Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

Fisika
Bangunan
Bangunan Hijau

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK DisusunOleh

15
Fakultas Teknik Program MK 10230 Dr.Ir.M. Syarif Hidayat, M.Arch.
Studi Arsitektur

Abstract Kompetensi
Mata kuliah ini membahas tentang Setelah mengikuti mata kuliah ini
keterlibatan kinerja lingkungan ruang diharapkanan dapat menjelaskan
dalam (indoor environ mental prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
performance) dalam perancangan kenyamanan termal, audio,
arsitektur sehingga akan tercapai penganggulangan kebisingan, dan
produktifitas kerja yang dilakukan kenyamanan visual serta dapat
melalui kenyamanan termal, audio, menganalisis secara sederhana
kenyamanan dari kebisingan, terhadap sebuah bangunan
penglihatan dan kebersihan udara
ruangan
1. Pengenalan

MINGGU KE 15

1.1 Latar Belakang

Lingkungan perkotaan sudah menjadi hal yang penting dan mendesak untuk dikelola secara lebih
baik karena pada saat ini hampir 50% populasi terkonsentrsi di wilayah perkotaan, dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 60% pada tahun 2030. Kondisi itu akan menimbulkan
dampak besar terhadap tidak hanya pada aspek sosial dan ekonomi, namun tentu saja terhadap
lingkungan juga. Dengan begitu besarnya jumlah penduduk perkotaan, maka jumlah limbah yang
mencemari lingkungan pasti semakin besar.

Sementara itu, dengan dibangunnya permukiman dan kawasan bisnis baru berakibat langsung
terhadap semakin sempitnya ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan. Oleh karena itu,
tantangan untuk menjadikan kawasan perkotaan sebagai tempat yang nyaman untuk tinggal (fit to
live in) dan mewujudkan kota yang bersih dan hijau (clean and green cities) merupakan isu global
yang harus sama-sama kita pikirkan solusinya kedepan, baik oleh Pemerintah maupun
Pemerintah Daerah.

Sebagai konsekwensi logis dari pembangunan tersebut, maka kebutuhan akan pasokan
energi, air bersih dan material untuk pembangunan akan semakin meningkat pula. Menurut
YLKI Indonesia dapat mengalami krisis listrik apabila pemerintah tidak menangani masalah
ini secepatnya (bbc.co.uk, 2014). Hal ini disebabkan terdapat peningkatan kebutuhan listrik
yang tajam. Oleh sebab itu perlu diadakan pemadaman secara bergiliran. Selain itu,
permasalahan kekurangan energi listrik tersebut disebabkan kesadaran untuk menghemat
penggunaan energi di Indonesia masih kurang. Banyak bangunan, terutama gedung-gedung
bertingkat, yang ada di kota-kota besar di Indonesia seperti halnya Jakarta di rancang tanpa
mempedulikan kondisi iklim setempat (Tri Harso Karyono, 2001). Misalnya bangunan di
balut sebagian/seluruhnya dengan dinding kaca tanpa diberi penghalang terhadap
masuknya radiasi panas matahari.

Selain masalah energi listrik, masalah lain yang sangat serius adalah masalah pasokan air
bersih. Kebutuhan sumber air bersih untuk proses pembangunan maupun untuk operasional
bangunan cukup besar, sehingga dibutuhkan pasokan air yang cukup besar. Pasokan air

2012 FisikaBangunan
2 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk bangunan dilakukan melalui dua cara, pertama melalui jaringan air PAM dan kedua
sumber air tanah. Pemanfaatan sumber air tanah yang berlebihan dapat menyebabkan
keseimbangan air tanah berubah, maka interupsi air laut akan terjadi. Menurut catatan, ada
indikasi air laut sudah mulai merembes jauh ke wilayah daratan (Darundono, 2009). Selain
itu, pemanfaatan air bawah yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya permukaan
tanah di atasnya bahkan bisa lebih rendah dari permukaan laut. Pada sisi lain, banjir yang
seringkali menghiasi kota Jakarta setiap tahun, tidak dapat dimanfaatkan untuk menambah
cadangan air tanah. Hal ini disebabkan sedikit sekali Ruang Terbuka Hijau (RTH) ataupun
ruang antara bangunan yang bisa meresapkan air hujan.

Masalah berikutnya yang juga serius adalah masalah pembuangan sampah. Aktivitas rumah
tangga, pasar, dan lainnya di Provinsi DKI Jakarta merupakan penyumbang terbesar
timbunan sampah seberat 600.000 ton setiap harinya..Sampah sebanyaknya itu, menurut
Korel, petugas penyuluh Dinas Kebersihan DKI Jakarta, persentasi sampah terbesar
disumbang oleh rumah tangga, yaitu sebesar 52,97 %, sementara pasar 4 %, sekolah 5,32
%, dan selebihnya perkantoran serta industri. (Kompas, 16 Juni 2009). Dari data ini dapat
dihitung konstribusi sampah dari perkantoran dan industri sebesar 37.71 %. Bukan suatu
angka yang sedikit. Disebabkan oleh sampah inilah berbagai sampak lingkungan muncul,
seperti polusi udara, air dan tanah. Dan disebabkan oleh sampah ini pula, banjir selalu
terjadi di Jakarta.

Demikian juga halnya dengan material untuk pembangunan, Bangunan banyak


mengkonsumsi material selama pembangunan (Luigy Aditya Permana, 2008). agar pasokan
tetap stabil, maka esksploitasi sumber daya alam pun tetap dilakukan seperti penambangan
pasir dan proses produksi semen. Pada saat pembangunan dan pengoperasian bangunan,
tidak sedikit pula bangunan menghasilkan limbah dan polusi dan berdampak pada
lingkungan, seperti buangan sampah bekas pembangunan, kemudian limbah padat dan cair.
Properti, sebagai aset berupa bangunan yang mencakup proyek komersial, industrial
maupun residensial, merupakan salah satu pengguna energi terbesar sekaligus sebagai
penghasil emisi gas buang terbesar.

Apabila pembangunan ini dilakukan tidak melalui pemikiran yang cermat dalam hal sumber daya,
energi yang digunakan dan dampak terhadap lingkungannya maka kehidupan perkotaan pada
masa yang akan datang menghadapi masa yang suram. Energi yang berkekurangan, sumber
daya air yang kurang dan tercemar, limbah padat yang tidak terkendali akan dihadapi oleh seluruh
lapisan masyarakat.

Permasalahan yang terjadi di wilayah perkotaan tersebut diatas memberikan ilustrasi akibat

2012 FisikaBangunan
3 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
perkembangan dan pertumbuhan perkotaan yang secara langsung terkait kepada pengelolaan
lingkungan perkotaan. Oleh karena itu diperlukan penanganan yang serius dari Pemerintah,
khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengenai isu global dalam pengelolaan lingkungan
perkotaan.

Konsep pembangunan bangunan hijau (green building) menawarkan konsep pembangunan


berkesinambungan untuk kepentingan kesejahteaan manusia pada masa yang akan datang.
Green building adalah sebuah konsep untuk meningkatkan efisiensi sumber daya yang
dibutuhkan untuk sebuah gedung, rumah atau fasilitas lainnya. Sumber daya yang dimaksud
adalah energi, air, dan material-material pembentuknya. Diharapkan dampak negatif bangunan
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dapat dikurangi pada tahap perencanaan,
pelaksanaan (konstruksi), operasional dan perawatan. Makalah ini akan melihat pembangunan
gedung yang telah dilakukan masyarakat ditinjau dari kaca mata pembangunan menurut
Greenship.

Sustainable Green Building merupakan salah satu topik hangat pembicaraan akhir akhir ini
seiring dengan topik Global Warming. Global warming merupakan fenomena alam yang
membuat bumi berperilaku seperti rumah kaca yang menangkap dan menahan sinar
matahari. Penyebab efek rumah kaca adalah Gas CO2 yang membuat bumi semakin panas
secara perlahan lahan.Hal itu memaksa negara negara didunia untuk melakukan
penghematan energi dan pemeliharaan lingkungan untuk menjaga kondisi bumi agar lebih
baik setidaknya tidak bertambah buruk.

Dengan penerapan konsep green building ini diharapkan bangunan-bangunan gedung di


Indonesia (Jakarta) menjadi bangunan gedung yang hemat energi dan ramah lingkungan.

Konsep green building juga telah diterapkan di beberapa negara seperti Australia,
Singapura, Malaysia dan lain-lain. Jakarta sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia
juga harus meresponnya. pembangunan secara nasional menyebabkan banyak terdapat
bangunan gedung tinggi. Akibatnya sektor bangunan gedung tersebut menjadi salah satu
pengguna energi yang akan menimbulkan efek rumah kaca sangat besar sehingga
diperlukan berbagai upaya untuk mengendalikannya.

Setiap bangunan gedung di DKI harus menerapkan konsep green building sebagai salah
satu upaya untuk mengendalikan penggunaan energi dan menciptakan bangunan gedung
yang ramah lingkungan. Berbagai penelitan menyimpulkan bahwa bangunan-bangunan
hijau cepat mengurangi emisi panas akibat efek rumah kaca dan tidak menimbulkan biaya
besar jika dibandingkan metode lainnya, Jakarta sebagai salah satu kota besar dunia perlu
merespon green building ini dalam sebuah produk hukum berupa peraturan gubernur baik

2012 FisikaBangunan
4 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pada bangunan baru maupun perubahan-perubahan bangunan lama. penerapan konsep
green building dimaksudkan agar setiap pembangunan gedung itu tidak merusak lingkungan
atau menimbulkan kerusakan, menggunakan sumber daya minimal, dan jika memiliki
limbah selama operasionalnya dapat didaur ulang agar dapat digunakan kembali.

Konsep green building akan lebih bermakna dilakukan pada kegiatan yang lebih dulu
seperti perencanaan tata ruang kota. Green building juga akan lebih bermakna diterapkan
pada bangunan-bangunan skala besar baik prasarana layanan umum, perkantoran, atau
perumahan,prasarana dalam skala besar tersebut, fenomena-fenomena besar ikutan
lainnya seperti pembangkitan volume lalu lintas, pembangkitan volume sampah, serta
pembangkitan kemungkinan banjir. (jakarta.go.id/rmb)

Tingkat kesadaran global mengenai lingkungan hidup dan perubahan iklim, khususnya
dalam bidang arsitektur dan lingkungan, pada beberapa tahun belakangan ini meningkat
dengan tajam. Gerakan hijau yang tengah berkembang pesat saat ini tidak hanya bertujuan
untuk melindungi sumber daya alam, tetapi juga diimplementasikan sebagai upaya efisiensi
penggunaan energi serta meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar. Hal ini tentu sangat
bermanfaat apabila dilakukan secara merata dan berkelanjutan, khususnya di Indonesia
yang notabene adalah negara yang sedang berkembang. Sosialisasi terhadap upaya-upaya
adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim terus dilakukan Pemerintah Indonesia, tetapi
tidak semua elemen masyarakat sudah mengetahui dan paham mengenai kedua hal
tersebut. Terbukti dari merebaknya SBS (sick building syndrome) pada bangunan-bangunan
Indonesia. Bentuk solusi yang menjadi pilihan adalah dengan menerapkan konsep Green
Architecture, atau Green Building yang kini sudah dijalankan oleh pemerintah, Apa
sebenarnya makna dari kedua konsep tersebut? Bagaimana Kriterianya? serta seperti apa
bentuk kepedulian serta peran dari masyarakat dan pemerintah?

Kementrian pekerjaan umum mulai mewujudkan konstruksi berkelajutan diindonesia,


sebagaimana kesepakatan pemerintah RI pada konferensi tingkat tinggi iklim (Climmate
Summit) yang dihadiri oleh negara negara berkembang di copenhagen pada tahun 2009.

NO NEGARA TARGET

1 BRASIL Mengurangi emisi 36,1% - 38,9% pada 2020

2 CINA Mengurangi intensitas carbon 40-45 % pada 2020 level


emisi thn 2005

2012 FisikaBangunan
5 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3 INDIA Mengurangi intensitas emisi 20 – 25 % pada 2020 level
emisi thn 2005

4 INDONESIA Mengurangi emisi 26 % pada thn 2020 dan 41%


dengan bantuan international

5 MEXICO Mengurangi emisi 50% pda thn 2050 dari level thn
2000

6 SINGAPURA Mengurangi emisi 16% pada thn 2020

7 AFRIKA Mengurangi emisi 34% pda thn 2020 dan 42% pda thn
SELATAN 2025

Tabel 1.1 Hasil konferensi tingkat tinggi iklim (climmate summit)

Kesadaran akan pentingnya green building tersebut, mengingat kecendrungan pembangunan


proyek proyek infrastruktur mengubah kondisi dan fungsi alam. Mengkomsumsi dan
menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Dengan demikian praktek-praktek
penyelenggaraan green building yang lebih efisien dan ramah lingkungan diharapkan akan
memberi manfaat ekonomi,sosial,dan lingkungan.

2.1. Pengertian Green Building

Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebagai pemahaman dasar dari arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang
terdapat didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam segi
arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga diterapkan di sekitar lingkungan
kita. Yang paling ideal adalah menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan
lahan hijau, membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall. Dinding
bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi tanaman merambat. Tujuan
utama dari green architecture adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan,
arsitektur alami, dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan
dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang
mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan. Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata

2012 FisikaBangunan
6 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai
dikembangkan oleh berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau (green building).

adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap


lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih
sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam
secara efisien dan optimal.

Hal ini telah dilakukan dengan pemanfaatan kondisi lingkungan dengan bukaan yang
optimal. Saat ini jarang ditemukan contoh bangunan yang menggunakan pendekatan green
architecture. Untuk itu mungkin perlu melihat balik kepada arsitektur vernakular yang
banyak mendukung pendekatan green architecture. Namun perlu disadari bahwa
mendesain bangunan dengan pendekatan green architecture bukan berarti kembali kepada
tradisi tersebut. Hanya sikap terhadap pemilihan material dan sumbernya saja dari
pendekatan arsitektur vernakular yang perlu diakomodasi di masa depan.

Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat
keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem
utilitas yang sangat baik.

Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan
diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang. Dalam jangka panjang,
biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga dengan manfaat
sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek
yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup

Dalam arsitektur ada banyak jalan sehingga bangunan dapat dikatakan “green” dan
merespon terhadap masalah pertumbuhan lingkungan. Penyediaan energi yang tidak
memadai di negara tropis (salah satunya penghentian arus listrik secara periodik) dan
meningkatnya harga tinggi di seluruh dunia merupakan tuntutan akan bangunan yang
sesuai dengan iklim, tanpa penyejuk udara mekanis.

Prinsip-prinsip Green Architecture

1. Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan


penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi
alam sekitar lokasi bangunan ).

2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus


berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.

2012 FisikaBangunan
7 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan
sumberdaya alam yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat
digunakan di masa mendatang/ Penggunaan material bangunan yang tidak
berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.

4. Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan


tersebut / Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai
merusak kondisi tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai,
tapak aslinya masih ada dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).

5. Merespon keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang
bangunan harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua
kebutuhannya.

6. Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism


: Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan
bangunan kita.

Sifat – sifat bangunan berkonsep green architecture

A.Sustainable ( Berkelanjutan ).

 Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring
zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya
perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.

B. Earthfriendly ( Ramah lingkungan ).

 Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green


architecture apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud
tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan
terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh
karena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap
lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya.

C. High performance building.

 Bangunan berkonsep green architecture mempunyai satu sifat yang tidak kalah
pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building”.
Mengapa pada bangunan green architecture harus mempunyai sifat ini? Salah satu
fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan

2012 FisikaBangunan
8 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
energi yang berasal dari alam (Energy of nature) dan dengan dipadukan dengan
teknologi tinggi (High technology performance). Contohnya :

1). Penggunaan panel surya (Solar cell) untuk memanfaatkan energi panas matahari
sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.

2.) Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi –
konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung
konsep green architecture.

1.1 PENGERTIAN

Menurut Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat (US Environmental Protection


Agency) Green Building didefinisikan sebagai sebuah perencanaan dan perancangan
bangunan melalui sebuah proses yang memperhatikan lingkungan dan menggunakan
sumber daya secara efisien pada seluruh siklus hidup bangunan dari mulai pengolahan
tapak, perancangan, pembangunan, penghunian, pemeliharaan, renovasi dan perubuhan
bangunan (US EPA, 2006). Konsep ini merupakan pengembangan dari metoda
perencanaan yang sebelumnya yang sudah mempertimbangkan aspek ekonomi, utilitas,
keandalan dan kenyamanan. Green Building juga dikenal sebagai bangunan sustainabel
atau bangunan dengan kinerja tinggi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sebuah proyek green building
mempertahankan dan menjaga habitat untuk mempertahankan kehidupan dan menjadi
penghasil sumber daya, bahan, energi dan air. Green building adalah satu pembangunan
dan operasi langgeng yang menjamin lingkungan sehat, dan juga mewakili penggunaan
tanah, air, energi dan sumber daya yang paling efisien serta sedikit mengganggu
lingkungan. Solusi desain yang optimal adalah salah satu yang efektif menyamai semua
sistem alam dan kondisi sebelum tapak dikembangkan.

Fakta menunjukkan bahwa lingkungan binaan mempunyai dampak yang luas


terhadap lingkungan alam, kesehatan manusia, dan ekonomi. Oleh karena itu dengan
mengadopsi strategi green building, kita dapat memaksimalkan baik kinerja ekonomi
maupun lingkungan. Metoda pembangunan green dapat diintegrasikan dengan bangunan
pada berbagai tahap, dari mulai perancangan dan pembangunan, sampai kepada renovasi
hingga kepada perobohan bangunan. Apabila strategi green building diintegrasikan pada
tahap awal proyek, maka keuntungan penting akan didapat. Potensi keuntungan green
building dapat meliputi:

 Manfaat terhadap lingkungan

2012 FisikaBangunan
9 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
- Meningkatkan dan melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati
- Meningkatkan kualitas air dan udara
- Mengurangi limbah padat
- Melestarikan sumber daya alam

 Manfaat terhadap ekonomi:

- Mengurangi biaya operasional


- Meningkatkan nilai aset dan laba
- Meningkatkan produktivitas dan kepuasan karyawan
- Siklus-hidup mengoptimalkan kinerja ekonomi

 Keuntungan terhadap kesehatan dan komunitas:

- Meningkatkan kualitas udara, termal, dan akustik lingkungan


- Meningkatkan kenyamanan dan kesehatan penghuni
- Mengurangi tekanan pada infrastruktur lokal
- Berperan terhadap keseluruhan kualitas hidup

1.2 VARIABEL BANGUNAN HIJAU

Menurut Greenship (2009) bangunan hijau memiliki lima variable, yaitu :

a. Pembangunan Tapak yang tepat


b. Efisiensi dan Konservasi Energi
c. Konservasi Air
d. Sumber Daya dan Siklus Material
e. Kesehatan dan Kenyamanan Ruangan
f. Manajemen Lingkungan Bangunan

Berikut ini akan dijelaskan prinsip, lingkup dan permasalahan yang terdapat dalam
parameter tersebut.

A. Pembangunan Tapak yang tepat

Prinsip utama dari tapak yang tepat adalah minimalkan sistem perkotaan yang
terpencar dan mengurangi pengembangan pada kawasan yang bernilai, habitat dan ruang
terbuka hijau, yang diakibatkan pembangunan yang tidak efisien. Perlu didorong
pembangunan dan penataan kota yang lebih kompak, serta peningkatan vitalitas kota
dengan tujuan untuk mempertahankan ruang terbuka hijau. Hal-hal yang berkaitan dengan

2012 FisikaBangunan
10 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan tapak, seperti sumber air tanah, saluran air hujan, kemiringan tapak, potensi tapak
dan sebagainya tempat dilakukannya perencanaan, pembangunan sampai kepada
pemanfaatan bangunan apabila sudah jadi.

B. Efisiensi dan Konservasi Energi

Masalah energi dan atmosfir pada dasarnya melakukan penghematan energi dengan
tujuan meminimalkan berbagai dampak terhadap lingkungan, seperti udara, air, tanah, dan
sumber alam, melalui perencanaan tapak dan perancangan bangunan yang optimal,
pemilihan material, dan pengukuran penghematan energi secara aktif. Dengan melakukan
ini diharapkan bangunan dapat mencapai kinerja yang baik. Perlu terus dilakukan upaya
untuk menggunakan energi yang dapat diperbarui dan sumber lain yang berdampak rendah
terhadap lingkungan.

C. Efisiensi Air

Efisiensi air dimaksudkan untuk melindungi siklus air alami melalui perancangan
tapak dan bangunan sehingga paling tidak mendekati sistem tata air sebelum
pembangunan. Perlu diberi penekanan khusus pada penyimpanan air luapan dan
penyerapan air pada tapak serta penyerapan kembali air tanah sehingga mendekati sistem
alami. Perlu upaya-upaya untuk meminimalkan penggunaan air bersih (air hasil olahan)
untuk hal-hal yang tidak perlu dan tidak efisien pada tapak. Perlu terus memaksimalkan daur
ulang dan penggunaan kembali air, seperti yang berasal dari tampungan air hujan, air banjir
dan air kotor.

D. Sumber Daya dan Siklus Material

Material dan sumber daya pada dasarnya bertujuan untuk meminimalkan


penggunaan material konstruksi yang tidak dapat diperbarui, dan sumber-sumber lain
seperti energi dan melalui rekayasa, perancangan, perencanaan dan konstruksi yang efisien
serta daur ulang dari puing bangunan. Maksimalkan penggunaan material yang telah
digunakan, dengan kandungan daur ulang. Konsep ini diterapkan terutama pada aktifitas
renovasi bangunan.

E. Kesehatan dan Kenyamanan Ruangan

Kualitas Udara dalam Ruangan berkaitan dengan tata kelola keadaan lingkungan
fisik/ termal udara dalam ruangan yaitu suhu udara, kelembaban udara, suhu radiasi rata-

2012 FisikaBangunan
11 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
rata, ventilasi udara dan kebersihan udara sehingga menciptakan suasana kondusif bagi
para pemakai ruangan untuk bekerja secara nyaman.

Isu tentang kualitas ruangan ini mendorong peningkatan kenyamanan dalam


bangunan, produktifitas dan kesehatan para pemakai bangunan melalui peningkatan
kualitas udara ruangan, memaksimalkan cahaya alami ruangan interior, memberi
kesempatan pemakai bangunan untuk mengendalikan sistem pencahayaan dan
kenyamanan termal disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensinya, dan meminimalisir
para pemakai bangunan terhadap polutan berbahaya, seperti volatile organic compounds
(VOC) yang terdapat dalam adhesif dan cat pelapis dan urea dalam produk kayu komposit.

Kualitas udara dalam ruangan pada dasarnya adalah menyediakan lingkungan


ruangan yang sehat, nyaman, dan produktif bagi penghuni bangunan dan pengunjung.
Selain itu juga sediakan perancangan bangunan dan mempu menghasilkan kondisi terbaik
dalam hal kualitas udara ruangan, ventilasi, kenyamanan termal, dan akses ventilasi alami
dan pencahayaan alami serta pengendalian akustik lingkungan.

F. Manajemen Lingkungan Bangunan

Pemisahan sampah sederhana di gedung yang akan menyederhanakan proses daur


ulang mendapatkan poin tambahan. Dua kriteria untuk mendorong pengurangan limbah
konstruksi dan pengelolaan sampah termasuk bagaimana sampah harus dikelola. Kehadiran
GREENSHIP Professional selama proses desain akan memberikan kontribusi nilai positif.
Operasi yang sebenarnya dari perencanaan awal harus disertai dengan komisioning sistem
yang baik dan benar. Penyampaian data bangunan hijau, penerapan prinsip-prinsip green
building untuk kegiatan fit-out dan survei perilaku pengguna bangunan akan memberi Anda
lebih banyak poin untuk kategori ini

Untuk mengurangi penggunaan energi operasi, penggunaan jendela yang se-efisiensi


mungkin dan insulasi pada dinding, plafon atau tempat masuknya aliran udara ke dalam
bangunan gedung. Strategi lain desain bangunan surya pasif, sering dilaksanakan di rumah-
rumah rendah energi. Penempatan jendela yang efektif (pencahayaan) dapat memberikan
cahaya lebih alami dan mengurangi kebutuhan penerangan listrik di siang hari. Adapun
manfaat apabila kita menerapkan konsep Green
Building adalah :
 Bangunan lebih awet dan tahan lama, dengan perawatan minimal
 Efisiensi energi menyebabkan pengeluaran uang lebih efektif
 Bangunan lebih nyaman untuk ditinggali

2012 FisikaBangunan
12 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Mendapatkan kehidupan yang sehat
 Ikut berperan serta dalam kepedulian terhadap lingkungan

Efisiensi energy pada bangunan Green Building merupakan salah satu bentuk respon
masyarakat dunia akan perubahan iklim. Praktek „Bangunan Hijau‟ ini mempromosikan
bahwa perbaikan perilaku (dan teknologi) terhadap bangunan tempat aktivitas hidupnya
dapat menyumbang banyak untuk mengatasi pemanasan global. Bangunan/gedung adalah
penghasil terbesar (lebih dari 30%) emisi global karbon dioksida, salah satu penyebab
utama pemanasan global. Saat ini Amerika, Eropa, Kanada dan Jepang mengkontribusi
sebagian besar emisi gas rumah kaca, namun situasi akan berubah secara dramatis di
masa depan. Pertumbuhan penduduk di Cina, India, Asia Tenggara, Brazil dan Rusia
menyebabkan emisi CO2 bertambah dengan cepat. Pembangunan di Indonesia
meningkatkan kontribusi CO2 secara signifikan. Hal ini akan memperburuk kondisi
lingkungan Indonesia pun kondisi lingkungan global. wacana GBC Indonesia
menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat
penilaian khas Indonesia yang disebut GREENSHIP GREEN BUILDING COUNCIL
INDONESIA

2.2 Pelaksanaan Green building di indonesia

Tingkat kesadaran global mengenai lingkungan hidup dan perubahan iklim,


khususnya dalam bidang arsitektur dan lingkungan, pada beberapa tahun belakangan ini
meningkat dengan tajam. Gerakan hijau yang tengah berkembang pesat saat ini tidak hanya
bertujuan untuk melindungi sumber daya alam, tetapi juga diimplementasikan sebagai upaya
efisiensi penggunaan energi serta meminimalisir kerusakan lingkungan sekitar. Hal ini tentu
sangat bermanfaat apabila dilakukan secara merata dan berkelanjutan, khususnya di
Indonesia yang notabene adalah negara yang sedang berkembang. Sosialisasi terhadap
upaya-upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim terus dilakukan Pemerintah
Indonesia, tetapi tidak semua elemen masyarakat sudah mengetahui dan paham mengenai
kedua hal tersebut. Terbukti dari merebaknya SBS (sick building syndrome) pada bangunan-
bangunan Indonesia. Bentuk solusi yang menjadi pilihan adalah dengan menerapkan
konsep Green Architecture, atau Green Building yang kini sudah dijalankan oleh pemerintah,
Apa sebenarnya makna dari kedua konsep tersebut? Bagaimana Kriterianya? serta seperti
apa bentuk kepedulian serta peran dari masyarakat dan pemerintah?

2012 FisikaBangunan
13 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
Acuan Savaransky, S., ( 2000) Rancang-Bangun Kreativitas: Pengenalan ke TRIZ
Metodologi [dari;ttg] Masalah Berdayacipta Yang memecahkan Boca Raton: CRC Tekanan.

Ogot M. dan Kremer, G. ( 2004a) Disain Rancang-Bangun: Suatu Pemandu Praktis Victoria,
BC: Trafford Penerbit.

Ogot, M. ( 2004b), “ EMS Model: Adaptasi [dari;ttg] Disain Rancang-Bangun Black-Box Yang
memperagakan untuk digunakan di TRIZ”, TRIZ Mengenai Eropa Asosiasi ( ETRIA)
Konferensi Dunia, TRIZ Yang masa depan 2004, November 3-5, Florence, Italia.

Pahl, G. dan Beitz, ( 1996) Disain Rancang-Bangun. Suatu Pendekatan Sistematis, 2 nd


Edisi, London, Verlag.

Orloff, M., ( 2003) Pemikiran Berdayacipta melalui/sampai TRIZ: Suatu Pemandu Praktis,
[Bersemi/ memantul], Berlin.

2012 FisikaBangunan
14 Dr.Ir.M. SyarifHidayat, M.Arch
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai