Anda di halaman 1dari 11

Paper Juling & Silindris

Disusun oleh :
Kelompok 4

1. Windy Aryanda (106117003)


2. Nila Kamilatun N (106117010)
3. Hesti Retno A (106117017)
4. Dessy Meliani (106117009)
5. Erlina Arianti (106117020)
6. Rusmiati (106117012)
7. Siti Fatimah (106117005)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AL IRSYAD AL ISLAMMIYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2019/2020
PEMBAHASAN

A. MATA JULING (STRABISMUS)

1. PENGERTIAN

Mata juling atau strabismus adalah kondisi dimana mata tidak sejajar satu dengan
lainnya; contohnya satu mata tampak melihat lurus sedangkan mata lainnya tampak
melihat kearah lain. Kondisi ini dapat terjadi pada usia manapun. Mata yang juling
dapat mengarah ke dalam (konvergen), keluar (divergen), atau satu mata lebih tinggi
dari mata lainnya. Strabismus dapat menyebabkan penurunan binocular atau
penglihatan stereo (3D), dan strabismus pada anak dapat berkembang menjadi mata
malas (ambliopia).

Mata juling (strabismus) adalah suatu keadaan dimana terjadi kegagalan kedua
mata untuk terletak lurus yang mungkin diakibatkan karena tidak sempurnanya
peglihatan kedua mata atau terjadinya gangguan saraf yang mnggerakan otot otot
mata. Ada dua tipe mata juling dipandang dari ketidakmampuan mengarahkan mata
pada satu titik kesemua arah pandang :

1. Paralitik (non komitan) juling tidak seimbang

Akibat kelumpuhan otot otot ekstravaskular sendiri,kedua mata lurus


kecuali bila berpndah kearah otot yang paralitik.

2. Non paralitik (kon komitan) juling seimbang

Suatu kelainan yang dimana mata bervariasi tanpa ada lesi neurologist
sehingga gerakan kedua mata biasanya tidak terganggu karena kelainan
tidak disebabkan kelainan saraf .
Tipe mata juling kon komitan :

a. Strabismus esotropia (konvergen)


Strabismus ini dapat merupakan congenital atau didapat :
- Strabismus congenital
Dimana mata juling dimulai sejak bayi berusia kurang dari 6
bulan dengan ciri ciri :
1) Tidak dapat menggunakan kedua mata secara bersamaan
2) Sering terjadi fiksasi silang
3) Terkadang ambliopoa dan histakmus
b. Esotropia,dibeda menjadi dua yaitu :
- Esotropia akomodatif
Merupakan bentuk esotropia yang biasa ditemukan pada anak
usia 2 tahun lebih dengan keadaan mata untuk melihat lebih jelas.
Juling ini dapat terjadi saat melihat jauh,dekat,atau keduanya.
Terdapat 3 jenis esotropia akomodatif yaitu :
1) Refraktif akibat hipermetropia tidak dikoreksi.
2) Non refraksi akibat rasio akomodasi yang tinggi.
3) Gabungan.
 Esotropia non akomodatif
- Strabismus eksotropia (divergen)
Juling keluar,paling sering terjadi saat anak berfokus pada obyek
yang jauh. Tipe juling menurut kedudukan mata yaitu :
1) Heteroforia (laten)
Meupakan juling tersembunyi dimana mata akan juling
dalam keadaan tertentu seperti saat letih,sakit .
Tanda : tanpa adanya gejala terdapat mata todak
searah,sakit kepala
2) Heterotropia
Merupakan juling menetap dimana terdapat mata yang
tidak searah terdapat pada satu mata/bergantian.

2. MANINFESTASI KLINIS

- Bila melirik,perguliran bola mata tidak sampai keujung

- Mata yang tidak lurus

- Penutupan atau memincingkan satu mata pada cahaya terang

- Bila melihat obyek jauh akan ada 2 bayangan

3. ETIOLOGI

a. Faktor Keturunan
“Genetik Pattern”nya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnyasudah
jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik,
maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.

b. Kelainan Anatomi
1. Kelainan otot ekstraokuler
 Over development
 Under development
 Kelainan letak insertio otot
2. Kelainan pada “vascial structure”
Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat
menyebabkan penyimpangan posisi bola mata.
3. Kelainan dari tulang-tulang orbita
Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk dan orbital
abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.
c. Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.
d. Fovea tidak dapat menangkap bayangan.
e. Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.
f. Kelainan Sensoris
Defect yang mencegah pembentukan bayangan di retina dengan baik, antara
lain :
 Kekeruhan media
 Lesi di retina
 Ptosis berat
 Anomali refraksi (terutama yang tidak terkoreksi)

g. Kelainan Inervasi
1. Gangguan proses transisi dan persepsi
Gangguan ini menyebabkan tidak berhasilnya proses fusi.
2. Gangguan inervasi motorik
 Insufficiency atau escessive tonik inervation dari bagian supra nuklear
 Insufficiency atau exessive inneration dari salah satu atau beberapa otot.

4. PATOFISIOLOGI STRABISMUS (MATA JULING)


Kedua bola mata manusia digerakan oleh otot otot mata luar,sedemikian
sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan jatuh tepat di kedua uva
sentralis. Kemudian secara simultan dikirim kesusunan saraf pusat untuk diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal sehingga terjadi penglihatan
binokuler.
Juling terjadi bila redapa satu atau lenih otot pergerakan bola mata yang tidak
mengimbangi gerakan otot otot lainnya. Maka terjadilah gangguan
keseimbangan gerak antara kedua mata sehingga sumbu penglihatan menyilang
pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya. Kehilangan
kemampuan mengimbangi gerakan otot otot dari mata tersebut salah satunya
dapat disebabkan rusaknya sistem pusat sensori dan motorik oleh karena sebab
terinfeksi virus,bakteri ataupun oleh sebab mengindapsuatu penyakit.kelainan
otot seperti tumor otot paralis otot otot penggerakan bola mata yang kesemuanya
berjumlah 12 yang merupakan faktor utama penyabab juling.
4. WOC

Faktor keturunan Kelainan anatomi Kelainan sensori Kelainan refleks

Dr ortu yg menderita Kelainan struktur DM Kekeruhan media Lesi di retina Akomodasi


strabismus fascial meningkat
Hiperglikemi lama Katarak kongenital retinoblastoma
Ibu hamil Kelainan TIO ↑
hubungan fascia Komplikasi Genetik Tumor ganas
Kelainan genetik otot ekstraokuler Gangguan utama intraokuler Nyeri
perkembangan
Retinopati Radiasi sinar UV
Penyimpangan
Efek pd janin
posisi bola mata saat hamil Terlebih jika letak Mengganggu
tumor di makula penglihatan
Janin jg terkena strabismus
Lensa berkabut binokuler normal
yang didapat dari
Pengembunan spt mutiara
strabismus orang tua keabuan pd pupil Gejala awal
Cahaya dipendarkan, tidak strabismus
ditransmisikan dengan tajam
Fungsi mata tidak bekerja dengan menjadi bayangan terfokus
baik pada retina
Disposisi kedua mata
Gangguan SSP untk mensintesa Pandangan kabur
kedua bayangan yg diterima
kedua mata mjd sensasi
bayangan tunggal

Syarat penglihatan binokuler tidak normal

Penyimpangan posisi bola mata

Strabismus / Juling
Pre Op Post Op

Intervensi ↓ ketajaman Dgn memindahkan Ada prosedur invasif Kurang pengetahuan


pembedahan penglihatan insersi otot / ke area pembedahan mengenai perawatan
memotong ekstraokuler post op
Ansietas G3 penglihatan Resti infeksi
Mengganggu Trauma pembedahan
G3 penerimaan fungsi otot Intervensi bedah ansietas
Perubahan sensori Mengganggu
fungsi & inervasi nervus Kurang pajanan info
struktur mata G3 sensori Nyeri Akut
G3 penglihatan
Kurang pengetahuan
Perubahan (-)
thd diri/peran Aktivitas Resti Cidera
Resiko terhadap Kurang tahu tentang
aktif
Takut orang lain ketidakefektifan perawatan, obat, da
menolak Resiko perubahan penatalaksanaan komplikasi
program terapeutik
G3 harga diri
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

B. SILINDRIS/ASTIGMATISMA

1. PENGERTIAN

Kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama.
Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata
difokuskan pada lebih dari satu titik. Pada astigmatisma berkas sinar tidak
difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis api
yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelengkungan permukaan kornea. Pada
mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari pada satu meridian kornea lebih
panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus padanya. Ada dua bentuk
astigmatisme:
a. Astigmatim Reguler
Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak
lurus. Disebut Astigmatism with the rule bila meridian vertikal mempunyai
daya bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita muda. Disebut
Astigmatism against the rule bila meridian horisontal mempunyai daya bias
terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita yang lebih tua. Kelainan
refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder. Oleh karena ada banyak
sekali bidang-bidang yang melalui garis pandang, maka juga akan didapatkan
banyak sekali titik-titik apinya. Tetapi selalu akan didapatkan daya pembiasan
yang terkuat (titik api V) sedangkan pada bidang lainnya (bidang ini,
biasanya letaknya tegak lurus pada bidang pertama) didapatkan daya
pembiasan yang terlemah (titik api H). Biasanya kedua bidang utama itu
adalah bidang datar (bidang 0 º atau 180 º ) dan bidang tegak(bidang 90 º )
Titik-titik api bidang-bidang lainnya terletak antara V dan H. Jadi sinar-sinar
sejajar dengan garis pandang (pada gambar sumbu utama) setelah dibias oleh
susunan yang astigmatik ini, akan merupakan bentuk yang khas, yaitu bentuk
suatu conoid. Di dataran dimana sinar-sinar di bidang 90 º menyilang sinar-
sinar di bidang180 º, akan terbentuk suatu lingkaran. Lingkaran tersebut
dinamakan Lingkaran yang paling sedikit membingungkan (the circle of least
confusion). Visus terbaik akan tercapai, jika lingkaran tersebut jatuh pada
retina. Didasarkan atas letak titik V dan H terhadap retina, maka
astigmatismus dapat dibagi lagi dalam:
1) Astigmatismus Myopicus Simplex
2) Astigmatismus Myopicus Compositus
3) Astigmarismus Hypermetropicus Simplex
4) Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
5) Astigmatismus Mixtus
b. Astigmatisme Irreguler
Pada bentuk ini didapatkan titik fokusyang tidak beraturan. Penyebab
tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa
jugadisebabkankelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini
tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder.

2. ETIOLOGI

Penyebab tersering dari astigmatism adalah kelainan bentuk kornea. Pada


sebagian kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa. Pada umumnya astigmatisme
bersifat menurun, beberapa orang dilahirkan dengan kelainan bentuk anatomi kornea
yang menyebabkan gangguan penglihatan dapat memburuk seiring bertambahnya
waktu. Namun astigmatisme juga dapat disebabkan karena trauma pada mata
sebelumnya yang menimbulkan jaringan parut pada kornea, daat juga jaringan parut
bekas operasi pada mata sebelumnya atau dapat pula disebabkan oleh keratokonus

3. MANINFESTASI KLINIS

Pada astigmatisme rendah :


a. Mata cepat terasa lelah,terutama pada saat melakukan pekerjaan yang
teliti.
b. Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat.
c. Sakit kepala bagian frontal.
Pada astigmatisme tinggi :
a. Penglihatan kabur,kadang mengeluh sakit kepala.
b. Memiringkan kepala
c. Memutar mutarkan kepala agar melihat jelas.
d. Menyipitkan mata
e. Memegang bacaan lebih mendekati mata.

4. PATOFISIOLOGI ASTIGMATISME

Mata seseorang secara alami berwujud bulat. Dlm keadann normal, ketika
cahaya memasuki mata, 1tu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yg jelas
objek. Astigmatisma terjadi dampak kelainan kelengkungan permukaan kornea. Bayi
yg baru lahir biasanya memiliki kornea yg bulat / sferis yg di dlm perkembangannya
terjadi keadaan apa yg dijuluki astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yg
berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah / lebih kuat / jari-
jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.
Mata seseorang dengan Silindris berwujud lebih mirip sepak bola / bagian belakang
sendok.. Buat manusia ini, ketika cahaya memasuki mata 1tu dibiaskan lebih dlm
satu arah daripada yg lain, sehingga hanya bagian dari obyek yg mau fokus pada satu
waktu.. Objek pada jarak pun bisa muncul buram & bergelombang.
Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berwujud ellips / lonjong, seperti
bola rugby, sehingga sinar yg masuk ke dlm mata tak mau bertemu di satu titik
retina. Sinar mau dibiaskan tersebar di retina. Hal ini mau menyebabkan pandangan
menjadi kabur, tak jelas, berbayang, baik pada saat buat melihat jarak jauh maupun
dekat.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

DAFTAR PUSTAKA
http://www.snec.com.sg/about/international/menuutama/kondisimataandperawatan/c
ommon-problems/Pages/Squint.aspx

https://id.scribd.com/doc/46841055/LP-Askep-Strabismus

Ilyas,Sidarta. 2006. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Cetakan ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.hal 81-83.
http://dokumen.tips/documents/askep-astigmatisme-55c8174dcd816.html
http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/asuhan-keperawatan-pada-
presbiopi-mata-tua-astigmatisma-mata-silinder-pathway-81395/

Anda mungkin juga menyukai