Anda di halaman 1dari 12

Analisis Perbedaan Minyak Goreng Kemasan dan Curah

Berdasarkan Parameter Konstanta Dielektrik


Ni Wayan Atika Tari1, Rahadi Wirawan2, Kasnawi Al Hadi3
1Fakultas MIPA, Universitas Mataram. E-mail: tari.atika@yahoo.com
2Fakultas MIPA, Universitas Mataram. E-mail: rwirawan@unram.ac.id
3Fakultas MIPA, Universitas Mataram. E-mail: sketsaalam@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Kata kunci : Konsumsi minyak goreng di masyarakat cukup meningkat, masih
Minyak goreng sawit; banyak masyarakat menggunakan minyak goreng secara berulang dapat
Konstanta dielektrik; mengurangi mutu serta mempengaruhi salah satu perubahan fisik pada
Metode pelat sejajar; minyak goreng yang dapat diamati adalah perubahan konstanta
Suhu dielektrik bahan. Kondisi ini sangat berbahaya bagi kesehatan
masyarakat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis konstanta
dielektrik menggunakan metode pelat sejajar kapasitif dengan
menggunakan kapasitor sebagai wadah bahan dielektrik. Kajian teori,
perancangan alat dan eksperimen diterapkan dalam penelitian ini.
Selanjutnya, hasil konstanta dielektrik pada bahan dibandingkan dengan
teori. Hasil perhitungan konstanta dielektrik minyak goreng kemasan
dan curah serta pengulangan setiap minyak goreng tersebut berbeda-
beda dikarenakan kandungan didalam setiap minyak berbeda. Hasil
konstanta dielektrik minyak goreng kemasan yakni sebesar 3,46
sedangkan dielektrik minyak goreng curah 3,73 dan nilai untuk
pemakaian minyak goreng secara berulang memperoleh nilai konstanta
dielektrik semakin meningkat dikarenakan kandungan asam lemak tak
jenuh menjadi lebih tinggi sehingga akan merubah komposisi dan
struktur materi yang ada didalam minyak tersebut. Selanjutnya hasil
untuk pengaruh perubahan suhu terhadap konstanta dielektrik minyak
goreng kemasan dan curah didapatkan hasil berbanding terbalik dimana
semakin tinggi suhu maka dielektrik minyak akan semakin menurun,
dimana hal ini sesuai dengan teori. Hasil ini juga dapat di uji dengan
hubungan regresi sederhana eksponensial untuk minyak goreng kemasan
dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,992 dan untuk minyak
goreng curah yaitu 0,983 yang menyatakan bahwa pengaruh suhu
terhadap dielektrik cocok untuk dimodelkan.

Copyright © 2017IPR. All rights reserved.

Pendahuluan
Minyak goreng adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak
larut atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik.
Minyak goreng dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan karbohidrat [10]. Oleh karena itu, minyak goreng sering digunakan
sebagai bahan masakan. Minyak yang dipakai menggoreng adalah minyak yang
tergolong dalam kelompok non drying oil, yaitu minyak yang tidak akan membentuk
lapisan keras bila dibiarkan mengering di udara, contohnya adalah minyak sawit
.Terdapat dua jenis minyak goreng yang sering digunakan masyarakat yaitu, minyak
goreng kemasan dan minyak goreng curah. Perbedaan minyak goreng curah dan

1
minyak goreng kemasan terletak pada penyaringannya yang berpengaruh terhadap
kualitas minyak goreng. Minyak goreng kemasan mengalami dua kali penyaringan
sedangkan minyak goreng curah mengalami satu kali penyaringan (Kukuh, 2010)
dalam [10].
Konsumsi minyak goreng di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya karena
hampir seluruh masakan sehari-hari menggunakan minyak goreng dalam jumlah
cukup banyak. Sementara itu minyak goreng yang digunakan berulang dapat
menyebabkan penurunan mutu pada minyak goreng tersebut bahkan dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Selain penurunan mutu penggunaan minyak
juga dapat menurunkan mutu bahan pangan yang diolah menjadi masakan.
Penurunan mutu tersebut dapat mempengaruhi kandungan nilai gizi bahan pangan
dan perubahan fisik pada minyak tersebut. Salah satu sifat fisik minyak goreng yang
dapat diamati adalah perbedaan nilai konstanta dielektrik minyak goreng.
Sifat dielektrik bahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara lain frekuensi,
suhu dan komposisi penyusunnya [10]. Sifat dielektrik juga dapat diamati melalui
pengukuran nilai kapasitansi. Dalam penelitian ini dilakukan analisis konstanta
dielektrik pada bahan minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah dan
pemakaian minyak goreng secara berulang kali serta penentuan pengaruh perubahan
suhu terhadap nilai dielektrik dalam teknik pengukuran. Pengaruh perubahan suhu
terhadap dielektrik yang nantinya akan diukur secara bersamaan dengan melihat nilai
dielektrik pada minyak goreng.
Penelitian mengenai karakteristrik minyak goreng telah dilakukan oleh [20]’.
Studi ini meliputi nilai impedansi, konduktivitas, kapasitansi dan konstanta dielektrik
pada minyak goreng sawit tanpa dilakukan pemakaian berulang pada bahan. Tanpa
kita sadari pemakaian minyak secara berulang dapat mengubah struktur, komposisi
dan material di dalam minyak tersebut, yang jelas terlihat pada warna minyak goreng.
Oleh karenanya penelitian ini akan menganalisis perubahan nilai konstanta dielektrik
pada minyak goreng dengan pemakaian berulang. Penentuan konstanta dielektrik
minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah pada penelitian ini dilakukan
menggunakan metode kapasitansi pelat sejajar.
Landasan Teori
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia
dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Mutu minyak goreng ditentukan
oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akreolein yang
tidak diinginkan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan hidrasi gliserol
akan membentuk aldehida tidak jenuh atau akrelein tersebut. Dapat dilihat dari tabel
3.1 berikut [22].

Tabel 1 Standar Mutu Minyak Goreng


Karakteristik Kisaran Keterangan
Bilangan peroksida 2 Maksimal
(meq/kg)
Titik asap (0C) 200 Minimal
Bilangan penyabunan 196 – 206 -
Bilangan iodine 45 – 46 -
Berat jenis (g/ml) 0.921 Maksimal
Indeks bias (400C) 1.4565 – 1.4585 -
Citarasa dan bau Tidak berbau (hamper)
Sumber: SNI 3741-1995

2
Kapasitansi meningkat sebesar faktor κ ketika bahan dielektrik mengisi penuh
ruang antar keeping. Untuk sebuah kapasitor keeping sejajar, dimana C = 0A/d , dapat
menunjukkan kapasitansinya ketika kapasitor diisi dielektrik [18].
Ƹ
C=κ (1)

Bahan dielektrik dapat berwujud padat, cair, dan gas dengan nilai konstanta
dielektrik yang berbeda pada setiap bahan, seperti dalam tabel 3.2 [21]

Tabel 2 Konstanta Dielektrik Beberapa Material (pada suhu 300 kelvin)


Material k Material k
Udara 1,005364 Kaca pyrex 5,0
Asam cuka 6,2 Minyak biji rami 3,4
Alcohol 32,70 Kertas 3,3-3,5
Amber 2,8 Kaca plex 3,1
Asbes 4,0 Polyester 3,2-4,3
Aspal 2,6 Polyethylene 2,26
Kaca 4-7 Teflon 2,1
Kalsit 8,0 Garam 5,9
Kalsium soda 8,7 Minyak sawit (palm oil) 3,2
Sumber : Dielectrics - The Physics Hypertextbook

Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental yang dimulai dari
tahapan persiapan, kajian teoritis, persiapan alat, pengambilan data, sampai
pengolahan data. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram. Penelitian dimulai
dari bulan Februari 2018 – Juni 2018.
1. Proses Persiapan
Penelitian penentuan konstanta dielektrik pada minyak goreng kemasan dan
minyak goreng curah serta pada pemakaian bahan secara berulang yang nantinya juga
menentukan suhu berdasarkan dielektrik bahan. Pengukuran kapasitansi pada
kapasitor pelat sejajar digunakan kapasitansimeter, setelah didapatkan nilai
kapasitansi pada kapasitor maka akan ditentukan nilai konstanta dielektrik pada
setiap bahan dengan perlakuan lima kali pengulangan setiap bahan sampel. Alat
kapasitansimeter yang digunakan memiliki akurasi sebesar 0,5%. Setelah ditentukan
nilai konstanta dielektrik pada setiap bahan maka selanjutnya menentukan nilai suhu
berdasarkan dielektrik untuk minyak goreng kemasan dan curah.
2. Penyusunan Alat Penelitian
Peralatan penelitian penentuan dielektrik dengan cara mengukur nilai
kapasitansi yang akan disusun seperti Gambar
5
1 3

4 2
Gambar 1. Penyusunan Alat untuk Bahan Dielektrik

3
Keterangan :

1 = kapasitansimeter untuk mengukur kapasitansi kapasitor


2 = bahan sampel
3 = pelat tembaga
4 = kabel penghubung kapasitansimeter
5 = termometer

3. Kalibrasi Alat
Peralatan yang akan digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi alat
bertujuan untuk mendapatkan kelayakan fungsi alat yaitu dengan mengukur nilai
konstanta dielektrik pada udara dan air yang sudah diketahui ketatapannya dengan
metode kapasitansi.Variasi nilai kapasitansi pada kapasitor keramik yang sudah diketahui nilai
nya terlebih dahulu, sehingga variasi tersebut bertujuan untuk melihat koreksi data dan
mengkalibrasi alat kapasitansimeter. Pengukuran untuk variasi kapasitor nantinya akan dibuat
grafik dan melihat apakah alat kapasitansimeter berfungsi dengan baik untuk menentukan nilai
kapasitansi suatu kapasitor tersebut dan cocok untuk mengambil data pada bahan. Pengujian
untuk hubungan perubahan suhu dengan dielektrik bahan dapat dilakukan kalibrasi alat
menggunakan air panas dengan melihat suhu awal air panas hingga perubahan suhu secara
realtime.
4. Teknik Pengambilan Data
Alat yang sudah dikalibrasi dan mendapatkan nilai yang sesuai, maka dilanjutkan
dengan teknik pengambilan data pada sampel bahan dielektrik. Pengambilan data pada
setiap sampel dilakukan dengan tiga percobaan. Dilakukan lima kali pengukuran secara
berulang agar memperoleh nilai yang akurat. Data kapasitansi diambil sekali untuk
setiap perubahan bahan dan diulang sebanyak lima kali. Kemudian diambil rata-rata
dari kelima data yang telah diperoleh, sehingga pada teknik pengambilan data
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang pertama dilakukan yakni menentukan nilai konstanta
dielektrik pada minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah dengan metode
kapasitansi dan perhitungan. Analisis data kedua dilakukan yaitu menentukan nilai
konstanta dielektrik pada minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah pada
pemakain berulang dan dibandingkan dengan hasil eksperimen pada analisis data
sebelumnya dengan grafik untuk melihat perbedaan dari nilai dielektrik bahan.
Kemudian analisis data ketiga yakni untuk menentukan pengaruh hubungan suhu
terhadap konstanta dielektrik dengan membandingkan hasil penelitian dengan teori
dan penelitian sebelumnya. Percobaan ini menggunakan metode pendekatan regresi
linier sederhana minyak goreng kemasan dan minyak goreng curah yang nantinya
akan digunakan dilihat pada persamaan (1).
6. Teknik Interpretasi Data
Adapun teknik interpretasi data dalam penelitian ini adalah interpretasi data
hasil pengukuran pada masing-masing bahan dielektrik yaitu berupa grafik
menunjukan nilai perubahan berdasarkan data nilai konstanta dielektrik yang dilihat
baik atau tidaknya kinerja dari alat yang telah dirancang. Dengan demikian cara
mendapatkan nilai konstanta dielektrik dapat ditentukan berdasarkan persamaan (1)
dan nilai perhitungan konstanta dielektrik terhadap suhu dapat diselesaikan dengan
persamaan yang sama serta hubungan suhu dengan dielektrik.

4
Hasil dan Diskusi
1. Pengujian Kalibrasi Kapasitor
Pengujian alat kalibrator bertujuan untuk mengetahui nilai sensitivitas alat yang
digunakan, apakah alat kapasitansimeter cocok untuk digunakan mencari data
kapasitansi bahan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel dan Grafik hasil kalibrasi
kapasitor.

Tabel 3 Nilai kapasitansi pada kapasitor terukur dengan kapasitansi kapasitor


Ckap Ceksp % error
(pF) (pF)
1 1,02 2,0
2 2,04 2,0
3 3,06 2,0
4 4,20 5,0
5 5,18 3,6
6 6,30 5,0
7 7,22 3,1
8 8,56 7,0

nilai kapasitor (pF) pendekatan linier


10,0
Nilai Terukur (pF)

8,0 y = 0.916x + 0.162


R² = 0.996
6,0
4,0
2,0
0,0
0 2 4 6 8 10
Nilai Kapasitansi Kapasitor (pF)

Gambar 2. Grafik kapasitor terukur dengan kapasitansi kapasitor

2. Pengujian Konstanta Dielektrik Minyak Goreng Kemasan dan Curah


Pada percobaan ini luasan pelat tembaga yang digunakan yaitu 3,1cm x 3,6cm
dan jarak antar pelat yaitu 0,9cm sebagai wadah tempat sampel.
Tabel 5.3 Hasil pengamatan nilai kapasitansi dan dielektrik pada minyak goreng kemasan
Ceksp (pF) 𝑪eksp
Bahan Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 (pF) Dielektrik
Kemasan Awal 3,80 3,80 3,80 3,80 3,80 3,80 3,46
Berulang 1 3,80 3,80 3,80 3,80 3,80 3,80 3,46
Berulang 2 4,00 3,90 3,90 4,00 4.00 3,96 3,61
Berulang 3 4,00 3,90 3,90 4,00 4.00 3,96 3,61
Berulang 4 4,00 4,00 4,00 4,00 4,10 4,02 3,66
Berulang 5 4,00 4,00 4,00 4,10 4,10 4,04 3,68

5
Tabel 5.4 Hasil pengamatan nilai kapasitansi dan dielektrik pada minyak goreng curah
Ceksp (pF) 𝑪eksp
Bahan Data 1 Data 2 Data 3 Data 4 Data 5 (pF) Dielektrik
Curah Awal 4,10 4,10 4,10 4,10 4,10 4,10 3,73
Berulang 1 4,10 4,10 4,10 4,10 4,10 4,10 3,73
Berulang 2 4,40 4,30 4,30 4,30 4,30 4,32 3,93
Berulang 3 4,70 4,60 4,70 4,70 4,70 4,68 4,26
Berulang 4 4,70 4,80 4,80 4,80 4,90 4,80 4,37
Berulang 5 5,20 5,20 5,20 5,20 5,20 5,20 4,74

Dari data tabel di atas, dapat diperoleh perbedaan nilai kapasitansi rata-rata dan
dielektrik pada minyak goreng kemasan dan curah diperoleh hasil sebagai berikut

Eksperimen Curah Eksperimen Kemasan


5,0
4,0
Dielektrik

3,0
2,0
1,0
0,0
1 2 3 4 5 6
Pengulangan Bahan
Gambar 3. Grafik perbedaan dielektrik minyak goreng kemasan dan curah

Nilai kapasitansi sangat bepengaruh pada nilai dielektrik yang didapatkan,


dimana nilai dielektrik akan semakin besar seiring bertambahnya nilai kapasitansi.
Diperoleh nilai konstanta dielektrik minyak goreng kemasan sebesar 3,46 dengan nilai
kapasitansi sebesar 3,80pF sedangkan untuk minyak goreng curah sebesar 3,73 dengan
nilai kapasitansi sebesar 4,10pF. Setiap pengulangan pemakaian minyak goreng
terlihat dari grafik bahwa nilai konstanta dielektrik semakin besar seiring dengan
meningkatnya nilai kapasitansi. Pada ekperimen ini, nilai kapasitansi pada setiap
sampel didapatkan dalam satuan pF dimana pada kapasitor dengan bahan dielektrik
hanya dapat membaca dalam rentang pF, karena apabila selain pF nilai yang terbaca
pada kapasitor yaitu tak terhingga atau dalam negatif. Sedangkan pada nilai
kapasitansi kapasitor yaitu positif. Hal ini dapat dilihat dari sifat fisik pada minyak
goreng kemasan dan curah awal dengan minyak goreng kemasan dan curah berulang
pertama memiliki warna yang hampir mirip saat pengujian dilakukan. Tetapi pada
minyak goreng pemakaian berulang selanjutnya memliki warna yang berbeda,
sehingga nilai kapasitansi juga berbeda. Dapat disimpulkan bahwa apabila dielektrik
meningkatkan kapasitansi karena adanya muatan listrik pada kapasitor dan semakin
besar kemampuan minyak tersebut dalam menyimpan energi listrik.

6
3. Hasil Pengujian Pengaruh Suhu Terhadap Konstanta Dielektrik Minyak
Goreng
eksperimen kemasan
4,0
Dielektrik Bahan

3,0

2,0

1,0

0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (0C)

Gambar 4. Pengaruh perubahan suhu terhadap konstanta dielektrik minyak goreng kemasan dan
curah

Dari grafik hasil di atas, ditunjukkan bahwa variasi suhu terhadap konstanta
dielektrik berbanding terbalik. Hasil ini sesuai dengan teori [5] bahwa permitivitas
relatif dari semua sampel yang diuji menurun sedikit dengan meningkatnya suhu.
Kenaikan suhu akan lebih sulit untuk dipol berorientasi dan menyebabkan penurunan
permitivitas relatif bahan.. Hal ini disebabkan karena didalam komposisi minyak
goreng saat pemanasan dapat mengubah struktur dan komposisi materi dalam minyak
goreng serta terdapat kandungan asam lemak tak jenuh menjadi lebih tinggi dan titik
asap tinggi.
4. Hasil Pengujian Hubungan Regresi Perubahan Suhu terhadap Dielekrik
Minyak Goreng

4,00 Eksperimen kemasan


3,00
Dielektrik

2,00
y = -0,0196x + 3,7042
1,00 R² = 0,9856
0,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (0C)
Gambar 5. Grafik hubungan regresi perubahan suhu terhadap dielektrik minyak goreng kemasan

4,00 Eksperimen Curah


3,00
Dielektrik

2,00 y = -0.016x + 3.886


R² = 0.977
1,00
0,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Suhu (0C)
Gambar 6. Grafik hubungan regresi perubahan suhu terhadap dielektrik minyak goreng curah

7
Pada percobaan ini, dilihat dari Gambar grafik 5.dan 6 di atas bahwa didapatkan
hubungan regresi linier sederhana yang menyatakan hubungan variabel terikat
(dependent) dan variabel bebas (independent). Suhu merupakan variabel bebas,
sementara untuk nilai dielektrik minyak goreng adalah variabel terikat. Eksperimen
pada penelitian ini menganalogikan masyarakat untuk mengetahui bagaimana
pengaruh suhu saat pemanasan minyak goreng yang berlebihan dapat mengakibatkan
berubahnya sifat fisik dan komponen kimia dalam minyak goreng.
Dari hasil grafik di atas didapatkan nilai koefisien determinasi pada minyak
goreng kemasan sebesar 0,992 dan untuk nilai koefisien determinasi pada minyak
goreng curah yaitu 0,983 sehingga hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan suhu
dengan dielektrik minyak goreng sangat berpengaruh. Sementara itu, jika diamati dari
kemiringan grafik kedua jenis minyak tersebut diperoleh bahwa kemiringan grafik
minyak kemasan (konstanta = 0,019) lebih curam dibandingkan dengan grafik
minyak curah (konstanta = 0,016). Hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan
pengaruh suhu terhadap konstanta dielektrik memiliki hubungan yang cukup erat dan
cocok untuk dimodelkan menggunakan persamaan linier sederhana.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
a. Sampel minyak goreng yang diletakkan di dalam wadah kapasitor dengan
luasan pelat tembaga 3,1cm x 3,6cm dan jarak antar pelat 0,9cm menghasilkan
dielektrik minyak goreng kemasan yaitu 3,46 sedangkan dielektrik minyak
goreng curah 3,73.
b. Konstanta dielektrik untuk minyak kemasan diperoleh yakni 3,46; 3,61; 3,61; 3,66
dan 3,68, sedangkan nilai konstanta dielektrik minyak goreng curah adalah 3,73;
3,93; 4,26; 4,37 dan 4,74.
c. Perubahan suhu terhadap konstanta dielektrik minyak goreng kemasan dan
curah didapatkan hasil berbanding terbalik dimana semakin tinggi suhu nya
maka dielektrik minyak akan semakin menurun. Minyak goreng kemasan
dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,992 dan untuk minyak goreng curah
yaitu 0,983.

Referensi
[1]Achmad, Bachruddin, L Tobing. 2003. Analisi Data untuk Penelitian Survai. FMIPA
UNPAD: Bandung.

[2]Afifa, Ayu dan Farida, dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Berulang Minyak Goreng
Terhadap Peningkatan Kadar Asam Lemak Bebas dengan Metode Alkalimeteri. STIKES
Muhammadiyah Klaten: JATENG.

[3]Anonim. 2011. Jenis-jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media.
http://www.keperawatan.web.id/blogs/jenis-jenis-bahan-organik-yang-
dapat-dijadikan-sebagai-media-tanam-html. Diakses tanggal 20 Maret 18.

[4]Banar dan Supriyadi. 2015. Konstanta Dielektrik Bahan Kertas Karton pada Keping
Sejajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

8
[5]Du, B.X and Li. 2017. Dielectric and Thermal Characteristics of Vegetable Oil Filled
with BN Nanoparticles. Tianjin University: China.

[6]Febriansyah, Reza. 2007. Mempelajari Pengaruh Penggunaan Berulang dan Aplikasi


Adsorben Terhadap Kualitas dan Tingkat Penyerapan Minyak pada Kaca Sulut.
Fakultas Teknologi Pertanian IPB Bogor: Bogor.

[7]Giancoli, Douglas C. 2011. Fisika Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.


[8]Halliday, David dan Robert Resnick. 1996. Fisika Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

[9]https://www.doitpoms.ac.uk/tlplib/dielectrics/capacitors.php (diakses pada


tanggal 4 juni 2018).
[10]Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.

[11]Lempang, Ika Risti dan Fatimawali, dkk. 2016. Uji Kualitas Minyak Goreng Curah
dan Minyak Goreng Kemasan Di Manado. FMIPA : UNSART Manado.

[12]Masitah, Fatma Nuril. 2015. Hubungan Indeks Bias dan Konstanta Dielektrik dengan
Variasi Suhu pada Minyak Kedelai. FMIPA: Universitas Jember.

[13]Nugroho, Agung. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan
SPPS. Yogyakarta.

[14]Pauliza, Osa. 2006. Fisika untuk Smk Kelompok Teknologi dan Kesehatan Kelas X.
Grafindo Media Pratama: Bandung.

[15]Rajab, A. Aminuddin S., Sudaryatno S. dan Suwarno. (2011). A Comparison of


Dielectric Properties of Palm Oil with Mineral and Synthetic Types Insulating
Liquid under Temperature Variation. J. Eng. Sci. 43 (3) : 191-208.

[16]Rofiatun. 2016. Pengaruh Penambahan Lemak Margarin Terhadap Konstanta


Dielektrik Minyak Goreng. SKRIPSI. FMIPA : Universitas Jember.
[17]Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh, dan Asam
Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.2, No.4,
p.154-160.

[18]Serway, Raymond A. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Salemba
Teknika.
[19]Sutrisno. 1985. Elektronika Teori dan Penerapannya. Bandung: ITB.
[20]Sucipto. 2013. Rancang Bangun Teknik Deteksi Lemak Babi pada Daging Sapi
Berbasis Sifat Listrik. Bandung: ITB.
[21]Tipler, Paul A. 1991. Fisika untuk Sains Dan Teknik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.

9
[22]Winarno, 2004, Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[23]Wardani, Dwi Resa dan Widodo, dkk. 2014. Studi Karakteristik Biolistrik Minyak
Goreng Sawit Kemasan dengan Metode Dielektrik pada Frekuensi Rendah. Malang: UB.

10
12

Anda mungkin juga menyukai