Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan penyertaan-
Nya, makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai Nilai Budaya Indonesia” ini dapat terselesaikan meskipun
masih terdapat kekurangan di dalamnya.

Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita yang terkenal akan kesakralannya,
yang terkenal dengan semboyannya “Bhinneka Tunggal Ika”. Di mana simbolnya merupakan lambang
keagungan bangsa Indonesia yang terpancar dalam bentuk Burung Garuda. Simbol di dadanya
merupakan pengamalan hidup yang menjadikan Indonesia benar-benar khas ideologi dari bangsa
Indonesia. Itulah lambang negara kita, pengamalan sekaligus ideologi kita, Pancasila.

Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung di dalam
lima garis besar dalam kehidupan berbangsa negara. Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan
tak jua lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi
nilai-nilai Pancasila tersebut.

Indonesia hidup di dalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan agama. Dari
ke semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan bersatu di dalam
persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

Tidak jauh dari hal tersebut, Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam
keberagaman budaya. Dan menjadikan Pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan budaya
satu dengan yang lain. Karena ikatan yang satu itulah, Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam
kebudayaan yang ada di Indonesia.

PANCASILA SEBAGAI NILAI BUDAYA INDONESIA

A. PENGERTIAN NILAI

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna

bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna

bagi kehidupan manusia.

Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai

ideologi terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4

dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.

Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya

nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum

operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam

kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya undang-undang


sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar yang terkandung

dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih lanjut. Penjabaran itu

sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu kemudian dinamakan Nilai

Instrumental.

Nilai Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang

dijabarkannya Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam

bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas

yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh

bertentangan dengan nilai-nilai dasarnya.

B. CIRI-CIRI NILAI

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.

a) Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang

bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang

bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,

tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah

kejujuran itu.

b) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita,

dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai

diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak.

Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku

yang mencerminkan nilai keadilan.

c) Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukungnilai. Manusia
bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.

Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong
untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.

C. MACAM-MACAM NILAI

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu

a) Nilai logika adalah nilai benar salah.

b) Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.

c) Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.

Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan.

Jika seorang siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika.

Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan

siswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan

pada tempatnya kita mengatakan demikian.

Contoh nilai estetika adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton

sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat

subjektif pada diri yang bersangkutan. Seseorang akan merasa senang dengan

melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat indah, tetapi orang lain mungkin

tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu

indah.

Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan

baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak

semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan

manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan

kita sehari-hari.

Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai

itu adalah sebagai berikut.

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani

manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai kerohanian meliputi

1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.

2) Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan

(emotion) manusia.

3) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,

Will) manusia.

Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta

bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.

D. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI

Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa

konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan

fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila

yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar

dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan

Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan

sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa

nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai

persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.

1. Makna Nilai dalam Pancasila

a. Nilai Ketuhanan

Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan

bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini

menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang

ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk

memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak

berlaku diskriminatif antarumat beragama.


b. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan

perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan

hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

c. Nilai Persatuan

Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan

rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap

keanekaragaman yang dimiliki bangsa indonesia..

d. Nilai Kerakyatan

Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga

perwakilan.

e. Nilai Keadilan

Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai

dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan

Makmur secara lahiriah atauun batiniah.

Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan

normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional

dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai

instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan

bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai

instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.

2. Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Hukum

Upaya mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dijadikannya nilai nilai

dasar menjadi sumber bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Operasionalisasi

dari nilai dasar pancasila itu adalah dijadikannya pancasila sebagai norma dasar
bagi penyusunan norma hukum di Indonesia. Negara Indonesia memiliki hukum

nasional yang merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem hukum Indonesia itu

bersumber dan berdasar pada pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila

berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau staatfundamentalnorm (norma

fondamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia.

Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan

perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan

pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada

hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai

dasar pancasila.

Sistem hukum di Indonesia membentuk tata urutan peraturan perundang-undangan.

Tata urutan peraturan perundang-undangan sebagaimana diatur dalam ketetapan MPR

No. III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan sebagai

berikut.

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

c. Undang-undang

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu)

e. Peraturan Pemerintah

f. Keputusan Presiden

g. Peraturan Daerah

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang pembentukan Peraturan

perundang-undangan juga menyebutkan adanya jenis dan hierarki peraturan

perundang-undangan sebagai berikut:

a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perpu)

c. Peraturan pemerintah

d. Peraturan presiden

e. Peraturan daerah.
Pasal 2 Undang-undang No. 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa Pancasila merupakan

sumber dari segala sumber hukum negara. Hal ini sesuai dengan kedudukannya

sebagai dasar (filosofis) negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945

Alinea IV.

3. Nilai Pancasila menjadi Sumber Norma Etik

Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan

menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma

moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai

pancasila adalah nilai moral. Oleh karena itu, nilai pancasila juga dapat

diwujudkan kedalam norma-norma moral (etik). Norma-norma etik tersebut

selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan

bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bangsa indonesia saat ini sudah berhasil merumuskan norma-norma etik sebagai

pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Norma-norma etik tersebut bersumber

pada pancasila sebagai nilai budaya bangsa. Rumusan norma etik tersebut

tercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa,

Bernegara, dan Bermasyarakat.

Ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang etika Kehidupan Berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat merupakan penjabaran nilai-nilai pancasila sebagai pedoman dalam

berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai

keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat

a. Etika Sosial dan Budaya

Etika ini bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan

kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling

mencintai, dan tolong menolong di antara sesama manusia dan anak bangsa. Senafas

dengan itu juga menghidupkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan

dan semua yang bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya

bangsa. Untuk itu, perlu dihidupkan kembali budaya keteladanan yang harus

dimulai dan diperlihatkan contohnya oleh para pemimpin pada setiap tingkat dan
lapisan masyarakat.

b. Etika Pemerintahan dan Politik

Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, dan

efektif; menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan

keterbukaan, rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat; menghargai

perbedaan; jujur dalam persaingan; ketersediaan untuk menerima pendapat yang

lebih benar walau datang dari orang per orang ataupun kelompok orang; serta

menjunjung tinggi hak asasi manusia. Etika pemerintahan mengamanatkan agar para

pejabat memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada

publik, siap mundur apabila dirinya merasa telah melanggar kaidah dan sistem

nilai ataupun dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa, dan

negara.

c. Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi, baik

oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi, dapat

melahirkan kiondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur,

berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan

kemampuan bersaing, serta terciptanya suasana kondusif untuk pemberdayaan

ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara berkesinambungan. Hal itu

bertujuan menghindarkan terjadinya praktik-praktik monopoli, oligopoli,

kebijakan ekonomi yang bernuansa KKN ataupun rasial yang berdampak negatif

terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan; serta menghindarkan perilaku

menghalalkan segala cara dalam memperoleh keuntungan.

d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan

Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan keasadaran

bahwa tertib sosial, ketenangan, dan keteraturan hidup bersama hanya dapat

diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang ada.

Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi hukum sejalan dengan

menuju kepada pemenuha rasa keadilan yang hidup dan berkembang di dalam
masyarakat.

e. Etika Keilmuan dan Disiplin Kehidupan

Etika keilmuan diwujudkan dengan menjunjung tingghi nilai-nilai ilmu pengetahuan

dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis dan objektif. Etika

ini etika ini ditampilkan secara pribadi dan ataupun kolektif dalam perilaku

gemar membaca, belajar, meneliti, menulis, membahas, dan kreatif dalam

menciptakan karya-karya baru, serta secara bersama-sama menciptakan iklim

kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan adanya etika maka nilai-nilai pancasila yang tercermin dalam norma-norma

etik kehidupan berbangsa dan bernegara dapat kita amalkan. Untuk berhasilnya

perilaku bersandarkan pada norma-norma etik kehidupan berbangsa dan bernegara,

ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai berikut.

a. Proses penanaman dan pembudayaan etika tersebut hendaknya menggunakan bahasa

agama dan bahasa budaya sehingga menyentuh hati nurani dan mengundang simpati

dan dukungan seluruh masyarakat. Apabila sanksi moral tidak lagi efektif,

langkah-langkah penegakan hukum harus dilakukan secara tegas dan konsisten.

b. Proses penanaman dan pembudayaan etika dilakukan melalui pendekatan

komunikatif, dialogis, dan persuasif, tidak melalui pendekatan cara

indoktrinasi.

c. Pelaksanaan gerakan nasional etika berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat

secara sinergik dan berkesinambungan yang melibatkan seluruh potensi bangsa,

pemerintah ataupun masyarakat.

d. Perlu dikembangkan etika-etika profesi, seperti etika profesi hukum, profesi

kedokteran, profesi ekonomi, dan profesi politik yang dilandasi oleh pokok-pokok

etika ini yang perlu ditaati oleh segenap anggotanya melalui kode etik profesi

masing-masing.

e. Mengkaitkan pembudayaan etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat sebagai bagian dari sikap keberagaman, yang menempatkan

nilai-nilai etika kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat di samping


tanggung jawab kemanusiaan juga sebagai bagian pengabdian pada Tuhan Yang Maha

Esa.

Kesimpulan :

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna

bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna

bagi kehidupan manusia.

Pancasila memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat diantaranya Nilai itu suatu

realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia, Nilai memiliki sifat normatif,

dan Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator.

Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang

fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan

Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan

Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan

permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

“ PANCASILA SEBAGAI ETIKA “

Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, memegang peranan penting dalam setiap aspek
kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila banyak memegang peranan yang sangat penting bagi
kehidupan bangsa Indonesia, salah satunya adalah “Pancasila sebagai suatu sistem etika”.Di dunia
internasional bangsa Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang memiliki etika yang baik,
rakyatnya yang ramah tamah, sopan santun yang dijunjung tinggi dan banyak lagi, dan pancasila
memegang peranan besar dalam membentuk pola pikir bangsa ini sehingga bangsa ini dapat dihargai
sebagai salah satu bangsa yang beradab didunia.Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan
kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang
beradab. Pembentukan etika bukan hal yang susah dan bukan hal yang gampang, karena berasal dari
tingkah laku dan hati nurani. Semoga rangkuman ini dapat membuka pikiran akan pentingnya arti
sebuah pancasila bagi kehidupan bangsa ini.

Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu cabang dari ilmu-ilmu kemanusiaan
(humaniora). Sebagai cabang falsafah ia membahas sistem-sistem pemikiran yang mendasar tentang
ajaran dan pandangan moral. Sebagai cabang ilmu ia membahas bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu. Etika sebagai ilmu dibagi dua, yaitu etika umum dan etika
khusus.

Etika umum membahas prinsip-prinsip umum yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. Dalam falsafah
Barat dan Timur, seperti di Cina dan , seperti dalam Islam, aliran-aliran pemikiran etika beranekaragam.
Tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai
apa yang terkandung di dalamnya. Etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individual dan etika sosial.

Etika indvidual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan kepercayaan agama
yang dianutnya serta panggilan nuraninya, kewajibannya dan tanggungjawabnya terhadap Tuhannya.
Etika sosial di lain hal membahas kewajiban serta norma-norma sosial yang seharusnya dipatuhi dalam
hubungan sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara. Etika sosial meliputi cabang-cabang etika
yang lebih khusus lagi seperti etika keluarga, etika profesi, etika bisnis, etika lingkungan, etika
pendidikan, etika kedokteran, etika jurnalistik, etika seksual dan etika politik. Etika politik sebagai
cabang dari etika sosial dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma dalam kehidupan
politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat kenegaraan ( yang menganut sistem politik
tertentu) berhubungan secara politik dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam
melaksanakan hubungan politik itu seseorang harus mengetahui dan memahami norma-norma dan
kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi.Dan pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah
sistem etika yang baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk
beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian yang adil dan beradab”
tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam membangun etika bangsa ini sangat berandil
besar, Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematik. Pancasila adalah suatu kesatuan yang majemuk tunggal,
setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas dari sila lainnya, diantara sila satu dan lainnya tidak saling
bertentangan.Inti dan isi Pancasila adalah manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur susunan
kodrat (jasmani –rohani), sifat kodrat (individu-makhluk sosial), kedudukan kodrat sebagai pribadi
berdiri sendiri, yaitu makhluk Tuhan Yang Maha Esa.Unsur-unsur hakekat manusia merupakan suatu
kesatuan yang bersifat organis dan harmonis, dan setiap unsur memiliki fungsi masing-masing namun
saling berhubungan. Pancasila merupakan penjelmaan hakekat manusia monopluralis sebagai kesatuan
organis. Dalam pembentukan sistem etika dikenal namanya nilai, norma dan moral. Mari kita membahas
pengertian tiap-tiapnya, dan hubungan antaranya.a. PengertianNilai : Sifat atau kualitas yang melekat
pada suatu obyek, bukan obyek itu sendiriNorma : Aturan tingkah laku yang idealMoral : Integritas dan
martabat pribadi manusiaSedangkan etika sendiri memiliki makna suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral.

b. Hubungan nilai, norma dan moralNilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki
hubungan yang cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan
antarnya dapat diringkas sebagai berikut :

1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan batin). - Nilai bersifat
abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayatiolehmanusia;- Nilai berkaitan dengan
harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan batiniah manusia- Nilai dapat bersifat
subyektif bila diberikan olehs ubyek, dan bersifat obyektif bila melekat pada sesuatu yang terlepasd arti
penilaian manusia

2. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Norma hokum
merupakan norma yang paling kuat keberlakuannya karena dapat dipaksakan oleh suatu kekuasaan
eksternal, misalnya penguasa atau penegak hokum

3.Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika

4.Makna moral lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan tercermin pada sikap dan -tingkah
lakunya. Norma menjadi penuntun sikap dan tingkah laku manusia.

5.Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang
prinsip-prinsip moralitas.Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada
serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk menggolong-golongkan
nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat beranekaragam, tergantung pada sudut pandang dalam
rangka penggolongan tersebut. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga maacam, yaitu:1) Nilai material,
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi
manusia.2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia nilai
kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu :a) Nilai kebenaran. b) Nilai keindahan. c) Nilai
kebaikan. d) Nilai religious

Bangsa Indonesia Ber- pancasila dalam Tri Prakaram Dengan nilai adat-istiadat, nilai budaya dan nilai
religius yang telah digali dan diwujudkan dalam rumusan pancasila yang kemudian disahkan sebagai
dasar negara tersebut pada hakikatnya telah menjadikan bangsa Indonesia ber- pancasila dalam tiga
prakara atau tiga asas :

a. Asas Kebudayaan

Secara yuridis pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam hal adat- istiadat dan kebudayaan.

b. Asas Religius

Toleransi beragama yang didasarkan pada nilai-nilai religius telah mengakar kuat dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia
c. Asas Kenegaraan

Karena pancasila merupakan jati diri bangsa dan disahkan menjadi dasar negara maka secara langsung
pancasila sebagai asas kenegaraan.

Amat menggembirakan, pada tahun 2006 terjadi perubahan dalam sikap masyarakat Indonesia yang
ingin Pancasila direvitalisasi dan dikembangkan dalam kehidupan bangsa.

Ini satu perubahan dari keadaan saat Pancasila dilecehkan, bahkan ditolak oleh banyak kalangan,
termasuk kaum muda.

Budaya Pancasila Dalam Harmoni

Sikap budaya Indonesia yang sama dalam semua kebudayaan Indonesia adalah bahwa manusia
Indonesia menegakkan harmoni dalam hubungannya dengan alam semesta dan masyarakat. Harmoni
atau keselarasan itulah yang tergambar dalam Pancasila berupa Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Sikap budaya harmonis itu banyak persamaannya dengan sikap budaya berbagai bangsa di Asia, antara
lain Jepang yang juga menegakkan harmoni dalam segenap hubungan manusianya.

Namun, sikap budaya itu berbeda, bahkan bertentangan dengan sikap budaya dunia Barat yang sejak
Renaissance di abad ke-15 mengambil sikap budaya yang menaklukkan alam (to conquer nature).
Dengan sikap budaya itu dunia Barat mengembangkan ilmu pengetahuan secara dramatis dan
kehidupan dinamis yang memandang konflik sebagai jalan kemajuan. Berdasarkan ilmu pengetahuan,
Barat mengembangkan kehidupan materiilnya dan kesanggupan meluaskan kekuasaan.

Jika sikap budaya Harmoni memandang kebersamaan atau masyarakat sebagai pilar kehidupan, maka
sikap budaya Barat menganggap individu manusia sebagai nilai utama. Itu sebabnya dunia Barat
menghasilkan individualisme dan liberalisme, diikuti materialisme yang bermuara pada imperialisme dan
kolonialisme.

Sebagaimana dibuktikan sejarah, sikap budaya harmonis bukan sesuatu yang pasif dan status quo. Itu
terlihat dalam sejarah Indonesia dengan kesediaan untuk menerima agama Hindu, lalu Buddha, diikuti
Islam dan Kristen. Sikap budaya harmonis berusaha melihat segi positif barang luar untuk diambil dan
diintegrasikan dengan miliknya sendiri.

Budaya Pancasila Dalam Komunis


Namun, sejak pertengahan abad ke-20 hegemoni dunia Barat meningkat drastis, baik yang kapitalistis
maupun komunistis. Mulai saat itu bangsa Indonesia kian sukar memelihara sikap budaya harmoni,
dibuktikan kian tersisihnya sifat gotong royong dalam kehidupan, bahkan di desa- desa. Apalagi setelah
Amerika dan sekutunya mengalahkan saingannya, komunis, semangat menaklukkan dan hegemoni kuat
dirasakan di Indonesia dan dunia.

Kini, di Indonesia tidak saja sifat gotong royong sulit ditemukan, toleransi antarumat beragama makin
tiada. Dan yang lebih berbahaya, makin banyak yang mengabaikan kontinuitas keindonesiaan.

Maka, jika kita merevitalisasi Pancasila, yang harus dilakukan adalah menghidupkan dan memperkuat
sikap budaya Indonesia. Waspadai, jangan sampai revitalisasi disalahgunakan untuk membelokkan
Pancasila sesuai dengan keinginan pihak tertentu. Sebagaimana dulu PKI menerima Pancasila tetapi
sesuai dengan kepentingannya. Jangan sampai dengan alasan bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka,
lalu dibelokkan dengan nama sama, seperti mengubah UUD 1945 amandemen yang jiwanya
bertentangan.

Hal ini merupakan perjuangan yang tidak mudah karena kita belum mempunyai kehidupan modern yang
berlandasan harmoni. Berbeda dengan Jepang yang sejak Restorasi Meiji berhasil merebut keunggulan
Barat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap menjaga kontinuitas Jepang berupa sikap
harmoni dalam kehidupan.

Perjuangan yang tidak mudah ini memerlukan kepemimpinan yang teguh, mempunyai pemahaman
budaya, tetapi juga ada visi yang luas. Sebab di satu pihak, harus ditegakkan kembali sikap harmoni,
terwujud dalam gotong royong. Di pihak lain, harus mengambil berbagai unsur luar yang bermanfaat
tanpa mengorbankan harmoni sebagai sikap budaya Indonesia. Perjuangan ini harus dilakukan dalam
kondisi dunia sekarang yang penuh konflik. Ditambah kondisi masyarakat Indonesia sendiri yang seperti
lepas kendali.

B. PANCASILA SEBAGAI BUDAYA BANGSA

Selain sebagai dasar Negara, kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai budaya bangsa.
Pancasila sebagai budaya bangsa karena sebelum disahkan menjadi dasar Negara, nilai-nilai telah ada
dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu berupa nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai agama.
Kemudian para pendiri Negara mengangkat nilai-nilai tersebut dan merumuskannya secara musyawarah
berdasarkan moral yang luhur malalui siding BPUPKI, Panitia Sembilan, dan siding PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia).

Pancasila merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat berniali. Sesuatu dikatakan
bernilai apabila memiliki nilai guna (berguna), berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai
moral), dan nilai religius (nilai agama).

Kehidupan manusia dalam masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok selalu berhubungan
dengan nilai, moral, dan norma. Nilai merupakan sesuatu yang berharga, yang berasal dari budi
manusia.

Dalam menghadapi alam sekitarnya manusia membuat sesuatu dengan budi pekertinya. Sesuatu yang
diciptakan manusia disebut kebudayaan.
Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam sila Ketuhanan yang Maha Esa terdapat nilai rohani yang mengatur hubungan Negara dan agama,
hubungan manusia dengan Sang Pencipta, serta nilai hak asasi manusia.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dalam sila ini terkandung nilai cinta kasih, nilai kesopanan, membela kebenaran, sopan santun, dan
menghormati orang lain.

3. Persatuan Indonesia.

Dalam sila ini terkandung nilai yang menjunjung tinggi tradisi perjuangan dan kerelaan untuk berkorban
serta menjaga kehormatan bangsa dan Negara.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Dalam sila ini terkandung nilai agar manusia Indonesia menjunjung tinggi tanggung jawab terhadap
keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. selain itu juga tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dengan cara menegakkan kebenaran, keadilan, kehidupan yang bebas, adil, dan sejahtera.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik jasmani
maupun rohani. Nilai-nilai dalam sila ini meliputi keselarasan, keseimbangan antara hak dan kewajiban,
serta nilai kedermawanan terhadap sesama.

Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Nilai-
nilai tersebut menjadi sumber moral dan menciptakan kebudayaan daerah. Pancasila sebagai sumber
dari kebudayaan bangsa meliputi se3ni, adat istiadat, pemikiran, tata cara bergaul, ekonomi, sikap, dan
sifat manusia Indonesia. Dengan landasan Pancasila maka kebudayaan yang tumbuh merupakan
kebudayaan yang baik. Pancasila sebagai landasan untuk menyaring kebudayaan asing yang tidak baik.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pancasila lahir atas buah kemerdekaan berpikir, berpendapat dan bertindak, dirumuskan dengan
kejerinhan pikiran dan kesadaran dan semangat kebangsaan yang tinggi oleh para pendiri bangsa ini. Bung
Karno presiden pertama dan salah satu founding father bangsa Indonesia menyatakan pentingnya
pembangunan karakter bangsa sebagai modal untuk menghadapi tantangan kedepan. Kedaulatan
kebudayaan nasional berarti juga mewujudkan kebudayaan yang bersumber dari dan sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Sejarah menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dengan
peradaban yang adiluhung, bangsa yang mampu menyerap inti sari nilai-nilai kemajuan jaman baik yang
berasal dari luar maupun yang berasal dari dalam. Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan daya kreatif
yang tinggi, mampu meng-asimilasi dan meng-akulturasi nilai-nilai budaya dari berbagai belahan dunia,
dalam rangka proses pembentukan budaya nusantara.

Kedaulatan kebudayaan menjadi penting karena menghasilkan sistem gagasan atau ide, cipta, rasa dan
karsa yang bersumber dari pemikiran yang jernih dan mental yang merdeka, percaya pada kemampuan
diri sendiri, dan keduanya berdasarkan pada sebuah keyakinan yang bersumber dari hati nurani. Sehingga
dengan kedaulatan kebudayaan karakter dan jati diri bangsa Indonesia akan terbangun dengan sendirinya.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang diatas ada beberapa rumusan masalah yang penulis akan uraikan antara lain
yaitu:
1. Bagaimana peranan pancasila sebagai filter kebudayaan bangsa?
2. Bagaimana nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang diuraikan oleh
penulis antara lain yaitu:
1. Mengetahui peranan pancasila sebagai kebudayaan bangsa
2. Mengetahui bagaimana nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Pancasila Sebagai Filter Kebudayaan Bangsa
Dijadikan Pancasila sebagai filter karena secara ontologi, Pancasila telah mengandung sifat
kenusantaraan yang nampak dalam Bhineka Tunggal Ika, dinamis dan terbuka, sebagai inti dan jiwa
masyarakat, dan sebagai pedoman moral. Dari kedudukannya yang serba sentral dalam seluruh
kehidupan masyarakat, Pancasila itu dapat ditegaskan sebagai asas kultural masyarakat Indonesia.
Sebagai asas Kultural ia mewadahi dan mengisi kebudayaan nasional. Ia adalah wadah sekaligus isinya
kebudayaan nasional Indonesia. Wadah mengandung arti bahwa di dalam alam Pancasila itulah
kebudayaan nasional tumbuh dan berkembang. Sebagai wadah Pancasila mempunyai kemampuan
untuk mewadahi segala macam, bentuk, sifat, hakekat (esensi) dan segala corak kebudayaan yang
tumbuh di Indonesia.
Keterbukaan sebagai salah satu sifat utama yang dimiliki Pancasila memungkinkan pula terjadinya
interaksi budaya Nusantara dengan budaya luar. Di dalam interaksinya inilah terjadi penyerapan atas
unsur-unsur kebudayaan daerah maupun asing. Namun demikian tidak semua unsur-unsur itu diserap
untuk memperkaya budaya nasional. Untuk itu butuh penyaring (filter) agar pemilihan unsur-unsur budaya
secara tepat dapat berlangsung, dengan demikian unsur-unsur yang dapat merusak atau yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila tersaring dan tidak diterima. Karena Pancasila
itu sebagai landasan dan pedoman, maka ia juga sebagai pengevaluasi dan penyeleksinya atau
penyaringan (filternya). Unsur-unsur kebudayaan daerah maupun asing yang tidak sesuai dengan moral
Pancasila disingkirkan, dan sebaliknya yang sesuai dan mampu mengembangkannya sesuai dengan jati
dirinya itu perlu diterima dan didorong untuk maju.
Karena Pancasila itu sebagai alat ukuran dan saringan, maka dia berada di hulu, dipermukaan,
jadi sebagai landasan. Tetapi disamping itu Pancasila juga terbentuk dari kebudayaan dan pembudayaan
Indonesia. Dari Pancasila, dalam Pancasila, melalui Pancasila dan menuju Pancasila, itulah hakekat dari
kebudayaan nasional Indonesia. Pancasila adalah wadah isi dan tujuan kebudayaan nasional. Artinya
kebudayaan Indonesia yang terjadi itu adalah budaya Pancasila, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Budaya ini mempunyai cita-cita moral yang luhur dan etika yang tinggi sesuai dengan pengakuan
dan tanggung jawab insani (Indonesia) yang transendental.
2. Dia harus menghargai nilai-nilai kemanusiaan yang universal serta menjunjung tinggi keadilan
dan mengikuti peradaban dunia. Sebagai hasil usaha budinya manusia, maka dia harus memajukan dan
memper-tinggi derajat kemanusiaan. Pengembangan kebudayaan nasional harus berorientasi pada
manusia dengan menempatkannya sebagai subyek dan tujuan kehidupan masyarakat dan negara
Indonesia. Manusia Indonesia diakui sebagai pribadi yang mempunyai martabat mulia dan hak-hak asasi
yang harus dijunjung tinggi. Pembangunan kebudayaan nasional pada akhirnya harus menuju kepada
pembanguna masyarakat manusiawi.
3. Budaya yang dikembangkan, baik yang berasal dari kebudayaan di daerah atau lebih-lebih yang
berasal dari luar (asing) harus dapat menjaga dan memperteguh "Persatuan dan Kesatuan Indonesia"
menjaga integrasi nasional dan menjauhkan bangsa Indonesia dari disintegrasi maupun prilaku-prilaku
yang distruktif. Dengan demikian, bagaimanapun baiknya satu aspek kebudayaan yang ada, apabila dia
tidak diterima atau belum diterima secara iklas oleh tubuh budaya bangsa Indonesia, karena dapat
mengakibatkan disintegrasi nasional, harus dihindari. Sebaliknya yang dapat menjadi integrasi ataupun
meningkatkan persatuan dan kesatuan nasional harus diterima dan didorong maju.
4. Budaya Indonesia harus berkembang ke arah pengakuan terhadap nilai-nilai demokrasi.
Sebagaimana demokrasi mengakui adanya perbedaan, maka keanekaragaman budaya yang tumbuh di
dalam masyarakat atau di daerah tertentu tetap diakui dan dipelihara keberadaannya. Ia jangan sampai
dimatikan dan dibiarkan tumbuh, yang justru harus diakui sebagai kekayaan bangsa dan perlu didorong
maju. Kebudayaan-kebudayaan setempat diharapkan dapat berkem-bang dan ikut membentuk kebu-
dayaan nasional sebagai kerangka sekaligus "soko guru" kehidupan nasional dalam persatuan dan
kesatuan.
5. Pada akhirnya budaya itu harus dapat mensejahterakan seluruh bangsa Indonesia berdasarkan
keadilan sosial, tidak hanya dalam arti jasmaniah tetapi juga bathiniah. Oleh karena itu dalam
pengembangan budaya bangsa harus selalu memperhatikan masyarakat sebagai subyek (pelaku)
pengemban dan pengembang kebudayaan. Perkembangan budaya akhirnya harus selalu ditujukan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab,
budaya dan persatuan. Budaya yang akan dikebangkan oleh bangsa Indonesia harus selalu untuk
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

2.2 Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia


Selain sebagai dasar negara, kedudukan Pancasila adalah sebagai budaya bangsa. Pancasila
menjadi budaya bangsa karena sebelum disahkan menjadi dasar negara, nilai-nilainya telah ada dalam
kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat bernilai.
Sesuatu dikatakan bernilai apabila memiliki nilai guna (berguna), berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetis), baik (nilai moral), dan nilai religius (nilai agama).

Kehidupan manusia dalam masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok selalu
berhubungan dengan nilai, moral, dan norma. Nilai merupakan sesuatu yang berharga, yang
berasal dari budi manusia. Dalam menghadapi alam sekitarnya manusia membuat sesuatu dengan
budi pekertinya. Sesuatu yang diciptakan manusia disebut kebudayaan.

Nilai-nilai Pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


Dalam sila Ketuhanan yang MaharEsa terdapat nilai rohani yang mepgatur hubungan
negara dan agama, hubungan manusia dengan Sang Pencipta, serta nilai hak asasi manusia.

2. Kemanusiaan Yang adil dan Beradab.


Dalam sila ini terkandung nilai cinta kasih, nilai kesopanan, membela kebenaran, sopan
santun, dan menghormati orang lain.

3. Persatuan Indonesia.
Dalam sila ini terkandung nilai yang menjunjung tinggi tradisi perjuangan dan kerelaan
untuk berkorban serta menjaga kehormatan bangsa dan negara.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /


perwakilan.
Dalam sila ini terkandung nilai agar manusia lndonesia menjunjung tinggi tanggung jawab
terhadap keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu juga tanggung jawab terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dengan cara menegakkan kebenaran, keadilan, kehidupan yang bebas, adil, dan
sejahtera.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan baik jasmani maupun rohani. Nilai-nilai dalam sila ini meliputi keselarasan,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta nilai kedermawanan terhadap sesama.
Nilai-nilai moral Pancasila atau budi pekerti luhur tersebut di atas merupakan inti kekuatan yang
menyemangati dan juga mendorong budaya nasional untuk maju dan berkembang. Selain itu, Pancasila
juga kita akui sebagai dasar atau landasan pedoman pengembangan dan sekaligus sebagai tujuan cita-
cita kebudayaan nasional Indonesia. Dengan penegasan ini berarti bahwa kebudayaan nasional harus
dibina dan dikembangkan atas dasar norma-norma Pancasila dan diarahkan pada pengaktualisasian nilai-
nilai yang tetap mencerminkan kepribadian Pancasila. Memang pengaktualisasiannya tidak mungkin sama
dan justru harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai dasarnya tetap tetapi nilai-
nilai intrumennya perlu dikembangkan agar Pancasila tidak ketinggalan zaman dan tidak bek

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat bernilai.
Sesuatu dikatakan bernilai apabila memiliki nilai guna (berguna), berharga (nilai kebenaran), indah
(nilai estetis), baik (nilai moral), dan nilai religius (nilai agama).
Kehidupan manusia dalam masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok selalu
berhubungan dengan nilai, moral, dan norma. Nilai merupakan sesuatu yang berharga, yang
berasal dari budi manusia. Dalam menghadapi alam sekitarnya manusia membuat sesuatu dengan
budi pekertinya. Sesuatu yang diciptakan manusia disebut kebudayaan.

Sumber : Dari berbagai sumber,


http://www.ciputranews.com/media/images/2013/12/ciputranews_1386061449.jpg
Made Purwa l Warta Hindu Dharma NO. 478 Nopember 2006

Anda mungkin juga menyukai