Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Sifat

2.1.1 Sifat Fisikokimia

Rumus Struktur

H
H3C N NH2
O
H3CO O CH3 O O
S
O O OH
Cl

Rumus molekul : C20H25ClN2O5, C6H6SO3

Nama Kimia : 3,5-pyridinedicarboxylic acid,

2-[(2Aminoethoxy)methyl]-4-(o –chlorophenyl)

1,4–dihydro–6–methyl–3–ethyl 5–methyl ester, monobenzensulfonate.

Berat Molekul : 567,05

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampirtidak

berbau.

Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan

dalam eter, praktis tidak larut dalam air.

Penetapan kadar bahan baku : Dilakukan secara acidimetri

Penetapan kadar tablet : Dilakukan dengan metode kromatografi cair kinerja

tinggi, kromatografi gas dan spektrofotometri

ultra violet.

2.1.2 Farmakologi

17

Universitas Sumatera Utara


Hipertensi merupahkan penyakit heterogen yang dapat disebabkan oleh penyakit

spesifik (hipertensi sekunder) atau mekanisme patofisiologi yang tidak diketahui

penyebabnya (hipertensi primer atau ensensial). Pada umumnya kasus hipertensi

sekunder disebabkan oleh penyakit gagal ginjal kronik. Penyebab utama kematian

pada hipertensi adalahkardiovascular, dan gagal ginjal.Kemudian kematian

prematur ada korelasinya dengan meningkatkan tekanan darah (ISFI, 2008).

Berdasarkan struktur kimianya Amlodipin merupakan antagonis kalsium

golongan dihidropiridin (antagonis ion kalsium) yang menghambat influks

(masuknya) ion kalsium melalui membran kedalam otot polos vascular dan

otot.Amlodipin absorpsinya lambat, efeknya lebih lama, waktu paruh plasma 35

sampai 50 jam, serta efek dan kadar dalam plasma meningkat selama 7-10 hari

terapi. Amlodipin menghasilkan vasodilatasi arteri perifer dan dilatasi koroner

yang profil hemodinamiknya.Namum amlodipin menyebabkan takikardia reflex

mungkin karena waktu paruhnya yang lama menyebabkan puncak minimumdalam

konsentrasi plasma (Goodman dan Gilman, 2008).

Efek antihipertensi amlodipin adalah dengan bekerja langsung sebagai

vasodilator arteriperifer yang dapat menyebabkan penurunan resisten vaskular

serta penurunan tekanan darah.Dosis satu kali sehari akan menghasilkan

penurunan tekanan darah yang berlangsung selama 24 jam. Onset kerja amlodipin

adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan terjadinya hipotensi

akut.Efek antiangina amlodipin adalah melalui dilatasi arteriol perifer sehingga

dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload).Karena amlodipin tidak

mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung akan

menyebabkan penurunan kebutuhan oksigen miokardial serta kebutuhan energi.

18

Universitas Sumatera Utara


Amlodipin menyebabkan dilatasi arteri baik pada keadaan oksigenisasi normal

maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipin satu kali sehari

dapat meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktutimbulnya

depresi segmen ST dan menurunkan frekuensi seranganangina serta penggunaan

tablet nitrogliserin. Amlodipin tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma

dan dapat digunakan pada pasien asma, diabetes serta gout (Anonim, 2010).

Amlodipin (derivate dihidropiridin) efektif dalam menurunkan tekanan

darah. Perbedaan hemidinamik diantara penghambatan kanal kalsium bisa

mempengaruhi obat tertentu. Aktivitas reflex simpatis dengan takikardia ringan

akan mempertahankan atau meningkatkan curah jantung (Katzung, 1994).

2.1.3 Efek Samping

Efek samping umum yang dapat ditimbulkan oleh amlodipin diantaranya

pusing, nyeri kepala, rasa panas di muka dan terutama pada derivat-piridin dan

udema pergelangan kaki (akibat vasodilatasi perifer). Umumnya, efek ini bersifat

sementara (Tan dan Raharja, 2002).

2.1.4 Dosis
Hipertensi dan angina variant/stabil 1 dd 5 mg (besilat=benzosulfonat),

maksimum 10 mg (Tan dan Raharja, 2002).

2.2 Spektrofotometri Ultraviolet

19

Universitas Sumatera Utara


Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara

radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik yang

sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri ultraviolet,

cahaya tampak, infra merah dan serapan atom.Jangkauan panjang

gelombanguntuk daerah ultraviolet adalah 190-380 nm(Ditjen POM, 1995).

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah

tampak disebut kromofor dan hampir semua kromofor mempunyai ikatan tak

jenuh. Pada kromofor jenis initransisi terjadi dari π→ π*, yang menyerap pada λ

max kecil dari 200nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=< dan –C ≡ C -

.Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron

πpada orbital molekulnya.Untuk senyawa yang mempunyai system konyugasi,

perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil

sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar

(Dachriyanus, 2004).

Gugus fungsi seperti –OH, -NH2, dan –Cl yang memberikan transisi n→

π* disebut gugus auksokrom. Gugus ini adalah gugus yang tidak dapat menyerap

radiasi ultraviolet-sinar tampak, tetapi apabila gugus ini terikat pada gugus

kromofor mengakibatkan pergeseran panjang gelombang ke arah yang lebih besar

(efekbatokromik).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri


ultraviolet:
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang

gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperolehpanjang

gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara

20

Universitas Sumatera Utara


absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada

konsentrasi tertentu.Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan

panjang gelombang maksimum, yaitu:

• Pada panjang gelombang maksimum, kepekaannya juga maksimum karena

pada panjang gelombang maksimum tersebut, perubahan absorbansi untuk

setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.

• Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar

dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

• Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang terjadi pada

pengulangan akan kecil sekali, karena digunakan panjang gelombang

maksimum.

b. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi. Bila hukum Lamber-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi

merupakan garis lurus.

c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6.

Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut,

kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Gandjar dan Rohman,

2007)

2.2.1 Hukum Lambert-Beer

21

Universitas Sumatera Utara


Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel

yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya

monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan

konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu

dalam Hukum Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus

terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dengan persamaan :

A= a.b.c g/liter atau A= ε. b. c mol/liter

Dimana: A = serapan

a = absorptivitas

b = ketebalan sel

c = konsentrasi

ε = absorptivitas molar

Jadi dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari

ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik

untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu.

Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering

digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini, memberikan serapan larutan 1 %

(b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat diperoleh persamaan:

A = A 11 . b. c

Dimana : A 11 = absorptivitas spesifik (ml g -1cm-1)

b = ketebalan sel (cm)

c = konsentrasi senyawa terlarut (g/100ml larutan)

2.2.2 Penggunan Spektrofotometri Ultraviolet

22

Universitas Sumatera Utara


Spektrofotometri ultraviolet digunakan dalam analisis senyawa organik

yaitu:

1. Analisis kualitatif

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi

yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik

yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi

(panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang terjadi

untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda tidaklah sama sehingga

spektrum absorpsinya juga berbeda. Dengan demikian, spektrum dapat digunakan

sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif (Rohman dan

Gandjar, 2007).

2. Analisis kuantitatif

Penggunaan utama spektrofotometri ultraviolet adalah dalam analisis

kuantitatif. Apabila dalam alur spektrofotometer terdapat senyawa yang

mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai

detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul

adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi tertentu nilainya sebanding

dengan banyaknya molekul yang mengabsorpsi radiasi dan merupakan

dasaranalisis kuantitatif. Konsentrasi larutan analit umumnya 10 sampai 20

µg/ml, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada

konsentrasi yang lebih rendah. Senyawa yang tidak mengabsorpsi radiasi

ultraviolet-sinar tampak dapat juga ditentukan dengan spektrofotometri

ultraviolet-sinar tampak, apabila ada reaksi kimia yang dapat mengubahnya

23

Universitas Sumatera Utara


menjadi kromofor atau dapat disambungkan dengan suatu pereaksi kromofor

(Satiadarma, 2004).

Analisis kuantitatif secara spektrofotometri ultraviolet dapat dilakukan

dengan metode regresi dan pendekatan

1. Metode Regresi

Analsis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan menggunakan

persamaan regresi yang didasarkan pada harga serapan dan konsentrasi standar

yang dibuat dalam beberapa konsentrasi, paling sedikit menggunakan 5 rentang

konsentrasi yang meningkat yang dapat memberikan serapan yang

linier,kemudian diplot menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva

kalibrasi. Konsentrasi suatu sampel dapat dihitung berdasarkan kurva tersebut.

2. Metode Penekatan

Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan

serapan standar yang konsentrasinya diketahui dengan serapan sampel.

Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan

AsxCb
C=
Ab

dimana As = serapan sampel, Ab = serapan standar, Cb = konsentrasi

standar, dan C = konsentrasi sampel (Holme dan Peck, 1983).

2.2.3 Peralatan Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan

penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang

menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

24

Universitas Sumatera Utara


fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi (Day dan Underwood, 1999).

Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai

berikut(Khopkar, 1990):

1. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada

panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau

lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang

antara 350- 900 nm.

2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang

monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma maupun grating. Untuk

mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

3. Kuvet: Pada pengukuran di daerah tampak, kuvet kaca atau kuvet kaca corex

dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

Umumnya tebal kuvet adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang

lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi,

tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan. Kuvet yang tertutup digunakan

untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan

yang homogen.

4. Detektor: Peranan detector penerima adalah memberikan respon terhadap

cahaya pada berbagai panjang gelombang.

5. Suatu amplifier (penguat) dan rangkaian yang berkaitan yang membuat isyarat

listrik dapat diamati.

6. Sistem pembacaan yang memperlihatkan besarnya listrik.

25

Universitas Sumatera Utara


2.3 Validasi
Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada

prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).Parameter analisis

yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, kespesifikan, limit deteksi,

limit kuantitasi, kelinieran dan rentang.

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan

hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen

perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan dan dapat ditentukan

melalui dua cara yaitu metode simulasi (spiked placebo recovery) dan metode

penambahan bahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi,

sejumlah analit bahan murni (senyawa pembanding kimia) ditambahkan kedalam

campuran bahan sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan

hasilnya dibandingkan dengan kadar standar yang ditambahkan (kadar

sebenarnya). Dalam metode adisi (penambahan bahan baku), sampel dianalisis

lalu sejumlah tertentu analit yang diperiksa ditambahkan kedalam sampel,

dicampur dan dianalisis kembali. Selisih kedua hasil dibandingkan dengan kadar

yang sebenarnya (hasil yang diharapkan). Dalam kedua metode tersebut, persen

perolehan kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan

hasil yang sebenarnya.

A− B
% PerolehanKembali = x100%
C

Keterangan : A = Konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahanbaku

B = Konsentrasi sampel sebelum penambahan baku

C = Konsentrasi baku yang ditambahkan

26

Universitas Sumatera Utara


Presisi (keseksamaan) adalah derajat kesesuain diantara masing-masing

hasil uji, jika prosedur analisis diterapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan

yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi

standar atau deviasi standar relative (koefisien variasi). Presisi dapat diartikan

pula sebagai derajat reprodusibilitas (ketertiruan) atau repeatabilitas

(keterulangan).

Batas deteksi adalah nilai parameter, yaitu konsentrasi analit terendah

yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan

dengan blanko. Batas deteksi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3 xSB
Batas deteksi =
Slope

Batas kuantitasi adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang masih

dapat diukur dalam kondisi percobaan yang sama dan memenuhi kriteria cermat

dan seksama.

10 xSB
Batas Kuantitasi =
Slope

Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan

bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara secara matematika,

proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang

konsentrasi tertentu.

Rentang suatu metode analisis adalah interval antara batas konsentrasi

tertinggi dan konsentrasi terendah analit yang dapat ditentukan dengan presisi,

akurasi dan kelinieran (Satiadarma, 2004; WHO, 1992)

27

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai