Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rahim merupakan jaringan otot yang kuat terletak di pelvis minor diantara kandung
kemih dan rectum. Dinding belakang dan dinding depan rahim dan bagian atas rahim
tetutup peritonium. Sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih. Untuk mempertahankan posisinya rahim disangga oleh beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan parametrium. Dinding rahim terdiri dari tiga lapisan :
1. Peritonium
Peritonium meliputi dinding rahim bagian luar dan menutupi bagian uterus
peritonium merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe
serta urat syaraf.
 Tonjolan yang tepat diatas tulang selangka di dekat kemaluan wanita;
 Bibir besar pada alat kelamin wanita bagian luar
 Bibir kecil pada alat kelamin wanita bagian luar
 Organ erektil kecil pada amniota betina
 Bagian luar alat kelamin wanita
 Jaringan konektif yang menguatkan tulang
 Jaringan ikat penyangga.
2. Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan, yaitu : lapisan luar, dalam, dan
tengah. Lapisan luar berbentuk cup melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum. Lapisan dalam berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum. Lapisan tengah terletak diantara ke-2 lapisan tersebut, membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh
darah ateri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan,
sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti.

3. Endometrium (selaput lendir kavum uteri)


Endometrium Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara
dari kelenjar endometrium. Variasi tebal tipisnya, fase pengeluaran lendir
endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi.
Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh otot rahim sendiri, otot
tonus ligamentum yang menyangga dan tonus otot-otot dasar panggul. Ligamentum
yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum rotundum, dan
ligamentum infundibulopelvikum.
Histerektomi berasal dari bahasa yunani yakni hystera yang berarti “rahim” dan
ektmia yang berarti “pemotongan”. Histerektomi berarti operasi pengangkatan
rahim. Beberapa keadaan yang memerlukan pengangkatan rahim :
1. Mioma uteri
2. Endometriosis berat dan Adenomiosis
3. Kanker mulut rahim dan badan rahaim
4. Kanker indung telur
Histerektomi Vaginal sebagai Cara Pengangkatan Kandungan untuk
Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita’. dalam histerektomi maka jalan yang paling
baik pendekatan vaginal atau histerektomi vaginal yang merupakan rute primer paling
baik.
Pelaksanaan itu dilanjutkan dengan kolporafi anterior, perineoplasti yang
merupakan operasi vaginoplasti dan memberikan kepuasan seksual bagi pasangan
yang masih aktif. Penggunaan metode histerektomi abdominal masih lebih banyak
dibandingkan dengan histerektomi vaginal, namun saat ini penggunaan metode
histerektomi vaginal meningkat karena beberapa keuntungan.
Histerektomi abdominal merupakan tindakan operasi yang invasif pada
perempuan dengan kelainan ginekologik. Prosedur terbaru yaitu histerektomi
laparoskopik memerlukan kemampuan operasi yang tinggi, sedang histerektomi
vaginal tidak memiliki luaran yang lebih buruk dan dinilai lebih aman.

B. Tujuan
Berdasar kan latar belakang di atas, maka tujuan dari penyususnan makalah ini
adalah untuk membahas tentang Histerektomo (Operasi Pengangkatan Rahim). Yang
bertujaun untuk :
1. Mengetahui Anatomi Rahim Wanita
2. Mengetahui Pngertian Histerektomi
3. Mengetahui Etiologi dari Operasi Histerektomi
4. Mengetahui Klasifikasi Histerektomi
5. Agar mahasiswi dapat Mengetahui dan memahami dengan lebih jelas tentang
cara melakukan Opeasi Histerektomi
6. Agar Mahasiswi Mengetahui dan Memahami dengan lebih jelas Teknik
Operasi Histerektomi
7. Dan mengetahui apa efek samping dan komplikasi yang mungkin terjadi pada
pasien setelah melakukan Operasi Histerektomi
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi


Rahim adalah organ yang dimiliki wanita yang tebal, berotot, bentuknya
seperti terletak buah pir, terletak di dalam pelvis antara rectum di belakang dan
kandung kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Panjang uterus kurang lebih 7,5
cm, tebal 2,5 cm, dan berat 50 gram. Pada rahim wanita yang belum menikahpanjang
uterus berkisar 5-8 cm, dan beratnya 30-60 gram.
Uterus juga bertanggung jawab untuk pengembangan embrio dan janin selama
kehamilan. Rahim dapat memperluas selama kehamilan dari seukuran kepalan tangan
tertutup menjadi cukup besar untuk menampung bayi. Rahim juga merupakan organ
yang sangat kuat, karena mampu berkontraksi untuk mendorong bayi keluar dari tubuh
saat melahirkan. Uterus terdiri dari fundus uteri, corpus uteri, dan servic porsio.
1) Fundus Uteri
Fundus berbentuk kubah, dari bagian rahim saluran tuba meluas ke ovarium.
Pada bagian ini tuba fallopi masuk ke uterus pada masa kehamilan, tinggi dari fundus
uteri dapat membantu untuk memperkirakan usia kehamilan seseorang.
2) Corpus Uteri
Corpus terletak di bagian tengah rahim, di sinilah tempat bayi tumbuh. Corpus
uteri adalah bagian badan uterus yang paling utama dan terbesar. Copus uteri akan
tampak menyempit di bagian bawahnya dan berlanjut sebagai serviks. Copus uteri
biasanya bengkok ke arah depan. Selama masa reproduksi, panjang corpus uteri adalah
2 kali dari panjang serviks.
Corpus uteri merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar untuk
menyimpan janin. Selama proses persalina, dinding ototnya mengerut sehingga bayi
terdorong keluar melalui serviks dan vagina. Lapisan dalam dari corpus uteri disebut
endometrium. Setiap bulan setelah siklus menstruasi endometrium akan menebal. Jika
tidak terjadi kehamilan, maka endometrium akan dilepaskan dan terjadilah perdarahan.
Ini yang disebut siklus menstruasi. Telur yang terbuahi di saluran telur akan melekat
sendiri dan menanamkan diri ( nidasi ) dalam selaput lendir di dalam rongga rahim.
Telur ini akan tumbuh menjadi janin. Selanjutnya uterus akan melindunginya dan
memelihara kehidupan baru sampai pada saat kelahiran bayi.

3) Servik Uteri
Servik terletak di bagian bawah rahim. Serviks adalah lorong vagina. Fungsi
dari organ reproduksi wanita ini jika dari arah dalam adalah mengarahkan kepala bayi
di saat wanita mau melahirkan agar tetap terarah ke bawah menuju vagina, juga
mengarahkan sel telur yang tidak dibuahi menuju kearah vagina sehingga keluar
melalui vagina, sedangkan jika dari arah luar fungsi serviks adalah mengarahkan
sperma pria menuju ke rahim untuk membuahi sel telur yang baru dilepaskan oleh
ovarium.
Panjang dari seviks itu sendiri adalah 2 atau 3 inci, dan pada wanita yang
sedang tidak menstruasi leher rahim ini mampu memproduksi 20 sampai 60 miligram
lendi, sedangkan jika pada wanita yang sedang mengalami menstruasi serviks ini
mampu menghasilkan lendir sebanyak 600 miligram. Selaput lendirnya berkelenjar
dan permukaan selaput lendir tersebut menjulur ke dalam lumen membentuk seperti
cincin disebut cincin anuler.
Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir. Lendir ini tebal dan
tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat
ovulasi, konsisten lendir berubah sehingga sperma bisa menembusnya dan dan
terjadilah pembuahan (fertilisasi).
Rahim juga mempunyai dinding rahim. Dinding rahim tersebut terdiri dari :
1) Endometrium
Endometrium merupakan lapisan dalam dari uterus yang mempunyai arti
penting dalam siklus haid, dengan ketebalan 28 mm. Endometrium di dalam
rongga uterus bersifat licin dan lunak, permukaannya mempunyai plak yang datar dan
lebar. Endometrium memiliki 3 lapisan yaitu : stratum basale, stratum compactum,
dan stratum spongiosum.
Fungsi dasar dari endometrium adalah sebagai batas rahim dan menjaga
dindingn rahim menempel satu sama lain, dengan membentuk cairan penghalang.
Selama kehamilan, endometrium adalah tempat untuk embrio untuk berimplantasi dan
mendapatkan nutrisi dari darah. Ketika embrio tumbuh, kelenjar dan pembuluh darah
meningkat dalam endometrium, dan akhirnya plasenta terbentuk, memasok oksigen
dan nutrisi janin. Sebelum siklus menstruasi, endometrium mempersiapkan diri untuk
pembuahan oleh penebalan dinding dan jika tidak ada terjadi pembuahan, lapisan
terluar ditumpahkan saat menstruasi.

2) Miometrium
Miometrium tersusun dari lapisan otot. Lapisan miometrium memiliki peranan
sangat penting pada masa kehamilan, saat kehamilan miometrium terus berkembang
menjadi struktur yang terorganisir dalam mempersiapkan kelahiran janin. Miometrium
teridiri dari lapisan otot, sehingga mampu berkontraksi dan berelaksasi. Otot
miometrium tersusun sedemikian rupa sehingga dapat mendoisinya keluar pada waktu
persalinan. Sesudah plasenta keluar akan mengalami pengecilan sampai keukuran
normal sebelumnya.

3) Lapisan Serosa atau Perimetrium


Perimetrium merupakan lapisan terluar dari uterus, lapisan ini juga sering di
sebut dengan lapisan serosa. Lapisan serosa atau perimetrium merupakan membran
berlapis ganda yang akan berlanjut ke abdomen dan disebut peritonium.
Uterus sebenarnya terapung di dalam rongga pelvis. Untuk mendukung
posisinya tada beberapa jaringan ikat dan ligamentum yang penyokong sehingga dapat
terfiksasi dengan baik, lapissan yang terdiri atas ligamentum yang menguatkan uterus,
yaitu :
a) Ligamentum Kardinale kiri dan kanan
Ligamentum terpenting yang mencegah uterus agar tidak ligamentum ini
terdiri dari jaringan tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina menuju arah
samping dinding pelvis.
b) Ligamentum Sakro Uterium kiri dan kanan
Ligamentum ini berfungsi untuk menahan uterus supaya tidak banyak bergerak
baik ke kiri maupun kekanan.
c) Ligamentum Rotundum kiri dan kanan
Ligamentum ini berfungsi menahan uterus agar tetap dalam keadaan anofleksi
atau tetap dalam posisinya dari sudut fundus uteri kiri kanan. Pada masa kehamilan,
seorang wanita biasanya merasa sakit saat berdiri di daerah pangkal paha karena
tarikan dari ligamentum retundum yang berkontraksi.
d) Ligamentum Latum kiri dan kanan
Ligamentum yang meliputi tuba. Sebenarnya ligamentum ini tidak banyak
membantu dalam fiksasi uterus, ia merupakan bagian dari peritonium yang meliputi
uterus dan tuba fallopi dan berbentuk sebagai lipatan.
e) Ligamentum Infundibulo Pelvikum
Ligamentum yang menahan tuba fallopi atau ligamentum yang memfiksasi
tuba fallopi dan ovarium ke dinding pelvis.

B. Fungsi Uterus
Fungsi uterus atau rahim adalah menerima sel telur yang dibuahi yang akan berubah
menjadi janin, dan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin. Otot uterus atau rahim
bersifat elastis sehingga dapat menyesuaikan dan dapat menjaga janin ketika proses
kehamilan selama 9 bulan.
Uterus adalah tempat dimana telur yang telah dibuah tertanam supaya terjadi
kehamilan. Setelah telur tertanam, uterus memberikan nutribagi janin yang tertanam dalam
endometrium melalui pembuluh darah yang di kembangkan secara khusus untuk tujuan ini.
Uterus manusia beratnya sekitar 2,2 kg atau 1 kg. Berat ini tetap sama bahkan selama
kehamilan, berat rahim tidak berubah tetapi membentang dan mengalami perubahan sesuai
yang diperlukan selama masa kehamilan.
Fungsi utama dari rahim adalah untuk memelihara dan memberikan tempat yang aman
untuk janin sebelum lahir. Rahim terletak di rongga panggul wanita antara rektum dan
kandung kemih, dan itu teridiri dari dua bagian : servik dan korpus. Organ terdekat teridiri
didukung oleh rahim karena penempatannya. Rahim tempat dimana sperma akan ditanamkan
ke sel telur, yang kemudian ditanamkan ke dinding rahim. Fungsi lain dari organ ini adalah
untuk mengalirkan aliran darah ke organ seksual selama gairah seksual dan hubungan intim.
Hal hormon, ketika ovulasi terjadi uterus mengarahkan aliran darah lebih sering ke alat
kelamin dan orseksual, yang meningkatkan kemungkinan pembuahan. Selama gairah aliran
darah diarahkan ke ovarium, vagina, labia, dan klitoris.
Leher rahim adalah bagian bawah rahim dan terbuat dari jaringan otot. Fungsi serviks
termasuk memberikandukungan untuk badan rahim, yaitu dikenal sebagai korpus atau fundus,
dan memungkinkan aliran menstruasi terjadi. Selain sperma memasuki uterus melalui leher
rahim, karena leher rahim membuka ke saluran vagina, dalam korpus uterus janin
ditempatkan dan saluran tuba yang terhubung. Organ seperti kandung kemih dan usus
bergantung pada penempatan rahim untuk menjaga struktur mereka ditempat dalam tubuh.
Sekitar satu kali perbulan, ovarium melepaskan ovum atau telur, yang dibawa dari
saluran tuba ke dalam rahim. Jika sperma hadir dalam leher rahim, telur mungkin dibuahi,
setelah itu implan kedalam dinding rahim dan menjadi embrio.

C. Pengertian Histerektomi
1. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang
wanita.
Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi
untuk hamil dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai
alasan. Penyebab yang paling sering dilakukan histerektomi adalah adanya kanker
mulut rahim atau kanker rahim.
2. Operasi pengangkatan kandungan (histerektomi) merupakan pilihan berat bagi
seorang wanita. Pasalnya, tindakan medis ini menyebabkan kemandulan dan
berbagai efek lainnya. Oleh karena itu, histerektomi hanya dilakukan pada penyakit-
penyakit berat pada kandungan (uterus).
3. Banyak hal yang dapat 'memaksa' praktisi medis dan pasien untuk memilih tindakan
pengangkatan kandungan. Fibroid atau mioma merupakan salah satu penyebab
tersering. Penyebab lainnya adalah endometriosis, prolapsus uteri (uterus keluar
melalui vagina), kanker (pada uterus, mulut rahim, atau ovarium), perdarahan per
vaginam yang menetap, dan lain-lain
D. Etiologi
 Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan
berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.
 Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim saja,
tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut dan rongga
panggul lainnya.
 Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.

E. Klasifikasi
1. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, kandungan diangkat tetapi
mulut rahim (serviks) tetap ditinggal. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena
kanker mulut rahim, sehingga masih perlu pemeriksaan Pap smear secara rutin.
2. Histerektomi total, yaitu mengangkat kandungan termasuk mulut rahim.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral, yaitu pengangkatan uterus, mulut
rahim, kedua tuba fallopi, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan
keadaan seperti menopause.
4. Histerektomi radikal, dimana histerektomi diikuti dengan pengangkatan bagian atas
vagina serta jaringan dan kelenjar limfe di sekitar kandungan. Operasi ini biasanya
dilakukan pada beberapa jenis kanker tertentu.
5. Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan di perut atau melalui vagina.
Pilihan teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis
penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lain.

F. Cara Melakukan Operasi Histerektomi


Sedangkan cara operasi histerektomi juga terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Histerektomi abdominal, dimana pengangkatan kandungan dilakukan melalui irisan
pada perut, baik irisan vertikal maupun horisontal (Pfanenstiel). Keuntungan teknik
ini adalah dokter yang melakukan operasi dapat melihat dengan leluasa uterus dan
jaringan sekitarnya dan mempunyai cukup ruang untuk melakukan pengangkatan
uterus. Cara ini biasanya dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat
kanker pada uterus. Kekurangannya, teknik ini biasanya menimbulkan rasa nyeri
yang lebih berat, menyebabkan masa pemulihan yang lebih panjang, serta
menimbulkan jaringan parut yang lebih banyak.
2. Histerektomi vaginal, dilakukan melalui irisan kecil pada bagian atas vagina. Melalui
irisan tersebut, uterus (dan mulut rahim) dipisahkan dari jaringan dan pembuluh
darah di sekitarnya kemudian dikeluarkan melalui vagina. Prosedur ini biasanya
digunakan pada prolapsus uteri. Kelebihan tindakan ini adalah kesembuhan lebih
cepat, sedikit nyeri, dan tidak ada jaringan parut yang tampak.
3. Histerektomi laparoskopi. Teknik ini ada dua macam yaitu histeroktomi vagina yang
dibantu laparoskop (laparoscopically assisted vaginal hysterectomy, LAVH) dan
histerektomi supraservikal laparoskopi (laparoscopic supracervical hysterectomy,
LSH). LAVH mirip dengan histerektomi vagnal, hanya saja dibantu oleh laparoskop
yang dimasukkan melalui irisan kecil di perut untuk melihat uterus dan jaringan
sekitarnya serta untuk membebaskan uterus dari jaringan sekitarnya. LSH tidak
menggunakan irisan pada bagian atas vagina, tetapi hanya irisan pada perut. Melalui
irisan tersebut laparoskop dimasukkan. Uterus kemudian dipotong-potong menjadi
bagian kecil agar dapat keluar melalui lubang laparoskop. Kedua teknik ini hanya
menimbulkan sedikit nyeri, pemulihan yang lebih cepat, serta sedikit jaringan parut.

Setelah histerektomi, siklus haid atau menstruasi akan berhenti dan wanita tidak dapat
lagi hamil. Jika pada histerektomi juga dilakukan pengangkatan ovarium (indung telur),
maka dapat timbul menopause dini.
Pada umumnya tindakan pengangkatan rahim ini dilakukan menggunakan teknik open
surgery, dengan membuat sayatan sekitar 15 cm pada dinding perut. Namun saat ini
tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara yang lebih baik, yakni melalui vagina atau
menggunakan laparoskopi. Kedua tindakan ini lebih baik dibandingkan dengan open
surgery karena waktu penyembuhan yang lebih cepat, nyeri pasca operasi lebih ringan,
serta tidak meninggalkan jaringan parut (bekas luka) besar di peut. Pada
operasi pengangkatan rahim melalui vagina bahkan tidak ada luka sama sekali di
perut. Laparoskopi memberi keuntungan dapat melihat keadaan organ di sekitar rahim
sehingga apabila didapatkan perlengketan atau kelainan pada organ di sekitar rahim,
lebih mudah untuk melakukan tindakan untuk memperbaikinya.

G. Teknik Operasi
Histerektomi telah lama menjadi alat diagnostik utama sekaligus pilihan terapi yang
efektif untuk adenomiosis. Prosedurnya dapat dilakukan per abdominal, per vaginam, dan
laparoskopi tergantung pada ukuran uterus, ada atau tidaknya patologi pelvis, serta
pengalaman operator.
Histerektomi pervaginal lebih disukai daripada histerektomi perabdominal karena
memiliki morbiditas lebih rendah dan pemulihan yang lebih cepat. Pada kasus
adenomiosis penyulit yang sering menyertai adalah adanya perlengketan. Laparoscopic-
assisted vaginal hysterectomy (LAVH) merupakan suatu prosedur yang dapat membantu
membebaskan perlengketan tersebut.
Histerektomi subtotal harus dihindari pada kasus adenomiosis karena meningkatnya
angka rekurensi adenomiosis pada tumpul vagina atau septum rektovagina.

 Ablasi dan Eksisi Menggunakan Histeroskopi


Histeroskopi operatif dapat digunakan untuk mereseksi polip adenomatous. Ablasi
endometrial dapat digunakan dengan menggunakan teknik rollerball resection atau
global ablation. Pada pasien dengan adenomiosis superfisial dengan penetrasi kurang
dari 2 mm dilakukan prosedur ablasi dengan hasil yang baik.
 Laparoscopic Electrocoagulation
Prosedur laparoskopi dengan menggunakan jarum monopolar ke dalam miometrium
yang terlibat, kirakira dengan interval 1-2 cm tergantung pada luasnya adenomiosis.
Koagulasi dilakukan menggunakan arus SO-W ke kedalaman 3-25 mm sehingga
menyebabkan nekrosis clan penyusutan miometrium. Kekurangan prosedur ini
dibandingkan dengan pembedahan eksisi adalah kemungkinan terjadinya konduksi
elektrik clan destruksi jaringan abnormal inkomplit clan tidak dapat diketahui pada
saat operasi. Selain itu dapat pula terjadi penurunan kekuatan miometrium yang telah
dirusak dan digantikan oleh jaringan parut yang memiliki tensile strength yang kurang.
Hal ini dapat menyebabkan ruptur uteri pada kehamilan trimester awaf. Prosedur ini
sudah jarang digunakan.

 Pembedahan Eksisi
Adenomiomektomi adalah eksisi surgikal jaringan miometrium yang terkena
adenomiosis pada pasien yang ingin mempertahankan uterusnya. Pembedahan
sitoreduktif ini dapat dilakukan melalui insisi mini laparotomi atau dengan laparoskopi
tergantung pada luas clan lokasi adenomiosis. Adenomioma yang terlokalisir lebih
memungkinkan dilakukan eksisi secara laparoskopi karena bentuknya menyerupai
mioma. Kesulitan akan timbul pada eksisi adenomiosis yang difus, yaitu pembersihan
jaringan miometrium yang berlebihan karena batas adenomiosis clan miometrium
normal tidak jelas.'4 Pendekatan lainnya adalah penggunaan elektroda monopolar
untuk mengambil jaringan yang terkena atau menggunakan morselator untuk
mengeluarkan miometrium yang terkena.
Kelemahan penggunaan laparoskopi pada "kasus seperti ini adalah kesulitan dalam
melakukan hemostasis dan pemeriksaan luasnya adenomiosis tanpa melakukan palpasi
uterus. Pembedahan terbuka masih merupakan pilihan pada adenomiosis yang luas.
Fujishita dkk'S (2004) melaporkan perkembangan baru yaitu ditemukannya modifikasi
pendekatan yang dinamakan teknik transverse H. Teknik ini terdiri atas 1 insisi
vertikal dan 2 insisi horizontal yang akan memudahkan dalam mengambil jaringan
adenomiotik dalam jumlah yang cukup.
Bagi mereka yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya, manajemen bedah
pada kasus yang berat terutama adenomiosis adalah sulit karena seseorang harus
mengeksisi secara difus termasuk jaringan dan mencegah terjadinya ruptur uteri dalam
hal kehamilan. Probabilitas ruptur uteri setelah bedah radikal intervensi kemungkinan
akan lebih tinggi daripada miomektomi, yang menggarisbawahi pentingnya
rekonstruksi secara tepat dari dinding rahim. Prasyarat untuk operasi adenomiosis
untuk tujuan mempertahankan fungsi reproduksi adalah sebagai berikut :
1. Pertama, sangat ideal jika patensi tuba dapat dipertahankan untuk memungkinkan
mempertahankan kehamilan yang alami.
2. Kedua, rongga uterus harus selalu utuh untuk menjamin implantasi.Ketiga,
dinding rahim harus direkonstruksi dengan benar untuk mengaktifkannya dan
untuk mempertahankan pertumbuhan janin berikut konsepsi. Dengan kata lain,
seseorang harus merekonstruksi dinding rahim yang dapat menanggung penipisan
yang terkait dengan perluasan rongga rahim akibat perkembangan kehamilan.
Dapat juga terjadi masalah karena terulangnya kondisi tersebut.
Teknik terbaru ditemukan oleh Osada dkk'6 dengan melakukan reseksi radikal
jaringan adenomiomatous dengan metode triple-flap untuk merekonstruksi
dinding uterus. Seratus empat pasien yang memiliki adenomiosis lebih dari 80%
dinding anterior dan posterior, dengan ketebalan dinding lebih dari 6 cm yang
dibuktikan oleh MRI dan ultrasonografi. Setelah uterus dapat diidentifikasi dan
dikeluarkan dilakukan tourniquet pada supraservikal. Penempatan tourniquet ini
sangat penting bagi kesuksesan operasi ini. Setelah rekonstruksi dengan triple-
flap, tourniquet dapat dilepas Uterus yang membesar disayat dengan skalpel dari
permukaan serosa dari fundus, ke garis tengah dan di sagital, semuanya menuju ke
bawah hingga adenomiosis sampai ke kavum uteri. Pada keadaan ini, seluruh
bagian adenomiosis terlihat secara jelas.

Tindakan pengangkatan rahim menggunakan laparoskopi dilakukan menggunakan


anestesi (pembiusan) umum atau total. Waktu yang diperlukan bervariasi tergantung
beratnya penyakit, berkisar antara 40 menit hingga tiga jam. Pada kasus keganasan
stadium awal, tindakan histerektomi radikal dapat pula dilakukan menggunakan
laparoskopi. Untuk ini diperlukan waktu operasi yang relatif lebih lama.
Apabila dilakukan histerektomi subtotal, maka jaringan rahim dikeluarkan
menggunakan alat khusus yang disebut morcellator sehingga dapat dikeluarkan melalui
llubang 10 mm. Apabila dilakukan histerektomi total, maka jaringan rahim dikeluarkan
melalui vagina, kemudian vagina dijahit kembali.

Operasi dilakukan umumnya menggunkan empat lubang kecil berukuran 5‐ 10 mm,

satu di pusar dan tiga di perut bagian bawah.

H. Komplikasi dan efek samping


Komplikasi histerektomi menggunakan laparoskopi pada umumnya sama dengan
tindakan operasi laparoskopi lainnya, diantaranya :
 Cedera pada organ sekitar seperti usus, kandung kencing, ureter. Hal ini terutama

timbul apabila didapatkan perlengketan hebat pada organ‐organ tersebut.

 Perdarahan : perdarahan yanga cukup banyak kadangkala memerlukan transfusi darah


 Infeksi : Jarang dijumpai
 Perubahan teknik operasi menjadi open surgery : pada beberapa keadaan misalnya
perlengketan yang sangat hebat, operasi laparoskopi lebih membawa resiko sehingga
open surgery lebih dipilih.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRE OP

1. Nyeri Akut b.d proses infeksi

2. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume aktif

3. Ansietas b.d. krisis situasional

POST OP

1. Nyeri Akut b.d. luka post appendictomy

2. Kerusakan Integritas Jaringan b.d. prosedur operasi

3. Resiko Infeksi

4. Kurang Pengetahuan b.d. kurang informasi


DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Nyeri b/d : NOC : NIC :
□ Agen cederah fisik Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
□ Agen cedar biologis keperawatan selama ……… x 24 1. Kaji secara komperhensif
□ Agen cedera jam nyeri terkontrol. tentang nyeri, meliputi : skala
psikologis Kriteria hasil : nyeri, lokasi, karakteristik dan
□ Agen cederah zat No. Kriteria Score onset, durasi, frekuensi,
kimia. 1. Mengenal factor kualitas, intensitas / beratnya
penyebab nyeri nyeri, dan factor-faktor
2. Mengenali tanda presipitasi.
dan gejala nyeri 2. Observasi isyarat-isyarat

3. Mengetahui onset non verbal dari

nyeri ketidaknyamanan.

4. Menggunakan 3. Kolaborasi pemberian

langkah-langkah analgetik sesuai dengan

pencegahan nyeri. anjuran sebelum memulai


aktivitas.
5. Menggunakan
4. Gunakan komunikasi
teknik relaksasi
terapeutik agar klien dapat
6. Menggunakan
mengekspresikan nyeri.
analgesic yang tepat
5. Kaji latar belakang budaya
7. Melaporkan nyeri
klien.
terkontrol
6. Evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan
Keterangan :
mengontril nyeri yang telah
1. Tidak pernah menunjukan
digunakan.
2. Jarang menunjukan
7. Berikan dukungan terhadap
3. Kadang-kadang menunjukan
klien dan keluarga.
4. Sering menunjukan 8. Berikan informasi tentang
5. Selalu menunjukan. nyeri, seperti : penyebab,
berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan.
9. Motivasi klien untuk
memonitor sendiri nyerinya.
10. Ajarkan penggunaan teknik
relaksasi napas dalam.
11. Evaluasi keefektifan dari
tindakan mengontrol nyeri.
12. Tingkatkan tidur / istirahat
yang cukup.
13. Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau terjadi
keluhan.

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Resiko / NOC: NIC :
kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Monitoring :
cairan keperawatan …x24 jam, kelebihan 1. Observasi status mental
B/d: volume cairan dapat 2. Monitor output urine dan
□ kehilangan cairan berkurang atau teratasi. catat adanya perubahan jumlah,
aktif (muntah, Kriteria hasil : warna dan konsentrasi urine.
diare) No. Kriteria Score 3. Monitor turgor kulit,
□ kegagalan 1. Temperature : membrane mukosa dan perasaan
mekanisme regulasi (36,5 – 37,5 °c) haus klien.
2. Perubahan status 4. Monitor adanya tanda
mental (-) dehidrasi.
5. Ukur tanda-tanda vital dan
3. Nadi dalam batas CVP.
normal : 60 – 6. Ukur CRT, kondisi dan
100 x/menit suhu kulit.
4. RR : 12-20 x/ 7. Timbang berat badan
menit sesuai indikasi.
5. Tekanan darah : 8. Kaji status mental
(100 – 140/ 60-
90 mmHg) Mandiri :

6. Turgor kulit 1. Memasang dan

7. Produksi urine mempertahankan akses

0,5 – 1 ml/Kg vena perifer (infus)

BB/jam 2. Berikan perawatan kulit


pada bbagian penonjolan tulang.
8. Konsistensi urine
Pendidikan kesehatan
normal (kuning
1. Ajurkan klien untuk
jerni, tidak ada
meningkatkan intake cairan.
endapan)
2. Anjurkaan klien untuk
9. CRT < 2 s
meningkatkan intake nutrisi
10. Mukosa
untuk meningkatkan kadar
membrane dan
albumin dalam darah.
kulit kering
(-)
Kolaborasi :
11. Hematokrit 35%
1. Beri terapi cairan sesuai
- 50%
instruksi dokter.
12. Penurunaan berat
2. Beri transfuse darah sesuai
badan secara
hasil kolaborasi dengan medis.
signifikan (-)
3. Berikan terapi farmakologi
13. Rasa haus
untuk meningkatkan jumlah urine
berlebihan (-)
output.
14. Kelemahan (-)
4. Kolaborasi pemeriksaan
kadar elektrolit, BUN, creatinin
Keterangan :
dan kadar albumin.
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang – kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan.

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Ansietas NOC: NIC :
B/d: Setelah dilakukan intervensi Monitoring :
□ Faktor keturunan keperawatan selama .... x 24 Jam, 1. Gunakan pendekatan
□ Krisis situasional kecemasan teratasi. yang menenangkan
□ Stress Kriteria hasil : 2. Nyatakan dengan
□ Perubahan status No. Kriteria Score jelas harapan terhadap
kesehatan 1 Klien mampu pelaku pasien
□ Ancaman kematia mengidentifikasi 3. Jelaskan semua
n dan prosedur dan apa yang
□ Perubahan mengungkapkan dirasakan selama
konsepdiri gejala cemas prosedur
□ Kurang 2 Mengidentifikasi, 4. Temani pasien untuk
pengetahuan mengungkapkan memberikan keamanan
□ Hospitalisasi dan menunjukkan dan mengurangi takut
tehnik untuk 5. Berikan informasi
mengontol cemas faktual

3 Vital sign dalam mengenaidiagnosis,

batas normal tindakan prognosis

4 Postur tubuh, 6. Libatkan keluarga

ekspresi wajah, untuk mendampingi

bahasa tubuh dan klien

tingkat aktivitas 7. Instruksikan pada

menunjukkan pasien

berkurangnya untukmenggunakan

kecemasan tehnik relaksasi


8. Dengarkan dengan
Keterangan : penuh perhatian
1. Tidak pernah menunjukan 9. Identifikasi tingkat
2. Jarang menunjukan kecemasan
3. Kadang – kadang 10. Bantu pasien
menunjukan mengenal situasi
4. Sering menunjukan yangmenimbulkan
5. Selalu menunjukan. kecemasan
11. Dorong pasien
untukmengungkapkan
perasaan,
ketakutanpersepsi

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Resiko tinggi NOC: NIC :
Infeksi Setelah dilakukan tindakan Monitoring :
B/d: keperawatan selama .. x 24jam, 1. Batasi pengunjung bila perlu
□ Prosedur Invasif pasien tidak mengalami 2. Tingkatkan intake nutrisi
□ Kerusakan infeksi. 3. Monitor tanda dan gejala
jaringan dan Kriteria hasil : infeksi sistemik dan local
□ peningkatan No. Kriteria Score 4. Pertahankan teknik isolasi
paparan 1. Klien bebas dari k/p
lingkungan tanda dan gejala 5. Inspeksi kulit dan membran
□ Malnutrisi infeksi mukosa terhadap kemerahan,
□ Peningkatan 2. Menunjukkan panas, drainase
6. Monitor adanya luka
paparan kemampuan 7. Kaji suhu badan pada pasien
lingkungan untuk mencegah neutropenia setiap 4 jam
pathogen timbulnya infeksi Mandiri :
□ Imunosupresi 3. Jumlah leukosit 8. Pertahankan teknik aseptif
□ Tidak adekuat dalam batas 9. Cuci tangan setiap sebelum
pertahanan normal dan sesudah tindakan
sekunder 4. Menunjukkan keperawatan
(penurunan Hb, perilaku hidup 10. Gunakan baju, sarung tangan
□ Leukopenia, sehat sebagai alat pelindung
penekanan 11. Ganti letak IV perifer dan
respon Keterangan : dressing sesuai dengan
inflamasi) 1. Tidak pernah menunjukan petunjuk umum
□ Penyakit kronik 2. Jarang menunjukan 12. Gunakan kateter intermiten
□ Pertahan primer 3. Kadang – kadang untuk menurunkan infeksi
tidak adekuat menunjukan kandung kencing
(kerusakan 4. Sering menunjukan 13. Dorong masukan cairan
kulit, trauma 5. Selalu menunjukan. 14. Dorong istirahat
jaringan,
gangguan Pendidikan Kesehatan
peristaltik) 1. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi

Kolaborasi :
1. Berikan terapi antibiotik

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
Kurang NOC: NIC :
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pendidikan Kesehatan
B/d: keperawatan selama .. x 24 jam, 1. Kaji status mental

□ Keterbatasan pasien tidak mengalami abnormal


infeksi. 2. Berikan penilaian tentang
kognitif
Kriteria hasil : tngkat pengetahuan
□ Interpretasi
No. Kriteria Score pasien dan keluarga
informasi yang
1. Pasien dan keluarga tentang proses penyakit
salah
memahami yang spesifik
□ Kurang mengenai penyakit, 3. Jelaskan patofisiologi
keinginan untuk kondisi, prognosis, dari penyakit dan
mencari dan program bagaimana hal ini
informasi pengobatan berhubungan dengan

□ Tidak 2. Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,


mampu dengan cara yang tepat
mengetahui
melaksanakan 4. Gambarkan tanda dan
sumber-sumber
prosedur yang gejala yang biasa muncul
informasi
dijelaskan secara pada penyakit, dengan
benar cara yang tepat

3. Pasien dan keluarga 5. Sediakan informasi pada

dapat menjelaskan pasien dan keluarga

kembali apa yang tentang kondisi, proses

telah dijelaskan perawatan, cara merawat,

oleh prosedur tindakan

perawat/paramedis 6. Sediakan informasi untuk

lainnya klien dan keluarga


mengenai kemajuan
Keterangan : kondisi
6. Tidak pernah menunjukan
7. Jarang menunjukan
8. Kadang – kadang menunjukan
9. Sering menunjukan
10. Selalu menunjukan.

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
Kerusakan NOC: NIC :
Integritas Jaringan Setelah dilakukan tindakan Monitoring
B/d: keperawatan selama .. x 24jam,
· Monitor proses penyembuhan

□ Rusaknya Jaringan pasien tidak mengalami pada luka post op


infeksi. · Kaji luka post op akan adanya
Kriteria hasil : kemerahan, edema, atau tanda-
No. Kriteria Score tanda dehidence dan evisceration
1. Integritas kulit · Monitor adanya tanda-tanda
2. Erithema infeksi

3. Indurasi
Mandiri
4. Jaringan scar
· Catat karakteristik drainage
5. Drainage
· Lakukan rawat luka sesuai
jadwal dan dengan menggunakan
Keterangan :
teknik steril
1. Tidak pernah menunjukan
· Gunakan balutan primer dan
2. Jarang menunjukan
sekunder yang sesuai
3. Kadang – kadang
· Ganti dressing sesuai jadwal
menunjukan
· Bersihkan luka dari are bersih ke
4. Sering menunjukan
kotor
5. Selalu menunjukan.
· Angkat jahitan, closure strip,
dan staples sesuai indikasi

Pendidikan Kesehatan
· Edukasi klien dan keluarga
untuk memperhatikan
kebersihan, mobilisasi dan
nutrisi
· Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
protein

Kolaborasi
· Kolaborasi pemberian antibiotik

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim, uterus) seorang wanita.
Dengan demikian, setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi
untuk hamil dan mempunyai anak.
2. Histerektomi biasanya dilakukan karena berbagai alasan. Penyebab yang paling sering
dilakukan histerektomi adalah adanya kanker mulut rahim atau kanker rahim.
Beberapa penyebab lain adalah :
 Fibroid, yaitu tumor jinak rahim, terutama jika tumor ini menyebabkan perdarahan
berkepanjangan, nyeri panggul, anemia, atau penekanan pada kandung kencing.
 Endometriosis, dimana dinding rahim bagian dalam seharusnya tumbuh di rahim
saja, tetapi ikut tumbuh di indung telur (ovarium), tuba Fallopi, atau organ perut
dan rongga panggul lainnya.
 Prolapsus uteri, yaitu keluarnya kandungan melalui vagina.
 Dan lain-lain.

B. Saran
Selain itu, histerektomi dapat dilakukan melalui irisan di perut atau melalui vagina.
Pilihan teknik ini tergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit
yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lain.
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga enam minggu.
Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak bergerak yang dapat
memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi makanan,? disarankan untuk
menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti kacang buncis, kacang panjang,
brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas. Seperti setelah operasi lainnya, makan
makanan yang kaya protein dan meminum cukup air akan membantu proses pemuihan.

DAFTAR PUSTAKA

Dey, S. K., Lim, H., Das, S. K., Reesee, J., Paria, B.C., Daikoku, T., and Wang, H.
2003. Molecular Cues to Implantation. Endocrine Reviews. 95, 7191-7196.
Hakimi, M. 1996. Fisiolgi dan Patologi Persalinan. Yayasan Essentia Medica. Jakarta.
Manuaba, I. 1998. Ilmu kebidana dan Penyakit Kandungan. EGC. Jakarta.
Sylvia, W. C., James, C., Page, M and Korach, K.S. 1999. Disruption of estrogen signaling
does not prevent progesterone action in the estrogen receptor knockout mouse uterus.
J. Biochemistry Vol. 96 3646-3651.
Abercrombie. 1993. Kamus Lengkap Biologi. Erlangga. Jakarta.
Bibhas, C., Paria., Ma, W., Tan, J., Raja, S., Sonjoy, K., Sudhansu, K., Dey. Brigid, L., M.,
Hogan. 2000. Cellular and molecular responses of the uterus to embryo implantation
can be elicited by locally applied growth factors. J. Dev. Bio. 98, 1047-1052.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN
HISTEREKTOMI
Disusun Oleh Kelompok 3:

ASEP MULYANA

RIA

HENDI ARIJADI

RATNA SANTOSA

SARIATI

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) YATSI

Jl. Aria Santika No. 40A Bugel Mekarsari Karawaci

Kota Tangerang – Banten

2018

Anda mungkin juga menyukai