wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti komite
audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik. Berhubungan
dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan
atasan.
4) Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan seorang
penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan yang mungkin
dilakukan
5) Jika konflik ektika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadapa semua jenjang,
akuntan manajemen mungkin tidak mempunyai jalan lain kecuali mengundurkan diri dari
organisasi dan memberikan memo yang informatif kepada perwakilan organisasi yang
ditunjuk.. Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah tersebut
kepada berbagai otoritas atau individu yang tidak ada hubungan dengan organisasi
bukanlah pertimbangan yang tepat.
Sox terdiri atas 11 judul utama dengan 64 pasal, terdapat 2 pasal pada Sox yang menjadi
acuan dalam proses audit dan pengendalian internal pelaporan keuangan. Pasal-pasal tersebut
adalah:
a. Pasal 302 Corporate Responsibility for Financial Reports
Pasal ini menunjukan perlunya CEO ( Chief Executive Officer) dan CFO (Chief Financial
Officer) atau sederajat secara personal melakukan pengesahan terhadap sah atau
tidaknya laporan keuangan perusahaan dan memastikan tidak ada salah saji materi dan
bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan pengendalian intern laporan keuangan
tersebut.
b. Pasal 404 Management Assessment of Internal Control
Pasal ini meliputi proses pengesahan ( attestation) serta penilaian (assessment) dari
kendali pelaporan keuangan mencakup pengaturan dan penegakan struktur serta
prosedur pelaksanaan kontrol yang tepat bagi setiap perusahaan. Beberapa ringkasan
poin penting di SOX:
1) SOX mendasari dibentuknya PCAOB ( Public Company Accounting Oversights Board).
PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal perusahaan public
yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi standar etika dan independensi,
supervisi, rekrutmen dan pengembangan audit staff, dan penerimaan klien baru atau
berkelanjutan (client acceptance and continuation ). PCAOB juga melakukan fungsi
pengawasan apakah akuntan publik sudah mematuhi standar audit. Fungsi
pengawasan itu termasuk melakukan investigasi, menjatuhkan sanksi pencabutan izin
akuntan publik, dll.
2) Tanggung jawab perusahaan. Chief Excecutive Officer (CEO) dan Chief Financial
Officer (CFO) perusahaan harus membuat pernyataan bahwa laporan keuangan yang
dibuat adalah benar. Apabila ternyata tidak benar, CEO dan CFO dapat dikenakan
denda sampai 5 juta dolar dan hukuman penjara sampai 10 tahun (SOX Section 302).
SOX juga mewajibkan perusahaan untuk mempunyai komite audit independen yang
bertugas melakukan seleksi, menentukan kompensasi, dan mengawasi auditor
eksternal (SOX Section 301). Terkait dengan laporan keuangan, perusahaan harus
menyajikan (disclose) semua transaksi off-balance sheet yang bersifat material.
Perusahaan juga harus menyajikan dengan cepat setiap perubahan yang bersifat
material dalam kondisi keuangannya (SOX Section 409). SOX mengatur mengenai
perlindungan whistle blower dengan mengenakan sanksi kriminal atas perusahaan
yang menghukum whistle blower dengan cara apapun. Definisi atau pengertian
Whistle blower adalah orang yang melaporkan terjadinya fraud, korupsi, mis-
manajemen, dll. dalam perusahaan. Apabila ada seseorang yang dengan sengaja
menghancurkan, mengubah, atau menyembunyikan dokumen apapun untuk
mencegahnya digunakan dalam pengadilan, dapat dikenai sanksi kriminal (SOX
Section 1102). Perusahaan juga harus mempunyai kode etik untuk mendorong top
management berlaku jujur, menyajikan laporan keuangan secara akurat dan tepat
waktu, dan mematuhi peraturan yang ada.
3) Tanggung jawab auditor eksternal. Auditor eksternal harus memberikan informasi
pada komite audit mengenai kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh manajemen
perusahaan (SOX Section 204). Partner auditor eksternal yang memimpin pelaksanaan
audit dan melakukan review audit harus berganti setiap 5 tahun sekali (SOX Section
203). SOX melarang auditor eksternal memberikan jasa non-audit tertentu untuk klien
auditnya, misalnya jasa akuntansi, desain/implementasi sistem informasi keuangan,
penilaian (appraisal), internal audit outsourcing, investment banking, broker, dsb (SOX
Section 201). Dalam SOX, auditor diharuskan memeriksa sistem internal control
perusahaan dan mengevaluasi apakah sistem tersebut dapat mendukung informasi
laporan keuangan yang reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini mengenai
sistem internal control tersebut (SOX Section 404). Eksternal auditor harus
independen dari manajemen perusahaan yang diaudit, baik secara kelihatannya
(appearance) ataupun pada kenyataannya (fact). Karena itu, dalam SOX diatur bahwa
CEO, CFO, dan Chief Accounting Officer suatu perusahaan tidak boleh pernah bekerja
sebagai auditor eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat satu tahun sebelumnya.
SOX juga melarang perusahaan untuk merekrut karyawan dari eksternal auditornya
(SOX Section 206).
8. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) NO. 12 Tahun 2008
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan (DepKeu)
mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang
mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar
Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi
berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.
Berikut ini beberapa point perubahan mendasar PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik dibandingkan dengan KMK No. 423/KMK.06/2002 dan KMK No.
359/KMK.06/2003
a. Pembatasan Masa Pemberian Jasa KAP dari sebelumnya 5 (lima) tahun buku berturut-
turut menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut
b. Akuntan Publik yang telah selesai dikenakan sanksi pembekuan izin dan akan memberikan
jasa kembali, wajib mengajukan permohonan kepada Sekretaris Jenderal u/p Kepala Pusat
dengan memenuhi persyaratan diantaranya: menyerahkan bukti mengikuti PPL paling
sedikit 30 SKP, berdomisili di wilayah Indonesia, tidak pernah mengundurkan diri dari
keanggotaan IAPI. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
c. Persyaratan ijin usaha KAP ditambah memiliki auditor yang paling sedikit 1 (satu)
diantaranya beregister negara untuk akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
d. Persyaratan ijin pembukaan cabang KAP ditambah: memiliki NPWP cabang, memiliki
auditor tetap yang salah satunya memiliki register negara untuk akuntan. Dalam KMK
sebelumnya tidak diatur.
e. Ketentuan lainnya mengenai pembukaan cabang KAP yang sebelumnya tidak diatur
adalah: Cabang KAP yang tidak mempunyai Pemimpin Cabang selama 6 (enam) bulan
dicabut ijin pembukaan cabangnya. Selain itu, Penggantian Pemimpin Cabang wajib
dilaporkan.
f. Beberapa ketentuan berkaitan dengan kerjasaman KAP dengan KAPA/OAA yang
sebelumnya tidak diatur antara lain: perjanjian kerjasama KAP dengan KAPA/OAA harus
disahkan oleh notaries, OAA yang diperbolehkan melakukan kerjasama dengan KAP paling
sedikit harus memiliki keanggotaan di 20 (dua puluh) negara, penulisan huruf nama
KAPA/OAA yang melakukan kerjasama dengan KAP dilarang melebihi besarnya huruf
nama KAP, KAP yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan dengan
KAPA/OAA dalam jangka waktu paling lama 6 bulan, dikenakan sanksi pembekuan ijin.
g. Laporan Auditor Independen (LAI) harus diberi nomor secara urut berdasarkan tanggal
penerbitannya. Hal ini terutama untuk tujuan tertib administrasi LAI. Selain itu, juga
sebagai control terhadap LAI dan membantu untuk mendeteksi adanya LAI yang
dipalsukan. Ketentuan mengenai hal ini sebelumnya tidak diatur.
h. Akuntan Publik harus menjadi anggota IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia),
sebelumnya Akuntan Publik harus menjadi anggota IA dan IAI-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP). Dalam peraturan baru ini juga diatur bahwa Asosiasi Akuntan Publik
yang diakui adalah IAPI.
i. Mengenai Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) diatur bahwa USAP diselenggarakan oleh
IAPI, sebelumnya USAP diselenggarakan oleh IAI. Berkaitan dengan pengalihan ini,
diberikan masa transisi selama 6 bulan bagi IAI untuk tetap dapat melaksanakan USAP
sebelum dialihkan sepenuhnya kepada IAPI. Selain itu, juga diatur bahwa Menteri
Keuangan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan USAP
(sebelumnya tidak diatur).
j. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) ditetapkan oleh IAPI, sebelumnya SPAP
ditetapkan oleh IAI-KAP. Disamping itu, juga diatur bahwa Menteri Keuangan memantau
dan mengevaluasi SPAP (sebelumnya tidak diatur).
Berkaitan dengan pembekuan ijin KAP/AP terdapat beberapa tambahan pengaturan
diantaranya: AP/KAP/Cabang KAP yang memberikan jasa ketika belum mendapatkan
persetujuan pengaktifan ijin kembali setelah dikenakan sanksi pembekuan ijin, dikenakan
Sanksi Pembekuan Ijin, KAP berbentuk usaha persekutuan dibekukan ijin usahanya ketika
seluruh rekan AP-nya dikenakan sanksi pembekuan ijin, setelah sanksi pembekuan ijin berakhir,
AP, KAP, dan Cabang KAP jika masih ingin memberikan jasa wajib mengajukan permohonan
pengaktifan ijin kembali, sanksi pembekuan ijin diberikan paling banyak 2 kali (dalam peraturan
sebelumnya sanksi pembekuan ijin diberikan paling banyak 1 kali)
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Leonard J dan Paul Dunn. 2011. Etika Bisnis & Profesi untuk Direktur, Eksekutif, dan
Akuntan. Jakarta; PT Salemba Empat.