Anda di halaman 1dari 14

PRINSIP-PRINSIP

KONTRAK PRODUCTION SHARING

Oleh: KUSWO WAHYONO

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


1
PRODUCTION SHARING CONTRACT
 Produksi setelah dikurangi cost recovery dibagi antara Pemerintah dan

Kontraktor berdasarkan suatu persentase tertentu

 Semua biaya ekplorasi, pengembangan, dan operasi ditanggung oleh

Kontraktor dan akan di-recover dari produksi komersial

 Kontraktor menanggung semua resiko

 Setiap blok (Wilayah Kerja) adalah ring fence (UU22/2001 Ps 13)

 Kontraktor wajib membayar PPh dan PBDR

 Jangka waktu kontrak adalah 30 tahun termasuk 6-10 tahun untuk

eksplorasi

 Segala alat yg digunakan oleh kontraktor menjadi milik BPMIGAS (a.n.

Pemerintah) sejak saat diturunkan di Indonesia (kecuali sewa)

 Kontraktor diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri

(Domestic Market Obligation)

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


2
KONTRAK PRODUCTION SHARING STANDAR

O/G Production

LIFTING (GR)

− FTP

Cost Recovery:
Profit Oil • Investment Credit
+ Equity to be Split, + • Incentive

ETS • Sunk Cost


• Capital Cost
• Operating Cost

Indonesia Share Contractor Share

(1-Contractor Share) ETS (Split/(1-Tax))ETS Share utk


perhitungan
DMO
+
DMO

Taxable Income
DMO FEE
+

+ Tax
Indonesia Take Contractor Take

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


3
SKEMA PEMBAGIAN PRODUKSI DALAM KPS STANDAR

FTP 20%

71.1538% Pemerintah

Share =
Pemerintah
71,1538%

28.8462% Kontraktor

Kontraktor 28.8462%

Biaya-biaya PAJAK = 48%

Sharing = 85/15, after Tax

Contr. = 0,15 / (1- 0,48)

= 28,8462%

(before Tax)

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


4
UU 22 Tahun 2001
Pasal 31

1) BU/BUT yg melaksanakan kegiatan usaha hulu wajib membayar

penerimaan negara yg berupa pajak dan bukan pajak

2) Penerimaan negara yg berupa pajak:

• pajak-pajak

• Bea masuk, dan pungutan lain atas impor dan cukai

• Pajak daerah dan retribusi daerah

3) Penerimaan negara bukan pajak

• Bagian negara

 Pembagian FTP (First Tranche Petroleum)

 Pembagian profit oil

• Pungutan negara yg berupa iuran tetap dan iuran eksplorasi dan

eksploitasi

• Bonus-bonus

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


5
DAMPAK PERUBAHAN TARIF PAJAK
pre-1984: 1984: 1995:
Corporate tax 45% 35% 30%
Deviden tax, PBDR (20%) 11% 13% 14%
Total Income Tax 56% 48% 44%

Production Sharing 85%(15%:


Contractor Share = 0.15 / (1 - tax)

Contractor share 34.0909% 28.8462% 26.7857%


Government share 65.9191% 71.1358% 73.2143%

PBDR = Pajak atas Bunga, Deviden, dan Royalti

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


6
Domestic Market Obligation (DMO)
KONTRAK KERJA SAMA BUTIR 5.1.15:
Setelah dimulainya produksi secara komersial, KONTRAKTOR memenuhi

kewajibannya dalam menyuplai kebutuhan pasar dalam negeri Indonesia.

KONTRAKTOR setuju untuk menjual dan mengirimkan kepada BPMIGAS sebagian

Minyak Mentah yang menjadi bagian KONTRAKTOR berdasarkan Clauses 6.1.3

dan 6.3.1 dengan perhitungan setiap tahun.

UU 22/2001 pasal 22 butir (1):


Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan paling banyak 25%

(dua puluh lima persen) bagiannya dari hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas

Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

MK No 002/PUU-I/2003, 21 Des 2004 (Berita Negara RI No 1/2005):


Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap wajib menyerahkan 25% (dua puluh lima

persen) bagiannya dari hasil produksi Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


7
Domestic Market Obligation (DMO)
(a) Mengalikan jumlah total Minyak Mentah yang diproduksikan dari Wilayah Kerja dengan

hasil pembagian antara jumlah kebutuhan minyak dalam negeri (domestik) sebagai

pembilang dan jumlah produksi minyak Indonesia dari seluruh perusahaan perminyakan

sebagai penyebut;

(b) Menghitung 25% dari jumlah total minyak mentah yang diproduksikan dari Wilayah Kerja;

(c) Mengalikan jumlah Minyak Mentah yang terkecil antara hitungan (a) dan (b) dengan

presentase dari hak KONTRAKTOR sesuai clause 6.1.3.

Jumlah Minyak Mentah yang dihitung sesuai (c) adalah jumlah maksimum yang akan disuplai

oleh KONTRAKTOR pada suatu Tahun Kalender dan jika ada kekurangan-kekurangan, tidak

akan dipenuhi (carried forward) pada Tahun Kalender berikutnya.

Apabila pada suatu Tahun Kalender pengembalian dari Biaya Operasi melebihi dari jumlah

total penjualan Crude Oil yang diproduksikan dan disimpan setelah dikurangi First Tranche

Petroleum, maka KONTRAKTOR akan dibebaskan dari kewajibannya dalam mensuplai

kebutuhan pasar dalam negeri atas Crude Oil tersebut untuk Tahun Kalender yang

bersangkutan.

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


8
Domestic Market Obligation - Oil

STANDARD CLAUSE :

KONTRAKTOR setuju untuk menjual dan mengirimkan sebagian minyak mentah yang menjadi bagian

KONTRAKTOR berdasarkan Section 6.1.3 (Equity Share) and 6.3.1 (FTP Share) setiap tahun dengan

perhitungan sebagai berikut:

Σ National Supply
(I) Lifting x -------------------------------
Σ National Production

(ii) 25% Production

(iii) yang terkecil diantara (i) or (ii) x Contractor Split %

Ilustrasi:

Produksi/Lifting 1,0 juta bbl Contractor Split 28.8462%

Σ Kebutuhan Nasional 1,2 juta bbl

Σ Produksi Nasional 1,0 juta bbl

(i) 1,0 juta bbl x 1,2 / 1,0 = 1,20 juta bbl (lebih besar)
(ii) 1,0 juta bbl x 25% = 250 ribu bbl  (lebih kecil)

(iii) 250 ribu bbl x 28.8462% = 72 bbls

PSC 2008 : 25% X 28.8462 X Produksi,

tanpa memperhitungkan ( Σ National Supply / Σ Production)

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


9
PERMEN ESDM No 2/2008, 5 Februari 2008
Pasal 1

Kontraktor berkewajiban menyerahkan 25% (dua puluh lima persen) bagiannya dari hasil

produksi minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Pasal 2

Kewajiban penyerahan oleh Kontraktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilaksanakan

setelah dimulainya produksi komersial.

Pasal 3

Kewajiban penyerahan 25 % (dua puluh lima persen) bagian Kontraktor sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 1 ditetapkan sebagai berikut:

a. untuk minyak bumi diberikan Domestic Market Obligation fee (DM0 fee) sesuai

dengan Kontrak Kerja Sama;

b. untuk gas bumi diberlakukan harga sesuai kontrak penjualan gas bumi pada

Wilayah Kerjanya.

Pasal 4

Terhadap kewajiban penyerahan 25% (dua puluh lima persen) bagian Kontraktor sebagaimana

dimaksud pada Pasal 3 huruf a diberikan insentif DM0 fee sesuai harga pasar dalam jangka

waktu untuk 60 (enam puluh) bulan berturut-turut sejak dimulainya masa produksi komersial.

Pasal 5

Dengan pertimbangan teknis dan ekonomis, Kontraktor melalui Badan Pelaksana dapat

mengusulkan kepada Menteri mengenai perubahan saat dimulainya pemberlakuan insentif DM0

fee sesuai harga pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


10
Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010
11
CONTOH DASAR PERHITUNGAN KPS (1)

Prod, 10.000 bbls


PAJAK = 44%

SPLIT = 15%, after Tax

Split = 0,15 / (1- 0,44)

GR = 10,000 bbls = 26.7857%

(before Tax)

1.464,29 535,71
− FTP, 2.000 bbls

( 3.000 Cost Recovery 3000:

bbls • Investment Credit, 0


+ Equity to be Split,
+ • Incentive, 0
• Sunk Cost
5.000 bbls
• Capital Cost
• Operating Cost

Indonesia Share Contractor Share Share utk


perhitungan
3.660,71 1.339.29 DMO
DMO =
669,64 25% x GR x
DMO
+ Cont. Share
Taxable Income,
DMO FEE
+ 1.305,80
100.45
+ Tax
Indonesia Take Contractor Take
574,55
6268,75 3.731,25 Gross
Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010 731,25 Nett 12
CONTOH DASAR PERHITUNGAN KPS (2)

Prod, 10.000 bbls


PAJAK = 44%

SPLIT = 15%, after Tax

Split = 0,15 / (1- 0,44)

GR = 10,000 bbls = 26.7857%

(before Tax)

1.464,29 535,71
− FTP, 2.000 bbls

( 8.000 Cost Recovery 9.000:

bbls • Investment Credit, 0


+ Equity to be Split,
+ • Incentive, 0
• Sunk Cost
0 bbls
• Capital Cost
• Operating Cost

Indonesia Share Contractor Share Share utk


perhitungan
0 0 DMO
DMO =
0 25% x GR x
+
DMO
Cont. Share
Taxable Income, 535,71
DMO FEE
+
0
+ Tax
Indonesia Take Contractor Take
235,71
1.700 8.300 Gross
Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010 300 Nett 13
DAMPAK COST RECOVERY TERHADAP

PENDAPATAN NEGARA

Misal :

Pendapatan kotor : X

FTP 20 % : 0.2 X

Total biaya produksi : Y

Equity to be split : 0.8 X - Y

Kalau split 85/15 maka-

pendapatan pemerintah : 0.85 (0.8X-Y) + 0.85 x 0.2X

0.85X - 0.85Y

Ini artinya pendapatan pemerintah yang 85 % dari pendapatan kotor, masih

harus dikurangi 85% dari total biaya produksi.

Semakin kecil biaya produksi (Y), maka equity to be split menjadi lebih

besar: ===> Perolehan negara maupun KKKS semakin besar

Kuswo Wahyono, BPMIGAS, 16 Mei 2010


14

Anda mungkin juga menyukai