Anda di halaman 1dari 3

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, 10 persen remaja

berusia 15—19 tahun di Indonesia telah menjadi ibu. Padahal, hamil di usia tersebut memiliki
banyak risiko komplikasi persalinan.

Berikut di antaranya:

1. Risiko abortus atau keguguran lebih besar.


Belum siapnya bumil terhadap kehamilannya sangat memengaruhi kondisi ini. Bahkan
adolescent pregnancy sangat berhubungan dengan kondisi abortus provocatus criminalis
atau usaha melakukan pengguguran tanpa indikasi medis tertentu. Hal ini tentunya akan
semakin membahayakan nyawa bumil belia tersebut dan bahkan dapat menyebabkan
berbagai kecacatan di rahim.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
Gangguan hipertensi dalam kehamilan dan preeklamsia sering terjadi dikarenakan
kurangnya kemampuan adaptasi rahim dalam menerima produk konsepsi atau
pembuahan. Dampaknya, janin tak diterima secara keseluruhan sehingga menyebabkan
kondisi yang sering disebut dengan keracunan dalam kehamilan (preeklamsia).
3. Meningkatnya persalinan prematur dan berat badan lahir rendah.
Kondisi ini kerap diakibatkan kurang matangnya alat reproduksi ibu hamil dan kurangnya
kepedulian dalam menjaga kehamilan, selain juga dapat diakibatkan berbagai kelainan,
semisal, hipertensi dalam kehamilan.
4. Berat bayi lahir rendah (BBLR).
Meningkatnya persalinan prematur tentunya akan diikuti dengan kondisi bayi dengan
berat badan lahir rendah. Kedua hal ini tentunya dapat berdampak terhadap bayi, baik
dalam jangka dekat (mulai gangguan pencernaan hingga pernapasan) maupun jangka
panjang (semisal, cerebral palsy, yaitu kelainan permanen pada otak yang memengaruhi
perkembangan motorik dan postur tubuh; retardasi mental;dan gangguan tumbuh
kembang).
5. Ibu mengalami postpartum blues (baby blues).
Kurangnya kesiapan mental serta adaptasi bumil terhadap lingkungan baru dan tanggung
jawab baru di kesehariannya setelah melahirkan dapat memicu terjadinya baby blues
pada ibu. Pada kondisi ini sering terjadi usaha penelantaran anak dan semacamnya.
6. Meningkatkan risiko kematian.
Dengan meningkatnya risiko-risiko yang sudah dijelaskan sebelumnya, tentu pada
akhirnya semua risiko tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian ibu
maupun janin.
Mengapa risiko komplikasi kehamilan dan persalinannya begitu besar? Pasalnya, di
bawah usia 20 tahun, perempuan belum siap atau belum cukup matang untuk menghadapi
kehamilan. Ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan ibu usia muda terhadap
berbagai persiapan dan evaluasi kehamilan hingga persalinannya. Risiko yang besar juga
akan dialami bila ibu hamil di usia tua alias 35 tahun ke atas. Semua itu dipaparkan
dengan jelas oleh dr. Manggala Pasca Wardhana, SpOG di rubrik KEHAMILAN Tabloid
nakita edisi 921 yang terbit, Rabu 23 November 2016.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Risiko Hamil di Bawah Usia 20
Tahun", https://lifestyle.kompas.com/read/2016/11/22/110000023/risiko.hamil.di.bawah.
usia.20.tahun?page=all.

Beberapa risiko yang dapat dialami wanita hamil yang usianya lebih dari 35 tahun adalah:

1. Penyakit diabetes gestasional


Wanita hamil di atas usia 35 tahun memiliki risiko terkena penyakit diabetes
gestasional yang lebih tinggi karena pengaruh hormon kehamilan. Oleh karena itu, Anda
harus mengontrol kadar gula dalam darah Anda melalui asupan makanan yang sehat.
Jangan lupa untuk tetap melakukan olahraga untuk mencegah penyakit tersebut
memburuk. Beberapa kondisi mungkin mengharuskan Anda untuk mengonsumsi obat.
Diabetes gestasional yang tidak diobati dapat menyebabkan bayi tumbuh lebih besar dan
akan mempersulit proses kelahiran.
2. Penyakit hipertensi gestasional
Wanita hamil di atas usia 35 tahun juga rentan menderita hipertensi gestasional (tekanan
darah tinggi selama kehamilan). Hipertensi gestasional dapat mengurangi suplai darah ke
plasenta. Periksakan selalu kehamilan Anda ke dokter secara rutin. Dokter akan selalu
memantau tekanan darah Anda serta pertumbuhan dan perkembangan janin.
Tekanan darah yang selalu dikontrol, makan makanan yang sehat, dan olahraga teratur
dapat mencegah tekanan darah tinggi semakin memburuk. Jika kondisinya semakin
buruk, mungkin Anda perlu mengonsumsi obat dengan resep dokter atau mungkin harus
melahirkan bayi Anda sebelum waktunya untuk mencegah terjadinya komplikasi.
3. Kelahiran prematur dan bayi BBLR
Kehamilan di usia 35 tahun atau lebih berisiko untuk melahirkan bayi prematur. Hal ini
dapat disebabkan oleh kondisi medis, bayi kembar, atau masalah lainnya. Wanita di atas
35 tahun mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk hamil kembar atau lebih, terutama
jika kehamilan terjadi dengan bantuan terapi kesuburan. Bayi lahir prematur (sebelum
usia kandungan 37 minggu) biasanya mengalami BBLR (Berat Badan Bayi Rendah). Hal
ini dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan bayi belum sempurna saat dilahirkan.
Bayi yang lahir terlalu kecil dapat meningkatkan risiko bayi memiliki masalah kesehatan
pada usia selanjutnya.
4. Bayi lahir Caesar
Kehamilan pada usia lebih tua atau di atas 35 tahun meningkatkan risiko ibu menderita
komplikasi penyakit saat hamil sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi
caesar. Salah satu keadaan yang menyebabkan bayi harus dilahirkan lewat
operasi caesar adalah plasenta previa, yaitu keadaan plasenta yang menghalangi leher
rahim (serviks).
5. Ketidaknormalan kromosom
Bayi yang lahir dari wanita yang hamil di usia 35 tahun atau lebih dapat meningkatkan
risiko terkena penyakit yang disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti Down
syndrome. Semakin tua usia ibu saat hamil, semakin besar kemungkinan bayi terkena
Down syndrome.
6. Keguguran atau kematian saat lahir
Kedua hal ini dapat disebabkan oleh kondisi medis ibu atau kelainan kromosom pada
bayi. Risiko ini meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu di atas usia 35 tahun.
Untuk mencegah hal ini terjadi sebaiknya periksakan kehamilan Anda secara rutin,
terutama selama minggu-minggu terakhir kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai