Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka

Peranan Psikiatri Geriatri dalam


Penanganan Delirium
Pasien Geriatri

Andri, Charles E. Damping

Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,


Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak: Delirium merupakan suatu gangguan neuropsikiatrik yang cukup sering dialami oleh
pasien geriatri. Gejala klinis yang menjadi pedoman diagnosis utama adalah penurunan
kesadaran, adanya suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan berfluktuasi. Hendaya bersifat
menyeluruh yang mempengaruhi atensi, memori dan kemampuan perencanaan dan organisasi.
Tatalaksana pasien delirium harus melibatkan berbagai cabang ilmu karena pada kenyataannya
pasien geriatri mempunyai masalah kesehatan yang kompleks (multipatologi) sehingga
memerlukan penanganan secara holistik. Penangan oleh tim yang terdiri dari psikiatri geriatri,
konsultan geriatri medis, rehabilitasi medis, dan gizi merupakan kombinasi yang baik dan
telah dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Banyak penelitian mengatakan bila
delirium sudah terjadi maka tidak akan ada perbedaan dalam penanganan delirium baik
ditinjau dari keparahan penyakitnya atau kemungkinan keberulangannya. Akan tetapi usaha
pencegahan baik secara psikososial maupun psikofarmakologi diperlukan untuk menekan
angka morbiditas dan mortalitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
geriatri.
Kata Kunci : gangguan neuropsikiatrik, geriatri, pendekatan psikososial.

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 7, Juli 2007 227


Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Giriatri

The Role of Psychiatric Geriatric in the Treatment of


Delirium in Geriatric Patients

Andri, Charles E.Damping

Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, University of Indonesia

Abstract: Delirium is a neuropsychiatric disorder that often occurs in geriatric patients. The main
clinical manifestations are disturbance of consciousness, deficit in cognition which is acute and
generally affect attention, memory and the organization and planning ability. The fluctuation of the
disturbance is an important indicator of this disturbance. Treatment of patient with delirium must
involve interdisciplinary approach because in clinical practice geriatric patients have a complex
health problems (multipathology) and need holistic care. Treatment by a team consists of psychia-
trist specialized in geriatric, geriatric medic, medic rehabilitation, and nuticient consultant will
produce the best result; this has been done at Cipto Mangunkusumo National Hospital. Although
some studies suggest that delirium has no significant differences in treatment if already occured,
but psychosocial approach or even psychopharmacotherapy has a benefit in reducing morbidity
and mortality of the disturbance. It also has an important role in maintaining the quality of life of
geriatric patients.
Key Words: neuropsychiatric disturbance, geriatric, psychosocial approach

Pendahuluan penanganan klinis. Beberapa penelitian mendapati prevalensi


Delirium yang dikenal juga dengan sebutan acute con- pasien IGD yang mengalami delirium berkisar antara 10-17%.2,3
fusional state adalah sebuah gangguan yang umum, serius,
tetapi secara potensial dapat dicegah. Delirium merupakan Gambaran Klinis
sumber morbiditas dan mortalitas di antara pasien-pasien Gejala delirium sangat beragam dan, walaupun tidak
geriatri yang dirawat. Hal ini penting karena pada pasien spesifik, sifatnya yang fluktuatif sangat nyata dan merupakan
berusia di atas 65 tahun, kejadian delirium menghabiskan indikator diagnostik yang sangat penting. Terdapat tiga
48% seluruh hari perawatan di rumah sakit. Insiden delirium bentuk delirium yang telah diketahui, yaitu: tipe hiperaktif,
juga meningkat sejalan dengan pertambahan usia populasi.1 hipoaktif, dan campuran. Tipe hipoaktif seringkali tidak
Delirium adalah sebuah sindrom neuropsikiatrik yang dikenali dan dihubungkan dengan prognosis yang buruk
kompleks dengan onset yang akut dan berfluktuasi. Sindrom secara keseluruhan. Tipe ini juga sering terjadi pada pasien
ini mempengaruhi kesadaran dan fungsi kognitif yang yang usianya cenderung lebih tua.
mungkin diikuti oleh peningkatan aktivitas psikomotor. Selain Gangguan yang penting melibatkan suatu hendaya
itu, delirium juga mempengaruhi atensi dan beberapa pasien fungsi kognitif yang akut dan menyeluruh yang
ada yang mengalami gangguan persepsi.2 mempengaruhi kesadaran, perhatian, memori dan kemampuan
Pada pasien geriatri, delirium berhubungan dengan perencanaan dan organisasi. Gangguan lain, misalnya pola
perpanjangan waktu tinggal di rumah sakit, peningkatan tidur yang berubah, gangguan proses pikir, afek, persepsi
mortalitas dan peningkatan beban biaya pengobatan. De- dan tingkat keaktifan, walaupun dipandang tidak bermakna
lirium biasanya bersifat reversible jika penyebab yang mempunyai kontribusi yang besar dalam mengidentifikasi dan
mendasarinya teridentifikasi. Sayangnya, delirium terkadang menatalaksana delirium.
tidak terdeteksi pada pasien geriatri yang dirawat di rumah Tergantung dari gejala yang timbul, delirium dapat
sakit, walaupun prevalensinya sekitar 10-16%. Pasien geriatri disalahartikan dengan gangguan lain, misalnya demensia,
juga menjadi rentan karena pada beberapa kasus terdapat gangguan mood dan psikosis fungsional.2 Diagnosis delirium
hendaya dalam fungsi kognitif dan angka kejadian delirium pada pasien demensia cukup sulit karena gejala delirium dan
pada populasi ini cukup tinggi. demensia yang saling tumpang tindih. Suatu penelitian
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan tempat yang dilakukan untuk mengidentifikasikan gejala delirium yang
strategis untuk mendeteksi gangguan delirium dan memulai khas pada pasien demensia untuk membantu penegakan di-

228 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 7, Juli 2007


Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Giriatri

agnosis delirium. Pasien demensia yang mengalami delirium Faktor Risiko dan Faktor Presipitasi
memperlihatkan lebih banyak agitasi psikomotor, disorientasi, Walaupun terdapat banyak sekali faktor risiko yang
dan pikiran yang tidak terorganisasi.4 mencerminkan karakteristik perjalanan dari pasien, beberapa
Secara klinis penegakkan diagnosis delirium dapat faktor dapat dimodifikasi untuk mencegah kejadian delirium.
menggunakan DSM IV-TR. Ada satu lagi alat bantu yang Beberapa faktor risiko yang berasal dari diri pasien
biasa digunakan di kalangan non-psikiater yaitu Confusion sendiri adalah usia, adanya defisit kognitif yang sudah ada
Assesment Method (CAM). Di bawah ini adalah kriteria sebelumnya, penyakit medis yang berat, adanya riwayat de-
diagnostik delirium berdasarkan DSM IV-TR; keempat kriteria lirium sebelumnya dan kepribadian sebelum sakit. Pada
ini harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosis delirium. beberapa operasi, misalnya operasi panggul, delirium juga
sering dialami oleh pasien sesudah operasi. Kondisi khusus,
misalnya luka bakar, AIDS, fraktur, hipoksemia, insufisiensi
Tabel 1. Kriteria Diagnostik Delirium
organ, infeksi, serta gangguan metabolik, juga dapat
A. Gangguan kesadaran (berkurangnya kewaspadaan terhadap merupakan faktor risiko terjadinya delirium
lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, Pasien geriatri sangat erat dengan multipatologi organ,
mempertahankan dan mengalihkan perhatian
sehingga pada beberapa kasus diperlukan medikasi dengan
B. Perubahan kognisi (seperti kemunduran ingatan, disorientasi,
gangguan berbahasa) atau adanya gangguan persepsi yang tidak banyak obat. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya de-
dapat dimasukkan ke dalam pre-demensia, demensia yang sudah lirium. Pemakaian obat-obatan memegang peranan penting
ada atau demensia yang sedang muncul. terhadap terjadinya delirium. Banyak obat yang dapat
C. Gangguan berlangsung dalam waktu yang singkat (biasanya
menyebabkan delirium, namun ada beberapa obat, misalnya
jam sampai beberapa hari) dan cenderung untuk berfluktuasi
selama berlangsungnya. benzodiazepine, narkotik dan obat-obat dengan aktivitas
D. Adanya bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan antikolinergik, yang mempunyai kecenderungan lebih untuk
penemuan pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan menyebabkan delirium. Banyak obat dan metabolitnya yang
bahwa gangguan ini merupakan konsekuensi fisiologis dari
secara tidak terduga menyebabkan delirium karena efek
kondisi medis umum.
antikolinergiknya tidak diketahui. Suatu penelitian meng-
identifikasi efek antikolinergik yang dapat menyebabkan
Etiologi hendaya pada memori dan atensi pada pasien geriatri.
Kenyataan ini terjadi pada 10 sampai 25 obat yang paling
Bila membicarakan etiologi delirium, maka faktor sering diresepkan kepada pasien geriatri, termasuk teofilin,
predisposisi dibedakan dengan faktor presipitasi. Faktor digoxin dan warfarin. Oleh karena itu, sangat penting upaya
predisposisi membuat seseorang lebih rentan mengalami untuk meminimalkan penggunaan obat-obatan, mengurangi
delirium, sedangkan faktor presipitasi merupakan faktor dosis atau menghentikan penggunaan beberapa jenis obat
penyebab somatik delirium. yang secara klinis sering menyebabkan delirium, terutama
Saat ini beberapa penelitian prospektif telah menemukan pada saat risiko tinggi misalnya periode perioperatif.
beberapa faktor predisposisi delirium pada geriatri yang Lingkungan juga mempunyai peran dalam kejadian de-
potensial. Penelitian yang lebih baik bahkan mampu men- lirium pada individu. Pengalaman sensorik yang ekstrem,
dapatkan faktor risiko yang mempengaruhi kejadian delirium. kehilangan daya penglihatan dan pendengaran, imobilitas,
Selain pertambahan usia, adanya penurunan fungsi kognitif isolasi sosial dan stress merupakan faktor-faktor yang dapat
sebelumnya merupakan faktor risiko yang sering didapatkan. mempengaruhi kejadian delirium.2,5
Lebih jauh lagi, delirium merupakan indikator pertama
demensia pada populasi geriatri. Angka kejadian delirium
pada pasien demensia sendiri secara bermakna lebih tinggi Penatalaksanaan
dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan Penatalaksanaan delirium tentunya tidak terpisah dari
populasi yang tidak demensia.5 penyebabnya. Identifikasi penyakit yang mendasari serta
Faktor presipitasi yang telah ditemukan yang menu- pengobatannya secara tepat perlu dilakukan. Pasien dengan
runkan ambang delirium pada usia lanjut adalah pria, tekanan gangguan medis umum yang disertai dengan delirium akan
darah tinggi, penggunaan banyak obat terutama obat-obatan menjalani masa tinggal rumah sakit yang lebih lama daripada
antikolinergik, anestesi umum, dan penggunaan alkohol atau yang tidak mengalami delirium. Delirium sendiri dapat
benzodiazepine. Lebih jauh lagi, adanya peningkatan menimbulkan komplikasi lain yang banyak terjadi pada pasien,
konsentrasi sodium di serum, penurunan fungsi fisik, dan misalnya geriatri seperti jatuh dan infeksi. Pasien dengan
penurunan fungsi menghadapi stress juga diidentifikasi delirium juga biasanya lebih membutuhkan perawatan di
sebagai faktor risiko independen pada pasien delirium. institusi.
Penelitian lain mengatakan bahwa kombinasi faktor termasuk Penggunaan benzodiazepin seharusnya dihindari,
usia, kadar urea darah, hipertensi, dan kebiasaan merokok kecuali bila sumber deliriumnya adalah reaksi putus zat
merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya delirium.4 alkohol atau sedatif atau ketika agitasi yang berat tidak dapat

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 7, Juli 2007 229


Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Giriatri

dikontrol oleh obat neuroleptik. Hal ini disebabkan karena fungsi sesudah kejadian. Hal ini dapat dilakukan melalui
benzodiazepin dapat menyebabkan reaksi berkebalikan yang penanganan proaktif oleh psikiater atau tim geriatri.
memperburuk delirium. Reaksi berkebalikan yang diakibatkan Beberapa strategi pencegahan primer delirium telah
oleh benzodiazepin adalah sedasi yang berlebihan yang dapat diteliti. Pada kebanyakan pasien dilakukan penapisan faktor
menyulitkan penilaian status kesadaran pasien itu sendiri. risiko delirium melalui penanganan proaktif psikiater dan tim
Pada beberapa penelitian penggunaan obat neuroleptik, geriatri yang bekerjasama dalam menjalani perawatan rutin
obat yang sering dipakai pada kasus delirium adalah Halo- pasien rawat inap di bangsal. Dalam kasus-kasus “faktor risiko
peridol. Haloperidol digunakan karena profil efek sampingnya yang bisa diobati” pasien menjalani penanganan klinik dan
yang lebih disukai dan dapat diberikan secara aman melalu psikososial atau profilaksis farmakologis.
jalur oral maupun parenteral. Dosis yang biasa diberikan Penelitian terhadap keefektifan penapisan dan penelitian
adalah 0,5 - 1,0 mg per oral (PO) atau intra muscular maupun yang proaktif, termasuk dalam bidang penyakit dalam dan
intra vena (IM/IV); titrasi dapat dilakukan 2 sampai 5 mg konsultasi geriatri serta pengobatan yang dianggap perlu
tiap satu jam sampai total kebutuhan sehari sebesar 10 mg oleh bidang-bidang tersebut memberikan gambaran yang
terpenuhi. Setelah pasien lebih baik kesadarannya atau sudah tidak konsisten dan seringkali tidak mendapatkan kesimpulan
mampu menelan obat oral maka haloperidol dapat diberikan berarti. Beberapa penelitian ada yang menyebutkan ke-
per oral dengan dosis terbagi 2-3 kali perhari sampai kondisi efektifan strategi tersebut dalam mengurangi angka kejadian,
deliriumnya teratasi. Haloperidol intravena lebih sedikit durasi maupun keparahan delirium, namun penelitian lain tidak
menyebabkan gejala ekstrapiramidal daripada penggunaan menemukan adanya efek yang menguntungkan.
oral.2,6,7 Suatu penelitian yang melibatkan 120 orang pasien
Antipsikotik yang lebih baru, misalnya risperidon, geriatri dengan fraktur panggul menunjukkan bahwa
olanzapin dan quetiapin juga membantu dalam penata- intervensi standar, penelusuran kognitif secara sistematik,
laksanaan delirium. Namun penelitian dan bukti yang konsultasi dengan spesialis dan penatalaksanaan nyeri yang
mendukung penggunaan antipsikotik atipikal pada delirium terkontrol, tidak efektif dalam menurunkan insiden delirium,
belum terbukti jelas sehingga obat-obat tersebut tidak dapat walaupun keparahan dan durasi delirium dapat dikurangi.1
digunakan sebagai terapi lini pertama. Akan tetapi, obat- Sebuah penelitian dengan kontrol mengemukakan data
obatan ini dihubungkan dengan lebih sedikitnya gangguan yang memberikan bukti bahwa pendekatan intervensi
pergerakan akibat obat dibandingkan penggunaan haloperi- multikomponen pada program penanganan geriatri efektif
dol. Oleh karena itu, antipsikotik atipikal mungkin merupakan dalam mencegah delirium pada pasien geriatri yang dirawat
obat pilihan untuk pasien dengan penyakit Parkinson dan di rumah sakit. Pencegahan tersebut mencegah terjadinya
gangguan neuromuskular yang berhubungan, serta pasien delirium dan mengurangi total hari-hari delirium. Hal ini sangat
dengan riwayat adanya gejala ektrapiramidal pada peng- efektif pada pasien yang memang mempunyai risiko me-
gunaan antipsikotik lama. ngalami delirium. Ketika delirium sudah terjadi maka tidak
Dosis awal olanzapin adalah 5 mg per oral setiap hari, akan ada perbedaan penanganan delirium baik ditinjau dari
setelah satu minggu, dosis dapat ditingkatkan menjadi 10 keparahan penyakitnya atau kemungkinan berulangnya.
mg sehari dan dititrasi menjadi 20mg sehari. Quetiapin Penemuan ini sangat penting dampaknya pada penata-
diberikan 25 mg per oral dua kali sehari yang dapat laksanaan delirium bahwa pencegahan yang awal mungkin
ditingkatkan menjadi 25-50mg per dosis tiap 2 sampai 3 hari merupakan strategi yang paling efektif. Ketika delirium itu
sampai tercapai target 300-400 mg perhari yang terbagi dalam sudah terjadi maka strategi penanganan akan kurang efektif
2-3 dosis. Risperidon diberikan 1-2 mg per oral pada malam dan kurang efisien.1
hari dan secara gradual ditingkatkan 1 mg tiap 2-3 harus Keefektifan profilaksis farmakologis telah dilakukan
sampai dosis efektif tercapai (4-6 mg per oral). Quetiapin pada beberapa penelitian. Pada suatu penelitian dengan 400
adalah obat antipsikotik baru yang paling menimbulkan pasien fraktur panggul, insiden delirium tidak berkurang
sedasi dan paling aplikatif dalam pengobatan delirium yang dengan penatalaksanaan profilaksis 1 mg haloperidol
agitasi.6 dibandingkan dengan plasebo, walaupun durasi dan kepa-
rahan delirium berkurang. Akan tetapi mungkin pemberian 1
Pencegahan mg haloperidol terlalu rendah untuk mendapatkan efek
Delirium pada beberapa kasus mempunyai prognosis profilaksis.4
yang buruk sehingga jalan yang terbaik adalah mencegah
terjadinya delirium. Hal itulah yang membuat tatalaksana Peranan Psikososial
delirium mulai berubah dari pengobatan menjadi pencegahan. Lingkungan di sekitar pasien memegang peranan yang
Pencegahan dibagi menjadi dua, yaitu pencegahan primer sangat penting dalam proses perbaikan kondisi delirium
yang bertujuan untuk mencegah keberulangan delirium ataupun saat delirium sudah teratasi. Hal ini disebabkan pada
sedangkan pencegahan sekunder bertujuan untuk me- saat pasien pulang dari perawatan terkadang terdapat gejala
ngurangi durasi dan keparahan delirium dan mengoptimalkan sisa delirium sehingga keluarga dan pengasuh memainkan

230 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 7, Juli 2007


Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Giriatri

peran penting dalam perawatan pasien terutama di rumah. desibel di waktu siang dan 20 desibel di waktu
Pengasuh dan keluarga pasien dapat memberikan malam.
bantuan psikososial yang bersifat mendorong pasien untuk - Jaga temperatur ruangan tetap di antara 21,1oC
dapat kembali kepada fungsi awal sebelum terjadinya de- sampai 23,8oC.
lirium. Untuk itulah anggota keluarga dan pengasuh pasien
harus diberi penjelasan tentang delirium sehingga dapat c. Pertahankan kemampuan pasien
menghadapi pasien dengan baik. Terkadang informasi yang - Identifikasi dan perbaiki kesalahan sensorik, jamin
salah tentang delirium dapat membuat keluarga atau keberadaan kacamata, alat bantu dengar atau gigi
pengasuh menjadi tidak sabar atau marah terhadap pasien palsu untuk membantu pasien. Bila ada kesulitan
yang dapat mencetuskan distress pada pasien. dalam bahasa, pertimbangkan jasa penerjemah.
Berkaitan dengan pentingnya peranan keluarga dan - Berikan dukungan untuk perawatan mandiri dan
pengasuh pasien dalam upaya penatalaksanaan pasien de- partisipasi dalam pengobatan.
lirium, suatu penelitian bahkan mengatakan bahwa delirium - Pengobatan dilakukan untuk memperoleh tidur yang
sebaiknya ditangani di rumah dalam lingkungan keluarga di tidak tertunda.
mana terdapat dukungan sosial yang adekuat. Hal ini dapat - Pertahankan akitivitas fisik: bagi pasien yang dapat
dilaksanakan terutama bila penyakit medis yang menyertai bergerak lakukan jalan kaki tiga kali dalam sehari,
tidak memerlukan pelayanan medis di rumah sakit. Namun bagi yang tidak dapat berpindah tempat berikan
jika memang memerlukan perawatan maka penatalaksanaan pergerakan selama 15 menit tiga kali sehari.2,8
transisi yang hati-hati dan pendampingan pihak keluarga
serta penjelasan yang jelas tentang apa yang terjadi dapat Kesimpulan
meminimalkan peningkatan kebingungan yang biasanya Delirium merupakan suatu kondisi neuropsikiatrik yang
terjadi pada perubahan lingkungan.2,8 seringkali dialami oleh pasien geriatri. Gejala klinis yang utama
Beberapa penanganan secara psikososial dapat dilihat adalah penurunan kesadaran yang disertai dengan adanya
di bawah ini: suatu hendaya fungsi kognitif yang akut dan fluktuatif.
a. Penyediaan bantuan suportif dan orientasi: Hendaya bersifat menyeluruh, mempengaruhi kesadaran,
- Berkomunikasi secara jelas dan tegas; berikan perhatian, memori dan kemampuan perencanaan dan
pengulangan secara verbal tentang hari, tanggal, organisasi.
lokasi dan identitas kunci orang-orang yang Penanganan delirium melibatkan peran berbagai faktor
bermakna, misalnya anggota tim medis dan saudara. termasuk pada deteksi dini risiko delirium, penanganan
- Sediakan beberapa petanda seperti jam, kalender kondisi delirium, dan pencegahan berulangnya delirium. Hal
dan jadwal harian di dekat pasien. ini melibatkan peranan psikiater dan konsultan geriatri yang
- Bawalah barang-barang yang cukup akrab bagi bekerja secara interdisplin pada pasien yang mengalami de-
pasien dari rumah untuk ditaruh di sekitar pasien. lirium.
- Sediakan televisi dan radio untuk relaksasi dan
membantu pasien untuk mempertahankan kontak Daftar Pustaka
terhadap dunia luar. 1. Inouye SK, Bogardus ST, Charpentier PA. A multicomponent
- Libatkan keluarga dan pengasuh dalam mening- intervention to prevent delirium in hospitalized older patients.
katkan perasaan aman dan orientasi pasien. New Engl J Med 1999;340(9):669-676.
2. Meagher DJ. Delirium: Optimizing management. Brit Med J 2001;
322(20):144-8
b. Penyediaan lingkungan yang tidak ambigu: 3. Michel Élie M, Rousseau F, Cole M. Prevalence and detection of
- Sederhanakanlah ruang dengan memindahkan delirium in elderly emergency department patients. CMAJ 2000;
objek-objek yang tidak perlu untuk memperta- 163(8):977-8.
hankan ruang yang cukup luas di kamar tidur. 4. Leentjens AFG, van der Mast RC. Delirium in elderly people: An
update. Curr Opin Psychiatry 2005;18(3):325-330.
- Pertimbangkan untuk mengambil ruang yang 5. Landefeld CS, Palmer RM, Johnson MAG, editors. Delirium, Com-
tunggal untuk membantu istirahat dan menghindari mon Disorder in The Elderly in Current Geriatric Diagnosis and
pengalaman sensori yang berlebihan. Treatment. Boston: McGrawHill; 2004.p.53-9.
- Hindari penggunaan istilah-istilah medis di tengah- 6. Quijada E, Billings JA. Fast facts and concepts #60 Pharmaco-
logic management of delirium; update on newer agents (January,
tengah keberadaan pasien karena hal itu dapat me- 2002). Naskah diambil dari End-of-Life Physician Education
nimbulkan paranoid. Resource Center www.eperc.mcw.edu pada tanggal 20 Februari
- Gunakan penerangan yang adekuat, gunakan 2007.
lampu antara 40-60 Watt untuk mengurangi salah 7. Lyketsos CG. Diagnosis and management of delirium in the eld-
erly case study and commentary. In: Lykets’s & Liang. Delirium
persepsi. in The elderly. Baltimore: Hospital Physician 1999.p.34-51,58.
- Atur sumber suara (baik dari staf medis, paralatan, 8. Gleason OC. Delirium. J Am Fam Physician 2003; 67(5):1027-
ataupun pengunjung), setara tidak lebih dari 45 34

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 7, Juli 2007 231


Peranan Psikiatri Geriatri dalam Penanganan Delirium Pasien Giriatri

9. Wattis J. Caring for older people: What an old age psychiatrist terminally ill patients: Part II. Constipation, delirium and dysp-
does. Brit Med J 1996;313:101-4. nea. Am Fam Physician 2001;64(6):1019-26.
10. Ross DD, Alexander CS. Management of common symptoms in
EV

232 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 7, Juli 2007

Anda mungkin juga menyukai