BAB 1
PENDAHULUAN
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kelompok, meliputi usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59
tahun, Usia Lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun, Usia
lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 71-90 tahun, Usia sangat tua (very
dalam Maryam, 2011) menyebutkan bahwa proses penuaan adalah suatu proses
alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus, dan
fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan
atrithis, stroke dan salah satunya mengalami kerusakan struktural dan fungsional
pada aorta, yaitu arteri besar yang membawa darah dari jantung, yang
(Azizah, 2011).
berstruktur lanjut usia, karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas
sekitar 7,18 %. Usia harapan hidup tertinggi di Indonesia ada di DIY, yakni 74
paling tinggi ada dikota Yogyakarta sebesar 48.092 jiwa pertahun. Berdasarkan
Jumlah penduduk lansia pada tahun 2010 sebesar 454.200 jiwa atau 13,2 % dari
total pendududuk. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia
sebesar 459.200 jiwa atau 13,3 % dari total populasi penduduk. Sedangkan tahun
2020 di perkirakan akan terjadi peningkatan juga, yaitu jumlah penduduk lansia
penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 67.8 tahun pada periode
usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus
Selatan pada periode 2010-2015 adalah 69.2 tahun dan pada periode 2020-2025 di
3
proyeksikan meningkat menjadi 72.1 tahun (BPS, 2013). Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2015 jumlah penduduk
lansia di kalimantan selatan mencapai 239.947 jiwa. Data dari Dinas Kesehatan
Tanah Bumbu tahun 2016 jumlah lansia di Tanah Bumbu berjumlah 23.034 lansia
latihan, bantuan hukum, bantuan sosial, serta perlindungan sosial. Sedangkan dari
profesinal kesehatan, bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk
Pelayanan kesehatan, sosial, ketenaga kerjaan, dan lainnya telah dikerjakan pada
social Tresna Wredha (PSTW), sasana tresna wredha (STW), sarana pelayanan
lansia terjadi perubahan normal pada jantung (kekuatan otot jantung berkurang),
dan kemampuan memompa dari jantung bekerja lebih keras sehingga terjadi
orang di seluruh dunia atau sekitar 13% dari total kematian. Menurut WHO
pada orang dewasa dan diperkirakan setiap 1 dari 6 kematian disebabkan oleh
hipertensi. Hipertensi di negara berkembang mencapai 37% pada tahun 2000 dan
diperkirakan mencapai 42% pada tahun 2025. Bila dikalikan dengan penduduk
Indonesia yang 200 juta jiwa saja maka setidaknya terdapat 74 juta jiwa yang
Prevalensi hipertensi yang tinggi pada laki-laki usia 25-44 tahun sebesar 95
per 1000 orang, sedangkan perempuan usia 25-44 tahun sebesar 50 per 1000
orang dan menjadi sebaliknya pada usia diatas 60 tahun lebih tinggi perempuan
yaitu sebanyak 191 per 1000 orang dan laki-laki 150 per 1000 orang (Depkes RI,
menunjukkan hasil pengukuran tekanan darah pada umur 18 tahun keatas sebesar
kesehatan atau minum obat sebesar 9,5%. Jadi ada 0,1% yang minum obat sendiri.
Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
5
26,5%.
dan Kalimantan Timur secara berturut-turut adalah 6.6%, 7.5%, 7.8%, dan 11.6%.
Barat 6.4%, Kalimantan Tengah 7.7%, Kalimantan Selatan 8.9%, dan Kalimantan
Timur 11.9%. Dari data tersebut dapat diketahui persentase berat badan lebih
penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yang dinilai dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) di Pulau Kalimantan sebesar 8.4% dan 8.7%. Dua Provinsi di Pulau
fisik di atas prevalensi nasional yaitu Provinsi Kalimantan Timur 61.7% dan
Kalimantan Tengah 43.8% dan Provinsi Kalimantan Barat 46.9%. Sedangkan data
dari Dinas Kesehatan Tanah Bumbu Tahun 2016 jumlah kasus hipertensi yang
Hampir 1 miliar atau sekitar seperempat dari seluruh populasi orang dewasa
di dunia menyandang tekanan darah tinggi, dan jumlah ini cenderung terus
meningkat. Pada populasi usia lanjut angka penyandang tekanan darah tinggi lebih
6
banyak. Pada tahun 2025 diperkirakan penderita tekanan darah tinggi mencapai
Hight Blood Pressure/ JNC (2003). Penanganan hipertensi dilakukan dengan dua
cara yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat
efek samping berupa mual, muntah, pusing, takikardi, dan palpitasi yang
individual yang biasa diterapkan berupa terapi modalitas terapi herbal, meditasi,
hipertensi secara non farmakologis bisa dengan cara berolahraga salah satunya
senam diantaranya senam bugar, senam yoga, senam ergonomik, senam aerobik
dan juga bisa dengan menggunakan terapi modalitas untuk membuat tubuh
menjadi lebih rilexs diantaranya terapi musik, relaksasi otot progresif, terapi
tertawa dan masih banyak lagi penatalaksanaan secara non farmakologis lainnya
Hasil penelitian yang sudah ada, jenis terapi senam yang mudah dilakukan
dan dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi yaitu salah satunya
relaksasi otot progresif, teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan
perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang
otot dan peredaran darah akan lebih sempurna dalam mengambil dan
mengedarkan oksigen serta relaksasi otot progresif dapat bersifat vasodilator yang
secara langsung. Relaksasi otot progresif ini menjadi metode relaksasi termurah,
tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, membuat
tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks. Latihan ini dapat membantu
fungsional, dan kualitas hidup meningkat (Potter dan Perry, 2005 dalam Suratini,
2013).
Pada lansia, gaya hidup yang tidak baik, stres yang berkepanjangan,
kebiasaan makan yang tidak teratur, masukan serat dan air yang tidak cukup,
kurangnya aktivitas fisik seperti berjalan, bersepeda, serta latihan fisik seperti
olahraga dan senam sangat berperan dalam memicu timbulnya berbagai masalah
Dampak positif yang akan terjadi jika para lansia mau mengikuti terapi
tekanan darah tinggi pada lansia usia 45-59 tahun pada penderita hipertensi
perifer dan menaikkan elastisitas pembuluh darah. Otot-otot dan peredaran darah
akan lebih sempurna dalam mengambil dan mengedarkan oksigen serta relaksasi
darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung, sedangkan hipertensi
sistolik terisolasi dimana terdapat kenaikan tekanan darah sistolik yang selisish
tekanan ini terbukti sebagai penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan
Solusi yang tepat yaitu dilakukan terapi relaksasi otot progresif yang
pembuluh darah. Otot-otot dan peredaran darah akan lebih sempurna dalam
mengambil dan mengedarkan oksigen serta relaksasi otot progresif dapat bersifat
tekanan darah secara langsung. Relaksasi otot progresif ini menjadi metode
relaksasi termurah, tidak memerlukan imajinasi, tidak ada efek samping, mudah
dilakukan, membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks, latihan ini dapat
sehingga status fungsional, dan kualitas hidup meningkat (Stanley, 2007 dalam
Suratini, 2013).
tahun sebanyak 7 orang, diketahui bahwa masih banyak lansia yang tidak patuh
minum obat, tidak meeriksakan tekanan darah secara rutin, melanggar pantangan
yang ditandai dengan penurunan kesadaran akibat peningkatan tekanan darah, jika
hal tersebut tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah
9
Sejahtera, 2019).
banyak kejadian hipertensi pada lansia usia 45-59 tahun, kurangnya pengetahuan
tentang hipertensi, kurangnya kesadaran akan bahaya hipertensi yang akan terjadi,
maka peneliti tertarik untuk meneliti adanya “Pengaruh tehnik relaksasi otot
progresif terhadap penurunan hipertensi pada lansia usia 45-59 Tahun di Wilayah
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2017. Serta elemen yang ada
didalamnya.
11
kelompok
eksperimen setelah
intervensi. Selain itu,
perbedaan antara
skor sebelum dan
sesudah intervensi
secara statistik
signifikan untuk
semua sub-skala
pada kelompok
eksperimen (P =
0,05))
(Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa perbedaan
antara skor
sebelum dan
sesudah intervensi
secara statistik
signifikan untuk
semua sub-skala
pada kelompok
eksperimen (P =
0,05))