Anda di halaman 1dari 1

Temperatur kritis adalah suhu tertinggi yang dapat mengubah fase gas suatu zat menjadi fase cair

dengan cara menaikkan tekanan. Sedangkan tekanan kritis adalah tekanan tertinggi yang dapat
mengubah fase cair suatu zat menjadi fase gas dengan cara menaikkan temperatur. Pada kondisi ini
fluida memiliki sifat di antara cairan dan gas. Metode ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain

Kekuatan solven dapat diatur sesuai keperluan dengan mengatur kondisi operasinya.

Daya larut solven tinggi karena bersifat seperti cairan.

Viskositas solven rendah karena bersifat seperti gas, sehingga koefisien perpindahan massanya tinggi.

Pemisahan kembali solven dari ekstrak cukup cepat dan sempurna karena pada keadaan normal solven
tersebut berupa gas, sehingga dengan penurunan tekanan solven otomatis akan keluar sebagai gas.

Dapat menggunakan solven berupa fluida yang tidak merusak lingkungan dan tidak mudah terbakar.

Difusi dalam padatan dapat berlangsung cepat.

Temperatur operasi bisa rendah sekalipun tekanannya tinggi.

Salah satu fluida yang sering dipakai sebagai solven dalam ekstraksi superkritis adalah gas CO2, yang
memiliki temperatur kritis 31,3 derajat Celcius dan tekanan kritis 74 atm. Dengan menggunakan CO2
sebagai solven, ekstraksi superkritis dapat dijalankan pada suhu rendah dan tekanan yang tidak terlalu
tinggi. Keuntungan lain adalah kita tidak perlu membuat CO2 melainkan cukup menyaringnya dari udara
sekitar.

Sebagai fluida superkritis, CO2 telah cukup banyak dimanfaatkan di bidang penelitian dan industri.
Contohnya adalah dalam proses ekstraksi maupun de-ekstraksi senyawa-senyawa aktif dari tumbuhan
untuk pengobatan atau senyawa-senyawa penting untuk industri makanan, misalnya ekstraksi minyak
atsiri lemon, jahe, beta-carotene dari tumbuh-tumbuhan atau de-ekstraksi kafein pada kopi

Anda mungkin juga menyukai