Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayah
serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Agama mengenai “SIKAP DAN
ETIKA DALAM BERAGAMA”

Penyusun makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa adanya kerjasama dalam
kelompok serta bimbingan dari dosen Agama BapakYulius.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam perbaikan makalah
ini. Walapun demikian, kami berharap penulisan makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya
dan para pembaca umumnya, sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang
senantiasa berkembang dengan cepat.

Bukitinggi, 17 Oktober 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4

A.Latar belakang...................................................................................................4

B.Tujuan................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5

A.Pengertian sikap dalam beragama.....................................................................5

B.Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap beragama....................5

C.Pengertian etika beragama.................................................................................6

D.Bentuk-bentuk dari sikap dan etika beragama...................................................6

E.Agama sebagai sumber etika dan sikap..............................................................7

F.Toleransi beragama menurut agama-agama........................................................8

G.Etika, sikap dan toleransi beragama menurut islam..........................................10

BAB III PENUTUP........................................................................................................11

A.Kesimpulan........................................................................... ...........................11

B.Saran.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. ........12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sikap adalah suatu perasaan manusia yang bersifat menilai terhadap suatu hal seperti
objek, orang atau peristiwa yang bisa saja hasil penilaian tersebut diwujudkan dengan
tindakan atau kelakuan (nyata) ataupun tidak diwujudkan sama sekali.

Etika (adat istiadat) adalah sebuah pranata perilaku seseorang atau sekelompok orang
yang tersusun dari suatu sistem nilai atau norma yang diambil dari gejala-gejala alamiah
masyarakat kelompok tersebut.

Kehidupan beragama pada hakekatnya tidak hanya berkutat pada substansi ajaran agama
masing-masing. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana substansi ajaran agama itu
diimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam rangka menjawab tantangan zaman.
Memenuhi kebutuhan dasar manusia (fisik-biologis) dan juga bagian psikis seperti :
kesejahteraan, rasa aman, tentram dalam berinteraksi dengan umat beragama yang lain.
Adapun yang harus diterapkan dalam beragama yaitu sikap, etika dan toleransi.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian sikap dalam beragama
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap beragama
3. Untuk mengetahui pengertian etika beragama
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk sikap dan etika beragama
5. Untuk mengetahui agama sebagai sumber etika
6. Untuk mengetahui toleransi beragama menurut agama-agama
7. Untuk mengetahui etika, sikap, dan toleransi agama menurut islam

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian sikap beragama


Menurut para ahli :
1.Menurut Sarnoff (dalam sarwono,2000) mengidentifikasi sikap sebagai kesedian
untuk beraksi (disposition to react) secara positif atau negative terhadap obyek-obyek
tertentu.
2.La pierre (dalam azwar,2003) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola periaku,
tendensi atau kesiapan antisipati, predis posisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
social, atau seacara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli social yang telah
terkondisikan.
3.Soetarno(1994), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan
untuk bertindak terhadap obyek tertentu.
4.MenunitG.w Alport dalam (tri rusmi widayatun,1999;218) Sikap adalah kesiapan
seorang untuk bertindak.
5. Tri rusmi widayatun memberikan pengertian sikap adalah keadaan mental dansyaraf
dari kesiapan, yang di atur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik
atau teraarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan
dengannya.
6.Sumber di www.wikipedia .org sikap adalah : perasaan seseorang tentang obyek,
aktivitas peristiwa dan orang lain.

B. Factor yang mempengaruhi sikap ragam beragama


1. Factor intern: yaitu manusia itu sendiri
2. Factor ekstern:yaitu factor manusia
3. Pengaruh factor emosional: sesuatu bentuk dan sikap merupakan pernyataaan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama : sesuatu system mempunyai pengaruh
dalam pembentukan sikap di karenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan
konsep moral dalam arti individu.

5. Pengaruh kebudayaan: kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai


pengaruh besar terhadap pembentukan sikap.
6. Media massa: mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal yang memberikan
landasan kognitif bagi terbentuknya sikap dalam hal tersebut.

4
C. Pengertian etika beragama
Etika berasal dari kata ethos (bahasa yunani) yang berarti karakter, watak,
kesusilaan atau adat. Secara etimologis (asal usul kata) etika mempunyai arti yaitu
ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.

D. Sebutkan bentuk-bentuk dari sikap dan etika beragama


1. Sikap beragama menurut islam

Dalam mengaplikasikan sikap dalam beragama ada 3 jenis tipologi sikap beragama
menurut komarudin hidayat yaitu :

a. Eksklusivisme
Sikap eksklusivisme akan melahirkan pandangan ajaran yang paling benar hanyalah
agama yang dipeluknya, sedangkan agama lain sesat dan wajib dikikis, atau
pemeluknya di konversi sebab agama dan penganutnya terkutuk dalam pandangan
tuhan. Sikap ini merupakan pandangan yang dominan dari zaman ke zaman dan terus
dianut hingga dewasa ini.
b. Inklusivisme
Sikap inklusivisme berpandangan bahwa diluar agama yang dipeluknya juga terdapat
kebenaran. Meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang dianutnya. Disini
masih didapatkan toleransi teologi, iman. Menurut Nurcholesh madjid, sikap inklusif
adalah yang memandang bahwa agama-agama lain adalah bentuk implisir agama kita.
c. Pluralisme atau paralelisme
Menurut komarudin hidayat, sikap pluralisme lebih moderan dari sikap inklusivisme
atau bahkan dari ekskusivisme. Ia berpandangan bahwa secara teologis pluralitas
agama dipandang sebagai suatu realitas niscaya yang masing-masing berdiri sejajar.
Dilingkungan islam tafsir islam pluarilisme merupakan pengembangan
Secara lebih liberal dari islam inklusif. Menurut para penganut islam pluralis setiap
agama pada dasarnya distuktur oleh dua hal: perumusan iman dan pengalaman iman.
Dan sebaliknya agama Kristen mendahulukan pengalaman iman.
d. Eklektivisme
Eklektivisme adalah suatu sikap keberagamaan yang berusaha memilih dan
mempertemukan berbagai segi ajaran agama yang dipandang baik dan cocok untuk
dirinya sehingga format akhir dari sebuah agama menjadi semacam mosaic yang
bersifat eklektik.
e. Univesalisme
Universalisme beranggapan bahwa pada dasarnya semua agama adalah satu dan sama.
Hanya saja karena factor historis-antropologis agama lalu tampil dalam format plural.

5
2. Etika beragama
Nilai moral yang merupakan nilai etika tersebut bersifat berubah- ubah sesuai dengan
persetujuan dari pada nilai-nilai dasar yang di pandang sebagai nilai alamiah
(universal) etika bersifat teoritis yang memandang perbuatan manusia.
Membangun etika kehidupan beragama ada 5 aspek penting untuk pembangunan
agama :
a. Membangun kerukunan hidup antar umat beragama
b. Peran serta umat beragama dan kehidupan social ekonomi
c. Terpenuhnya sarana prasarana keagamaan
d. Pendidikan agama
e. Penerangan dakwah

E. Agama sebagai sumber etika dan sikap

Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dalam konteks Islam sumber
moral iti dalah Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa
ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

1) Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai tabah, dan tawakal
2) Agama itu dapat membentuk dan mencetak manisia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
3) Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dam terpuji, toleransi, dam manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat
efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak
melakukan tindakan moral.

F. Toleransi agama menurut agama-agama


1. Toleransi Dalam Perspektif Agama Islam
Toleransi diajarkan dalam Agam Islam untuk damai yaitu damai dengan sesama
manusia bahkan dengan makhluk lainnya. Berlaku baik dengan sesama manusia
sangat dianjurkan oleh Islam juga dalam menyebarkan agama. Islam tidak

6
memaksakan keyakinan atau agama kepada orang lain. sebagaimana firman Allah
dalam Surat al-Baqarah ayat 256.
Yang artinya :
“ tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar Lagi
Maha Mengetahui.
2. Toleransi Dalam Perspektif Agama Kristen Katholik
Dalam ajaran agama Katholik ditemukan konsep tentang kerukunan yang tercantum
dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap gereja terhadap agama-agama lain.
Deklarasi konsili Vatikan II berpegang teguh pada hukum yang paling utama yakni
"Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan
segenap hal budimu dan dengan segenap kekuatanmu dan kasihanilah sesama manusia
seperti dirimu sendiri. .
3. Toleransi dalam Perspektif Agama Protestan
Dalam agama Protestan juga menganjurkan agar antar sesama umat manusia selalu
hidup rukun dan harmonis. Agama Protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan
hidup beragama dapat diwujudkan melalui Hukum Kasih yang merupakan norma dan
pedoman hidup yang terdapat dalam Al Kitab. Hukum Kasih tersebut ialah mengasihi
Allah dan mengasihi sesama manusia. Dasar kerukunan menurut agama Kristen
Protestan adalah pada Injil Matins 22:37.
4. Toleransi dalam Perspektif Agama Hindu
Dalam agama Hindu diajarkan tentang masalah kerukunan. Menurut agama Hindu
untuk mencapai kerukunan hidup anta rumat beragama, manusia harus mempunyai
dasar hidup, yang disebut dengan Catur Purusa Artha, yang mencakup Dharma,
Arthakama, dan Moksha
Dharma berarti susila atau berbudi luhur. Artha berarti kekayaan. Kama berarti
kenikmatan dan kepuasan. Moskha berarti kebahagiaan abadi. Keempat dasar ini yang
dapat memberikan sikap hormat-menghormati dan harga-menghargai dalam
keberadaan umat beragama lain.
5. Toleransi dalam Perspektif Agama Budha
Pandangan agama Budha mengenai kerukunan hidup terbagi atas 4 jalan kebenaran.
Yakni:
1.Hidup adalah suatu penderitaan (dukha).
2.Penderitaan disebabkan karena keinginan yang rendah (samudaya).
3.Apabila keinginan rendah dapat dihilangkan maka penderitaan akan berakhir.

7
4.Jalan untuk menghilangkan keinginan rendah ialah dengan melaksanakan 8 jalan
utama
Yaitu :
1. Kepercayaan yang benar.
2. Niat atau pikiran yang benar.
3. Ucapan yang benar.
4. Perbuatan yang benar.
5. Kesadaran yang benar.
6. Mata pencaharian atau usaha yang benar.
7. Daya upaya yang benar.
8. Semadhi atau pemusatan pikiran yang benar.

6. Toleransi dalam Perspektif dalam Agama Khonghucu


Dalam agama Khonghucu ditemui ajaran yang mengantarkan pemeluknya untuk hidup
rukun, dengan pemeluk agama lainnya.
Lima sifat yang mulia (Wu Chang) yang dianggap sebagai konsep ajaran yang dapat
menciptakan kehidupan harmonis antara sesama adalah sebagai berikut :
a) Ren atau Jin, yaitu cinta kasih, tahu diri, halus budi pekerti, rasa tenggang rasa
serta dapat menyelami perasaan orang lain.
b) I atau Gi, yaitu rasa solidaritas, senasib sepenanggungan, dan rasa membela
kebenaran
c) Li atau Lee, yaitu sikap sopan santun, tata krama, dan budi pekerti.
d) Ce atau Ti, yaitu sikap bijaksana, rasa pengertian, dan kearifan.
e) Sin, yaitu kepercayaan rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain, serta dapat
memegang janji dan menepatinya.
Khonghucu sangat menekankan hubungan yang sangat harmonis antara sesama
manusia dengan manusia lainnya

G. Sikap, etika dan toleransi beragama menurut islam

Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan
sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Ex:
toleran beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan
keberadaan agama-agama lainya.

Berbagai agama telah lahir didunia ini dan membentuk suatu syariaat yang mengatur
kehidupan manusia yang tertera dalam kitab-kitab suci.Semua agama memiliki fungsi
dalam kehidupan manusia yang tertera dalam kitab-kitab suci. Semua agama memiliki
fungsi dalam kehidupan manusia yaitu:

8
a. Menunjukan manusia kepada kebenaran sejati
b. Menunjukan manusia kepada kebahagiaan hakiki
c. Mengatur kehidupan manusia dalam kehidupan bersama.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sikap dalam beragama begitu penting untuk menentukan akan bagaimana perilaku
kita dalam masyarakat, khususnya dalam bidang beragama. Akan bersikap
eksklusivisme, inklusivisme, pliralisme/ paralelisme, eklektivisme, atau
universalisme. Semua itu tergantung kepada pribadi kita masing-masing.
2. Etika dalam beragama perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karna dengan
menerapkan hal tersebut maka nilai dan kualitas kita dalam beragama akan
menjadi lebih baik.
3. Toleransi dalam beragama merupakan landasan utama untuk menjaga
keharmonisan antar umat beragama supaya tidak terjadi perpecahan antar pemeluk
agama.

B. SARAN
Penerapan teori sikap, etika dan toleransi beragama harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari mengingat betapa pentingnya 3 hal tersebut dalam kehidupan
beragama yang mempunya manfaat untuk menjaga perdamaian umat beragama.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihan kepemimpinan
yang baik, dan semoga makalah ini memberi dorongan, semangat bahkan pemikiran
para pembaca, dengan makalah ini menjadi pedoman kaedah yang baik.
Demikianlah penjelasan tentang teori sikap, etika, dan toleransi beragama bila
kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jatnika, Rachmat, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996).


Kahmad, Dadang, Metode Penelitian Agama, (Jakarta: Pustaka Setia, 2000).
Khollaf, Abdul Wahab Khollaf, Tarikh Tasyri’ Al-Islami, (Bairut: Dar Al-Fikr, t.th,).
Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1999).
Mustafa, Akhlak dan Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997).

10

Anda mungkin juga menyukai