Anda di halaman 1dari 4

Nama : Siti Nassirotun Nissa

NIM : 19250017
Jurusan : S1 Manajemen
Mata Kuliah : Prinsip Manajemen
Nama Dosen : Isman Perpadi, SE, MM

VUCA yang merupakan singkatan dari Volatility, Uncertainty,


Complexity dan Ambiguity merupakan gambaran situasi di dunia bisnis di masa
kini. Volatily adalah dinamika perubahan yang sangat cepat, Uncertainly diartikan sebagai
kurangnya prediktabilitas terhadap isu dan peristiwa yang terjadi, Complexity yaitu adanya
gangguan dan kekacauan yang mengelilingi setiap organisasi.
Sedangkan Ambiguity didefinisikan sebagai beban berat realitas dan makna yang berbaur dari
berbagai kondisi yang ada.
Banyak organisasi yang berjuang untuk tetap bertahan dan selaras dalam sifat VUCA
tersebut. VUCA world yang berpengaruh pada dunia bisnis ternyata berpengaruh secara
signifikan pada sumber daya manusia. Menurut Pambudi Sunarsihanto, Direktur Human
Capital Departemen Citibank Indonesia dalam acara DataOn 10th Annual Conference 2015
yang diadakan di Hotel Fairmont, Jakarta tanggal 1 April 2015 lalu, ketika praktisi HR
ditanyakan mengenai kesiapan mereka terhadap VUCA, mereka akan menjawab siap.
“Padahal kesiapan itu bukan hanya siap untuk dirinya sendiri, tetapi juga seluruh tim di
perusahaan,” papar Pambudi.
VUCA World rupanya menciptakan suatu tren baru yang penting untuk dipahami oleh
praktisi SDM dan pemimpin perusahaan masa kini. Ketika dulunya orang yang mencari
perusahaan untuk memberinya kerja, kini sebaliknya. Perusahaanlah yang mencari orang.
Saat dulunya, mesin, modal dan kondisi geografi menjadi sebuah keunggulan, maka
sekarang, karyawan yang bertalentalah keunggulan perusahaan. Talent yang dulunya hanya
berperan kecil terhadap keberhasilan bisnis, sekarang menjadi penentu perubahan.
Demikian juga dengan lowongan kerja. Pada masa lampau, lowongan kerja sangat langka.
“Namun sekarang yang langka bukanlah lowongan kerja tetapi justru talent yang berkualitas.
Sulitnya mendapatkan talent juga dibarengi dengan bergesernya loyalitas karyawan,” ujar
pria yang pernah menjabat sebagai Executive Vice President, Human Resources di
Telkomsel periode 2008 – 2010. Ia menambahkan, dahulu karyawan berpikir untuk berkarir
lama pada sebuah perusahaan. Kini, komitmen orang lebih bersifat short-term. Pada
umumnya mereka tidak loyal kepada perusahaan tetapi pada profesi.
Ia menegaskan, cara mengelola talent dalam menghadapi VUCA World adalah dengan tiga
hal yaitu sesuaikan gaya kepemimpinan Anda dengan kondisi, bedakan metode Anda dalam
mengembangkan para talent, dan perkuat proposisi nilai karyawan Anda. Menurut Pambudi,
dalam situasi yang penuh ketidakpastian tersebut, dibutuhkan kesiapan khusus untuk bisa
bertahan dalam kompetisi. “Yang bisa bertahan hidup itu bukanlah mereka yang besar dan
kuat. Karena dinosaurus pun punah. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu
menyesuaikan diri. Misalnya seperti kura-kura,” kata Pambudi mengutip kalimat Charles
Darwin, penemu teori evolusi.

Selain itu, ada hal yang harus dipersiapkan orang HR yaitu mempersiapkan seorang
pemimpin yang dapat membaca tren masa depan dan mampu menyesuaikan diri dengan
berbagai situasi, seperti yang telah dilakukan oleh Citibank saat ini. Sebagai pionir, Citibank
memang dikenal telah mencetak banyak sekali pemimpin di dunia. Di Indonesia, sudah
hampir 47 tahun Citibank Indonesia terus berupaya menanamkan mindset pada setiap orang
agar mengingatnya bukan sekadar bisnis semata, melainkan konsen dalam pengembangan
para pemimpin baru.

Leadership memang menjadi salah satu kunci dasar dari nilai-nilai budaya Citi. Dengan
kehadirannya di 1.000 kota di lebih dari 160 negara, Citibank berupaya mencapai visi
tersebut dengan memanfaatkan global network yang dipunyai. Citibank sendiri adalah bank
multinasional yang menjadi kepercayaan 495 perusahaan yang masuk Fortune 500,
berkomitmen untuk membentuk lebih banyak pemimpin masa depan, baik itu untuk
perusahaan, industri dan negara. “We develope a great leader for the company, for the
industry, and for the country,” ujar Pambudi seraya menambahkan bahwa semua harus
menjadi satu kesatuan yang utuh, tidak cukup hanya dengan melaksanakan attract, develop,
motivate, dan retain SDM.
Ketika pertama kali bergabung dengan Citibank, yang pertama kali ia tanyakan pada CEO
adalah what is you challenge? “Dan saya ingin tahu top 3 challenge-nya. Seandainya dia
menyebutkan SDM sebagai challenge, maka saya berada di perusahaan yang tepat. Kalau
tidak, sama saja bohong. Maka dari itu kami attract orang-orang terbaik. Karena good people
don’t need the job, but we are the one who need them,” katanya dengan tersenyum.
Karena jumlah bank yang ada di Indonesia saat ini mencapai 120, maka kebutuhan HR
Director, Risk Director dan lain-lain harus berjumlah sama yaitu 120. “Padahal talentnya
hanya segitu-gitu saja. Karena itu mempertahankan dan mengelola talent menjadi kunci
sukses,” tandasnya. Hal ini tidak bisa dilihat sebagai one piece of puzzle, harus dilihat sebagai
satu kesatuan.
Dampak VUCA

Tranformasi terus terjadi di segala bidang dan hal tersebut berpengaruh pada dunia
bisnis. Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu tantangan yang harus dihadapi di
depan mata adalah VUCA world.

VUCA atau Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity merupakan


gambaran situasi dunia bisnis saat ini. Volatility didefinisikan sebagai perubahan
yang sangat cepat, Uncertainty adalah kesulitan bagi kita untuk memprediksi
kejadian atau peristiwa yang akan terjadi di masa depan, Complexity menyiratkan
bauran antara isu dengan chaos yang terjadi di organisasi semakin beraneka ragam,
sementara Ambiguity adalah kaburnya antara realitas dengan makna-makna bauran
dari berbagai kondisi yang ada.

VUCA world yang berpengaruh pada dunia bisnis, mau tak mau juga akan
berpengaruh pada bidang sumber daya manusia. Bahkan, pengaruhnya bisa
dikatakan sangat signifikan. Lalu siapkah departemen sumber daya manusia
menghadapi VUCA World?

“Ketika ditanya siap atau tidak, biasanya praktisi HRD akan serempak bilang siap.
Padahal kesiapan itu bukan hanya siap dirinya sendiri, tetapi juga seluruh tim di
perusahaan. Jadi, jangan buru-buru berkata ‘siap’, coba tanyakan dulu kepada para
talent di perusahaan Anda!”, demikian seloroh dari Pambudi Sunarsihanto,
Direktur Human Capital Department dari Citibank Indonesia dalam Annual
Conference DataOn yang diselenggarakan di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta
(1/4).

VUCA world rupanya menciptakan suatu tren baru yang penting untuk dipahami
oleh praktisi SDM dan pemimpin perusahaan masa kini. Ketika dulunya
orang/kandidat yang mencari perusahaan untuk memberinya kerja, kini sebaliknya.
Perusahaanlah yang mencari orang. Saat dulunya, mesin, modal dan kondisi
geografi menjadi sebuah keunggulan, maka sekarang, karyawan yang bertalentalah
keunggulan perusahaan. Talent yang dulunya hanya berperan kecil terhadap
keberhasilan bisnis, sekarang menjadi penentu perubahan.

Demikian juga dengan lowongan kerja. Pada masa lampau, lowongan kerja sangat
langka. Namun sekarang yang langka bukanlah lowongan kerja tetapi justru talent
yang berkualitas. Sulitnya mendapatkan talent juga dibarengi dengan bergesernya
loyalitas karyawan. Dulunya, karyawan berpikir untuk berkarya long-term pada
sebuah perusahaan. Kini, komitmen orang lebih bersifat short-term. Pada
umumnya mereka tidak loyal kepada perusahaan tetapi pada profesi.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian tersebut, dibutuhkan kesiapan khusus
untuk bisa bertahan dalam kompetisi. Mengutip dari petikan kata Charles Darwin,
seorang ahli evolusi, Pambudi menegaskan,

“Yang bisa bertahan hidup itu bukanlah mereka yang besar dan kuat. Karena
dinosaurus pun punah. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu
menyesuaikan diri. Seperti umpamanya adalah kura-kura.”

Seperti yang telah dilakukan oleh Citibank, perusahaan tempatnya berkarya, yang
perlu dipersiapkan praktisi HR adalah pemimpin yang dapat membaca tren masa
depan dan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi. Saat ini, Citibank
memang telah mencetak banyak sekali pemimpin, termasuk di antaraya adalah
pemimpin perusahaan global. Citibank sendiri, bank multinasional yang menjadi
kepercayaan 495 perusahaan yang masuk Fortune 500, berkomitmen untuk
membentuk lebih banyak pemimpin masa depan, baik itu untuk perusahaan,
industri dan negara.

Anda mungkin juga menyukai