa masalah yang ditemukan, disusun intervensi keperawatan untuk
masing – masing diagnosa prioritas. Pada diagnosa pola nafas, intervensi yang
direncanakan yaitu manajemen jalan napas dan pemantauan tanda-tanda vital.
Pada diagnosa ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, intervensi yang
direncanakan yaitu manajemen cairan/elektrolit. Di dalamnya terdapat aktivitas yang
dapat memantau keseimbangan asam dan basa serta mencegah resiko terjadinya
kekurangan volume cairan pada anak.
Diagnosa gangguan hipertermi intervensi yang direncanakan yaitu pengobatan
demam. Aktivitas yang dilakukan yaitu memberikan kompres air hangat di dahi, ketiak
pasien.
Pada tahap ini penulis membuat rencana keperawatan sesuai dengan teori dan
prinsip SMART (Spesifik, Measurabel, Achicable,Rasional,Time) yang meliputi tujuan
umum, tujuan khusus dan kriteria hasil yang dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya
serta penulisan rencana tindakan yang operasional dengan menggunakan kata perintah.
1. Perencanaan untuk diagnosa pola nafas tidak efektif
a. Manajemen jalan napas
b. Pemantauan tanda-tanda vital
2. Perencanaan untuk diagnosakekurangan volume cairan dan elektrolit
54
a. Manajemen cairan/elektrolit
b. Manajemen Syok/Volume
3. Perencanaan untuk diagnosa hipertermi
a. Pengobatan Demam
b. Monitor tanda-tanda vital
55
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam pelaksanaan keperawatan pada
klien yaitu adanya kerjasama yang baik dan bantuan dari perawat ruangan serta
partisipasi dari klien dan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Faktor penghambat yang
penulis temukan temukan adalah sulitnya mendapatkan hasil pemerikasaan diagnostik
klien karena status klien sering dibawa tenaga kesehatan lain.
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai proses yang
disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai kualitas, nilai atau
kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria yang diidentifikasi atau
standar sebelumnya. Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan
perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya menentukan Wilkinson (2007)
Menurut Wilkinson (2007) juga, evaluasi yang efektif tergantung pada langkah
yang sebelumnya dilakukan. Kegiatan evaluasi tumpang tindih dengan kegiatan
pengkajian. Tindakan untuk mengumpulkan data adalah sama tetapi yang membedakan
adalah kapan dikumpulkan dan bagaimana dilakukan. Pada tahap pengkajian, perawat
menggunakan data untuk membuat diagnosa keperawatan sedangkan pada tahap
evaluasi, data digunakan untuk mengkaji efek dari asuhan keperawatan terhadap
diagnosa keperawatan.
BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spiral
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat (Suriadi, 2006).
Meningitis merupakan keradangan pada daerah meningen, meningitis itu sendiri terdiri atas
meningitis tuberculosis, yang disebabkan oleh bakteri dan meningitis virus atau disebut
nonpurulen meningitis atau istilahnya disebut aseptic meningitis yang disebabkan oleh virus
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2012). Hal ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus,
atau jamur), tetapi juga dapat diproduksi oleh iritasi kimia, perdarahan subarachnoid, kanker
dan kondisi lainnya (WHO, 2014). Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges,
56
biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, meningokok,
stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus).
B. SARAN
1. Bagi Institusi RSUP. DR. M. Djamil Padang
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi
institusi kesehatan dan tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan terhadap meningitis, serta dapat memberikan perhatian dan perawatan yang
tepat pada An. H dengan masalah meningitis untuk mencegah terjadinya komplikasi
lebih lanjut
2. Bagi Akademik
Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau
masukan untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang asuhan keperawatan pada
pasien meningitis.
3. Bagi Perawat
Diharapkan perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan lebih meningkatkan
pemberian asuhan keperawatan pada pasien khususnya pasien dengan meningitis,
sehingga tahap pesembuhan pasien cepat tercapai dan berbagai komplikasi dapat
dihindari.
57
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika
Suriadi & Yuliani, R. 2010. Asuhan keperawatan Pada Anak.. Jakarta: Sagung Seto
58