LANDASAN TEORI
Istilah pelatihan berasal dari kata training dalam bahasa inggris yang berarti: A
short-term educational process utilizing a systematic and organized procedure by which
non-manajerial personnel learn technical knowledge and skills for a definite purpose”
Andrew F. Sikula dalam (Suwatno & Donni Juni Priansa 2016). Sementara itu “Pelatihan
merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan,
atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja” (Simamora, 2006:273). Menurut pasal I
ayat 9 undang-undang No.13 Tahun 2003. Dari pengertian menurut beberpa para ahli diatas
dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah merupakan suatu usaha yang terencana untuk
memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian
dan perilaku oleh para pegawai.
Seorang karyawan yang baru saja bekerja disebuah perusahaan harus diberikan
pelatihan (training) agar karyawan tersebut mengetahui bagaimana melakukan
pekerjaan sesuai dengan job description yang ia miliki dalam perusahaan tersebut.
Tidak hanya untuk karyawan baru, tetapi pelatihan juga harus diberikan kepada
karyawan yang sudah lama bekerja dalam upaya mengembangkan keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki.
Manullang (2012), para pegawai akan berkembang lebih cepat dan lebih baik,
serta dapat bekerja lebih efisien, apabila sebelum mereka bekerja, mereka menerima
latihan terlebih dahulu, di bawah pengawasan seorang pengawas instruktur yang ahli.
Lebih lanjut, Samsudin (2010) juga menjelaskan beberapa faktor penyebab
diperlukannya pelatihan, yaitu sebagai berikut:
1. Kualitas Angkatan Kerja, terdiri dari dan orang-orang yang berharap untuk
memiliki pekerjaan. Kualitas angkatan kerja merupakan hal yang sangat penting.
Kualitas disini berarti kesiapsediaan dan potensi angkatan kerja yang ada.
2. Persaingan Global, perusahaan-perusahaan harus menyadari bahwa mereka
menghadapi persaingan di pasar global. Agar dapat memenangkan persaingan,
perusahaan bisnis harus mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih
murah. Untuk itu, diperlukan senjata yang ampuh untuk menghadapi persaingan
agar tetap survive dan memiliki dominasi. Senjata tersebut adalah pendidikan dan
pelatihan.
3. Perubahan yang Cepat dan Terus-menerus, di dunia ini tidak ada satu hal yang
tidak berubah. Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus-menerus.
Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap baru hari ini, mungkin besok pagi
sudah usang. Dalam keadaan seperti ini sangat penting memperbaharui
kemampuan karyawan secara konstan. Organisasi atau perusahaan yang tidak
memahami perlunya pelatihan tidak mungkin dapat mengikuti perubahan yang
terjadi.
4. Masalah Alih Teknologi, alih teknologi adalah perpindahan atau transfer dari satu
teknologi ke teknologi lainnya. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi. Tahap
pertama adalah komersialisasi teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium
riset. Tahap ini merupakan pengembangan bisnis dan tidak melibatkan pelatihan.
Tahap kedua adalah difusi teknologi yang memerlukan pelatihan. Difusi teknologi
adalah proses pemindahan teknologi yang baru ke dunia kerja untuk meningkatkan
produktivitas, kualitas, dan daya saing.
5. Perubahan Demografi, perubahan demografi menyebabkan pelatihan menjadi
semakin penting. Kerja sama tim merupakan unsur pokok dalam pengembangan
sumber daya manusia maka pelatihan dibutuhkan untuk melatih karyawan yang
berbeda latar belakang agar dapat bekerja bersama secara harmonis.
1. Instruktur
Mengingatkan pelatihan umumnya berorientasi pada peningkatan skill,
maka para pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan harus
benar-benar memiliki kaulifikasi yang memadai sesuai dengan bidangnya,
profesional dan berkompeten;
a. Kualifikasi/kompetensi yang memadai
b. Memotivasi peserta
c. Kebutuhan umpan balik
2. Peserta Pelatihan
Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu
dan kualifikasi yang sesuai;
a. Semangat mengikuti pelatihan
b. Keinginan untuk memperhatikan
3. Materi
Pelatihan sumber daya manusia merupakan materi atau kurikulum yang
sesuai dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh
perusahaan;
a. Menambah kemampuan.
b. Kesesuaian materi dengan tujuan pelatihan.
4. Metode
Metode pelatihan akan menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan sumber
daya manusia yang efektif, apabila sesuai dengan jenis materi dan kemampuan
peserta pelatihan;
a. Kesesuaian metode dengan jenis pelatihan.
b. Kesesuaian metode dengan materi pelatihan.
5. Tujuan
Pelatihan memerlukan tujuan yang telah ditetapkan, khususnya terkait
dengan penyususnan rencana aksi (action plan) dan penetapan sasaran, serta
hasil yang diharapkan dari pelatihan yang diselenggarakan;
a. Keterampilan peserta pelatihan
b. Pemahaman etika kerja peserta pelatihan.
2.1.4 Metode Pelatihan
Berhasil atau tidaknya suatu pelatihan, juga dalam hal ini menentukan apakah
pelatihan yang dilakukan sudah efektif atau tidak, hal tersebut dipengaruhi oleh
metode pelatihan yang digunakan. Samsudin (2010) mengatakan bahwa berdasarkan
sumbernya, metode pelatihan dapat dibagi menjadi dua kategori sebagai berikut:
1. In-house atau on-site training, In-house training (IHT) berupa on the job training,
seminar atau lokakarya, instruksi lewat media (video, tape, dan satelit), dan
instruksi yang berbasis computer.
2. External atau outside training, External training terdiri dari kursus, seminar, dan
lokakarya yang diselenggarakan oleh asosiasi professional dan lembaga
pendidikan.
Berhasil atau tidaknya pelatihan yang dilakukan oleh suatu perusahaan perlu
diukur, agar perusahaan mengetahui program pelatihan yang dilakukan sudah baik
atau belum. Manullang (2012) menjelaskan ada empat jenis pendekatan untuk
mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap suatu program latihan, yaitu:
1. Reaksi, untuk dapat mengevaluasi suatu latihan dalam suatu session atau topik
pembicaraan yaitu dengan cara mengetahui reaksi dari peserta terhadap latihan
tersebut, secara keseluruhan. Reaksi tersebut dapat ditentukan dengan meminta
peserta mengisi daftar evaluasi dan meminta peserta mengisi lembaran
reaksi/form.
2. Pelajaran, pendekatan untuk mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap suatu
program latihan, dapat juga diketahui dari pengetahuan, sikap dan keahlian apa
yang telah dipelajari, selama program latihan tersebut berlangsung atau dengan
kata lain, hal ini juga dapat diketahui dengan dua cara yaitu:
a. Meminta peserta latihan untuk mendemonstrasikan mengenai pengetahuan
apa yang telah dipelajarinya.
b. Mengadakan pre dan post test dengan cara (a) sudah menunjukkan hasil
yang nyata, sedangkan dengan cara (b) masih belum, sehingga apabila
dilakukan penilaian dengan cara (b), maka harus dibandingkan hasil dari
pre dan post test agar dapat diketahui pengetahuan apa yang telah
dipelajarinya.
3. Tingkah laku peserta, pendekatan untuk mengadakan evaluasi atau penilaian
terhadap suatu program latihan, dapat juga diketahui dari perubahan tingkah laku
peserta, selama program latihan tersebut berlangsung atau dengan kata lain, ada
beberapa pedoman yang dapat digunakan, yaitu:
a. Mengadakan penilaian secara sistematis, dengan membandingkan sebelum
pelaksanaan latihan dan setelah pelaksanaan latihan
b. Penilaian pelaksanaan dilakukan oleh satu atau beberapa pihak, yaitu:
Peserta latihan, Atasan dari peserta latihan, Bawahan peserta lahihan dan
Teman-teman yang paham mengenai cara pelaksanaan pekerjaan tersebut.
4. Hasil tujuan dari program latihan, dapat dinyatakan berhasil, apabila peserta
latihan tersebut, dapat merealisasikan satu atau beberapa hasil antara lain:
Menaikkan jumlah keuntungan, Menurunkan jumlah biaya, Menurunkan turn over,
Menurunkan jumlah absen dan Menaikkan kualitas dan kuantitas dan lain
sebagainya.
1. Memperbaiki Kinerja
Karyawan-karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan karena
kekurangan keterampilan merupakan calon utama pelatihan. Kendatipun
pelatihan tidak dapat memecahkan semua masalah kinerja yang tidak efektif,
program pelatihan dan pengembangan yang sehat sering berfaedah dalam
meminimalkan masalah ini.
2. Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi
Melalui pelatihan, pelatih (trainer) memastikan bahwa karyawan dapat
mengaplikasikan teknologi baru secara efektif. Para manajer di semua bidang
haruslah secara konstan mengetahui kemajuan teknologi yang membuat
organisasi mereka berfungsi secara lebih efektif. Perubahan teknologi, pada
gilirannya, berarti bahwa pekerjaan senantiasa berubah dan keahlian serta
kemampuan karyawan haruslah dimutakhirkan melalui pelatihan, sehingga
kemajuan teknologi dapat diintegrasikan ke dalam organisasi secara sukses.
3. Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompoten dalam
pekerjaan
Seorang karyawan baru acapkali tidak menguasai keahlian dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi ”job competent” yaitu mampu
mencapai output dan standar mutu yang diharapkan.
4. Membantu memecahkan masalah operasional
Para manajer harus mencapai tujuan mereka dengan kelangkaan dan
kelimpahan sumber daya. Kelengkapan sumber daya finansial dan sumber daya
teknologi (human technological resources), dan kelimpahan masalah keuangan,
manusia, dan teknologi. Barangkali keduanya terikat erat. Para manajer
diharapkan mencapai sering melebihi tujuan-tujuan yang menantang kendatipun
mencuat konflik antar pribadi, standar dan kebijakan kabur, penundaan jadwal,
kekurangan, tindak ketidakhadiran dan putaran karyawan yang tinggi, serta
berbagai kendala lainnya.
5. Mempersiapkan karyawan untuk promosi
adalah satu cara untuk menarik, menahan, dan memotivasi karyawan
adalah melalui program pengembangan karier yang sistematik. Pengembangan
kemampuan promosional karyawan konsisten dengan kebijakan sumber daya
manusia untuk promosi dalam. Pelatihan dalam unsur kunci dalam sistem
pengembangan karier.
6. Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi
Selama beberapa hari pertama di pekerjaan, karyawan baru membentuk
kesan pertama mereka terhadap organisasi dan tim manajemen. Kesan ini dapat
meliputi kesan yang menyenangkan sampai yang tidak meng-enakkan, dan dapat
mempengaruhi kepuasan kerja dan keseluruhan produktivitas karyawan. Karena
alasan inilah, beberapa penyelenggaraan orientasi melakukan upaya bersama
dengan tujuan mengorientasikan para karyawan baru terhadap organisasi dan
pekerjaan secara benar.
7. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi
Sebagian besar manajer adalah berorientasi pencapaian dan membutuhkan
tantangan baru dipekerjaannya. Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan
peran ganda dengan menyediakan aktivitas-aktivitas yang menghasilkan
efektivitas organisasi yang lebih besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi
bagi semua karyawan.
1. Productivity
Dengan pelatihan akan dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dan perubahan tingkah laku. Hal ini dapat diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan.
2. Quality
Penyelenggaraan pelatihan tidak hanya dapat memperbaiki kualitas dari tenaga
kerja namun diharapkan akan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam bekerja. Dengan demikian kualitas dari output yang dihasilkan
akan tetap terjaga bahkan menigkat.
3. Human Resource Planning
Dengan adanya pelatihan akan memudahkan seorang pekerja untuk mengisi
kekosongan jabatan dalam suatu perusahaan, sehingga perencanaan tenaga kerja
dapat dilakukan sebaik-baiknya.
4. Morale
Diharapkan dengan adanya pelatihan akan dapat meningkatkan prestasi kerja dari
karyawan sehingga akan dapat menimbulkan peningkatan upah karayawan.
5. Indirect Compensation
Pemberian kesempatan pada karyawan untuk mengikuti pelatihan dapat diartikan
sebagai pemberian balas jasa atas prestasi yang telah dicapai pada waktu yang lalu
6. Health and Safety
Merupakan langah terbaik dalam rangka mencegah atau mengurangi terjadinya
kecelakaan kerja dalam suatu perusahaan sehingga akan menciptakan suasana
kerja yang tenang
7. Obsolence Prevention
Pelatihan akan mendorong inisiatif dan kreativitas tenaga kerja, langkah ini
diharapkan akan dapat mencegah tenaga kerja dari sifat kadaluawarsa.
8. Personal Growth
Memberikan kesempatan bagi seseorang tenaga kerja untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja termasuk
meningkatkan perkembangan pribadinya.
1. Kuantitas kerja adalah merupakan suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam
jumlah tertentu dengan perbandingan standar ada atau ditetapkan oleh perusahan
2. Kualitas kerja adalah merupakan suatu standar hasil yang berkaitan dengan mutu
dari suatu produk yang dihasilkan oleh karyawan dalam hal ini merupakan suatu
kemampuan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan secara teknis dengan
perbandingan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Ketepatan waktu merupakan tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada awal waktu
yang ditentukan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur
dan persepsi karyawa terhadap suatu aktivitas yang disediakan diawal waktu
sampai menjadi output.