Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan tentang kualitas air tanah maupun air sungai yang
digunakan oleh masyarakat sering timbul, dan harus dilakukan pengecekan
dan perubahan agar kualitas menjadi lebih baik. Bahan baku air minum di
perkotaan biasanya diambil dari sungai setempat. Air yang layak untuk
diminum mempunyai standar persyaratan tertentu yakni persyaratan fisik,
kimiawi, dan bakteriologi yang merupakan satu kesatuan. Pencemeran dapat
berasal dari tanah, kegiatan di lingkungan sekitar, dan pembuangan limbah
industri yang biasanya banyak mengandung logam.
Di alam semesta, banyak sekali ditemukan logam – logam, baik logam
yang terdapat di daratan maupun logam yang terlarut di dalam air yang dapat
mencemari air tersebut. Sumber pencemeran yang terbesar banyak berasal dari
sebuah pertambangan, peleburan logam, dan jenis industry lainnya dan dapat
juga berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pestisida, pupuk, anti
hama lainnya yang mengandung logam. Di dalam badan air banyak terdapat
logam – logam berat dan di dalam air tersebut biasanya logam berikatan
dengan senyawa kimia atau dalam bentuk lain, tergantung pada setiap
kompartemen tempat logam tersebut berada. Pada setiap kompartemen tingkat
logamnya bervariasi, tergantung pada lokasi jenis kompartemen dan tingkat
pencemarannya.
Sebenarnya, besi dan mangan ialah beberapa unsur yang termasuk dalam
golongan VII B dan VIII B. Besi dan mangan memiliki kegunaan dalam
kehidupan manusia, tetapi bila kandungan logam besi dan mangan melebihi
ambang batas kebutuhan manusia akan mengakibatkan dampak yang buruk
bagi kehidupan manusia, seperti konsentrasi logam besi dan mangan yang
berlebihan, hal itu dapat berakibat fatal jika air tersebut dikonsumsi.

1
Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis pada besi dan mangan agar dapat
mengetahui konsentrasi logam berat, yaitu besi dan mangan di dalam badan
air Sungai Sekretaris untuk dibandingkan dengan ambang batas atau ketentuan
tertentu yang telah ada.

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan penetapan besi dan mangab adalah sebagai berikut.
1. Mengukur kadar besi dalam air dengan metode kolorimetri.
2. Mengukur kadar mangan dalam air dengan metode spektrofotometri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Oleh
karena itu, jika kebutuhan akan air tersebut belum tercukupi maka dapat
memberikan dampak yang besar terhadap kerawanan kesehatan maupun social.
Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang besar masih
terpusat di daerah perkotaan, dan dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM)
kota yang bersangkutan. Namun demikian secara nasional jumlahnya masih
belum mencukupi dan dapat dikatakan relatif kecil yakni sekitar 16,08%. Untuk
daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih dari PAM umumnya
mereka menggunakan air tanah (sumur), air sungai, air hujan, sumber mata sair,
dan lainnya. (Said Dan Wahjono, 1999).
Air limbah kota – kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis
besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik
yakni yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ketiga yakni air limbah
dari perkantoran dan pertokoan (daerah komersial). Saat ini selain pencemaran
akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah domestik telah menunjukkan
tingkat yang cukup serius. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya
fasilitas pengolahan air limbah kota (sewerage system) mengakibatkan
tercemarnya badan – badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai
yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minum pun telah tercemar pula.
(BPPT, 2010)
Air tanah sering mengandung zat besi (Fe) dan mangan (Mn) cukup besar.
Adanya kandungan besi dan mangan dalam air menyebabkan warna air tersebut
berubah menjadi kuning kecoklatan setelah beberapa saat kontak dengan udara.
Disamping dapat menggangu kesehatan, juga menimbulkan bau yang kurang enak
serta menyebabkan warna kuning pada dinding bak serta bercak – bercak kuning
pada pakaian. Oleh karena itu, menurut PP No. 20 Tahun 1990 tersebut, kadar
besi dalam air minum maksimum yang dibolehkan adalah 0,3 mg/l, dan kadar
mangan dalam air minum yang dibolehkan adalah 0,1 mg/l. (BPPT, 2010)

3
Ion besi dan mangan dapat menimbulkan masalah yang serius dalam
sistem perairan air minum. Kedua macam ion tersebut biasanya banyak
terkandung dalam air tanah, air sungai, dan air danau. Kandungan ion – ion besi
dan mangan akan bertambah pada musim – musim tertentu. (Lindu, dkk., 2019)
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologi dan semua badan air. Pada
umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut seperti Fe2+ (Ferro)
atau Fe3+ (Ferri), tersuspensi sebagai butir koloidal dan atau lebih besar seperti
Fe2O3, FeO, dan Fe(OH)3, tergabung dengan zat organik atau zat padat yang
anorganik seperti tanah liat. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe > 1 mg,
tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang
tinggi ini dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. (Cristian,
1996)
Besi dalam tanah mineral terdapat dalam bentuk yang tak terlarut, yaitu
sebagai ferri oksida dan ferosulfida (pyrit). Pada daerah – daerah tertentu sebagai
fero karbonat (siderite) yang agak mudah larut. Apabila air tanah mengandung
banyak CO2, ferro karbonat akan terlarut dalam jumlah yang besar dengan reaksi
sebagai berikut :
FeCO3 + CO2 + H2O → Fe2+ + 2HCO3-
Di beberapa tempat besi terdapat dalam tanah sebagai senyawa ferri yang
tak mudah larut. Selama kadar oksigen terlarut cukup besar, air di daerah ini tidak
mengandung besi walaupun kandungan CO2 nya cukup tinggi. Akan tetapi jika
kandungan oksigen terlarut habis (anaerobik), ion ferri akan tereduksi menjadi ion
ferri dan akan terdapat dalam air. (Lindu, dkk., 2019)
Pada air yang tidak mengandung O2, seperti sering kali air tanah, besi
berada sebaagai Fe2+ yang cukup dapat larut, sedangkan pada air sungai yang
mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit larut
pada pH 6 sampai dengan pH 8, bahkan dapat menjadi Fe(OH)3, atau salah satu
jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Demikian dalam air
sungai besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut, dan Fe3+ dalam bentuk senyawa
organik berupa koloidal. (Alaerts, Sumestri., 1984)

4
Besi yang murni adalah logam berwarna putih – perak, yang kukuh dan
liat. Besi melebur pada 1535ºC. Pada tumbuhan alga, besi berperan sebagai
penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan selain dapat
mengakibatkan timbulnya warna merah juga mengakibatkan karat pada peralatan
yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil.
(Vogel, 1985)
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 gram. Adanya unsur
besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut
dalam mengatur metabolism tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi
terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk mengganti zat
besi yang hilang melalui tinja, buang air kecil, dan lapisan kulit. Namun, masukan
zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu fisiologis
seseorang dan persediaan zat besi di dalam makanan yang disantap. (Trianjaya,
Zuanedi, 2009)
Banyak metode yang dapat digunakan untuk penetapan besi dalam air,
diantaranya metode presipitasi dan metode kolorimetri. Metode presipitasi
digunakan jika kadar besi dalam air sangat besar seperti pada air limbah industri.
Sementara metode kolorimetri digunakan untuk penetapan kadar besi yang
jumlahnya tidak terlalu banyak. Umumnya pada air minum terkandung kadar besi
yang tidak terlalu banyak, oleh karena itu digunakan metode kolorimetri yang
diharapkan dapat memberikan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan
perlakuan pendahuluan (pretreatment) sebelum dilakukan analisis. Selain kedua
metode tersebut, besi dapat pula ditetapkan dengan menggunakan instrumentasi
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). (Lindu, dkk., 2019)
Prinsip penetapan besi yang terdapat di dalam larutan akan direduksi
menjadi bentuk Fe2+ oleh pendidihan dengan adanya asam dan hidroksilamin,
serta direaksikan dengan 1,10 – phenantroline pada pH 3,2 sampai dengan 3,3.
Tiga molekul phenantroline mengikat masing – masing ion Fe2+ membentuk
kompleks merah – jingga. Warna yang dihasilkan selanjutnya dapat diukur secara

5
visual seperti pada metode tiosianat atau dengan menggunakan spektrofotometer.
(Lindu, dkk., 2019)
Warna kompleks tersebut tidak dipengaruhi oleh pH larutan, bilangan pH
antara 3 dan 9 suatu nilai absorbansi bersifat atau konsentrasi besi, dapat diketahui
dengan membandingkan dengan 5 larutan standar referensi yang mengandung
kadar besi yang telah diketahui dan yang meliputi skala absorbansi
spektrofotometer. (Achmad, 2004)
Mangan merupakan metal berwarna kelabu – kemerahan, di alam mangan
(Mn) umumnya ditemui dalam bentuk senyawa dengan berbagai macam valensi.
Air yang mengandung mangan (Mn) berlebih menimbulkan rasa, warna seperti
coklat atau ungu atau hitam, dan kekeruhan. (Fauziah, 2010)
Toksisitas mangan relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah.
Kandungan mangan yang diizinkan di dalam air yang digunakan untuk keperluan
domestic yaitu di bawah 0,05 mg/l. Air yang berasal dari sumber tambang asam
dapat mengandung mangan terlarut dengan konsentrasi ± 1 mg/l. Pada pH yang
agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk mangan yang tidak larut seperti MnO2,
Mn3O4, atau MnCO3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan relatif lambat.
(Achmad, 2004)
Mangan adalah logam putih abu – abu yang penampilannya serupa besi
tuang. Mangan melebur pada suhu kira – kira 1250 ºC. Mangan bereaksi dengan
air hangat membentuk mangan (II) hidroksida dan hidrogen :
Mn + 2H2O → Mn(OH)2 + H2
pH berperan besar dalam proses biologi dan atau kimia (biokimia)
termasuk dasar penyisihan besi dan mangan. Pada kedua unsur tersebut, pH ikut
menentukan keberhasilan pengolahan. Sudah terbukti juga mengolah mangan tak
semudah besi. Ketika rendah pH nya aerasi tidak dapat menaikkan potensial
mangan sehingga tidak terjadi perubahan Mn2+ menjadi Mn4+. Tapi
kelebihannya, konsentrasi besi dan mangan di air permukaan relatif rendah,
sekitar 1 mg/l, di air tanah lebih tinggi, kadar besinya bisa mencapai 10 mg/l dan
mangan bisa melebihi 2 mg/l. (Fardiaz, 1992)

6
Dalam jumlah yang kecil (<0,5 mg/l), mangan (Mn) dalam air tidak
menimbulkan gangguan kesehatan, melainkan bermanfaat dalam menjaga
kesehatan otak dan tulang, berperan dalam pertumbuhan rambut dan kuku, serta
membantu menghasilkan enzim untuk metabolisme tubuh untuk mengubah
karbohidrat dan protein membentuk energi yang akan digunakan. Tetapi dalam
jumlah yang besar (>0,5 mg/l), mangan (Mn) dalam air minum bersifat
neurotoksik. Gejala yang timbul berupa gejala susunan syaraf, insomnia,
kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekspresi muka menjadi beku
dan muka tampak seperti topeng atau masker. (Slamet, 2007)
Untuk menanggulangi masalah kelebihan pada air dalam parameter besi
dan mangan, perlu dilakukan upaya penyediaan sistem alat pengolah air skala
rumah tangga yang dapat menghilangkan atau mengurangi kandungan besi dan
mangan yang terdapat dalam air sumur atau air tanah. Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas air tanah yakni dengan menggunakan filter dengan media
mangan zeolite dan karbon aktif. (BPPT, 2010)
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat
dilakukan dengan tiga macam cara yakni oksidasi dengan udara atau aerasi,
oksidasi dengan klorin (klorinasi), dan oksidasi dengan kalium permanganate.
Selain dengan cara oksidasi, penghilangan senyawa besi dan mangan dalam air
yang umum digunakan khususnya untuk skala rumah tangga yakni dengan
mengalirjan ke suatu filter dengan media mangan zeolite. (BPPT, 2010)
Teknologi penurunan kandungan besi dan mangan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain oksidasi, pertukaran ion, koagulasi, filtrasi kontak
dengan media filter yang mengandung MnO2 atau mangan zeolite, soda lime, dan
bakteri besi. (Febrina, dkk., 2014)
Penghilangan besi dan mangan dengan cara pertukaran ion yaitu dengan
cara mengalirkan air baku yang mengandung besi atau mangan melalui suatu
media penukar ion. Sehingga besi dan mangan akan bereaksi dengan media
penukaran ionnya. Sebagai media penukaran ion yang sering dipakai zeolite alami
yang merupakan senyawa hydrous silikat alumunium dengan kalsium dan

7
natrium. Disamping bahan penukar ion alami ada juga penukar ion tiruan (resin
sintetis) yang mempunyai sifat – sifat yang lebih khusus. (BPPT, 2010)
Proses soda lime merupakan gabungan antara proses pemberian zat alkali
untuk menaikkan pH dengan proses aerasi. Dengan menaikkan pH air baku
sampai harga tertentu maka reaksi oksidasi besi dan mangan dengan cara aerasi
dapat berjalan lebih cepat. Zat alkali yang sering dipakai yaitu kapur (CaO) atau
larutan kapur (Ca(OH)2) dan soda api (Na(OH)) atau campuran antara keduanya.
Cara penambahan zat alkali yakni sebelum proses aerasi. Untuk oksidasi besi,
sangat efektif pada pH 8 sampai dengan pH 9, sedang untuk oksidasi mangan baru
efektif pada pH > 10. Oleh karena itu, pH air baku menjadi tinggi, maka setelah
Fe dan Mn nya dipisahkan, air olahan harus dinetralkan kembali. (BPPT, 2010)
Penghilangan besi dan mangan dengan bakteri besi dengan cara pada
saringan pasir lambat, pada saat operasi dengan kecepatan 10 – 30 meter/hari,
setelah operasi berjalan 7 sampai 10 hari, maka pada permukaan atau dalam media
filternya akan tumbuh dan berkembang biak bakteri besi yang dapat mengoksidasi
besi atau mangan yang ada di dalam air. Bakteri besi mendapatkan energi
aktivitas yang dihasilkan oleh reaksi oksida besi ataupun oksida mangan, untuk
proses perkembangbiakkannya. Dengan didapatkan energi tersebut maka jumlah
sel bakteri juga akan bertambah. Dengan bertambahnya jumlah sel bakteri besi
tersebut, maka kemampuan mengoksidasinyapun menjadi bertambah pula.
Sedangkan besi yang telah teroksidasi akan tersaring atau tertinggal dalam filter.
Yang termasuk dalam bakteri besi yang banyak dijumpai adalah Crenothrix yang
dapat menghilangkan besi maupun mangan. (BPPT, 2010)

8
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penetapan besi adalah metode kolorimetri


yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode phenantroline dan diukur
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm. Penetapan mangan
dilakukan secara kolorimetri dengan metode persulfate yang diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 525 nm.
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Laboratorium Lingkungan I mengenai Percobaan Penetapan Besi
dan Mangan dilakukan pada :

Hari, tanggal : Selasa, 9 April 2019


Pukul : 06:50 WIB
Lokasi : Jl. Letnan S. Parman, Sungai Grogol Samping Pos
Polisi, Grogol Petamburan – Jakarta Barat DKI Jakarta
11470
Titik Koordinat : Latitude 6o10’3” S
Longitude 106o47’17” E
Kondisi Sungai : Sungai dalam keadaan arus tenang.
Warna : Hitam keabu-abuan.

Gambar 3.1 Lokasi Titik Sampling

9
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Penetapan Besi
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penetapan Besi
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pipet - 1 buah HCl pekat - 2 ml
2. Labu Ukur 50 ml 1 buah Air Sampel - 50 ml
3. Erlenmeyer 250 ml 1 buah NH2OH.HCl - 1 ml
4. Hot plate - 1 buah Penyangga - 10 ml
Amonium
Asetat
5. Spektrofotometer - 1 buah 1,10 - - 4 ml
phenantroline
6. Gelas ukur 500 ml 1 buah Aquades - -

3.2.2 Penetapan Mangan


Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penetapan Mangan
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1. Pipet - 1 buah Air Sampel - 50 ml
2. Labu Ukur 100 ml 1 buah Pereaksi - 5 ml
Khusus
3. Erlenmeyer 250 ml 1 buah H2O2 - 1 tetes
4. Hot plate - 1 buah Aquades -
5. Spektrofotometer - 1 buah (NH4)2S2O8 - 1 gram
6. Gelas ukur 500 ml 1 buah - - -

10
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Penetapan Besi
Tabel 3.3 Cara Kerja Penetapan Besi
No. Cara Kerja Gambar
1. Ambil air sampel sebanyak 50 ml dan
dimasukkan kedalam labu erlenmayer.

2. Tambahkan 2 ml HCl pekat, 1 ml


NH2OH.HCl

3. Panaskan labu Erlenmeyer sampai volume


larutan di dalamnya sekitar 15 – 20 ml.
Angkat labu Erlenmeyer jika sudah sesuai
volume, diamkan sampai dingin.

4. Pindahkan larutan dari labu Erlenmeyer ke


labu ukur 50 ml.

5. Tambahkan 10 ml larutan penyangga


ammonium asetat, 4 ml 1,10 –
phenantroline, dan aquades sampai dengan
batas tera labu ukur.
6. Diamkan selama 10 sampai dengan 15
menit (warna berubah menjadi merah
jingga).

11
No. Cara Kerja Gambar

7. Ukur larutan sampel pada spektrofotometer


dengan panjang gelombang 510 nm.

3.3.2 Penetapan Mangan


Tabel 3.4 Cara Kerja Penetapan Mangan
No. Cara Kerja Gambar
1. Ambil air sampel sebanyak 50 ml dan
dimasukkan kedalam labu erlenmayer.

2. Tambahkan 5 ml pereaksi khusus, 1 tetes


H2O2, dan aquades sampai dengan volume
total 90 ml.
3. Selanjutnya masukkan bubuk (NH4)2S2O8
sebanyak 1 gram.
4. Panaskan larutan kurang lebih selama satu
menit.
5. Angkat labu Erlenmeyer dari hot plate,
dinginkan.
6. Pindahkan larutan dari labu Erlenmeyer ke
labu ukur 100 ml.
7. Ukur serapan menggunakan
spektrofotometer dengan panjang

12
gelombang 525 nm.

13
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan

No Keterangan Gambar
1. Sampling (Insitu)
pH = 7,49
DO = 3,50 ppm
DHL = 376 µs
Kekeruhan = 26,9 NTU
Suhu = 26,5 ºC
Tutupan awan = 80%
Arah angin = B → T
Rona lingkungan = pos polisi, jalan
Titik Sampling
raya, jembatan penyebrangan, warung
kopi, tanaman, dan mall.
Penetapan Besi
Vol. sampel = 50 ml
Panjang gelombang = 510 nm
Abs. sampel (y) = 0,101
Perubahan Warna
a. Sampel + HCl (p) +
2. NH2OH.HCl = bening
b. Setelah proses pemanasan =
bening
c. Tambah penyangga ammonium
asetat = bening
d. Tambah 1,10 – phenantroline =
orange.

14
No Keterangan Gambar
Penetapan Mangan
Vol. sampel = 50 ml
Panjang gelombang = 525 nm
Abs. sampel (y) = 0,006
Perubahan Warna
a. Sampel + pereaksi khusus +
3.
H2O2 = bening
b. Tambah (NH4)2S2O8 = bening
keputihan
c. Setelah pemanasan = merah
muda seulas

4.2 Perhitungan
4.2.1 Penetapan Besi
Kons NTU
0 0
0,1 0,022
0,2 0,038
0,3 0,057
0,4 0,085
0,5 0,096

Rumus = Y = a + bx
Diketahui :
a = 5,238x10-4
b = 0,1966
r2 = 0,9919
Y = 0,101
Jawaban :
Y = a + bx

0,101 = 5,238x10-4 + 0,1966x

15
0,101 - 5,238x10-4 = 0,1966x
0,1005 = 0,1966x
0,511 mg/l = x

4.2.2 Penetapan Mangan


Kons NTU
0 0
2 0,019
4 0,037
8 0,076
12 0,113
16 0,164
20 0,210
40 0,408

Rumus = Y = a + bx
Diketahui :
a = -3,0545x10-3
b = 0,0103
r2 = 0,9989
Y = 0,006
Jawaban :
Y = a + bx

0,006 = (-3,0545x10-3) + 0,0103x


0,006 - (-3,0545x10-3) = 0,0103x
9,0545x10-3 = 0,0103x
0,879 mg/l = x
1 mg = 1000 µg
µg = 0,879 x 1000
µg = 879 µg
X
100 ml
mg Mn/L = vol.sampel
879
100 ml
mg Mn/L = 50

16
mg Mn/L = 0,1758 mg/L

4.3 Pembahasan
Pada praktikum penetapan besi dan mangan digunakan air sampel yang
berasal dari Sungai Sekretaris yang terletak di jalan Letnan S. Parman, Sungai
Sekretaris samping Pos Polisi, Grogol Petamburan – Jakarta Barat (6o10’3” S,
106o47’17” E). Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 06.50 WIB dengan
tutupan awan berkisar 80%, dan pada sekitar lingkungan titik sampel terlihat
adanya warung kopi, pos polisi, mall, jalan raya, tanaman di pinggir sungai,
dan jembatan penyebrangan. Keberadaan bangunan di sekitar titik sampel ini
dapat mempengaruhi nilai pH, suhu, DO, DHL, dan kekeruhan. Nilai pH yang
didapat setelah dilakukan pengukuran di laboratorium adalah 7,49. Kadar DO
sebesar 3,50 ppm, dan kadar DHL sebesar 376 µs. Air sampel memiliki suhu
sekitar 26,9 ºC dengan nilai kekeruhan 26,9 NTU.
4.3.1 Penetapan Besi
Kondisi sungai saat pengambilan sampling terlihat tenang dan
berwarna hitam keruh. pH yang terbaca pada alat pH meter sebesar 7,49.
Hubungan antara pH dengan kualitas air, senyawa besi pada sistem air
alami pada kondisi reduksi besi (Fe) umumnya bervalensi 2 yang larut
dalam air pH 6 sampai dengan 8.
Penentuan kadar besi dalam air ini dilakukan dengan metode
kolorimetri, yaitu didasarkan pada persamaan warna yang terbentuk
antara sampel dengan fenantrolin. Ini merupakan kelemahan dari metode
spektrofotmetri visible. Oleh karena itu, untuk sampel yang tidak
memiliki warna harus dibuat berwarna dengan menggunakan reagen
spesifik yang akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna.
Intensitas warna yang dihasilkan diukur absorbansinya pada
spektrofotometer visible. Zat – zat yang mengandung ion – ion kompleks
dapat menimbulkan warna karena adanya electron – electron yang tidak
berpasangan. Dari warna larutan kompleks yang dihasilkan maka

17
absorbansinya dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Kurva
kalibrasi dibuat terlebih dahulu untuk menghitung konsentrasi Fe dalam
sampel air Sungai Sekretaris.
Penambahan 1,10 – phenantroline dapat membentuk kompleks
warna merah dari Fe2+. Fe2+ yang terbentuk akan membentuk
kompleks dengan fenantrolin menghasilkan kompleks larutan berwarna
besi (II) fenantrolin yang stabil. Penggunaan 1,10 – phenantroline reagen
tersebut dapat membentuk kompleks tris yang sangat kuat dengan Fe (II)
sehingga penggunaan reagen tersebut sering digunakan dalam metode
kolorimetri untuk penentuan kadar Fe. Dalam penambahan fenantrolin
memerlukan beberapa kondisi yang dapat membantu reagen tersebut
dalam menjalankan fungsinya, diantaranya adalah pH yang optimal
untuk mengembangkan warna, buffer yang sesuai untuk
mempertahankan pH, reduktan yang sesuai, urutan dalam penambahan
reagen, persamaan waktu setelah penambahan larutan buffer dan
sebelum analisis, dan interferensi dari logam dan ligan lain. Rentang pH
yang sesuai untuk fenantrolin adalah pH 2 sampai dengan pH 9.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa konsentrasi besi terlarut di
dalam Sungai Sekretaris adalah sebesar 0,511 mg/L. Konsentrasi ini
masih dalam standar baku mutu yang sudah ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 lampiran II, bahwa kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air bersih pada parameter besi
adalah sebesar 1,0 mg/L.
Dari grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi berbanding lurus
dengan nilai absorbansi. Hal ini menyebabkan konsentrasi yang tinggi,
jarak antar partikel zat menjadi sangat rapat, yang akan mempengaruhi
cara molekul melakukam serapan. Oleh karena itu terkadang pada
konsentrasi terlalu tinggi kurva tidak linier. Nilai regresi yang
didapatkan 0,9919 menunjukkan bahwa data absorbansi yang diperoleh
mendekati satu yang berarti telah memenuhi persamaan regresi linier.

18
GRAFIK PENETAPAN BESI
0.12
0.1 y = 0.1966x + 0.0005
R² = 0.9919 Larutan Standar
Absorbansi

0.08
0.06 SAMPEL

0.04
Linear (Larutan
0.02 Standar)
0 Linear (SAMPEL)
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 4.1 Grafik Penetapan Besi


4.3.2 Penetapan Mangan
Parameter yang dianalisis selanjutnya adalah mangan. Penetapan
mangan dilakukan dengan metode persulfate yang diukur menggunakan
alat spektrofotometer dengan panjang gelombang 525 nm. Oksidasi
MnO4+ oleh persulfate menjadi Mn2+ yang berwarna merah muda
seulas dalam suasana asam. Penambahan H2O2 digunakan untuk
menjaga larutan agar tetap dalam keadaan asam.
Nilai absorbansi sampel sebesar 0,006. Dengan persamaan garis
linear kurva kalibrasi larutan standar pada penetapan mangan,
didapatkan kadar mangan pada sampel air Sungai Sekretaris adalah
sebesar 0,1758 mg Mn/L. Jika ditinjau dari Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
lampiran II, bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk
persyaratan kualitas air bersih pada parameter mangan adalah sebesar 0,5
mg/L.
Walaupun kadar mangan yang terdapat di Sungai Sekretaris masih
rendah dan tidak melebih standar baku mutu, dampak yang ditimbulkan
dari kehadiran ion – ion logam ini adalah kekeruhan pada perairan
Sungai Sekretaris. Hal ini dikarenakan ion – ion logam yang terkandung
berkontak langsung dengan udara sehingga terjadi oksidasi dan

19
terbentuk endapan koloid sehingga menyebabkan kekeruhan pada
perairan.
Dari grafik kadar mangan Sungai Sekretaris dengan larutan standar
diperoleh dari nilai persamaan garis y = -3,0545 x 10-3 + 0,0103. Dan
memiliki nilai regresi 0,998. Nilai dari regresi ini menunjukkan korelasi
antara absorbansi dengan konsentrasi besar sehingga linearitas dari
kurva itu terbilang baik dan bagus.

GRAFIK PENETAPAN MANGAN


0.5
y = 0.0103x - 0.0031
0.4 R² = 0.9989 Larutan Standar
0.3
Absorbansi

Sampel
0.2
Linear (Larutan
0.1
Standar)
0 Linear (Sampel)
0 10 20 30 40 50
-0.1
Konsentrasi (mg/L)

Gambar 4.2 Grafik Penetapan Mangan

20
BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari praktikum Penetapan Besi dan Mangan adalah
sebagai berikut :

1. Nilai konsentrasi dari parameter besi pada sampel air Sungai Sekretaris adalah
sebesar 0,511 mg/L.
2. Nilai konsentrasi dari parameter mangan pada sampel air Sungai Sekretaris
adalah sebesar 0,1758 mg Mn/L.
3. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 lampiran II, bahwa kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk persyaratan kualitas air bersih pada parameter besi adalah
sebesar 1,0 mg/L, dan mangan adalah sebesar 0,5 mg/L.
4. Kadar besi dan mangan di dalam air Sungai Sekretaris masih dalam standar
baku mutu menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 lampiran II, namun kehadirannya menimbulkan
kekeruhan pada perairan dari sungai karena oksidasi dari kontak dengan udara.

21

Anda mungkin juga menyukai