Anda di halaman 1dari 9

Kabupaten Lumajang, adalah Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur.

Berbatasan langsung dengan Kota Malang di sebelah barat, Kabupaten Jember di sebelah
timur, Kabupaten Probolinggo di sebelah utara, dan Samudra Indonesia di sebelah selatan.
Disanalah aku dilahirkan. Terkadang, terselip di pikiran ketika melihat usia tanah kelahiranku
ini sangatlah tua. Akan tetapi, mash belum bisa menjadi daerah yang maju. Padahal,
menurutku Allah SWT tidak kurang-kurang memberi anugerah alam yang sangat kaya kepada
Kabupaten Lumajang. Misalnya saja dengan hadirnya Gunung Semeru, yang keindahannya
luar biasa, abu vulkaniknya menyuburkan tanah, dan aliran lahar dinginnya hanya mengalir
di tanah kelahiranku ini. Tapi apa yang salah sehingga membuat Kabupaten Lumajang ini
seakan lambat dalam kemajuan suatu daerah? Hemmm.. pertanyaan inilah yang memotivasi
saya untuk mencoba mencari tahu, apakah daerah ini dapat melaju cepat dan bersaing dengan
kota-kota besar di Jawa Timur, atau bahkan di Indonesia.

Setelah saya mencoba mencari tahu apa sih yang dapat membuat suatu daerah itu bisa
melaju cepat dan maju agar warganya hidup sejahtera, ternyata ada 5 pondasi daerah yang
bisa membuat daerah itu bisa kuat, dan sejahtera. Kelima pondasi tersebut adalah SDM
( Sumber Daya Manusia), SDA (Sumber Daya Alam), Ekonomi, Transportasi, dan
Keamanan/ Militer. Ibarat suatu bangunan, apabila salah satu pondasi tidak bisa bekerja
maksimal, maka suatu bangunan tersebut belum bisa dikatakan kokoh, dan penghuninya tidak
akan hidup sejahtera. Sama halnya dengan kelima pondasi daerah tersebut, apabila kelima
pondasi tersebut tidak bekerja secara maksimal, maka suatu daerah tersebut belum bisa
dikatakan kokoh dan sejahtera. Lalu, bagaimana dengan kondisi kelima pondasi tanah
kelahiranku ini? Baiklah, saya akan mencoba melihat-lihat dulu bagaimana kondisi pondasi
daerah tanah kelahiranku ini.

Yang pertama adalah SDM (Sumber Daya Manusia)

Bagi saya SDM yang bagus bagi suatu daerah itu bukanlah jumlah lulusan SMA
(Sekolah Menengah Atas) atau seorang akademisi yang tinggi, melainkan seberapa banyak
orang yang memiliki kualitas atau keahlian dibidang tertentu untuk memanfaatkan suatu
potensi daerah. Lihat saja berapa banyak lulusan akademisi yang masih sulit untuk
mempunyai pekerjaan yang layak. Apalagi lulusan SMA, yang masih belum dibekali keahlian
khusus dari sekolah . Hal yang seperti itu malah bisa membuat suatu kepala daerah tertekan
untuk mau tidak mau harus membuatkan lapangan pekerjaan yang baru di setiap tahunnya.
Selain itu, tengoklah beberapa daerah maju di dunia. Misalnya Jepang, Inggris, Jerman, dan
Amerika Serikat. Dari kecil, peserta didik sudah tahu akan diarahkan kemana agar ketika
dewasa nanti menjadi sumberdaya manusia yang bagus. Jadi, percuma kan jika suatu daerah
memiliki jumlah pelajar yang banyak, akan tetapi tenaga ahlinya minim.

Maka dari itu, saran saya bagi pemerintah daerah agar dapat mempercepat laju
kenaikan taraf SDM adalah menganjurkan kepada sekolah-sekolah menengah atas
ekstrakulikuler yang arahnya untuk memanfaatkan potensi pasar yang akan di hadapi oleh
peserta didik ketika selesai sekolah nanti. Maaf, kalau sistem pendidikan tidak mungkin bisa
disamakan dengan negara-negara maju tersebut, akan tetapi masih bisa di selipkan waktu di
jam ekstrakulikuler, karena kita bukan negara sendiri, heheheheh.. Selain itu rata-rata
ekstrakulikuler di Sekolah Menengah Atas Lumajang adalah futsal,basket, dan olahraga-
olahraga lain yang belum bisa dikatakan langkah efektif dan efesien untuk meningkatkan
daya saing warga lumajang menuju era ekonomi global. Dan bagi warga yang belum bisa
mencicipi bangku Sekolah Menengah Atas, pemerinah setidaknnya membuat tim pengajar
untuk sekolah singkat bagi warga tersebut. Lalu, apa yang harus di ajarkan? Ya.... menurut
saya seperti pelatihan pola tananam, cara membuka wirausaha, pengenalan teknologi, dll.
Akan tetapi kualitas ilmunya harus berstandart negara maju. Kalo ada dana lebih sih...
disarankan tim tersebut sebaiknya melakukan studi banding ke Universitas Singapura,
heheheheh.... mudah-mudahan aja ada muncul di Lumajang pak Alim Markus baru (pemilik
maspion grup), soalnya kebetulan pak Alim Markus tidak melanjutkan Sekolah Menengah
Pertama, hehehehehe..... Jika memang belum ada dana, sebaiknya memakai tim pengajar
dengan standart minimal tingka pendidiknya adalah S2.

Yang kedua adalah SDA (Sumber Daya Alam)

Allah SWT memang tidak kurang-kurang memberi anugerahnya kepada Lumajang.


Tidak hanya Gunung Semeru yang meberi pemandangan indah, abu vulkanik yang dapat
menyuburkan tanah, pasir lahar Gunung Semeru yang memiliki kualitas yang sangat bagus.
Akan tetapi, memberi beberapa kenidahan alam, serta sejarah Kadipaten Lamajang yang
sangat eksotik. Akan tetapi, Pemerintah Daerah seakan belum bisa memanfaakan anugurah
dari Allah SWT agar bisa lebih memakmurkan warganya.

Dari sekian banyak potensi alam Kabupaten Lumajang saat ini, menurut saya hanya
satu yang harus di benahi, yaitu sektor transportasi. Karena bebera jalan yang berada di
Lumajang masih banyak yang belum bisa di katakan layak. Sehingga menjadi penghambat
untuk pemasaran SDA. Akan tetapi jika nantinya jalur transportasi tersebut akan dibangun
atau diperbaiki, saran saya perbaikan atau pembuatan jalan sebaiknya sampai -2 km dari
lokasi. Agar warga lokal bisa mendapatkan pekerjaan baru atau penghasilan tambahan yang
nantinya berdampak pada kenaikan ekonomi. Selain itu sebaiknya pemerintah daerah juga
berusaha mengadakan agenda untuk berkumpul bersama warga, pemuda dan tokoh
masyarakat daerah tersebut. Yang bertujuan untuk memberi penyuluhan tentang pemanfaatan
potensi sumber daya alam tersebut agar mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh warga.
Karena, selama ini yang saya tahu daerah-daerah lain yang memiliki potensi alam bagus dan
menjadi daerah wisata, kekayaannya seakan di kuasai oleh oreng asing. Dan warga lokal
tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya Denpasar, yang mayoritas villa, cafe,
hotel, dan lain-lain di sana adalah milik orang kewarganegaraan Australia, sedangkan pemuda
setempat hanya di jadikan sebagai penjaga keaamanan atau bisa di sebut pecalang. Selain itu
kota Batu, yang mayoritas pemilik usahanya adalah orang asing dan bukan waganya sendiri.

Selain itu, sektor hasil alam seakan menjadi lahan mafia. Sebut saja pasir Lumajang,
pertanian, dan perkayuan. Sampai saat ini menurut saya masalah pasir yang ramai.
Sedangkan masalah pertanian dan perkayuan jarang yang tahu. Memang, masalah pasir harus
di usut tuntas, mulai dari CSR, pajak jalan kendaraan pengangkut pasir, hingga amdal. Saya
belum tahu, apakah PEMDA lupa mengenai CSR, DISHUB bermain dengan pajak jalan
kendaraan, dan PEMDA menutup telinga terhadap jeritan masyarakat akibat dampak
lingkungan pertambangan. Selain itu di sektor pertanian. Banyak petani yang belum benar
merasakan pupuk bersubsidi. Kenapa? Karena masih banyaknya pengepul pupuk bersubsidi.
Dan lucunya di Lumajang itu adalah hal yang biasa. Tapi, apakah PEMDA tahu kalau itu
adalah hal yang biasa? Selain pasir dan pertanian, adalah masalah perkayuan. Ingat, harga
kayu jati permeter kubik Rp 12,4 jt (harga Perhutani tahun 2014). Tapi, kenapa pemilik kayu
jati di Lumajang hanya mendapatkan 6,4 jt permeter kubik? Apakah memang ada permainan
antara mafia dan Perhutani? Kalau memang tidak ada permainan, saya yakin warga di daerah
pegunungan Lumajang jauh lebih sejahtera. Perhatian dari sektor ini sangatlah minim karena
mayoritas pemerhati Lumajang terlalu di sibukkan dengan sektor pariwisata yang pendapatan
totalnya belum menyentuh 10 M. Saya benar-benar yakin kalau kedua sektor yang di anak
tirikan ini lebih di perhatikan, PAD Lumajang akan jauh lebih bagus.

Kesimpulannya, pembenahan di sektor transportasi harus di lakukan. Masilh sulitnya


jalan menuju lokasi menjadi faktor penghambat. Karena kurang baiknya fasilitas jalan
tersebut sangat berpengaruh terhadap mood wisatawan serta pemasaran untuk hasil alam
menjadi lebih sulit. Pengenalan tempat-tempat wisata yang harus kerja lebih ekstra. Karena
menurut saya hanya warga Lumajang yang saat ini tahu akan keindahan alam Lumajang.
Jarang orang asing mengetahuinya. Oleh karena itu butuh banyak usaha untuk mengenalkan
daerah wisata tersebut. Selain itu, masalah hasil alam harus lebih diperhatikan untuk
kesejahteraan petani dan buruh tani. Akan tetapi kalau saya pribadi, untuk pengembangan
sektor wisata saat ini kurang setuju. Karena setiap daerah seakan berlomba untuk potensi
wisatanya. Saya lebih suka menjadi seorang keledai diantara ribuan kuda. Karena itu akan
menjadi pembanding dan sekaligus perubah. Memang, pendapatan dari wisata yang di
hasilkan akan luar biasa. Akan tetapi membutuhkan dana yang luar biasa pula dari APBD.
Dan hal itu bisa menjadi lahan korupsi dan tidak sebanding dengan modal pembangunan
pariwisata. Kalau tidak percaya, saya siap membantu membuatkan RAB untuk pembangunan
sektor ini, guna sebagai pembanding.

Yang ketiga adalah Ekonomi

Menurut Indikator Ekonomi Lumajang tahun 2014, pembangunan ekonomi sering


didefinisikan sebagai serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
pendapatan riil dan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan
distribusi masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional, dan mengusahakan
pergeseran ekonomi dari sektor premier ke sektor sekunder dan premier. Dengan perkataan
lain pembangunan ekonomi adalah meningkatkan pendapatan masyarakat dengan tingkat
pemerataan semaksimal mungkin. Perencananaan pembangunan ekonomi suatu daerah sangat
memerlukan beberapa data stastistik sebagai dasar penentuan strategi dan kebijagan agar
tepat sasaran. Data yang merupakan indikator ekonomi makro antara lain, pendapatan
perkapita, struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat perubahan harga.

Memang benar, pendapatan perkapita merupakan tolak ukur yang pas untuk
mengukur tingkat kesejahteraan. Menurut data Indikator Ekonomi Lumajang 2014,
pendapatan perkapita warga Lumajang pada tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku sebesar
Rp 20.288.000,00 dan Atas Dasar Harga Kostan 2000 sebesar Rp 7.417.756,21. Jika
dibandingkan dengan pendapatan perkapita nasional sesuai data BPS, pendapatan perkapita
nasonal Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2013 mencapai Rp 32.463.736,28 dan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 sebesar Rp 9.798.899,43. Artinya, perekonomian Kabupaten Lumajang
masih jauh dari rata pendapatan perkapita rata-rata nasional. Hemmmm... padahal secara
Sumber Daya Alam seharusnya kita mampu untuk setidaknya berada di atas rata-rata angka
pendapatan perkapita nasional.

Bagi saya kurang maksimalnya pendapatan tersebut pada dasarnya adalah faktor
transportasi yang seakan menjadi penghalang. Selain itu minimnya ide-ide cemerlang dari
Pemerintah Daerah untuk memaksimalkan pendapatan dari beberapa sektor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Seandainya saja pak Bupati berani membuat
program negoisasi terbuka dengan pengusaha atau yang akan membuka usaha di Lumajang,
pasti hasilnya akan berbeda. Misalnya saja dengan perusahaan tambang pasir. Pemerintah
daerah seakan perang dingin dengan pengusaha sehingga berdampak kurang maksimalnya
pendapatan daerah di sektor pertambangan. Selain itu, memepecepat pertumbuhan UMKM di
Lumajang dengan cara seringnya diadakannya penyuluhan kepada masyarakat dan pemasaran
yang nantinya di bantu juga oleh Pemerintah Daerah sehingga bersama peningkatan mutu
SDM dengan strategi sekolah singkat maka akan pula dihasilkan pertubuhan ekonomi yang
signifikan. Program pasar petani yang sudah direkomendasikan sejak pemerintahan pak SBY,
masih belum terendus di Lumajang.

Selain kurangnya ide-ide yang cemerlang, pengawasan terhadap para pengusaha kecil
agar tidak mengalami kebangkrutan dan pengawasan terhadap gaji buruh masih minim oleh
Pemerintah Daerah. Misalnya salah satu contohnya saja pengusaha tempe di daerah Bagu,
kelurahan Jogotrunan, Kecamatan Lumajang. Silahkan bapak bupati cek, berapa besar jumlah
pengusaha yang sekarang gulung tikar. Strategi-strategi jitu agar pengusaha kecil di
Lumajang bisa berkembang pesat sepertinya masih belum ada. Seandaninya saja bapak
Bupati mau memfasilitasi kepada para pengusaha kecil agar bisa menimba ilmu secara
langsung dari pengusaha menengah dan besar, pasti pengusaha kecil tersebut akan lebih
berkembang pesat. Cara menimba ilmunya dengan cara sederhana pak. Cukup dengan
mepertemukan beberapa kelas pengusaha dengan agenda acara sharing-sharing dari dari
pengusaha yang lebih besar. Karena menurut saya ilmu itu hanya bersumber dari sekolah atau
universitas.
Kemudian di sektor gaji pekerja atau buruh, sepertinya masih banyak pekerja atau
buruh yang gajinya belum menyuntuh angka UMR. Kalau memang benar masih banyak
perusahaan belum bisa membayar upah sesuai dengan ketetapan yang telah disepakati
sebaiknya pemerintah meninjau ulang. Bukan menuntut agar pengusaha membayar pekerja
atau buruh sesuai UMR yang ditetapkan. Meskipun itu sudah bisa untuk dipidanakan. Karena
jika para pengusaha nakal tersebut dipidanaknan , maka akan banyak para pengusaha yang
mulai takut dan akhirnya gulung tikar. Kalau memang bapak Bupati ingin tahu data yang
sebenarnya apakah pekerja atau buruh di Lumajang 100% sudah memenuhi KLH (kebutuhan
Hidup Layak), saya berharap agar bapak turun langsung atau membuat tim independen untuk
mengecek data kembali gaji pekerja atau buruh tersebut. Sesuai data dari Menakertrans,
UMR Kabupaten Lumajang sebesar Rp 1.288.000,00. Jika dibandingkan dengan contoh gaji
salah satu teman saya yang kebetulan menjadi pekerja di Lumajang, masih belum menyentuh
angka minimal yang di tetapkan oleh undang-undang yaitu 75% dari UMR Kabupaten
Lumajang yaitu Rp 966.000,00. Jadi saran saya
agar pengusaha tidak gulung tikar dan tidak banyak
terjadinya pemecatan terhadap pekerja atau buruh,
saya berharap bapak Bupati mau berkorban untuk
menurunkan kembali angka UMR sesuai dengan
kemampuan pengusaha berdasarkan
kemampuannya sesuai dengan data di lapangan
yang sebenarnya. Memang itu bisa beresiko
terhadap nama baik bapak di mata Pemerintahan Provinsi. Tapi akankah lebih baik jika bapak
mau berkorban demi warganya.

Selain itu saya juga kecewa mengenai PKL (Pedagang Kaki Lima) yang di pindah
tempatkan ke utara stadion. Karena potensi pasar PKL disanan sangatlah minim. Jadi tidak
heran, yang semula PKL berdagan di alun-alun setelah di pindahkan banyak yang mengalami
kebangkrutan. Alasannya adalah untuk mengejar prestasi Adipura. Apakah prestasi tersebut
dapat membuat warga Lumajang lebih sejahtera? Mungkin hanya bapak yang sejahtera,
dengan gelar mampu membawa Lumajang meraih Adipura. Sedangkan warga anda yang
berusaha mencari nafkah dengan kerja kerasnya, harus rela mendengar tangisan anaknya
karena ingin dibelikan susu. Saya malu pak, kalau latar belakang saya seorang ulama tapi
hanya demi sebuah nama saya harus mengorbankan orang yang telah memberi saya
kepercayaan.
Yang Keempat adalah Transportasi

Setiap musim hujan, banyak warga Lumajang yang mengeluh akibat kerusakan jalan.
Mereka semua rata-rata menuduh truk muatan pasir yang menjadi perusaknya. Sehingga
dampak dari keluhan warga tadi membuat truk muatan pasir sulit masuk ke area
pertambangan dan dapat mengurangi minat pengusaha yang dapat berdampak pada
penurunan pendapatan Jika dipikir secara nalar memang benar. Truk dengan beban kurang
lebih 35 ton, harus melewati jalanan yang basah akibat hujan yang berpengaruh pada pondasi
jalan dan mutu aspal jalan sehigga jalan tidak mampu untuk menahan beban sebesar itu
secara beruntun. Tanpa adanya tali air dan saluran drainasi juga menjadi faktor yang dapat
mempercepat kerusakan jalan. Bagai mana jika dipikir secara teknis? Saya kebetulan bukan
kuliah di bidang jalan raya, tapi setidaknya tempat saya kuliah memberi dasar pengetaahuan
tentang kokohnya bangunan. Faktor tanah yang berkarakter tanah jenuh (bahasa
Lumajangnya tanah sawah) sebenarnya tidak di anjurkan sebagai pondasi pada suatu
bangunan yang akan mendapatkan beban besar. Jika memang dipaksakaan maka harus ada
bangunan pelengkap untuk mendukung pondasi bangunan jalan tersebut. Misalnya dengan
pembangunan bangunan drainase di kanan dan kiri bagian jalan. Akan tetapi, pembangunan
saluran drainase tersebut haruslah bangunan beton. Selain kuat untuk menjaga ketahanan
saluran akibat dari geser tanah akibat beban juga dapat membantu pondasi jalan itu untuk
menahan arah gaya horisontal dari pergerakan tanah yang jenuh. Tapi saya yakin sudah
banyak ahli di bidang ke kokohan jalan dan ahli bidang drainase di kantor PUK Lumajang.

Lalu apakah ada faktor non teknis? Malah faktor penghambat yang sebenarnya adalah
faktor non teknis. Secara kategori, jalan yang melewati kecamatan Pasirian, kecamatan
Tempeh, kecamatan Sumbersuko, dan kecamatan Lumajang tersebut adalah jalur arteri
sekunder. Jika diteliti, lebar jalan saja sudah menyalahi aturan. menurut Peraturan Pemerintah
No. 34 tahun 2006 pasal 17 ayat 1, lebar jalan tersebut minimal 11 meter. Selain itu
pembangunan bangunan pelengkap tersebut sudah tertera di Perpu No. 34 tahun 2006 tentang
jalan di pasal 36. Padahal Pemerintah Daerah tidak perlu merogoh gocek yang besar, karena
yang bertanggung jawab untuk jalan ini adalah Pemrintah Provinsi . Cuma butuh keberanian
Pemerintah Daerah untuk mengurus jalan tersebut ke pihak yang bersangkutan sesuai
peraturan yang telah di tetapkan. Jadi tidak heran kalau setiap musim hujan, jalan tersebut
rusak. Selain itu dampak secara tidak langsung adalah perselesihan diantara warga dan
pekerja tambang pasir. Bukankah itu termasuk mengadu domba warganya sendiri demi
menutupi citra baik seorang Kepala Daerah?

Tidak hanya masalah jalan yang melewati kecamatan Pasirian, kecamatan Tempeh,
kecamatan Sumbersuko, dan kecamatan Lumajang yang menjadi penghambat laju
perkembangan Lumajang. Jalur yang melewati kecamatan Ranuyoso, kecamatan Klakah,
kecamatan Kedung Jajang, dan kecamatan Jatiroto adalah kategori jalan nasional. Tapi status
keberanian Pemerintah Daerah masih dipertanyakan untuk mengurusi hala tersebut. Selain itu
peresmian Jalur Lintas Timur Lumajang seakan menjadi fatamorgana bagi warga daerah
sekitar untuk mengembangkan perekonomiannya. Terlalu banyak alasan dari Pemerintah
Daerah untuk tidak segera meresmikan jalan tersebut. Seandainya jalur tersebut lebih cepat
diresmikan, saya yakin pemerataan ekonomi juga lebih cepat. Juga karena hal tersebut,
banyak supir angkot yang harus mengantri lama di terminal karena minimnya penumpang.
Minimnya penumpang tersebut dikarenakan para calon penumpang angkot lebih memilih bis.
Jika JLT lekas diresmikan, dan menganjurkan agar bis tidak melewati jalur lingkar kecamatan
Lumajng, saya yakin supir angkot akan lebih sejahtera. Malah akan berdampak kepada
pertumbuhan ekonomi serta pendapatan pajak transportasi yang lebih bagus. Karena menurut
saya akan muncul supir-supir angkot yang baru dan berdampak pada jumlah angkutan umum.

Yang Kelima adalah Keamanan

Sebenarnya saya kehabisan kata untuk menceritakan Lumajang masalah keamanan.


Lumajang, adalah kota yang sangat rawan atas pembegalan atau perampokan. Titik-titik
rawan pembegalan rata-rata adalah tempat yang sepi dan gelap. Di sisi lain, ketika saya
sedang berkeling-keling di sekitar Lumajang, tidak sulit rasanya mencari pengguna sepesa
motor memakai helm hijau tua dan bertuliskan angka 527. Sebenarnya itu adalah tamparan
keras bagi bapak Bupati yang terhormat. Dengan angka kriminal Lumajang yang tergolong
tinggi dan seakan anggota TNI menjadi preman jalanan. Saya yakin solusinya sama dengan
pemikran Bapak Bupati. Yaitu pemasangan lampu di jalan, serta mengajukan pihak yang
terkait untuk lebih bekerja ekstra, dan meminta bantuan anggota TNI untuk lebih sering
berjaga-jaga di titik rawan pembegalan atau perampokan daerah tersebut.

Kesimpulan dari semua itu adalah, Pemerintah Daerah masih kurang tegas, kurang
pendekatan kepada rakyat, masih terlalu arogan terhadap pengusaha lokal, terlalu mencari
muka , serta minim ide-ide yang efetif dan efesien untuk membangun Lumajang yang lebih
baik. Oleh karena itu, saya kecewa dengan kinerja Pemerintah Daerah Lumajang selama ini.
Selama 6,5 tahun bapak memimpin daerah ini, masih belum ada perubahan yang signifikan.
Dengan sisa 3,5 tahun bapak menjabat, saya harap ada gebrakan lebih untuk menjadikan
Lumajang jauh lebih baik. Kita SA’AT nya bangun pak, bukan SA’AT nya tidur sejak tahun
2009. Saya hanyalah seekor ayam yang berkokok sebelum subuh. Yang ingin
membangunkan bapak Bupati dari tidur lelap untuk memulai kehidupan dengan banyak
kewajiban. Entah kokoko-an ayam ini mampu membangunkan tidur anda atau tidak, sang
ayam haruslah ikhlas. Maaf kalau ada kata-kata keras dari saya sebelumnya, semua itu karena
saya lelah menunggu perubahan

Anda mungkin juga menyukai