Anda di halaman 1dari 17

ETIKA PROFESI AKUNTANSI

1. IFAC Code of Ethics


Kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of
Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru
kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi tidak ada
perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk
tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi
adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar
harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk
kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat
dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami
perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau
perundang-undangan.

2. Kode Etik IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)


Kode etik merupakan perangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku
professional. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah
bahwa pelaksanaannya diawasi terus menerus. Pada umumnya kode etik akan mengandung
sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia
dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota dalam pemenuhan tanggung-
jawab profesionalnya.
Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang meliputi
prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan. Kode etik Akuntan Indonesia memuat
delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi,2001:53)
a. Tanggung Jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran
penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan
profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab
profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk
memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di
masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
c. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik.
Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang
dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah
laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi
masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi
tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi
tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.
Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, Anggota harus secara terus menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
d. Integritas Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
e. Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu
kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh
pihak lain.
f. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan
jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan
laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja
dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah.
Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi.
Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan
memelihara obyektivitas.
g. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
h. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
i. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan
jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung
jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan,
pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang
harus dipenuhinya
j. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa
standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat
panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai
keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau
perlu diungkapkan.
k. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi
jasa berakhir.
l. Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban
untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
m. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
n. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

3. Kode Etik IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)


Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Yaitu badan yang memiliki fungsi untuk
menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang
berkualitas dengan mengacu pada standar internasional
Institut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik di Indonesia.
IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan
standar professional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan program pendidikan
berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Para pelaku profesi akuntan publik
harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang diatur
dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
Kode etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan B.
Bagian A: memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk
penerapan prinsip.
a. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan
bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
b. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
c. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional ( professional
competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada suatu
tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau pemberi
kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten berdasarkan
perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan
pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
d. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi kerja,
kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum
atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan
pribadinya atau pihak ketiga.
e. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Bagian B: Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu.
a. Ancaman dan Pencegahan
Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi,].
1) Ancaman kepentingan pribadi
2) Ancaman telaah pribadi
3) Ancaman advokasi
4) Ancaman kedekatan
5) Ancaman intimidasi
b. Pencegahan
Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan tingkat
perikatan
c. Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan potensi
terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang diakibatkan
oleh diterimanya klien tersebut.
d. Benturan Kepentingan
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengidentifikasi
setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, yang dapat menjadi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika profesi.
e. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi diminta
untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing, pelaporan,
atau standar/prinsip lain untuk keadaan / transaksi tertentu oleh / untuk kepentingan
pihak-pihak selain klien.
f. Imbalan Jasa Profesional dan bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi dapat mengusulkan
jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat menjadi ancaman terhadap
kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
g. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi
tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.
h. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi terutama
dalam hal objektifitas praktisi.
i. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau asset
lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
j. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi dari
adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat atau
karyawan.
k. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim
assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap independen terhadap klien
assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.
4. Kode Etik IAMI (Institut Akuntan Manajemen Indonesia)
Pada umumnya organisasi akan menerapkan standar perilaku baik itu untuk para manajer
maupun pekerjanya. Asosiasi-asosiasi profesioanal juga menetapkan standar etika akuntan
manajemen dalam hal membantu manajer untuk meningkatkan kinerja ekonomis perusahaan.
Menurut James W. Brackner, penulis Ethics Column dalam management Accounting, ada
sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan benar dan
salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah:
a. Kejujuran (honesty)
b. Integritas (integrity)
c. Memegang janji (promise keeping)
d. Kesetiaan (fidelity)
e. Keadilan (fairness)
f. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
g. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
h. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
i. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
j. Akuntabilitas (accountibility)
IMAI merupakan Asosiasi Profesi Akuntan dibawah Ikatan Akuntan Indonesia yang
didirikan pada Tanggal 01 April 2008 dengan Akta Notaris Ani Adriani Sukmayantini SH. Sampai
saat ini Anggota IAMI lebih kurang lebih 200 orang para akuntan yang pekerjaannya sebagai
eksekutif baik diperusahaan Negara, Pemerintah dan Swasta. Visi IAMI adalah menjadi asosiasi
profesi terdepan dalam pengembangan pengetahuan dan praktek akuntansi manajemen dan
keuangan serta bidang lainnya yang terkait, yang berorientasikan pada etika, tanggung jawab
sosial dan lingkungan.
Misi IAMI sebagai berikut:
a. Memelihara integritas, komitmen, dan kompetensi pada anggota dalam bidang akuntansi
keuangan, akuntansi manajemen, corporate governance, manajemen keuangan dan
manajemen keberlanjutan.
b. Mengembangkan pengetahuan praktek manajemen keuangan, akuntansi keuangan,
Akuntansi Manajemen, Manajemen keberlanjutan.
c. Berpartisipasi aktif di dalam penegakan good governance dan bertanggung jawab Sosial
dan lingkungan dalam perspektif nasional dan internasional.
Kegiatan IAMI untuk mencapai tujuan tersebut
a. Penyelenggarakan Ujian Sertifikat Profesi Akuntansi manajemen (CPMA).
b. Meningkatkan mutu dan kinerja pendidikan profesi berkelanjutan bagi anggota.
c. Mendorong dan memelihara pelaksanaan standar profesi dan kode etik oleh anggota.
d. Mengembangkan pengetahuan baru berkaitan dengan akuntansi.
IMA (Institute of Management Accountants ) mengeluarkan suatu pernyataan yang
menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Kode etik yang dikeluarkan
IMA menerapkan standar minimum perilaku yang ditujukan untuk mengarahkan akuntan
manajemen dan menginspirasi profesionalisme yang sangat tinggi pada setiap level akuntan
manajemen. Dengan memenuhi standar ini, akuntan manajemen meningkatkan derajat profesi
mereka dan membantu mengembangkan hubungan kepercayaan dimana para manajer dan
pihak-pihak lainnya dapat secara yakin bergantung pada pekerjaan mereka.
Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan tersebut dari
orang lain dalam organisasi mereka. Standar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
1) Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus menerus
mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.
2) Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar
teknis yang berlaku
3) Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas setelah melakukan analisis
yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat dipercaya
b. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
1) Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan
tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
2) Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan
tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut
3) Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-tugasnya
untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
1) Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua pihak
terhadap potensi konflik
2) Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan
terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis
3) Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi
mereka dalam bertugas
4) Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan
tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
5) Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala lainnya
yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab atau kinerja sukses
dari suatu aktivitas
6) Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini professional
Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi
4. Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
1) Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
2) Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi
pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan manajemen harus mengiuti
kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak
menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen harus mempertimbangkan tindakan berikut
ini:
1) Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu melibatkan
atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan secepatnya kepada jenjang
yang lebih tinggi berikutnya.
2) Jika resolusi akhir yang memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah diungkapkan,
sampaikan masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.
3) Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau setingkat

wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti komite
audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik. Berhubungan
dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan
atasan.
4) Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan seorang
penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan yang mungkin
dilakukan
5) Jika konflik ektika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadapa semua jenjang,
akuntan manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundurkan diri dari
organisasi dan memberikan memo yang informatif kepada perwakilan organisasi yang
ditunjuk.. Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah tersebut
kepada berbagai otoritas atau individu yang tidak ada hubungan dengan organisasi
bukanlah pertimbangan yang tepat.

5. Kode etik IAI KASP


Aturan etika merupakan penjabaran lebih lanjut dari prinsip-prinsip etika dan ditetapkan
untuk masing-masing kompartemen. Untuk akuntan sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh
IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan etika ini masih
dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada Standard of Professional
Practice on Ethics yang diterbitkan oleh the International Federation of Accountants (IFAC).
Berdasarkan aturan etika ini, seorang profesional akuntan sektor publik harus memiliki
karakteristik yang mencakup:
a. Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
b. Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi kerja
maupun untuk auditan.
c. Berpandangan obyektif.
d. Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan profesi
akuntan yaitu:
a. Bekerja dengan standar profesi yang tinggi.
b. Mencapai tingkat kinerja yang diharapkan.
c. Mencapai tingkat kinerja yang memenuhi persyaratan kepentingan masyarakat.
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.
b. Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.
c. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan standar
teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak dapat dikompromikan.
Panduan umum lainnya yang tercantum dalam aturan etika IAI-KASP terdiri dari tiga hal
yaitu panduan good governance dari organisasi/instansi tempat auditor bekerja, panduan
identifikasi pertentangan kepentingan, panduan atas pemberian fasilitas dan hadiah, dan
panduan penerapan aturan etika bagi auditor yang bekerja di luar wilayah hukum aturan etika.
Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat panduan umum
lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.
5.1 Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor
a. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat dapat
dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
b. Objektivitas
Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi profesinya
dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil keputusan berdasarkan
seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau berdasarkan pendapat atau
prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang lain.
c. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan suatu
audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan tenaga ahli
yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan. Untuk itu auditor
harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima
manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik
yang terbaru.
d. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu auditor
harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya, kecuali adanya
kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus
dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
e. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi profesi serta
lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor profesional.
f. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit publik, terdapat juga standar
audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para auditornya, termasuk aturan perilaku yang
ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.
5.2 Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP
a. Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governance pada organisasi atau instansi
tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak mementingkan diri sendiri, integritas,
objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan, kejujuran, kepemimpinan.
b. Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan adanya
pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik, seperti:
1) Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,
2) Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,
3) Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,
4) Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan dengan
kepatuhan atas standar profesi,
5) Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan instansinya,
6) Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban instansi tempat ia bekerja
atau auditee.
c. Fasilitas dan Hadiah
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki atau akan
memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan memperhatikan seluruh peraturan
perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi, dengan melakukan tindakan-tindakan
berikut:
1) Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal dan masuk akal,
artinya auditor juga akan menerima hal yang sama pada instansi tempat ia bekerja apabila ia
melakukan hal yang sama.
2) Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi masyarakat bahwa
auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
3) Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima maupun yang
ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
4) Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.
d. Pemberlakuan Aturan Etika Bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri
Pada dasarnya auditor harus menerapkan aturan yang paling keras apabila auditor
dihadapkan pada dua aturan berbeda yang berlaku ketika ia bekerja di luar negeri, yaitu aturan
etika profesinya di Indonesia dan aturan etika yang berlaku di luar negeri.

6. Kode Etik Profesi dalam Asosiasi Akuntan Lainnya


6.1 Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Setiap bidang profesi tentunya harus memiliki aturan-aturan khusus atau lebih dikenal
dengan istilah “Kode Etik Profesi”.Dalam bidang akuntansi sendiri, salah satu profesi yang ada
yaitu Akuntan Publik. Sebenarnya selama ini belum ada aturan baku yang membahas mengenai
kode etik untuk profesi Akuntan Publik.
Namun demikian, baru-baru ini salah satu badan yang memiliki fungsi untuk menyusun
dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang berkualitas
dengan mengacu pada standar internasional yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah
mengembangkan dan menetapkan suatu standar profesi dan kode etik profesi yang berkualitas.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan
Bagian B. Bagian A dari Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan
kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Bagian B dari Kode Etik ini memberikan
ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Kode Etik ini
menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu
dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang merupakan anggota IAPI
maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan jasa profesional yang meliputi
jasa assurance dan jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar profesi dan
kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu tersebut di atas selanjutnya disebut
Praktisi. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP atau Jaringan KAP dan tidak memberikan
jasa profesional seperti tersebut di atas tetap harus mematuhi dan menerapkan Bagian A dari
Kode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak boleh menetapkan kode etik profesi dengan
ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan yang diatur dalam Kode Etik ini.
6.2 Kode Etik APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintahan)
Auditor APIP (aparat pengawasan intern pemerintahan) adalah pegawai negeri yang
mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit, karena itu auditor pemerintah dapat
diibaratkan sebagai seseorang yang kaki tangannya terikat pada ketentuan-ketentuan sebagai
pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada ketentuan-ketentuan profesinya. Auditor
APIP yang meliputi auditor auditor dilingkungan BPKP, Inspektorat jenderal departemen, unit
pengawasan LPND, dan inspektorat provinsi, kabupaten dan kota dalam menjalankan tugas
auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai
negeri dan standar audit APIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No PER/04/M.PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret
2008.

7. Sarbanes – Oxley Act (SOX)


Sarbanes-Oxley Act (SOX) merupakan landasan hukum federal Amerika Serikat yang
ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini dikenal sebagai Public Company Accounting
Reform and Investor Protection Act of 2002 atau Undang-undang perlindungan investor dan
pengaturan akuntansi perusahaan publik yang seringkali disebut Sox atau Sarbox. Sox lahir
sebagai bentuk tindakan penanggulangan pemerintah AS terhadap sejumlah skandal yang
menimbulkan krisis kepercayaan para investor. Sebagai usaha dalam mengembalikan
kepercayaan pihak investor dalam pasar modal, Sox mengatur kebijakan dalam perusahaan
publik yang meliputi:
a. Pengembangan tatakelola perusahaan yang baik.
b. Pembaruan akuntansi.
c. Penyusunan tatacara penyingkapan informasi keuangan yang transparan.
d. Pengungkapan hasil kerja yang dicapai manajemen.
e. Penegakan kode etik pejabat di bidang keuangan.
f. Pembatasan kompensasi bagi pihak eksekutif.
g. Pemberlakuan komite audit independen.
h. Penegasan tanggungjawab para anggota dewan komisaris, direksi dan komite audit.
Sox mengakibatkan dibentuknya PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board )
yang independen dan penuh waktu bekerja di bawah SEC ( Security and Exchange Commission )
mengawasi firma akuntan publik dan mengeluarkan standar yang berhubungan dengan
akuntansi dan proses audit. PCAOB juga berperan sebagai penegak hukum terhadap corporate
fraud dan memberikan perlindungan terhadap whistleblower (istilah yang diberikan kepada
pegawai atau seseorang yang mengadukan penyimpangan).

Sox terdiri atas 11 judul utama dengan 64 pasal, terdapat 2 pasal pada Sox yang menjadi
acuan dalam proses audit dan pengendalian internal pelaporan keuangan. Pasal-pasal tersebut
adalah:
a. Pasal 302 Corporate Responsibility for Financial Reports
Pasal ini menunjukan perlunya CEO ( Chief Executive Officer) dan CFO (Chief Financial
Officer) atau sederajat secara personal melakukan pengesahan terhadap sah atau
tidaknya laporan keuangan perusahaan dan memastikan tidak ada salah saji materi dan
bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan pengendalian intern laporan keuangan
tersebut.
b. Pasal 404 Management Assessment of Internal Control
Pasal ini meliputi proses pengesahan ( attestation) serta penilaian (assessment) dari
kendali pelaporan keuangan mencakup pengaturan dan penegakan struktur serta
prosedur pelaksanaan kontrol yang tepat bagi setiap perusahaan. Beberapa ringkasan
poin penting di SOX:
1) SOX mendasari dibentuknya PCAOB ( Public Company Accounting Oversights Board).
PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal perusahaan public
yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi standar etika dan independensi,
supervisi, rekrutmen dan pengembangan audit staff, dan penerimaan klien baru atau
berkelanjutan (client acceptance and continuation ). PCAOB juga melakukan fungsi
pengawasan apakah akuntan publik sudah mematuhi standar audit. Fungsi
pengawasan itu termasuk melakukan investigasi, menjatuhkan sanksi pencabutan izin
akuntan publik, dll.
2) Tanggung jawab perusahaan. Chief Excecutive Officer (CEO) dan Chief Financial
Officer (CFO) perusahaan harus membuat pernyataan bahwa laporan keuangan yang
dibuat adalah benar. Apabila ternyata tidak benar, CEO dan CFO dapat dikenakan
denda sampai 5 juta dolar dan hukuman penjara sampai 10 tahun (SOX Section 302).
SOX juga mewajibkan perusahaan untuk mempunyai komite audit independen yang
bertugas melakukan seleksi, menentukan kompensasi, dan mengawasi auditor
eksternal (SOX Section 301). Terkait dengan laporan keuangan, perusahaan harus
menyajikan (disclose) semua transaksi off-balance sheet yang bersifat material.
Perusahaan juga harus menyajikan dengan cepat setiap perubahan yang bersifat
material dalam kondisi keuangannya (SOX Section 409). SOX mengatur mengenai
perlindungan whistle blower dengan mengenakan sanksi kriminal atas perusahaan
yang menghukum whistle blower dengan cara apapun. Definisi atau pengertian
Whistle blower adalah orang yang melaporkan terjadinya fraud, korupsi, mis-
manajemen, dll. dalam perusahaan. Apabila ada seseorang yang dengan sengaja
menghancurkan, mengubah, atau menyembunyikan dokumen apapun untuk
mencegahnya digunakan dalam pengadilan, dapat dikenai sanksi kriminal (SOX
Section 1102). Perusahaan juga harus mempunyai kode etik untuk mendorong top
management berlaku jujur, menyajikan laporan keuangan secara akurat dan tepat
waktu, dan mematuhi peraturan yang ada.
3) Tanggung jawab auditor eksternal. Auditor eksternal harus memberikan informasi
pada komite audit mengenai kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh manajemen
perusahaan (SOX Section 204). Partner auditor eksternal yang memimpin pelaksanaan
audit dan melakukan review audit harus berganti setiap 5 tahun sekali (SOX Section
203). SOX melarang auditor eksternal memberikan jasa non-audit tertentu untuk klien
auditnya, misalnya jasa akuntansi, desain/implementasi sistem informasi keuangan,
penilaian (appraisal), internal audit outsourcing, investment banking, broker, dsb (SOX
Section 201). Dalam SOX, auditor diharuskan memeriksa sistem internal control
perusahaan dan mengevaluasi apakah sistem tersebut dapat mendukung informasi
laporan keuangan yang reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini mengenai
sistem internal control tersebut (SOX Section 404). Eksternal auditor harus
independen dari manajemen perusahaan yang diaudit, baik secara kelihatannya
(appearance) ataupun pada kenyataannya (fact). Karena itu, dalam SOX diatur bahwa
CEO, CFO, dan Chief Accounting Officer suatu perusahaan tidak boleh pernah bekerja
sebagai auditor eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat satu tahun sebelumnya.
SOX juga melarang perusahaan untuk merekrut karyawan dari eksternal auditornya
(SOX Section 206).
8. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) NO. 12 Tahun 2008
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan (DepKeu)
mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang
mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar
Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi
berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.
Berikut ini beberapa point perubahan mendasar PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik dibandingkan dengan KMK No. 423/KMK.06/2002 dan KMK No.
359/KMK.06/2003
a. Pembatasan Masa Pemberian Jasa KAP dari sebelumnya 5 (lima) tahun buku berturut-
turut menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut
b. Akuntan Publik yang telah selesai dikenakan sanksi pembekuan izin dan akan memberikan
jasa kembali, wajib mengajukan permohonan kepada Sekretaris Jenderal u/p Kepala Pusat
dengan memenuhi persyaratan diantaranya: menyerahkan bukti mengikuti PPL paling
sedikit 30 SKP, berdomisili di wilayah Indonesia, tidak pernah mengundurkan diri dari
keanggotaan IAPI. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
c. Persyaratan ijin usaha KAP ditambah memiliki auditor yang paling sedikit 1 (satu)
diantaranya beregister negara untuk akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
d. Persyaratan ijin pembukaan cabang KAP ditambah: memiliki NPWP cabang, memiliki
auditor tetap yang salah satunya memiliki register negara untuk akuntan. Dalam KMK
sebelumnya tidak diatur.
e. Ketentuan lainnya mengenai pembukaan cabang KAP yang sebelumnya tidak diatur
adalah: Cabang KAP yang tidak mempunyai Pemimpin Cabang selama 6 (enam) bulan
dicabut ijin pembukaan cabangnya. Selain itu, Penggantian Pemimpin Cabang wajib
dilaporkan.
f. Beberapa ketentuan berkaitan dengan kerjasaman KAP dengan KAPA/OAA yang
sebelumnya tidak diatur antara lain: perjanjian kerjasama KAP dengan KAPA/OAA harus
disahkan oleh notaries, OAA yang diperbolehkan melakukan kerjasama dengan KAP paling
sedikit harus memiliki keanggotaan di 20 (dua puluh) negara, penulisan huruf nama
KAPA/OAA yang melakukan kerjasama dengan KAP dilarang melebihi besarnya huruf
nama KAP, KAP yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan dengan
KAPA/OAA dalam jangka waktu paling lama 6 bulan, dikenakan sanksi pembekuan ijin.
g. Laporan Auditor Independen (LAI) harus diberi nomor secara urut berdasarkan tanggal
penerbitannya. Hal ini terutama untuk tujuan tertib administrasi LAI. Selain itu, juga
sebagai control terhadap LAI dan membantu untuk mendeteksi adanya LAI yang
dipalsukan. Ketentuan mengenai hal ini sebelumnya tidak diatur.
h. Akuntan Publik harus menjadi anggota IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia),
sebelumnya Akuntan Publik harus menjadi anggota IA dan IAI-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP). Dalam peraturan baru ini juga diatur bahwa Asosiasi Akuntan Publik
yang diakui adalah IAPI.
i. Mengenai Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) diatur bahwa USAP diselenggarakan oleh
IAPI, sebelumnya USAP diselenggarakan oleh IAI. Berkaitan dengan pengalihan ini,
diberikan masa transisi selama 6 bulan bagi IAI untuk tetap dapat melaksanakan USAP
sebelum dialihkan sepenuhnya kepada IAPI. Selain itu, juga diatur bahwa Menteri
Keuangan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan USAP
(sebelumnya tidak diatur).
j. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) ditetapkan oleh IAPI, sebelumnya SPAP
ditetapkan oleh IAI-KAP. Disamping itu, juga diatur bahwa Menteri Keuangan memantau
dan mengevaluasi SPAP (sebelumnya tidak diatur).
Berkaitan dengan pembekuan ijin KAP/AP terdapat beberapa tambahan pengaturan
diantaranya: AP/KAP/Cabang KAP yang memberikan jasa ketika belum mendapatkan
persetujuan pengaktifan ijin kembali setelah dikenakan sanksi pembekuan ijin, dikenakan
Sanksi Pembekuan Ijin, KAP berbentuk usaha persekutuan dibekukan ijin usahanya ketika
seluruh rekan AP-nya dikenakan sanksi pembekuan ijin, setelah sanksi pembekuan ijin berakhir,
AP, KAP, dan Cabang KAP jika masih ingin memberikan jasa wajib mengajukan permohonan
pengaktifan ijin kembali, sanksi pembekuan ijin diberikan paling banyak 2 kali (dalam peraturan
sebelumnya sanksi pembekuan ijin diberikan paling banyak 1 kali)

DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan
Akuntan. Jakarta; PT Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai