Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan
budaya seperti konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan
sebab-akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan
ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif
terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya
adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan
cukup besar. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan
tertentu, termasuk pola makan ibu nifasyang disertai dengan kepercayaan
akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu.
Kebudayaantersebuttidakdapatdihilangkan, salah satu alasan yang kuat
dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan Ibu
Nifas benar adanya. Namun di sisi lain, terdapat beberapa kepercayaan yang
sama sekali tidak membawa dampak positif bagi Ibu Nifas hingga bayi baru
lahir.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah faktor ekonomi berpengaruh terhadap masa nifas?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengaruh faktor ekonomi terhadap masa nifas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil.masa nifas berlangsung 6 minggu.
Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
Selama masa ini, saluran reproduksi anatominya kembali ke keadaan tidak
hamil yang normal.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mualai dari
persalinan selsai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas 6 sampai 8 minngu.

2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


Selama bidan memberikan asuhan sebaiknya bidan mengetahui apa
tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikan asuhan
pada ibu selama nifas antara lain untuk:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik mau pun psikologis
dimana dalam asuahan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,
dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologis maka kesehatan ibu
dan bayi selalu tergaja.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) dimana
bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa
nifas secara sistematis yaitu mulai pengajian data subjektif, objektif
mau pun penunjang.
3. Setelah bidan melaksanakan penkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat
mendeteksi masa yang terjadi pada ibu dan bayi.
4. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu mau pun
bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung

2
masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan di atas dapat di
laksanakan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang keperawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluaraga berencana,menyusui,imunisasi kepada bayinya
dan perawatan bayi sehat; memberikan pelayanan keluarga berencana.
Asuhan masa nifas diperlukan dalam priode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu mau pun bayinya. Di perkirakan bahwa 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas adalah:
1. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi
yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6
minggu.
2. Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga.
3. Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator.
Asuhan masa nifas ini sangat penting karena periode ini merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya.
Menyusui adalah proses memberikan Air Susu Ibu (ASI) melalui
payudara ibu secara langsung kepada bayi yang merupakan reflek insting
dari ibu dengan melibatkan hormon-hormon menyusui. Menyusui adalah
hak setiap ibu dan tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat
terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai
manfaat dari ASI. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai
kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak
saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia
yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang
lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial
yang lebih baik. Menyusui merupakan cara yang optimal dalam
memberikan nutrisi dan mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan
pelengkap pada paruh kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi,
dan psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun–tahun

3
berikutnya. Bagi masyarakat kita menyusui merupakan hal yang alami.
Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, serta
kesehatan ibu dan bayi dapat mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi
sehingga dasar si kecil percaya pada orang lain dan diri sendiri yang
akhirnya bayi berpotensi untuk mengasihi orang lain.

2.3 Faktor Ekonomi


Salah satu faktor yang mempengaruhi masa nifas adalah faktor
ekonomi.
Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat.
Pendapatan yang tinggi menunjukan kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi yang memenuhi faedah zat gizi untuk ibu
hamil. Sedangkan kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu
nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kesehatan.
Pada masa nifas diperlukan nutrisi yang bermutu tinggi dengan cukup
kalori, protein, cairan serta vitamin. Faktor nutrisi akan mempengaruhi
proses penyembuhan luka jalan lahir. Berdasarkan penelitian Ija (2009),
status gizi akan mempengaruhi penyembuhan luka. Pada sebagian pasien,
penurunan kadar protein akan mempengaruhi penyembuhan luka.
Pada masa nifas, ibu memerlukan tambahan nutrisi 3 kali lipat dari
kondisi biasanya untuk pemulihan tenaga atau aktivitas ibu, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, penyembuhan luka jalan lahir, serta untuk
memenuhi kebutuhan bayi berupa produksi ASI. Diet yang diberikan harus
bermutu tinggi dengan cukup kalori, cukup protein, cairan, serta banyak
buah-buahan karena ibu nifas mengalami hemokonsentrasi (Wiknjosastro,
2005).
Pengaruh dari kondisi sosial ekonomi ibu dengan lama penyembuhan
perineum adalah keadaan fisik dan mental ibu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari setelah persalinan.

4
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis
yang juga mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa
ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari
keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi
pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis
yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis
yang patologis.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu
periode taking in, periode talking hold dan teori letting go. Adapun Faktor-
faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang
tua pada saat post partum antara lain, respon dan dukungan keluarga dan
teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan
aspirasi, dan membesarkan anak yang lalu, serta pengaruh budaya.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan
hadirnya bayi yang baru lahir, sehingga dalam proses adaptasi masa nifas,
ibu dapat mengalami gangguan psikologi post partum diantaranya, post
partum blues, post partum depression, dan psikosis post partum. Saat hal
tersebut terjadi maka, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
maupun petugas kesehatan merupakan dukungan positif bagi ibu.

3.2. Saran
Bagi calon ibu diharapkan lebih mempersiapkan diri sebelum
melahirkan agar persiapan diri baik mental, fisik dan ekonomi lebih matang
supaya ibu dapat melakukan proses adaptasi tanpa gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi. Pada masa nifas, ibu juga harus sangat diperhatikan, baik

5
keluarga maupun bidan. Peran bidan sangatlah dibutuhkan ibu sebagai
pembimbing dan pemberi nasehat demi kesehatan ibu dan anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Ija M. 2009. Pengaruh Status Gizi Pasien Bedah Mayor Pre Operasi terhadap
Penyembuhan Luka dan Lama Rawat Inap Pasca Operasi di RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Tesis.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. H : 237-


244.

Anda mungkin juga menyukai