Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi epidemi di dunia. Di

tingkat global diperkirakan terdapat 10 juta kasus TBC baru atau setara

dengan 133 kasus per 100.000 penduduk, dimana 56 % dari jumlah tersebut

tinggal di India, Cina, Indonesia , Filipina, dan Pakistan. Indonesia telah

melakukan upaya penanggulangan TBC yang cukup besar dlam beberapa

tahun terakhir, dan World Health Organization (WHO) memperkirakan

insiden TBC di Indonesia tahun 2017 adalah sebesar 842.000 atau 319 per

100.000 penduduk. Angka insidensi tersebut mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan tahun 2016, yaitu 322 per 100.000 penduduk.

Sementara itu, kematian akibat TBC diperkirakan sebesar 40 per 100.000

penduduk atau 14 kasus kematian per jam.

Berdasarkan arahan dalam pidato Bapak Presiden RI pada pembukaan

Rapat Kinerja Kesehatan Nasional tahun 2017, yang menyatakan bahwa

masalah – masalah seperti angka kematian, angka kemiskinan, dan penyakit

yang masih terjadi belakangan ini, antara lain demam berdarah dan TBC,

harus diselesaikan jika Indonesia mau berkompetisi dengan Negara lain.

Sehubungan dengan hal tersebut sudah saatnya penanggulangan TBC

menjadi program nasional dimana semua pihak harus terlibat dn

memberikan kontribusi untuk mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030.

Oleh karena itu, setiap tahun diperingati Hari Tuberkulosis Sedunia pada

tanggal 24 Maret. Pada tahun 2019 ini, peringatan Hari Tuberkulosis

Sedunia mengambil tema “Its time......”. Sementara itu, sejalan dengan

Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) melalui Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Indonesia mengambil tema

peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia Tahun 2019 yaitu “ Saatnya Indonesia


2

Bebas TBC, Mulai dari Saya”, dengan aksi Temukan Tuberkulosis Obati

Sampai Sembuh (TOSS TBC).

RS Bethesda merupakan salah – satu Rumah Sakit Swasta di DIY

Yogyakarta, dan merupakan Rumah Sakit peninggalan Kolonial Belanda

yang berumur ± 120 tahun. Untuk penanggulangan TB sendiri, RS Bethesda

sudah bergabung dengan DOTS sejak dicetuskannya DOTS tahun 2000.

Cakupan angka keberhasilan pengobatan TB dari tahun 2016 (85%), tahun

2017 (89%) dan tahun 2018 (74%) untuk TB dewasa, dengan target

kesembuhan (85%). Untuk cakupan pasien TB RO dari tiga tahun terakhir

mengalami peningkatan setiap tahun. Cakupan TB anak tidak ditemukan

adanya pencatatan dan pelaporan. Beberapa kesenjangan yang terjadi

disebabkan karena pencatatan dan pelaporan tidak makasimal. Aur

pelayanan belum sesui standa, pencatatan di lab tidak maksimal, dan logistic

dalam hal pengobatan masih dalam bentuk obat lepas.

Supervisi adalah Kegiatan yang sistematis untuk meningkatkan kinerja

petugas dengan mempertahankan kompetensi dan motivasi petugas yang

dilakukan secara langsung.

B. Tujuan Supervisi

Tujuan Supervisi untuk meningkatkan kinerja petugas,melalui suatu

proses yang sistematis dengan:

1. Peningkatan pengetahuan petugas.

2. Peningkatan keterampilan petugas.

3. Perbaikan sikap petugas dalam bekerja.

4. Peningkatan motivasi petugas.


3

BAB II

HASIL KEGIATAN SUPERISI

A. Jenis Kegiatan

Ada beberapa jenis Kegiatan supervisi yang dilakukan di RS Bethesda

dalam upaya peningkatan kinerja pengelola program TBC selama supervisi

adalah :

1. Observasi,

2. Diskusi,

3. Bantuan Teknis,

4. Bersama-sama mendiskusikan permasalahan yang ditemukan ,

5. Mencari pemecahan permasalahan bersama-sama,dan

6. Memberikan laporan berupa hasil temuan serta memberikan

rekomendasikan dan sarana perbaikan.

B. Temuan – Temuan

1. Keberhasilan

Dari 5 UPK yang dikunjungi pada saat supervisi triwulan 2 tahun

2019 pada umumnya sudah memperlihatkan kinerja petugas yang baik .

2. Kekurangan

a. CDR Kab.Mamasa sampai dengan TW 2 Tahun 2019 masih kurang

dari 70 %.

b. 80 % UPK dalam pengambilan dahak dan pembuatan sediaan apusan

belum sesuai dengan standart mutu.

c. Adanya mutasi pengelola TB

d. 100 % pengelola TB mempunyai tugas rangkap

e. Ada beberapa UPK yang mempunyai Mikroskop dalam tahap

perbaikan

f. Sebagian pengelola TBC di UPK mengharapkan ketersediaan rak

pewarnaan dan lampu spritus.


4

C. Penyebab Masalah

1. Kurangnya pemahaman Petugas TB UPK tentang pentingnya

Pemeriksaaan Follow Up dan Pemeriksaaan pada akhir pengobatan

penderita.

2. Jarak yang jauh antara PS dengan PRM.

3. Keterampilan petugas dalam pembuatan preparat sediaan yang baik

masih kurang.

4. Penemuan Pasien TB dilakukan secara pasif tetapi tidak diikuti dengan

promosi yang aktif

D. Lampiran

1. Check List Supervisi

2. Resume Hasil Supervisi


5

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Melalui supervisi ke setiap wilayah kerja Puskesmas sangat berpengaruh

terhadap pengelolah dalam meningkatkan mutu dan kinerja yang berkualitas

demi tercapainya target eliminasi TBC di Kabupaten Mamasa pada

khususnya dan Sulawesi Barat pada umumnya.

B. Saran

1. Menjelaskan tentang pentingnya pemeriksaan follow up bagi pasien TB

2. Aktif promosi dilakukan secara terus menerus.

3. Melakukan penjaringan ke setiap wilayah puskesmas dengan bekerja

sama dengan perangkat pemerintah dalam hal ini, melalui Camat, Lurah

dan Kepala Desa.

C. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

1. Actif Promotive Case Finding

2. Pelatihan / refresing ( peningkatan kapasitas pengelola )

3. Supervisi Intensif.

Anda mungkin juga menyukai