Anda di halaman 1dari 33

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Tentang Belajar
Para ahli pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam mengartikan istilah
belajar. Namun perbedaan tersebut masih dalam tahap kewajaran yang justru menjadi
pemahaman tentang belajar, berikut ini dikemukakan pendapat beberapa tokoh yang
menjelaskan tentang pengertian belajar. Belajar menurut Sudjana (1989:28) adalah proses
ditandai dengan adanya perbuahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahamannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek individu.
Menurut Hamalik (1991:16) belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri
seseorang berkat pengalaman dan pelatihan, Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1997:84)
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di
mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan dasar kecenderungan respons
pembawaan, kematangan atau keadaan- keadaan sesaat seseorang.
Slameto dalam Kurnia, (2008:3) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel dalam
Kurnia (2008:3) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri
seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga
menghasilkan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik, yang diperoleh perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi
secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan
yang progresif.
Dengan demikian, yang dimaksud belajar pada penelitian ini adalah kegiatan mental
dan psikis maupun fisik, yang berlangsung dalam interaksi aktif yang menghasilkan
perubahan. Sedangkan perubahan yang diharapkan adalah perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, kecakapan, kebiasaan maupun sikap mental.

6
2. Pengertian Tentang Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda.
Menurut Ngalimun (2014: 3) pembelajaran dapat diartikan sebagai
pengajaran yang mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek,
yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik,
mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai
pemberi pelajaran. Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu
kegiatan saat terjadi interaksi antara guru dengan peserta didik, serta antara
peserta didik dengan peserta didik disaat pembelajaran sedang berlangsung.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Sagala (2011: 62)
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber
belajar. Demikian pula konsep pembelajaran menurut Corey dalam Syaiful Sagala
(2011: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran menurut ahli, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat peserta didik belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
peserta didik yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya
kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya
usaha. Dengan demikina dalam pembelajaran terdapat pemberdayaan potensi
peserta didik untuk dikembangkan menjadi suatu kompetensi.

B. Tinjauan Tentang Hasil Belajar


1. Pengertian Tentang Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan
dalam belajar. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku
atau perolehan perilaku yang baru dari peserta didik yang bersifat menetap,
fungsional, positif, dan disadari. Bentuk perubahan tingkah laku harus
menyeluruh secara komprehensif sehingga menunjukkan perubahan tingkah laku.
Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin
Bloom 1956 dalam Anitah W (2009: 2-19) yang dapat menunjukkan gambaran
hasil belajar, mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Romizoswki dalam
Anitah W, (2009:2-19) menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat
menunjukkan hasil-hasil belajar yaitu: 1) keterampilan kognitif berkaitan dengan
kemampuan membuat keputusan memecahkan masalah dan berpikir logis; 2)
keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan
kegiatan perceptual; 3) keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap,
kebijaksanaan, perasaan, dan self control; 4) keterampilan interaktif berkaitan
dengan kemampuan sosial dan kepemimpinan.
Sedangkan menurut Dimyati dkk dalam Lapono (2010:206) dikatakan
bahwa hasil belajar dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pengajaran adalah
dampak yang dapat diukur seperti tertuang dalam rapot, angka dalam ijazah atau
kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, yang disebut transfer belajar. Hasil
belajar menurut Nana Sudjana (2011: 22) merupakan kemampuan yang dimiliki
atau dikuasai oleh peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.
Menurut Oemar Hamalik (2012: 30) dapat dikatakan hasil belajar apabila
seseorang yang telah belajar terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang yang
belajar tersebut, yaitu terjadi perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu,
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Muhammad Thabrani dan
Arif Mustofa (2013: 24) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Sedangkan
menurut Suprijono dalam buku Muhammad Thabrani dan Arif Mustofa (2013:
22) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, dan apresiasi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan kemampuan dan perilaku peserta didik secara menyeluruh
seperti perubahan sikap, apresiasi, perbuatan, perubahan tingkah laku dari tidak
tau menjadi tau,dari tidak mengerti menjadi mengerti. Kemampuan tersebut
dimiliki atau dikuasai oleh peserta didik setelah menerima pengalaman
belajarnya. Berdasarkan beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan
peningkatan hasil belajar adalah peningkatan kemampuan dan perilaku peserta
didik secara menyeluruh seperti perubahan sikap, apresiasi, perbuatan, perubahan
tingkah laku dari tidak tau menjadi tau,dari tidak mengerti menjadi mengerti yang
dikuasai atau dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

2. Jenis- jenis Hasil Belajar


Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom dalam buku Sudjana
(2011: 22) dibagi menjadi 3 yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
a) Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah hasil belajar intelektual. Menurut Sudjana (2011:
11) ranah kognitif banyak dinilai oleh para guru disekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai isi
bahan pelajaran. Ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu:
(1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan aspek paling mendasar pada ranah
kognitif. Pada tingkat ini peserta didik dituntut untuk mampu
mengingat informasi atau pengetahuan yang telah diterima
sebelumnya seperti konsep, fakta atau istilah- istilah, terminologi,
rumus, strategi pemecahan masalah, dan sebagainya.
(2) Pemahaman
Pemahaman merupakan tingkatan yang lebih tinggi dari
pengetahuan. Pada tingkat ini peserta didik dituntut mampu
memahami atau mengerti bahan yang dipelajari, kemudian
menjelaskan kembali apa yang dibaca dan didengarnya dengan
kata-kata sendiri. Sudjana (2011: 24) membagi pemahaman menjadi
tiga kategori yaitu:
a. Pemahaman Terjemahan
Pemahaman terjemahan merupakan tingkat terendah. Pada
pemahaman terjemahan dimulai dengan terjemahan dalam arti
sebenarnya misalnya menerjemahkan dari bahasa inggris ke
bahasa indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, dan
sebagainya.
b. Pemahaman Penafsiran
Pemahaman penafsiran merupakan tingkat kedua. Pemahaman
penafsiran menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan
bagian berikutnya atau menghubungkan dengan menggunakan
grafik, tabel, diagram atau gambar- gambar dalam suatu
pelajaran.
c. Pemahaman Ektrapolasi
Pemahaman ektrapolasi merupakan pemahaman tertinggi yang
diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang ditulis dan
memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau
masalah.
(3) Aplikasi
Aplikasi merupakan kemampuan menerapkan penggunaan ide,
metode, prinsip dan teori pada situasi yang konkret dan baru.
(4) Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur
atau bagian-bagian sehingga jelas hierarki atau tingkatan dan
susunannya. Analisis merupakan kemampuan kecakapan yang
memanfaatkan kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan. Pada tingkan ini diharapkan peserta didik mempunyai
pemahaman komprehensif dan dapat memilah suatu situasi atau
keadaan menjadi bagian-bagian yang terpadu.
(5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan menyatukan unsur-unsur atau
bagian-bagian dari pengetahuan yang ada menjadi bentuk
menyeluruh. Pada tahap ini peserta didik dituntut kreatif dalam
menciptakan sesuatu.
(6) Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu gagasan,
cara kerja, metode atau produk dengan menggunakan kriteria
tertentu.

b) Ranah Afektif
Menurut Siregar dan Hartini Nara (2010: 10) ranah afektif berkenaan
dengan sikap dan nilai. Pada ranah afektif akan tampak bagaimana sikap
seorang peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada lima kategori
tingkatan hasil belajar ranah afektif yaitu:
(1) Tingkat Menerima (receiving/attending) , yakni meliputi kesadaran
akan suatu sistem nilai, ingin menerima nilai, dan memperhatikan
nilai tersebut, misalnya peserta didik menerima sikap jujur sebagai
sesuatu yang diperlukan.
(2) Tingkat Tanggapan (responding) , yakni reaksi yang diberikan oleh
seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini
mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab
stimulus yang datang kepada dirinya.
(3) Tingkat Menilai (valuing) , yakni penerimaan terhadap suatu sistem
nilai, memilih sistem nilai yang akan disukai dan memberikan
komitmen untuk menggunakan sistem nilai tertentu.
(4) Tingkat Organisasi (organization) , yakni pengembangan dari nilai
ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai
dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai, dan lain- lain.
(5) Tingkat Karakterisasi (characterization) atau internalisasi nilai, yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

c) Ranah Psikomotor
Menurut Sudjana (2011: 30) hasil belajar psikomotorik tampak dalam
bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Aspek
ketrampilan tersebut terdiri dari enam aspek, yaitu:
(1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
(2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
(3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
(4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan.
(5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai
pada keterampilan yang kompleks.
(6) Kemampuan yang berkenan dengan komunikasi non - decursive
seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga


1. Pengertian Alat Peraga
Kata “Alat Peraga” diperoleh dari dua kata alat dan peraga. Kata utamanya
adalah peraga yang artinya bertugas “meragakan” atau membuat bentuk “raga”
atau bentuk “fisik” dari suatu arti/pengertian yang dijelaskan. Bentuk fisik itu
dapat berbentuk benda nyatanya atau benda tiruan dalam bentuk model atau
dalam bentuk gambar visual/ audio visual. Alat peraga dapat dimasukkan sebagai
bahan pembelajaran apabila alat peraga tersebut merupakan desain materi
pelajaran yang diperuntukkan sebagai bahan pembelajaran. Misalnya, dalam
pembelajaran klasikal, guru menggunakan alat sebagai peraga yang berisi materi
yang akan dijelaskan. Jadi alat peraga yang digunakan guru tersebut memang
berbentuk desain materi yang akan disajikan dalam pelajaran.
Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Estiningsih, 1994:7). Fungsi
utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar peserta didik
mampu menangkap arti konsep tersebut. Sebagai contoh, benda-benda konkret
disekitar peserta didik. Dengan adanya alat peraga peserta didik dapat mengetahui
letak bilangan positif dan bilangan negatif. Menurut Sudjana (1989:76) alat
peraga adalah suatu alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa yang
diajarkan mudah dimengerti anak didik.

2. Jenis-Jenis Alat Peraga/Media


Menurut para ahli media, bahan pembelajaran dalam bentuk media
pembelajaran diklasifikasikan dalam beberapa bentuk.
a) Media grafis, yaitu media yang menyajikan desain materi
dalam bentuk simbol- simbol komunikasi visual. Media ini
bersifat sederhana, mudah pembuatannya dan relatif murah.
Contoh media grafis antara lain: gambar/foto, sketsa, diagram,
bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan
buletin.
b) Media audio, yaitu media yang menyajikan desain materi
dalam bentuk lambang lambang auditif. Media audio ini terdiri
dari: media radio, media rekaman, laboratorium bahasa.
c) Media Proyeksi diam, yaitu media yang menyajikan desain
pesan/materi layaknya media grafis, tetapi penyajiannya
dengan teknik diproyeksikan dengan peralatan yang disebut
proyektor. Media proyeksi diam, terdiri dari: film bingkai
(slide), film rangkai (film strip), media transparansi (overhead
projector/transparancy).
d) Media proyeksi gerak, yaitu media yang menyajikan desain
pesan/materi dalam bentuk obyek yang bergerak. Media
Proyeksi gerak digunakan melalui proses perekaman dan
menggunakan alat perekam gerak (seperti kamera video), atau
menyajikan gerakan-gerakan yang ditampilkan langsung oleh
pemeran, yang termasuk media ini, terdiri dari: film, televisi,
komputer (animasi), dan permainan simulasi.
e) Media cetak, yaitu media yang menyajikan desain
pesan/materi (verbal tulis dan gambar) dalam bentuk cetak.
Contoh media cetak adalah buku, modul, surat kabar, majalah,
LKS dan sebagainya.
f) Media nyata, yaitu media dalam bentuk benda aslinya, baik
dalam bentuk keseluruhan/utuh, maupun dalam bentuk
bagian/contoh bagian dari benda tertentu.

3. Fungsi Alat Peraga


Menurut Roseffendi (1997:227-228) ada beberapa fungsi penggunaan alat
peraga dalam pengajaran fisika, diantaranya sebagai berikut:
a) Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak
mengikuti pelajaran fisika dengan gembira, sehingga minatnya
dalam mempelajari fisika semakin besar. Anak senang, terangsang,
kemudian tertarik dan bersikap positif terhadap pembelajaran
fisika.
b) Dengan disajikan konsep abstrak fisika dalam bentuk konkret,
maka peserta didik pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan
lebih mudah memahami dan mengerti.
c) Anak akan menyadari adanya hubungan antara pembelajaran
dengan benda- benda yang ada di sekitarnya, atau antara ilmu
dengan alam sekitar dan masyarakat.
d) Konsep- konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret,
yaitu dalam bentuk model fisika dapat dijadikan obyek penelitian
dan dapat pula dijadikan alat untuk penelitian ide-ide baru dan
relasi-relasi baru.

D. Tinjauan Tentang Pembelajaran Project Based Learning


1. Pengertian Model Project Based Learning
Model pembelajaran Project Based Learning sering juga disebut dengan
model pembelajaran proyek. Model pembelajaran proyek merupakan pemberian
tugas kepada peserta didik untuk dikerjakan secara individual maupun kelompok.
Peserta didik dituntut untuk mengamati, membaca dan meneliti. Kemudian
peserta didik diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan. Pembelajaran
berbasis proyek ini dapat membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran, kreativitas dan motivasi peserta didik menjadi meningkat.
Memberikan kesempatan besar kepada peserta didik untuk berkreasi dengan ilmu
yang dia miliki, mencapai puncaknya pada saat menghasilkan suatu produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek memberikan pengalaman nyata kepada peserta
didik untuk ikut dalam proses pembelajaran.
Menurut Hanafiah (2009: 30) model pembelajaran Project Based Learning
adalah pendekatan pembelajaran yang memperkenankan peserta didik untuk
bekerja mandiri dalam mengkonstruksi pembelajarannya dan
mengkulminasikannya dalam produk nyata. Sedangkan menurut Trianto (2014:
42) Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran
yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
yang kompleks.
Menurut Wena (2014: 144) model Project Based Learning adalah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek merupakan
suatu bentuk kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada
pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik
untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
secara mandiri.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
Project Based Learning merupakan model pembelajaran inovatif yang melibatkan
kerja proyek dimana peserta didik bekerja secara mandiri dalam mengkonstruksi
pembelajarannya dan mengkulminasikannya dalam produk nyata. Dalam kerja
proyek memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan
permasalahan yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk
merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara
mandiri.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Model Project Based Learning


Menurut Rais (2010: 8-9) langkah-langkah model pembelajaran Project
Based Learning adalah sebagai berikut:
(1) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with
the big question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question
yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan
suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita
dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
(2) Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta
didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa
memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main,
pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab
pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang
mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
(3) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas,
dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada.
Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan
tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta
didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh
peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama
dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk
menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah.
Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal
mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
(4) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of
the project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan
kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik.
Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam
sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya
masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan
kelompok.
(5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu
guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian
produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan
produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
(6) Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan
dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Menurut Wena (2014: 145) model pembelajaran Project Based Learning


memiliki prinsip sebagai berikut.
a) Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek
merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi
pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan
merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang
dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.
b) Prinsip pertanyaan penuntun (driving question) berarti bahwa kerja
proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat
mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau
prinsip utama.
c) Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung
kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis
proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi
pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang
mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha
memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
d) Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat
diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja
dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang
sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari Project Based Learning.
Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator
untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.
e) Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang
nyata. Project Based Learning harus dapat memberikan perasaan
realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang
berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya
dapat diimplementasikan di lapangan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Project Based Learning


Menurut Wena (2014: 147), model pembelajaran Project Based Learning
mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :
a. Kelebihan Model Pembelajaran Project Based
Learning
1) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
2) Meningkatkan kolaborasi
3) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber
4) Increased resource – management skill

b. Kelemahan Model Pembelajaran Project


Based Learning
1) Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk
menyelesaikan masalah.
2) Memerlukan biaya yang cukup banyak.
3) Banyak peralatan yang harus disediakan

E. Penelitian Relevan
1. Penelitian dari Devita Syam Ekaputri yang berjudul “Penerapan metode
Project Based Learning dengan Strategi Team Teaching untuk
Meningkatkan motivasi, keaktifan, dan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran produktif multimedia di SMK Kompetensi keahlian
multimedia”. Hasil penelitian yang dilakukan Devita Syam Ekaputri
menunjukan bahwa pembelajaran dengan metode Project Based
Learning dengan Strategi Team Teaching mampu meningkatkan
motivasi, keaktifan, dan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan motivasi pada awal siklus I sebesar 75,75%, akhir
siklus I sebesar 82,04%, dan pada akhir siklus II mencapai 85,10%.
Sedangkan untuk keaktifan belajar juga mengalami peningkatan pada
siklus I sebesar 65,10% dan pada siklus II mencapai 76,03%. Begitu
juga hasil belajar juga mengalami peningkatan hal ini ditunjukkan pada
awal siklus I rata-rata kelas sebesar 66,87 dengan presentase ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 41,03% dan pada akhir siklus II
mengalami peningkatan rata-rata kelas sebesar 81,41 dengan presentase
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 94,87%. %. Dan rata-rata
hasil proyek pada siklus I sebesar 82,12 mengalami peningkatan pada
siklus II yaitu sebesar 85,13.

2. Penelitian dari Rosikhur Rosyidin yang berjudul “Penerapan model


Project Based Learning pada pembuatan web dinamis untuk
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar di SMK PGRI 3 Malang oleh
Rosikhur Rosyidin”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran Project Based Learning memiliki rata-rata hasil
belajar 72.98 dengan ketuntasan peserta didik 57.14% pada siklus I,
selanjutnya rata-rata 76.19% dengan ketuntasan peserta didik 76.19%
pada siklus II dan rata-rata 79.17 dengan ketuntasan 90.48% pada siklus
III. Aktifitas yang dinilai adalah kegiatan melihat dan mendengar,
kegiatan oral, kegiatan emosional, kegiatan menggambar, dan kegiatan
metal. Hasil pembelajaran rata-rata sudah terbilang tuntas pada siklus II
dan III karena sudah mencapai lebih dari 75% nilai standart ketuntasan.
dan juga aktifitas peserta didik meningkat dari 66.67% di siklus I
menjadi 72.30% di siklus II dan meningkat lagi 78.61% di siklus III.

3. Penelitian dari Amalia Beladinna Arifa yang berjudul “Penerapan Model


Pembelajaran Project Based Learning dengan Strategi Metakognitif
untuk Meningkatkan Metakognitif dan Hasil Belajar Peserta didik Kelas
X SMK Negeri 5 Malang”. Hasil penelitian ini pelajaran pemrograman
web menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
Project Based Learning, peserta didik memiliki rata-rata metakognitif
68,10 pada siklus I dan rata-rata metakognitif 71,10 pada siklus II. Serta
memiliki rata-rata hasil belajar 79,59 dengan persentase ketuntasan
peserta didik sebesar 72,22% pada siklus I dan rata-rata hasil belajar
84,45 dengan persentase ketuntasan peserta didik sebesar 94,44% pada
siklus II. Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu terdapat peningkatan
metakognitif namun tidak signifikan dan terdapat peningkatan hasil
belajar yang signifikan pada peserta didik kelas X TKJ 2 SMK Negeri 5
Malang dengan penerapan model pembelajaran Project Based Learning.

F. Kerangka Berpikir
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam upaya pemberdayaan
manusia. Melalui pendidikan pengembangan potensi, kepribadian, kecerdasan,
keterampilan serta akhlak mulia peserta didik dapat dibentuk dan diarahkan.
Dalam pembelajaran seringkali seorang guru hanya menggunakan metode
ceramah yang menyebabkan peserta didik menjadi pasif. Penggunaan metode
yang tidak tepat menyebabkan peserta didik bosan, pasif, malas dan kurang
bergairah dalam belajar. Hal tersebut dapat berpengaruh pada motivasi peserta
didik dalam memperhatikan pembelajaran yang kemudian akan mempengaruhi
hasil belajar peserta didik. Maka dari itu metode yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan yang akan dicapai. Salah satu metode yang dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik adalah Project Based Learning, karena dalam
pembelajaran fisika di SMA Negeri 17 Bungo masih harus dipraktikkan supaya
pamahaman peserta didik menjadi lebih maksimal. Jika pemahaman peserta didik
terhadap suatu mata pelajaran baik, maka akan berpengaruh pada hasil belajar
peserta didik. Pada model pembelajaran ini peserta didik akan diberikan sebuah
proyek dengan diberikan batas pengumpulan proyek sedangkan guru hanya
sebagai fasilitator. Sehingga peserta didik dilatih untuk bertanggung jawab
terhadap proyek yang sudah diberikan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa model Project Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hal
tersebut, diharapkan model pembelajaran Project Based Learning mampu
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 17 Bungo.
Bagan kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 2.1.

Masalah yang ditemukan:

Fisika menakutkan, membosankan dan kurang


bermakna
Minimnya sarana dan prasarana/ alat praktikum
dalam pembelajaran fisika
Motivasi belajar Fisika peserta didik rendah
Hasil belajar Fisika rendah

Upaya yang dilakukan:


Perlu menggunakan model pembelajaran
model Project Based Learning

Pengaruh:
Meningkatkan hasil belajar Fisika aspek
psikomotorik dalam membuat alat peraga
fisika sederhana

Fokus Penelitian:
Penerapan Model Project Based Learning dalam membuat
alat peraga fisika sederhana di kelas XI MIA di SMA Negeri
17 Bungo

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian


G. Hipotesis Tindakan
Memperhatikan kajian teori dan rumusan masalah di atas, maka hipotesis tindakan
dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
“Penerapan model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar
psikomotorik peserta didik dalam membuat alat peraga fisika sederhana di kelas XI
MIA SMAN 17 Bungo”.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas X MIA SMA N 17 Bungo yang terletak di
Renah Sungai Ipuh, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi pada semester genap Tahun Ajaran 2019/ 2020. Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas
secara rinci direncanakan sebagai berikut :

No Jenis Kegiatan Rencana Tindakan


September Januari Februari Maret Ket
1 Persiapan
Penyusunan Proposal PTK X
Seminar Proposal PTK X
2 Pelaksanaan
Membuat perangkat siklus I
Pelaksanaan PTK silklus I X
Refleksi siklus I X
Membuat perangkat siklus II X
Pelaksanaan PTK silklus II X
Refleksi siklus II X
3 Pelaporan
Seminar Hasil PTK X
PembuatanLaporanPTK X
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA SMA N 17 Bungo yang
berjumlah 12 orang dengan rincian tujuh peserta didik laki- laki dan lima peserta didik
perempuan. Objek penelitian yang digunakan adalah Penerapan Model Pembelajaran Project
Based Learning dalam membuat alat peraga fisika sederhana.

C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil observasi aktivitas
belajar dan hasil belajar peserta didik aspek psikomotorik.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan
pusat penekanan membuat alat peraga fisika sederhana sebagai upaya untuk mewujudkan peserta
didik yang solid, aktif, kreatif, tanggung jawab dan inovatif. Penelitian direncanakan
dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan
(plan) pelaksanaan dan pengamatan (act and observer), dan refleksi.

Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart

Sesuai dengan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini maka secara garis
besar empat langkah dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan dilakukan berbagai persiapan dan perencanaan yang meliputi:
1) Menentukan waktu pelaksanaan penelitian
2) Menentukan metode pembelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti melaksanakan peningkatan
pembelajaran menggunakan Project Based Learning.
3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
4) Merancang materi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembuatan alat
peraga fisika sederhana.
5) Merencanakan proses evaluasi
b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan
Apabila tahap perencanaan tindakan telah matang, maka langkah selanjutnya yaitu
melaksanakan rencana tersebut di kelas dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada tahap ini guru sebagai tenaga pengajar,
melaksanakan tindakan berdasarkan perencanaan sebelumnya. Guru menerapkan model
pembelajaran Project Based Learning dengan membagi peserta didik dalam kelompok secara
heterogen. Setelah kelompok terbentuk guru memulai pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan penuntun (driving question). Kemudian guru dan peserta didik secara kolaboratif
merencakan proyek yang akan dilakukan sambil menentukan waktu yang akan digunakan
dalam menyelesaikan proyek tersebut. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah
proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta
peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah.
Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan
hasil proyeknya di kelas.
Sementara itu tahap pengamatan dilakukan saat pembelajaran berlangsung, sehingga
tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Jadi, tahap pelaksanaan dan
pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
adalah melakukan pengamatan menggunakan lembar observasi dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Guru bertanggungjawab
untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan
kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan
kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat
memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

c. Tahap Refleksi
Tahap refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan pada siklus I berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat masalah dari proses refleksi, maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya sehingga permasalahan dalam
siklus I dapat terselesaikan.
2. Siklus II
Kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama dengan kegiatan pada siklus I yaitu yang
meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tetapi kegiatan pada
siklus II berdasarkan pada hasil refleksi pada siklus I. Pada siklus II lebih mengarah pada
perbaikan pelaksanaan siklus I.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Menurut Arikunto (2010:199) observasi adalah adalah pengamatan meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra yaitu
indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Menurut Sukardi
(2013:50) observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi atau data melalui
media pengamatan.Sedangkan menurut Sukmadinata (2012:220) observasi adalah suatu
teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, observasi merupakan suatu teknik,
cara dan tindakan mengumpulkan data dalam sebuah pengamatan dengan menggunakan
seluruh alat indra yaitu alai indra penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan
pengecap. Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar
peserta didik selama pembelajaran membuat alat peraga fisika sederhana.

2. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengetahui data peserta didik. Dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu data awal peserta didik yang berupa nama peserta didik dan silabus
untuk acuan pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk meneliti kegiatan pembelajaran dari awal hingga
akhir pembelajaran. Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi
dan kondisi dikelas ketika proses tindakan kelas.

F. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar yang berisi indikator-indikator hasil belajar peserta
didik dan digunakan dalam pengamatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran Project Based Learning. Penelitian ini menggunakan lembar observasi yang
berbentuk rating scale, yaitu merupakan suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala
(Arikunto, 2010 : 200). Pada lembar observasi yang termasuk didalamnya terdapat daftar
seluruh aspek yang akan diamati sehingga observer cukup memberikan tanda ada atau
tidaknya aspek yang diamati. Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengukur hasil belajar peserta didik pada ranah afektif dan ranah psikomotorik. Adapun kisi-
kisi lembar observasi yang digunakan oleh peneliti yaitu seperti pada tabel 3.2 berikut ini:

NO No. Butir Aspek Yang Diamati


1 1 Solidaritas (Kerja sama)
2 2, 3, 4 Keaktifan
3 5 Tanggung Jawab
4 6 Perhatian
5 7, 8 Disiplin
6 9, 10 Kejujuran

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Lembar Observasi Ranah Afektif

Dalam memberikan skor kepada masing-masing indikator yang diamati, peneliti


menggunakan skala Linkert dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat baik, baik, tidak
baik, dan sangat tidak baik (Sugiyono, 2013: 135) dengan rincian pada tabel 3.3 berikut ini:

Kategori Alternatif Penilaian


Sangat Baik 4
Baik 3
Tidak Baik 2
Sangat Tidak Baik 1

Tabel 3.3 Skala Penilaian Lembar Observasi

Rincian skor penilaian untuk masing-masing aspek afektif yang diamati adalah sebagai
berikut:

1) Solidaritas (kerjasama) peserta didik dalam kelompok


Skor 4 Peserta didik membantu sesama anggota kelompok saat kesulitan
menguasai materi pelajaran, tanpa perlu dimintai bantuan.
Skor 3 Peserta didik membantu sesama anggota kelompok saat kesulitan
menguasai materi pelajaran, apabila teman meminta bantuan.
Skor 2 Peserta didik sesekali membantu sesama anggota kelompok saat
kesulitan menguasai materi pelajaran, apabila teman meminta bantuan.
Skor 1 Peserta didik hanya diam dan tidak pernah membantu sesama anggota
kelompok saat kesulitan menguasai materi pelajaran.

2) Keaktifan peserta didik dalam bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan

Skor 4 Peserta didik aktif mengajukan pertanyaan kepada guru saat


mengalami kesulitan dengan beberapa pertanyaan sesuai dengan materi
yang sedang dibahas
Skor 3 Peserta didik aktif mengajukan pertanyaan kepada guru saat
mengalami kesulitan dengan beberapa pertanyaan tidak mengenai
materi yang sedang dibahas
Skor 2 Peserta didik kurang aktif mengajukan pertanyaan kepada guru saat
mengalami kesulitan dengan hanya sesekali bertanya.
Skor 1 Peserta didik tidak aktif mengajukan pertanyaan kepada guru saat
mengalami kesulitan.

3) Keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan

Skor 4 Peserta didik secara aktif dan mandiri menjawab pertanyaan dari guru
saat kegiatan pembelajaran, dan tanpa perlu disuruh untuk menjawab.
Skor 3 Peserta didik mandiri dalam menjawab pertanyaan dari guru saat
kegiatan pembelajaran, tetapi tidak mau menjawab apabila tidak
disuruh terlebih dahulu.
Skor 2 Peserta didik aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru saat kegiatan
pembelajaran dengan meminta petunjuk temannya
Skor 1 Peserta didik tidak aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru.

4) Keaktifan peserta didik dalam melakukan diskusi sesama anggota kelompok untuk
memecahkan masalah
Skor 4 Peserta didik fokus mendengarkan penjelasan dari guru begitu juga
pada saat diskusi dengan seksama.
Skor 3 Peserta didik fokus mendengarkan penjelasan guru dan pada saat
diskusi sesekali diselingi dengan melakukan kegiatan lain yang tidak
terkait dengan materi pelajaran.
Skor 2 Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan sering diselingi
melakukan kegiatan lain yang tidak terkait dengan materi pelajaran,
begitu juga saat diskusi berlangsung.
Skor 1 Peserta didik tidak mendengarkan penjelasan guru dan melakukan
kegiatan lain yang tidak terkait dengan materi pelajaran, begitu juga
saat diskusi berlangsung.

5) Tanggungjawab peserta didik dalam mengerjakan tugas

Skor 4 Peserta didik mengerjakan semua tugas yang diberikan guru dengan
penuh tanggung jawab.
Skor 3 Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan guru tetapi masih
sesekali melimpahkan tugas kepada teman teman.
Skor 2 Peserta didik mengerjakan sebagian tugas yang diberikan guru dan
sebagian dilimpahkan kepada teman.
Skor 1 Peserta didik tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.

6) Perhatian peserta didik pada saat guru menjelaskan dan pada saat diskusi dengan
teman
Skor 4 Peserta didik fokus mendengarkan penjelasan dari guru begitu juga
pada saat diskusi dengan seksama
Skor 3 Peserta didik fokus mendengarkan penjelasan guru dan pada saat
diskusi sesekali diselingi dengan melakukan kegiatan lain yang tidak
terkait dengan materi pelajaran.
Skor 2 Peserta didik mendengarkan penjelasan guru dan sering diselingi
melakukan kegiatan lain yang tidak terkait dengan materi pelajaran,
begitu juga saat diskusi berlangsung
Skor 1 Peserta didik tidak mendengarkan penjelasan guru dan melakukan
kegiatan lain yang tidak terkait dengan materi pelajaran, begitu juga
saat diskusi berlangsung.

7) Kedisiplinan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas

Skor 4 Peserta didik hadir dan mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan
tenang.
Skor 3 Peserta didik hadir dan mengikuti proses pembelajaran di kelas tetapi
ramai dengan teman.
Skor 2 Peserta didik tidak masuk sekolah karena sakit atau ijin dan ada
keterangan yang jelas.
Skor 1 Peserta didik tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

8) Kedisiplinan peserta didik dalam mengumpulkan tugas yang diberikan.


Skor 4 Peserta didik mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu.
Skor 3 Peserta didik terlambat mengumpulkan tugas tetapi masih dalam batas
waktu terakhir pengumpulan.
Skor 2 Peserta didik terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan dan tidak
tepat waktu
Skor 1 Peserta didik tidak mengumpulkan tugas yang diberikan guru.

9) Kejujuran peserta didik dalam mengerjakan proyek


Skor 4 Peserta didik membuat alat peraga fisika sederhana dengan jujur tanpa
meminta bantuan atau menyontek pekerjaan teman.
Skor 3 Peserta didik membuat alat peraga fisika sederhana kurang jujur dan
ada meminta bantuan kepada kelompok lain
Skor 2 Peserta didik membuat alat peraga fisika sederhana kurang jujur dan
ada bantuan dari kelompok lain
Skor 1 Peserta didik membuat alat peraga fisika sederhana tidak jujur dan
dibuatkan oleh kelompok lain
10) Kejujuran peserta didik dalam memberikan data hasil percobaan alat peraga
Skor 4 Peserta didik dengan jujur dan teliti memberikan data hasil percobaan
pada alat peraga yang digunakan
Skor 3 Peserta didik dengan jujur dan kurang teliti memberikan data hasil
percobaan pada alat peraga yang digunakan
Skor 2 Peserta didik Kurang jujur dan kurang teliti memberikan data hasil
percobaan pada alat peraga yang digunakan
Skor 1 Peserta didik tidak jujur dan tidak teliti memberikan data hasil
percobaan pada alat peraga yang digunakan

Lembar observasi pada aspek psikomotor dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini:

Butir Aspek Psikomotor yang diamati


1, 2 Perencanaan Proyek
3, 4, 5 Pelaksanaan
6, 7 Kreativitas Proyek
8 Inovasi Proyek
9 Ketepatan Waktu Membuat Proyek
10 Hasil Proyek

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Ranah Psikomotor

Rincian skor penilaian untuk masing-masing aspek psikomotor yang diamati adalah
sebagai berikut:
1) Perencanaan pembuatan proyek
Skor 4 Peserta didik dalam kelompok aktif berdiskusi untuk merencanakan
pembuatan proyek dengan saling mengemukakan pendapat.
Skor 3 Peserta didik dalam kelompok aktif berdiskusi untuk merencanakan
pembuatan proyek dengan saling mengemukakan pendapat tetapi
masih ada satu atau dua peserta didik yang tidak mengemukakan
pendapat.
Skor 2 Peserta didik dalam kelompok kurang aktif diskusi untuk
merencanakan pembuatan proyek dengan saling mengemukakan
pendapat tetapi hanya ada satu atau dua orang peserta didik yang
mengemukakan pendapat lainnya hanya diam
Skor 1 Peserta didik tidak aktif dalam berdiskusi untuk merencanakan proyek.

2) Membuat perencanaan waktu pengerjaan proyek


Skor 4 Peserta didik dalam kelompok membuat perencanaan waktu
pengerjaan proyek secara cermat dan teliti.
Skor 3 Sebagian peserta didik dalam kelompok membuat perencanaan waktu
pengerjaan proyek secara cermat dan teliti.
Skor 2 Hanya beberapa peserta didik dalam kelompok yang membuat
perencanaan proyek secara cermat dan teliti.
Skor 1 Semua peserta didik dalam kelompok tidak membuat perencanaan
proyek secara cermat dan teliti.

3) Terampil dalam membuat alat peraga


Skor 4 Peserta didik dalam kelompok membuat sketsa dengan berbagi tugas
dan saling membantu.
Skor 3 Peserta didik dalam kelompok membuat sketsa dengan berbagi tugas
namun masih ada satu atau dua peserta didik yang tidak ikut membantu.

Skor 2 Peserta didik dalam kelompok membuat sketsa dengan berbagi tugas
namun sebagian besar tidak ikut membantu
Skor 1 Peserta didik dalam kelompok hanya bergantung pada peserta didik
yang bisa menggambar tampa memberikan bantuan.

4) Terampil dalam menyampaikan ide/saran dalam kelompok

Skor 4 Semua peserta didik dalam kelompok saling memberikan


saran/pendapat dalam penyelesaian proyek
Skor 3 Dalam kelompok, hanya ada satu atau dua orang peserta didik yang
tidak memberikan saran atau pendapatnya dalam penyelesaian proyek
Skor 2 Sebagian besar peserta didik dalam kelompok tersebut tidak
memberikan saran atau pendapat dalam penyelesaian proyek
Skor 1 Hampir semua peserta didik dalam kelompok tidak memberikan saran
atau pendapat dalam penyelesaian proyek

5) Terampil dalam mempresentasikan hasil proyek

Skor 4 Semua peserta didik dalam kelompok berperan dalam menampilkan


alat peraga
Skor 3 Dalam kelompok, hanya ada satu atau dua orang peserta didik yang
tidak berperan dalam menampilkan alat peraga
Skor 2 Sebagian besar peserta didik dalam kelompok tersebut tidak berperan
dalam menampilkan alat peraga
Skor 1 Hampir semua peserta didik dalam kelompok tidak berperan dalam
menampilkan alat peraga

6) Kreativitas alat peraga yang dibuat


Skor 4 Alat peraga dibuat dengan sederhana dan menarik
Skor 3 Alat peraga dibuat dengan sederhana dan kurang menarik
Skor 2 Alat peraga dibuat dengan sederhana dan tidak menarik
Skor 1 Alat peraga dibuat dengan tidak sederhana dan tidak menarik

7) Kreativitas bahan yang digunakan pada alat peraga


Skor 4 Bahan yang digunakan mudah diperoleh dan memiliki biaya yang
murah
Skor 3 Bahan yang digunakan mudah diperoleh dan memiliki biaya yang
mahal
Skor 2 Bahan yang digunakan sulit diperoleh dan memiliki biaya yang murah
Skor 1 Bahan yang digunakan sulit diperoleh dan memiliki biaya yang mahal

8) Inovasi alat peraga


Skor 4 Alat peraga memiliki inovasi yang sangat baik
Skor 3 Alat peraga memiliki inovasi yang baik
Skor 2 Alat peraga memiliki inovasi yang kurang baik
Skor 1 Alat peraga memiliki inovasi yang tidak baik
9) Ketepatan waktu dalam menyelesaikan proyek
Skor 4 Waktu pembuatan proyek diselesaikan tepat waktu
Skor 3 Waktu dalam pembuatan proyek diselesaikan dengan keterlambatan 1
hari.
Skor 2 Waktu dalam pembuatan proyek diselesaikan dengan keterlambatan 2
hari.
Skor 1 Waktu dalam pembuatan proyek diselesaikan dengan keterlambatan 3
hari.

10)Hasil proyek sesuai dengan perencanaan proyek


Skor 4 Hasil proyek yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan yang sudah
dibuat.
Skor 3 Hasil proyek yang dihasilkan sesuai dengan perencanaan yang dibuat
tetapi masih ada sedikit perbedaan dari rencana yang sudah dibuat
Skor 2 Sebagian dari proyek yang dibuat berbeda dari perencanaan
Skor 1 Hasil proyek berbeda dengan perencanaan yang sudah dibuat.

2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian digunakan untuk mengamati kejadian kejadian yang
terjadi selama proses pembelajaran peserta didik di kelas XI IPA SMA Negeri 17 Bungo yang
berlangsung pada setiap siklus.

3. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan sebagai penguat data yang diperoleh selama observasi.
Dokumen berupa dokumen tugas peserta didik, daftar nilai harian peserta didik, hasil ujian
peserta didik, dan dokumentasi berupa foto atau video saat pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis untuk mengetahui persentase
skor peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari hasil persentase dihitung peningkatan yang
terjadi terkait peningkatan hasil belajar peserta didik. Adapun teknik analisis data pada hasil
belajar ranah afektif dan psikomotorik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memberikan kriteria pemberian skor terhadap masing-masing aspek yang


diamati.
2. Menjumlahkan skor untuk masing-masing aspek yang diamati
3. Menghitung skor dengan rumus :

�����ℎ ���� ���� �����


���������� = ���� �������� �100

(Sugiyono, 2013:144)

Meningkatnya Hasil belajar


Psikomotor Peserta didik dalam
membuat alat peraga fisika sederha
DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta:Universitas Terbuka

Arikunto, Suharsimi. (2008).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Bermawy Munthe. (2009). Desain Pembelajaran . Yogyakarta: PT. Pustaka Insan


Madani.

Estiningsih, Elly. (1994). Penggunaan Alat Peraga dalam Pengajar Matematika


SD. Yogyakarta: PPPG Matematika

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran.


Bandung: PT. Refika Aditama.

Hamalik. (1991). Metode dan Kesulitan belajar. Bandung: Tarsito


Hamalik, Oemar. (2012). Proses belajar m engajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Kurnia, Ingridwati. (2008). Perkembangan Belajar Peserta Didik.. Jakarta: Dirjen
Dikti
Lapano, Nabisi. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti
Ngalimun. (2014). Strategi dan Model Pembelajaran. Sleman:
Aswaja Pressindo
Muh. Rais. (2010). Project Based Learning: Inovasi Pembelajaran yang
Berorientasi Soft s Kills . Makalan disajikan sebagai Makalah
Pendamping dalam Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya tahun 2010.
Surabaya: Unesa.

Muhammad Thabrani & Arif Mustofa. (2013). Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Purwanto. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Roseffendi. (1997). Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Universitas Terbuka

Sagala. Syaiful. (2011). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Siregar, Eveline & Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:

37
Ghalia Indonesia.
Sudjana. 1989. Cara Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Lembaga Penelitian IKIP Bandung
Sudjana, Nana (2011). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sukardi. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RnD. Bandung:
Alfabeta.
Trianto Ibnu Badar Al-Tabani. (2014) Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual . Jakarta: Prenadamedia Group.
Wena Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

37

Anda mungkin juga menyukai