Anda di halaman 1dari 4

MALPRAKTIK LAHIR BAYI PREMATUR

ANALISA KASUS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kep. Maternitas
Dosen pengampu Ibu Nunung Nurhayati, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh
Dea Amelia Meilani 217055

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR

BANDUNG

2019
Kasus malpraktik pada bayi lahir prematur
Seorang bidan menolong persalinan padda NyW, G3 P2 A0, cara persalinan terakhir spotan HPHT
lupa, saat diolong umur kehamilan 24 minggu, diagnosa sewaktu datang letak kepala lahir spontan
tidak ada kelainan, komlplikasi persalinan ketuban pecah dini, lama persalinan 4 jam, dalam kala 1
lama persalinan 30 menit tempat persalinan dirumah bidan kedaan ibu normal sadar. Tanggal lahir
bayi 08-03-2010, berat lahir 700 gr, jenis kelamin bayi perempuan, asfiksia berat kematian bayi akibat
dari prematur dan kelalaian bidan.
ANALISA KASUS

Pada kasus ini,

Yang Melangar Prosedur: Bidan melanggar KepMenkes No. 1464/MenKes/per/X/2010. Bidan


melanggar wewenangnya dimana menolong persalinan dengan kondisi janin premature, sedangkan
dalam peraturan KepMenKes ataupun wewenang bidan diatas su-dah jelas bahwasannya bidan hanya
menolong kehamilan, persalinan fisiologis dan mendeteksi dini komplikasi persalinan serta
dilanjutkan rujukan. Setelah melakukan diagnosa kebidanan bahwa usia kehamilan masih tergolong
premature bidan tersebut tidak melakukan rujukan hal ini selain diatur dalam KepMenKes diatas dan
wewenang bidan dijelaskan juga pada UU No. 44 Tahun 2009 Pasal 41 dan Pasal 42. Ketiga,
bertentangan dengan kesusilaan. Keem-pat, bertentangan dengan keharusan yang diin-dahkan dalam
pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda milik orang lain. Unsur ketiga dan empat ini
tidak terpenuhi dalam kasus diatas. Jadi kesimpulan sementara pada kasus di atas, bidan tersebut
memenuhi unsur pertama dan kedua.

Menurut Kode Etik Bidan

Bidan memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Bidan

sebagai tenaga kesehatan memilki tiga hal tanggung jawab di dalam upaya pelayanan kesehatan

meliputi: tanggung jawab etis yang landasannya adalah kode etik, yang pada dasarnya memuat

bahwa kewajiban umum, kewajiban terhadap penderita, kewajiban terhadap sejawat dan terhadap diri

sendiri. Tanggung jawab profesi yang didasarkan pendidikan, pengalaman, derajat resiko perawatan,

peralatan perawatan dan fasilitas perawatan. Tanggung jawab hukum, yang didasarkan pada hukum

perdata, hukum administrasi, dan hukum pidana

Pada kasus diatas,

PELANGGARANNYA: Bidan telah melanggar Kode Etik bidan yang ke 2 yaitu Kewajiban bidan

terhadap tugasnya (3 butir), pada butir 1 dan butir 2, dimana:

a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat

sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan

masyarakat.

b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil

keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.

Bidan tidak melaksanakan tugasnya sesuai Kode Etik Bidan. Bidan dalam memberikan pelayanan bukan
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya, yakni Bidan hanya melakukan pertolongan

persalinan yang normal. Kasus diatas juga, Bidan tidak cermat dalam mengambil keputusan. Yaitu,

keputusan mengadakan konsultasi atau melakukan rujukan.

Posedur Yang Harus Dilakukan Telah ditentukan secara jelas bahwasannya tugas atau wewenang bidan

sudah diatur oleh pemerintah sebagai berikut: pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan

dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu

hamil/bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0 – 28 hari) agar penanganan dini atau pertolongan pertama

sebelum rujukan dapat dilakukan secara cepat dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai