Anda di halaman 1dari 11

Chapter 3

PENGENALAN FISIKA KUANTUM


Revolusi fisika terjadi antara tahun 1990 dan 1930. Sebuah teori baru yang disebut
mekanika kuantum berhasil menjelaskan sifat partikel berukuran makroskopis. Penjelasan
mengenai sebuah fenomena menggunakan teori kuantum diperkenalkan oleh max planck, tetapi
interpretasi dan perkembangan matematisnya diperkenalkan oleh fisikawan lainnya termasuk
Einstein, Bohr, de Brouglie , Schrodinger, Heisenberg, Born, dan Dirac.

1. Radiasi Benda Hitam


Radiasi benda hitam merupakan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda
hitam. Radiasi benda hitam berubah – ubah pada suhu dan panjang gelombang tertentu.

Gambar 1.1: idealisasi benda hitam sempurna


Radiasi apapun yang datang dari luar dan masuk kedalam lubang tersebut seperti
gambar 1.1 akan terserap atau memantul pada dinding rongga, oleh karena itu lubang
bertindak sebagai penyerap sempurna. Sifat alami radiasi yang meninggalkan lubang
bergantung pada suhu dinding rongga dan bukan bergantung pada bahan dinding.
Berikut ini adalah dua temuan eksperimental yang dianggap penting :
a. Daya total dari radiasi yang dipancarkan akan bertambah ketika suhu
bertambah.
Hukum Stefan – Boltzman menyatakan bahwa energy total terpancar per satuan luas
permukaan benda hitam di semua panjang gelombang per satuan waktu dimana:
P = 𝜎 A e T4 ( 1.1)
dengan P : Daya (watt )
𝜎 : Konstanta Stefan – Boltzman (5,670 x 10-8 W/m2 . K4
A : Luas permukaan (m)
T : suhu Permukaan (K)
e : emisivitas permukaan
Mengingat bahwa I = P/ A adalah definisi dari intensitas, maka kita dapat menuliskan
bahwa :
I = 𝜎 T4 (1.2)
b. Puncak distribusi panjang gelombang berubah ke panjang gelombang yang
lebih pendek ketika suhu naik
Sifat tersebut dijelaskan oleh hukum pergeseran Wien :
𝜆 maks T = 2,898 x 10-3 m.K (1.3)
dimana 𝜆 maks : panjang geombang puncak
T : Suhu (K)

Untuk menjelaskan energy benda hitam, digunakan I(𝜆, T) d𝜆 yang dipancarkan


dalam rentang panjang gelombang 𝑑𝜆 . Hasil dari perhitungan berdasarkan teori klasik
radiasi benda hitam dikenal sebagai Hukum Reyleigh-jeans:
2𝜋 𝑐 𝐾𝑏 𝑇
I(𝜆, T) = (1.4)
𝜆4

Benda hitamnya dimodelkan sebagai lubang dalam rongga yang mendukung banyak
mode osilasi medan elektromagnetik yang dihasilkan oleh muatan yang di percepat
dalam dinding rongga sehingga menghasilkan emisi panjang gelombang, energi –
energi rata-rata untuk setiap panjang gelombang dari mode gelombang yang
digunakan diasumsikan sebanding dengan KbT,
Untuk panjang gelombang yang panjang hokum REyleigh –Jeans memenuhi data
eksperimen, tetapi untuk panjang gelombang yang pendek tidak memenuhi data
eksperimen. Berdasarkan teori klasik, tidak ada hanya panjang gelombang endek yang
mendominasi spektrum benda hitam, tetapi energy yang dihasilkan oleh benda hitam
apapun akan menjadi tak hingga dalam batas gelombang nol. Grafik eksperimental
spektrum radiasi benda hitam ditunjukkan pada gambar dibawah :

Perbedaan antara teori dan eksperimen ini disebut, bencana ultraviolet (“Bencana” ini-
energi tak hingga-timbul ketika panjang gelombang mendekati nol; digunakan kata
“ulraviolet” karena gelombang ultraviolet pendek)
Asumsi Planck tentang sifat alami osilator dalam dinding rongga :
 Energy sebuah osilator hanya dapt memiliki energy dikret tertentu En
En = n hf (1.5)
n adalah bilangan kuantum,f adalah frekuensi osilator, dan h adalah
konstantan planck.
Energi dari sebuah osilator terkuantisasi setiap nilai energy yang bersesuaian
dengan keadaan kantum dilambangkan denganbialangan kuantumn, untuk n=1
energinya adalah hf , dan untuk n = 2energinya adalah 2hf dan seterusnya
 Osilator dapat menghasilkan atau menyerap energy ketika mengalami transisi
dari suatu keadaan kuantum ke keadaan kuantum lainnya. Energy transisi dari
suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih rendah oleh osilator adalah
E = hf (1.6)

Sebuah osilator menghasilkan atau menyerap energy hanya ketika mengalami


perubahan keadaan kuantum. Inti dari Planck adalah asumsi radikal dari tingkat energy
terkuantsasi yang pengembangannya menjadi titik awal lahhirnya teori kuantum.
Pada frekuensi tinggi probabilitas eksitasi yang rendah menghasilkan kontribusi yang
kecil terhadap energy total meskipun kuantumnya berenergi besar, hal ini membalikkan
kurvanya dan menjadikannya nol pada panjang gelombang yang pendek plank
menyimpulkan untuk distribusi panjang gelombang memenuhi kurva eksperimental :
2𝜋ℎ𝑐 2 1
𝐼=[ ] 𝑒 ℎ𝑐⁄𝜆𝑘 𝐵𝑇 −1 (1.7)
𝜆5

Dimana
h = 6,626 x 10-34 J s
k = 1,381 x 10-23 J/K
Menurut Planck atom- atom pada dinding rongga benda hitam berkelakuan sperti osilator
harmonik. Gerak termal osilator harmonik meamncarkan radiasi. Energi dapat dimilik oleh
osilator harmonik tersebut berfrekuensi f hanya nilai-nilai tertentu saja yaitu bulat dari hf (n=
0,1,2,3...). Osilator harmonik itu tidak boleh memiliki energi selain harga tertentu itu(energi
osilai harmonik terkuantisai) dengan kuantisasi energi ini, perumusan planck dapat
menjelaskan eksperimen sampai kedaerah panjang gelombang yang kecil, tidak ada bencana
ultraviolet
Aplikasi dari radiasi dalam kehidupan :
 Termos
 Panel surya
 Penggunaan pakaian
 Gejala global warming
2. Efek Fotolistrik

Efek fotolistrik adalah proses terlepasnya elektron-elektron dari permukaan logam


ketika logam tersebut disinari dengan cahay (foton) dalam ruang hampa, dan elektron ayng
dipancarkan disebut fotolektron. Dan energy elektron yang dibebaskan cahaya bergantung
pada frekuensi cahaya itu.

Energi kinetic maksimanl untuk electron bebas adalah

𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠 = ℎ𝑓 − ∅ (2.3)

Kmaks adalah perubahan energy kinetic elktron, dengan asumsi bahwa elektron
dalam keadaan diam , ∅ adalah perubahan energy potensial system, dengan asumsi
bahwa energy potensial di dalam logam adalah nol, dan hf adalah enrgi yang dipindahkan
kedalam system oleh radiasi elektromagnetik.
 Aplikasi dari efek fotolistrik yakni:
1. Pada kamera yakni detector pengukur cahaya, dimana cahaya yang dipantulkan
benda akan menumbuk permukaan fotolistrik dalam alat tersebut , dan
menyebabkan permukaannnya memancarakan fotoelektron yang kemudian akan
melewati sebuah ammeter sensitive, besarnya arus dalam ammeter bergantung
pada intensitas cahaya.
2. Pada tabung foto , berfungsi seperti sebuah saklar dalam rangkaian elektrik. Efek
fotolistrik akan mengahsilkan arus dalam rangkaian ketika cahaya dengan
frekuensi cukup tinggi menyinari lempengan logam dalam tabung foto, tetapi di
tempat gelap tidak aka dihasilkan arus. Tabung foto, digunakan dalam alarm
pencuri dan deteksi suara latar pada film. Alat semikonduktor modern telah
menggantikan alat-alat yang menggunakan aplikasi efek fotolistrik.
3. Aplikasi lain yakni pada operasi tabung fotomulti plier(photomultiplier) Dimana
sebuah foton akan menumbuk fotokatode dan mengeluarkan sebuah elektron
(efek fotoelektro.n). Elektron ini akan dipercepat ketika melewati beda potensial
antara fotokatode dan dianode pertama dengan potensial +200 V realtif terhadap
fotokatodenya .Elektron berenergi tinggi ini akan menumbuk dinode dan
mengeluarkan beberapa electron.Proseses ini akan terus berulang-ulang melalui
sebuah rangkain dinode pada potensial yang lebih tinggi hingga sebuah pulsa
listrik dapat dihasilkan (artinya jutaan electron telah menumbuk dinode
terakhir).Itulah sebabnya disebut multiplier atau pengganda-satu foton pada
bagian masukan akan menghasilkan jutaan electron.Alat ini digunakan untuk
mendeteksi foton yang dihasilkan oleh intraksi partike-partikel bermuatan yang
berenergi,atau intraksi sinar gamma dengan bahan tertentu.Dibidang astronomi
terhadap teknik yang disebut fotometrik fotolistrik,dimana cahaya yang terkumpul
dari sebuah bintang oleh teleskom akan jatuh pada tabung fotomultilplier cahaya
total dalam rentang waktu tersebut dikonversi menjadi luminositas bintang
4. CCD (charge-coupled device) ,yaitu alat yang digunakan dalam kamera
digital.Deret piksel terbentuk pada permukaan silicon dari rangkaian
terintegrasi.Ketika permukaan tersinari cahaya dari teleskop atau kamera
digital,electron akan dihasilkan oleh efek fotolistrik yang tertangkap dalam
”jebakan-jebakan”pada permukaan tersebut. Jumlah electronnya berkaitan dengan
intensitas cahaya yang menumbuk permukaan.
3. Efek Compton

Pada tahun 1923, Arthur Holly Compton dan Peter Debye secara independen
melanjutkan gagasan Einstein, sebelum tahun 1922, Compton dan rekannya berhasil
mengumpulakan bukti yang menunjukkan bahwa teori gelombang klasik untuk cahaya telah
gagal menjelaskan penyebaran sinar X untuk electron, eksperimen Compton menunjukkan
bahwa pada sudut tertentu, hanya satu frekuensi radiasi yang dapat teramati. Compton dan
rekannya menjelaskan eksperimen ini dengan cara memperlakukan foton sebuah partikel
yang memiliki energy hf dan momentum hf/c, dan berasumsi bahwa, baik energy maupun
momentum dari system foton-elektron yang terisolasi adalah kekal. Compton menggunakan
sebuah model parikel untuk sesuatu yang disebut gelombang, dan pada hari ini fenomena
penyebaran ini dikenal sebagai efek Compton.

Energi kinetic elektron dalam atom sangatlah kecil dibandingkan terhadap energy
kinetik 𝐾𝑒 yang diperoleh elektron dalam proses hamburan ini. Energi dari sinar-X yang
terhambur diukur dengan sebuah detektor yang dapat berputar pada berbagai sudut 𝜃. Pada
setiap sudut, muncul dua buah puncak, yang berkaitan dengan foton-foton sinar-X hambur
dengan dua energi atau panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang dari salah
satu puncak ini tidak berubah terhadap perubahan sudut; puncak ini berkaitan dengan
hamburan foton sinar-X oleh elektron-elektron “terdalam” yang terikat erat pada atom.
Karena eratnya ikatan elektron ini pada atom, maka foton yang terhambur oleh electron ini
tidak mengalami kehilangan energi. Akan tetapi panjang gelombang puncak yang lain sangat
bergantung pada perubahan sudut dan perubahan panjang gelombang ini tepat sesuai
dengan yang diramalkan rumus Compton.

Hasil yang sama dapat diperoleh bagi hamburan sinar gamma, yang merupakan foton
berenergi tinggi (panjang gelombangnya lebih pendek ) yang dipancarkan dalam berbagai
peluruhan radioaktif. Compton juga mengukur perubahan panjang gelombang sinar gamma
hambur, perubahan panjang gelombang yang disimpulkan dari berbagai hamburan sinar
gamma ternyata identik dengan yang disimpulkan dari sinar-X dipatkan Persamaan
pergeseran Compton :

( λ – λ’ = 𝑚 [1 − cos 𝜃]) (3.1)
𝑒𝑐

Compton berkesimpulan bahwa gelombang elektromagnetik (termasuk didalamnya


cahaya) mempunyai sifat kembar,yaitu sebagai gelombang dan sebagai materi atau partikel.
Pada peristiwa interferensi ,difraksi,dan polarisasi lebih tepat apabila cahaya dipandang
sebagai gelombang, sedangkan pada peristiwa efek fotolistrik dan efek Compton lebih tepat
apabila cahaya dipandang sebagai partikel. Dimana radiasi di hamburkan oleh elektron
hampir bebas yang terikat lemah pada atomnya. Sebagian energi radiasi diberikan kepada
elektron, sehingga terlepas dari atom; energi yang sisa diradiasikan kembali sebagai radiasi
elektromagnet. Menurut gambaran gelombang, energi radiasi yang dipancarkan itu lebih
kecil dari radiasi yang datang (selisihnya berubah menjadi energi kinetik), namun panjang
gelombang keduanya tetap sama.

4. Foton dan Glombang Eelektromagnetik


Dalam tahun 1864 akhli fisika Inggris James Clerk Maxwell mengemukakan bahwa
muatan listrik yang dipercepat menimbulkan gangguan listrik dan magnetic yang terkait
yang menjalarkan terus-menerus melalui ruang hampa. Jika muatan bergetar periodis,
gangguannya adalah gelombang yang komponen listrik dan magnetiknya saling tegak lurus
pula pada arah gerak seperti dalam Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Medan listrik dan magnetik dari gelombang elektromagnetik adalah saling
tegak lurus dan tegak lurus juga pada arah menjalar gelombang.

Dalam gelombang elektromagnetik, medan listrik dan magnetik yang berubah-


ubah tergantung oleh imbasan elektromagnetik sedangkan mekanisme sebaliknya juga
diusulkan oleh Maxwell. Dimana ia menunjukkan bahwa kelajuan gelombang
elektromagnetik dalam ruang hampa diberikan oleh
1
𝑐= = 2,998 𝑥 108 m/s (4.1)
√ɛ₀𝜇₀

dengan ɛo menyatakan permitivitas ruang hampa dan μo permeabilitas magnetik. Ini


sama dengan kelajuan gelombang cahaya. Kesesuaian ini bukan kebetulan saja, dan
Maxwell mengambil kesimpulan bahwa cahaya terdiri dari gelombang elektromagnetik.

Pada tahun 1888, ahli fisika Jerman Heinrich Hertz membuktikan bahwa
gelombang elektromagnetik betul ada dan berperilaku tepat seperti lamaran Maxwell. Hertz
menimbulkan gelombang dengan menggunakan arus bolak-balik dalam celah udara antara
dua bola logam. Lebar celah itu diatur sedemikian rupa sehingga latu terjadi setiap kali arus
mencapai maksimum. Sosok kawat dengan celah kecil merupakan detektor gelombang
elektromagnetik; dalam kawat dapat timbul arus bolak-balik yang menimbulkan latu pada
celah itu. Hertz menentukan panjang gelombang dan kelajuan gelombang yang
ditimbulkannya, dan memperhatikan adanya komponen listrik dan magnetik, dia juga
mendapatkan bahwa gelombang ini dapat dipantulkan, dibias, dan mengalami difraksi.

Cahaya bukan satu-satunya contoh dari gelombang elektromagnetik. Gelombang


cahaya yang merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata,
memiliki selang frekuensi yang pendek yaitu mulai dari 4,3 x 1014 hz untuk cahaya merah
hingga sekitar 7,5 x 1014 hz untuk cahaya ungu

Sifat karakteristik semua gelombang ialah bahwa gelombang itu memenuhi prinsip
superposisi “ Bila dua atau lebih gelombang yang alamnya sama melalui satu titik pada
saat yang sama, maka amplitude sesaat di situ ialah jumlah dari amplitude sesaat dari
masing-masing gelombang”.
Gambar 4.2. Spektrum gelombang elektromagnetik. Berbagai kategori saling bertumpuk
kecuali cahaya tampak.

Amplitude sesaat berarti rata-rata pada tempat dan waktu tertentu dari kuantitas
yang membentuk gelombang. Jika E = cB pada gelombang cahaya, amplitude sesaatnya
dapat diambil E atau B. biasanya, E yang dipakai, karena interaksi gelombang medan listrik
cahaya dengan materi menimbulkan efek optis yang sudah dikenal.

Bila dua atau lebih deretan gelombang bertemu dalam suatu daerah, gelombang itu
akan berinterferensi menghasilkan gelombang baru yang amplitude sesaatnya merupakan
jumlah dari amplitude sesaat gelombang semula. Interferensi instruktif (membangun)
berarti gelombang tersebut saling menguatkan dengan fase sama sehingga menghasilkan
amplitude yang lebih besar, dan interferensi destruktif (menghancurkan) berarti gelombang
tersebut sebagian atau sepenuhnya saling meniadakan karena fasenya berbeda (Gambar 3).
jika gelombang semula memiliki frekuensi yang berbeda, hasilnya merupakan campuran
dari interferensi konstruktif dan destruktif.

Gambar 4.3. (a) Interferensi konstruktif; gelombang yang disuperposisikan saling


menguatkan. (b) Dalam interferensi destruktif, gelombang yang tidak sefase akan saling
meniadakan sepenuhnya atau sebagian.

Interferensi gelombang cahaya mula-mula diperlihatkan oleh Thomas Young dalam


tahun 1801. Ia memakai sepasang celah yang disinari cahaya ekawarna dari sebuah sumber.
Dari masing-masing celah, gelombang sekunder menyebar seolah-olah berasal dari celah;
ini merupakan contoh dari difraksi yang menunjukkan gejala gelombag karakteristik seperti
juga interferensi. Karena interferensi, layar tidak diterangi merata, tetapi memperlihatkan
pola garis terang dan garis gelap yang berselang-seling (Gambar 5). pada kedudukan
dilayar dengan panjang jalan dari kedua celah berbeda dengan bilangan ganjil kali setelah
panjang gelombang (λ/2, 3λ/2, 5λ/2, . . .), interferensi destruktif terjadi, sehingga hasilnya
adalah gelap. Pada tempat-tempat itu dimana panjang lintasannya adalah sama atau berbeda
dengan jumlah seluruh panjang gelombang (λ, 2λ, 3λ, . . .), interferensi konstruksi terjadi,
sehingga hasilnya adalah garis terang. Diantara kedudukan garis terang, interferensi terjadi
sebagian, sehingga intensitas pada layar berubah secara gradual antara garis terang dan
gelap.

Gambar 4.4 Sebelah kanan adalah gambar yang terlihat pada layar dalam eksperimen
Young. Dan sebelah kiri adalah asal mula pola interferensi.

Interferensi dan difraksi merupakan sifat khusus dari gelombang – partikel yang
kita kenal tidak mempunyai sifat itu. Jadi eksperimen Young merupakan bukti bahwa
cahaya adalah gelombang. Lebih lanjut, teori Maxwell memberitahu kepada kita jenis
gelombang tersebut, yaitu elektromagnetik.
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur . 1987. Konsep Fisika Modern Edisi ke 4. Erlangga : Jakarta

Krane, Kenneth. 1992. Modern Phiysic .Universitas Indonesia : Jakarta

Jewett, Jhon W dan Raymond A Serway. 2010. Physics for Scientist and Enginereers with
Modern Physics. Edward Tanujaya. Jakarta

Siregar, Rustam E. 2010. Fisika Kuantum.Universitas Padjajaran : Jatinangor

Anda mungkin juga menyukai