Perdarahan Uterus Abnormal
Perdarahan Uterus Abnormal
Disusun oleh:
Marselno Tatipikalawan
NIM. 2018-84-063
Pembimbing:
dr. Erwin Rahakbauw, Sp.OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
1
DAFTAR ISI
2
d. Gangguan pada Kompartemen II ............................................................49
BAB I
PENDAHULUAN
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik pada uterus yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi disertai dengan deskuamasi (pelepasan) dari
endometrium. Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah
waktu keluarnya darah mentruasi yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian
menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita
dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-
hipofisis-ovarium.1,2
3
janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan.
Mentruasi yang tidak teratur pada masa 3-5 tahun setelah menars dan
pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang lazim
dijumpai. Berdasarkan gejala klinis perdarahan uterus dibedakan dalam bentuk akut
dan kronis. Sedangkan secara kausal perdarahan uterus mempunyai dasar ovulatorik
(10%)k dan anovulatorik (70%).1
4
Dalam kesempatan kali ini akan dijabarkan mengenai fisiologi mentruasi
beserta gangguan-gangguan dari fisiologi mentruasi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI MENTRUASI
Menstruasi adalah siklus discharge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui
vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara
normal, biasanya interval sekitar empat minggu (28 hari) tanpa adanya kehamilan
selama periode reproduktif pada wanita dan beberapa spesies primate 1. Discharge dari
menstruasi terdiri dari cairan jaringan (20-40%,), darah (50 – 80 %), dan fragmen-
fragmen endometrium. Menstruasi dikatakan normal bila terjadi dalam selang waktu
21 – 35 hari, perdarahan kurang dari 80 cc, dan lamanya perdarahan kurang dari 7 hari
2
.
A. Uterus
5
Dinding uterus relatif tebal dan dibentuk oleh 3 lapisan yaitu perimetrium
(lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rahim, terletak di bagian tengah), dan
endometrium (lapisan terdalam rahim). Yang berperan dalam menstruasi adalah
lapisan terdalam yaitu endometrium. 4
Endometrium terdiri atas lapisan epitel dan lamina propria yang mengandung
banyak kelenjar-kelenjar tubuler sederhana yang kadang-kadang bercabang-cabang.
Sel-sel epitelnya adalah sel epitel selapis kolumnar, bercampur dengan sel-sel bersilia
dan sel-sel sekretoris. Lamina propria mengandung jaringan ikat longgar. Banyak
arteri-arteri berspiral dalam lamina propria yang berperan untuk mensuplai makanan
bagi sel-sel pada endometrium.
B. Ovarium
Pada masa reproduksi dimulai dari masa pubertas pada umur kira kira 12 – 16
tahun dan berlangsung kurang lebih 35 tahun. Pada ovarium terjadi perubahan
6
perubahan, kortek relatif lebih tipis dan mengandung banyak follikel follikel
primordial. Follikel primordial tumbuh menjadi besar serta banyak mengalami atresia,
biasanya hanya sebuah follikel yang tumbuh terus membentuk ovum dan pecah pada
waktu ovulasi. Pada awal pubertas germ cell berkurang dari 300.000 sampai 500.000
unit. Selama usia reproduksi yang berkisar antara 35 – 40 tahun, 400 sampai 500 akan
mengalami ovulasi. Follikel akan berkurang sampai menjelang menopause dan tinggal
beberapa ratus pada saat menopause. Kira kira 10 – 15 tahun sebelum menopause sudah
terjadi peningkatan jumlah follikel yang hilang.1,4
Mula mula sel sel sekeliling ovum berlipat ganda, kemudian diantara sel sel ini
timbul sebuah rongga yang berisi cairan ialah, liquor folliculi. Ovum sendiri terdesak
ke pinggir dan terdapat di tengah tumpukan sel yang menonjol ke dalam rongga
follikel. Tumpukan sel dengan sel telur didalamnya disebut cumulus oophorus. Antara
sel telur dan sel sekitarnya terdapat zona pelluzida. Sel sel granulosa lainnya yang
membatasi ruang follikel disebut membrane granulosa. Dengan tumbuhnya follikel
jaringan ovarium sekitar follikel tersebut terdesak keluar dan membentuk 2 lapisan
ialah theca interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan theca externa yang
terdiri dari jaringan ikat yang padat. Follikel yang masak ini disebut follikel de Graaf .
Follikel de Graaf menghasilkan estrogen dimana tempat pembuatannya terdapat di
theca interna. Sebelum pubertas follikel de Graaf hanya terdapat pada lapisan dalam
dari kortek ovarium dan tetap tinggal dilapisan tersebut. Setelah pubertas juga
terbentuk dilapisan luar dari kortek. Karena liquor follikuli terbentuk terus maka
tekanan didalam follikel makin tinggi, tetapi untuk terjadinya ovulasi bukan hanya
7
tergantung pada tekanan tinggi tersebut melainkan juga harus mengalami perubahan
perubahan nekrobiotik pada permukaan follikel follikel.
Pada permukaan ovarium sel sel menjadi tipis hingga pada suatu waktu follikel
akan pecah dan mengakibatkan keluarnya liquor follikuli bersama dengan ovumnya
yang dikelilingi oleh sel sel cumulus oophorus. Keluarnya sel telur dari folikel de Graaf
disebut ovulasi. Setelah ovulasi maka sel sel granulosa dari dinding folikel mengalami
perubahan dan mengandung zat warna yang kuning disebut corpus luteum. Corpus
luteum mengeluarkan hormon yang disebut progesterone disamping estrogen.
Tergantung apakah terjadi konsepsi (pembuahan) atau tidak, corpus luteum dapat
menjadi corpus luteum graviditatum atau corpus luteum menstruationum. Jika terjadi
konsepsi, corpus luteum dipelihara oleh hormon Chorion Gonadotropin yang
dihasilkan oleh sinsiotrofoblas dari korion.1,2,4
C. SIKLUS MENTRUASI
8
Siklus menstruasi normal pada manusia dapat dibagi menjadi dua segmen : siklus
ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih lanjut dibagi menjadi phase follikular
dan phase luteal, mengingat siklus uterus juga dibagi sesuai phase proliferasi dan
sekresi.
9
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus mentruasi. Fase proliferasi
dapat dibagi dalam 2 subfase yaitu :
10
sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk
mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase ini dibagi atas:
c. stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran kelenjar
sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.
11
Gambar 2. siklus ovarium dan endometrium 6
Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri,
hipotalamus, hipofisis, ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
12
LH. Tidak lama sesudah mentruasi mulai, pada fase follikuler dini, beberapa follikel
berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH ini disebabkan
oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan
berkembangnya follikel, produksi estrogen meningkat, dan ini menekan produksi FSH.
Pada saat ini LH juga meningkat, namun peranannya pada tingkat ini hanya membantu
pembuatan estrogen dalam follikel. Perkembangan follikel berahir setelah kadar
estrogen dalam plasma meninggi. Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur
angsur, kemudian dengan cepat mencapi puncaknya. Ini memberikan umpan balik
positif terhadap pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH (LH-
surge) pada pertengahan siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang
meninggi itu menetap kira kira 24 jam dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa
jam setelah LH meningkat, estrogen menurun dan mungkin inilah yang menyebabkan
LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan perubahan morfologik pada
follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek dari LH terhadap
hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi; follikel
hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk brovulasi. Pecahnya
folikel terjadi antara 16 – 24 jam setelah LH-surge.
Pada fase luteal, setelah ovulasi sel sel granulasa membesar membentuk vakuola
dan bertumpuk pigmen kuning (lutein), follikel menjadi korpus luteum. Vaskularisasi
dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada hari 8 – 9 setelah
ovulasi . Luteinized granulose cells dalam korpus luteum membuat progesterone
banyak, dan luteinized theca cells membuat pula estrogen yang banyak sehingga kedua
hormon itu meningkat pada fase luteal. Mulai 10 – 12 hari setelah ovulasi korpus
luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya kapiler
kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan estrogen.
Masa hidup korpus luteum pada manusia tidak bergantung pada hormon
gonadotropin. Pada kehamilan hidupnya korpus luteum diperpanjang oleh adanya
rangsangan dari Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang dibuat oleh
13
sinsiotrofoblast. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan korpus luteum (8
hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal. HCG
memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 – 10 minggu kehamilan.
Kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta.1,2,7
14
3. Mengubah uterus yang yang infantile menjadi matur.
4. Merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi.
5. Servik uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang
bertambah banyak, encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah
sehingga mudah dilalui spermatozoa.
15
Gambar 4. Perubahan endometrium dan ovarium selama mestruasi.8
16
D. GANGGUAN MENTRUASI DAN SIKLUSNYA
Gangguan mentruasi dan siklusnya dapat digolongkan menjadi :
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
mentruasi
1) Hipermenorea atau menoragia
Menoragia merupakan perdarahan menstruasi dengan jumlah darah mentruasi >
80 cc atau lamanya > 7 hari pada siklus yang teratur. Bila perdarahannya terjadi > 12
hari harus dipertimbangkan termasuk dalam perdarahan ireguler.9
a. Pasien perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari
berturut-turut
b. Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di malam
hari
c. Menstruasi berlangsung lebih dari 7 hari
d. Darah menstruasi dapat berupa gumpalan-gumpalan darah
e. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek, mudah lelah, pucat,
kurang konsentrasi. 9
Etiologi :
17
c) disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar
atau gagal ginjal. penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam
menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
b. Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar
adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS),
kegemukan, dll
18
Kontraindikasi PKK
1. Tromboplebitis atau tromboemboli.
2. Sebelumnya dengan tromboplebitis atau tromboemboli
3. Kelainan serebrovaskuler atau penyakit jantung koroner.
4. Diketahui atau diduga karsinoma mammae.
5. Diketahui atau diduga karsinoma endometrium.
6. Diketahui atau diduga neoplasma yang tergantung estrogen.
7. Perdarahan abnormal genitalia yang tidak diketahui penyebabnya.
8. Adenoma hepar, karsinoma atau tumor-tumor jinak hepar.
9. Diketahui atau diduga hamil.
10. Gangguan fungsi hati.
11. Tumor hati yang ada sebelum pemakaian pil kontrasepsi atau produk lain
yang mengandung estrogen.11
2) Hipomenorea
b. Kelainan siklus
a. Polimenorea
Adalah siklus mentruasi lebih pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari) dengan
perdarahan yang kurang lebih sama atau lebih banyak dari mentruasi biasanya. Siklus
seperti ini akan menyebabkan menstruasi yang lebih sering dan siklus yang lebih
banyak dalam setiap tahunnya. Dengan kata lain waktu antara ovulasi dan siklus
menstruasi berikutnya lebih pendek (pemendekan fase luteal).
19
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang menyebabkan
gangguan ovulasi atau menyebabkan pemendekan fase luteal (sarwono,1982). Selain
itu dapat disebabkan :
a. Stress
Satu dari penyebab paling sering adalah stress. Dalam hal ini stress baik emosi
maupun lingkungan serta physical dapat menyebabkan imbalance normal hormonal di
tubuh yang menyebabkan iregulernya menstruasi.
b. Menopause
Fase mendekati menopause dapat kita sebut perimenopause yang akan mulai
terjadi adanya ketidakseimbangan hormonal.
c. Endometriosis
d. Sexual transmitted disease
Penatalaksanaan
Tidak ada tatalaksana secara langsung untuk menangani polimenorea. Terapi
ditujukan setelah diketahui penyebab terjadinya polimenorea. Beberapa terapi spesifik
seperti penggunaan PKK, management stress. Dan terapi terbaik bagi orang dengan
polimenorea dengan atau tidak disertai dengan penyakit lainnya adalah relax,
modifikasi gaya hidup dan exercise secara teratur.9
b. Oligomenorea
20
Pada oligomenorea dasar dari terjadinya perdarahan ini adalah fase proliferasi
yang memanjang atau fase sekresi yang memanjang. Pada fase proliferasi yang
memanjang diberikan progesterone selama 10 hari, mulai hari ke 15 hingga hari ke 25
siklus mentruasi. Sedangkan pada fase sekresi yang memanjang progesterone diberikan
mulai hari ke 17 sampai hari ke 25.12,1
c. Amenorea
Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita. Hal
tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan
setelah menopause.
1. Amenorea fisiologik
Amenorea yang terdapat pada masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa
laktasi dan sesudah menopause.
2. Amenorea patologik
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada
wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal,
atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual sekunder.
Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi.
21
Sedangkan Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3
siklus padaoligomenorea atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus
menstruasi biasa. Angka kejadian berkisar antara 1 – 5%.14
- Kompartemen IV : kelainan terletak pada organ target uterus atau outflow tract.
15
22
c. Gangguan pada kompartemen I
1) Kehilangan berat badan, anoreksia, bulimia
Obesitas dapat diasosiasikan dengan amenorea, tetapi amenorea pada penderita
dengan obesitas biasanya berhubungan dengan anovulasi, dan keadaan
hipogonadotropin tidak dapat diketahui meskipun penderita juga didapatkan gangguan
emosional yang berat. Sebaliknya pengurangan berat badan secara mendadak, dengan
berbagai macam cara, dapat menyebabkan terjadinya keadaan hipogonadotropin.
Diagnosis dari keadaan amenorea hipotalamus ini juga merupakan hasil dari
disingkirkannya adanya tumor hipofisis.
23
Bromokriptin diketahui dapat digunakan untuk mengembalikan siklus ovulasi
dan fertilitas pada beberapa penderita dengan anovulasi hipotalamus, termasuk bila
mereka memiliki prolaktin darah yang normal. Di lain pihak, bromokriptin dan
klomifen sitrat dapat secara sinergi sebagai induksi ovulasi, kemungkinan karena
memiliki tempat kerja yang berlainan.1,14
Fenotipe pada umumnya ialah sebagai wanita, sedang kromatin seks negatif. Pola
kromosom pada kebanyakan mereka adalah 45-XO; pada sebagian dalam bentuk
mosaik 45-XO/46-XX. Angka kejadian adalah satu di antara 10.000 kelahiran bayi
wanita. Kelenjar kelamin tidak ada, atau hanya berupa jaringan parut mesenkhim
(streak gonads), dan saluran Muller berkembang dengan adanya uterus, tuba, dan
vagina, akan tetapi lebih kecil dari biasa, berhubung tidak adanya pengaruh dari
estrogen.
Selain tanda-tanda trias yang tersebut diatas, pada sindroma Turner dapat
dijumpai tubuh yang pendek tidak lebih dari 150 cm, dada berbentuk perisai dengan
puting susu jauh ke lateral, payudara tidak berkembang, rambut ketiak dan pubis sedikit
atau tidak ada, amenorea, koarktasi atau stenosis aortae, batas rambut belakang yang
rendah, ruas tulang tangan dan kaki pendek, osteoporosis, gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, anomali ginjal (hanya satu ginjal), dan sebagainya. Pada
pemeriksaan hormonal ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH) meninggi,
24
estrogen hampir tidak ada, sedang 17-kortikosteroid terdapat dalam batas-batas normal
atau rendah.1,14
25
primer dan tidak terbentuknya vagina. Kelainan ini relatif sering sebagai penyebab
amenorea primer, lebih sering dari pada insensitifitas androgen kongenital dan lebih
jarang dibandingkan disgenesis gonad. Pada penderita sindroma ini tidak ada vagina
atau adanya vagina yang hipoplasi. Uterus dapat saja normal, tetapi tidak mempunyai
saluran penghubung dengan introitus, atau dapat juga uterusnya rudimenter, bikornu.
Speroff dkk lebih memilih alternatif untuk melakukan konstruksi bedah dengan
membuat vagina artifisial. Sebaliknya, Speroff menganjurkan penggunaan dilatasi
Mula-mula ke arah posterior vagina, dan kemudian setelah 2 minggu diubah ke arah
atas dari aksis vagina, tekanan dengan dilator vagina dilakukan selama 20 menit setiap
hari.
26
g. Perdarahan diluar mentruasi (perdarahan bukan mentruasi)
Adalah perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 mentruasi. Perdarahan ini
tampak terpisah dan dapat dibedakan dari mentruasi (menoragia) atau 2 jenis
Etiologi :
Perdarahan dari uterus, tuba dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
servisis uteri.
hidatidosa.
b. Sebab fungsional
Patofisiologi
Sebagian besar disebabkan oleh persistensi folikel yang tidak pecah sehingga
tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasia
Gambaran Klinik
27
a. Perdarahan ovulatoar
Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi
b. Perdarahan anovulatoar
kadar esterogen ada sangkut pautnya dengan jumlah folikel yang pada suatu waktu
atresia. Endometrium dibawah pengaruh esterogen tumbuh terus dan dari endometrium
yang proliferatif kadang bisa tumbuh endometrium yang hiperplasia kistik. Jika
gambaran ini diperoleh dari sediaan kerokan maka dapat disimpulkan adalah perdarahn
anovulatoar.
Penatalaksanaan
28
a. Perdarahan uterus ovulatorik. Bentuk klinis perdarahan uterus
dasar dari terjadinya perdarahan ini adalah fase proliferasi yang memanjang atau fase
Sedangkan pada fase sekresi yang memanjang progesterone diberikan mulai hari ke 17
Kelainan korpus luteum dapat berupa insufisiensi korpus luteum atau korpus
bercak pramentruasi dan polimenorea. Kedua kelainan ini diobati dengan progestron
mulai hari ke 17 hingga hari ke 26. Korpus luteum persisten akan menimbulkan bentuk
klinik oligomenorea, seperti juga pada oligomenorea yang lain, disini juga diberikan
25. Metroragia diatasi dengan progesterone mulai hari ke 16 sampai hari ke 25.
29
h. Gangguan lain dalam hubunganya dengan mentruasi
a. Dismenorea
Dismenorea adalah salah satu kreluhan ginekologi yang paling umum yang
biasanya disertai dengan kram pada bawah perut nyeri yang mungkin menyebar ke
paha dan punggung bawah yang merupakan gejala paling umum, juga disertai sakit
kepala, mual, sembelit atau diare, dan frekuensi kencing yang sering hadir, dan muntah.
polip fibroid. Dismenore membranous jarang dan menyebabkan nyeri kram hebat.
mediator dari berbagai respon fisiologis seperti peradangan, kontraksi otot, pelebaran
kembali pada laporan dari Pickles 40 tahun lalu, yang melaporkan bahwa ada
subsatansi pada cairan menstruasi yang mempengaruhi kontraksi dari otot polos uterus,
dimana ditemukan PGF2α dan PGE2 dengan rasio PGF/PGE tinggi pada endometrium
dan cairan menstruasi pada wanita dengan dismenorea primer. PGF2α dan PGE2
30
vasodilatasi. subtansi PGF2α menstimulasi kontraktilitas uterus selama siklus
menstimulasinya pada fase proliferative dan fase luteal. Beberapa penelitian juga
konsentrasi PGF2α dan hal ini menyebabkan timbulnya hipotesis bahwa nyeri saat
penggunaan NSAID tidak mempan untuk mengatasi dismenorea, hal ini kemungkinan
Penyebab pendarahan yang tidak normal bisa disebabkan oleh berbagai hal. Yang
paling umum adalah ketidakseimbangan hormon. Menstruasi terjadi karena adanya
31
hormon FSH, LH, estrogen, progesteron, prolaktin dan testosteron. Hormon FSH dan
LH itu keluar atas perintah hipotalamus dan hipotalamus memerintahkan indung telur
untuk mengeluarkan estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron memiliki
pengaruh terhadap selaput dalam rahim untuk mengeluarkan darah mentruasi.
Seandainya regulasi ini bermasalah, outputnya jadi bermasalah juga.
Panjang siklus haid tidak sama untuk setiap wanita. Perubahan pola haid
normalnya terjadi pada kedua ujung siklus haid ,yaitu waktu remaja dan menjelang
menoupase. rata-rata pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun
ialah 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun ialah 51,9 hari.
Gangguan di hipofisis, hal ini dapat membuat nekrosis karena spasme atau
thrombosis arteriola-arteriola pada pars anterior hipofisis. Dengan nekrosis fungsi
hipofisis terganggu dan menyebabkan menurunnya pembuatan hormon-hormon
gonadotropin, tireotropin, kortikotropin, somatotropin, dan prolactin.
Endometriosis atau adanya kelenjar atau stroma pada endometrium, hanya 10-20
% yang menyerang wanita yang aktif menstruasi.
32
mengaktifkan hipotalamus menyekresikan CRH. CRH mempunyai pengaruh negatif
terhadap pengaturan sekresi GnRH. Pelepasan GnRH inilah menyebabkan pengeluaran
LH dan FSH sebagai hormon pengatur menstruasi
Stres diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit salah satunya
menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita
mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi, stres melibatkan sistem
endokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita 5
BAB III
33
KESIMPULAN
a. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik pada uterus yang
dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi disertai dengan deskuamasi (pelepasan)
dari endometrium
b. Ovarium dan uterus adalah organ organ yang berperan dalam siklus menstruasi
c. Dalam siklus menstruasi ada dua siklus yaitu siklus ovarium (fase folikuler dan
fase luteal) serta siklus ovarium(fase menstruasi, fase post menstruasi, fase
proliferasi dan fase sekresi) yang dipengaruhi oleh hormon hormon dari siklus
hipotalamus-hipofisis- ovarium
d. Gangguan haid dapat dibagi kedalam 4 golongan besar yaitu Kelainan dalam
banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid, gangguan siklus haid,
perdarahan diluar haid serta gangguan lain yang berhubungan dengan haid
e. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid dapat dibagi
menjadi hipermenorea dan hipomenorea
f. Gangguan siklus haid dapat dibagi menjadi oligomenorea, polimenorea dan
amenorea
g. Amenorea dapat dibagi berdasarkan etiologi pada organ yang terlibat yaitu
ovarium,hipotalamus, hipofisis dan uterus
h. Perdarahan diluar haid dikenal juga dengan istilah metroragia dan
menometroragia
i. Gangguan lain yang berhubungan dengan haid dapat termasuk didalamnya
dismenorea yang dapat dibagi menjadi dismenorea primer, sekunder dan
membranous dismenorea.
DAFTAR PUSTAKA
34
1. Berek, J.S. Reproductive Physiologi. In Berek & Novak’s Ginecology. 13 th
California: Lippincot William & Wilkins. 2002
2. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. EGC-Jakarta. 2005
3. Sherwood L. 2008. Human Physiology, From Cells to Systems. 7th ed. Belmont:
Brooks-Cole
4. Guyton, C. A. & Hall, J.E. Female Physiology Before Pregnancy and Female
Hormones. In: Textbook of Medical Physiology. 11 th. 2006
5. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
UNSRI.2006. Perubahan Endometrium dalam Siklus Menstruasi.
6. Carrol University. 2006. Demos Uteroplacenta. Gambar . http://www.biog1105-
1106.org/demos/105/unit8/ovaryplacenta.
7. Suhargo, Listijani.2007. Histologi Reproduksi Wanita. Handout.
8. California State University. 1998. Mentsrual Cycle. Jurnal.
www.csun.edu/studenthealthcenter www. biologi.fst.unair.ac.id
9. POGI. 2006. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : POGI
Universitas Indonesia. Bentuk Sediaan Obat Hormonal Kontarsepsi. Artikel.
www.repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/3039
10. Wiknjosastro, H, Saifuddin A.B, Rachimhadhi T. Perdarahan Dalam Kehamilan
Lanjur. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,
2006
11. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al. Plasenta Previa, Antepartum
hemorrhage. In : Williams Obstetrics, 22st ed, Prentice Hall International Inc.
Appleton and Lange, Connecticut, 2001;
12. Chardonenns. 2001. Menstrual Cycle Disorders. Artiekl Clinique de la source
www.lasource.ch.
13. Mayo,Josep L. 1998. A Healthy Menstrual Cycle. Artikel CLINICAL
NUTRITION INSIGHTS. http://acudoc.com/Healthy%20Cycle.PDF
35
14. Silberstein, Taaly. Complication of Menstruation; Abnormal Bleeding in Current
Obstetric & Gynecologic Diagnosis Treatment. 9th edition. India. McGraw-Hill
Companies, Inc. 2003 ; 623-630.
36