Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut
sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut
sebagai penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus
Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan
gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan
pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini
secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari
serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara
Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi
klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada
tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di
Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain
dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap
daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor
genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang
timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus
Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara
tropis dan sub tropis.

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit DHF.
b. Etiologi penyakit DHF.
c. Patofisiologi penyakit DHF.
d. Pathway penyakit DHF.

1
e. Manifestasi klinik penyakit DHF.
f. Pemeriksaan Penunjang DHF.
g. Penatalaksanaan penyakit DHF.
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis
khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi
pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai penyakit Dengue
Hemoragic Fever (DHF).

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hak Dan Kewajiban Pasien


Hak dan Kewajiban Pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 69
Tahun 2014 Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien)
A. Hak Pasien:
1. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
2. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
3. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
4. Memilih Dokter dan Dokter Gigi serta kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
5. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
Dokter dan Dokter Gigi lain yang mempunyai Surat Izin Praktik
(SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
6. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
7. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko
dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
8. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya;
9. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
10. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal tersebut tidak mengganggu pasien lainnya;
11. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit;

9
12. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya;
13. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan
agama dan kepercayaan yang dianut;
14. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk
kerahasiaan rekam medik;
15. Mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;
16. Memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian dalam
suatu penelitian kesehatan;
17. Menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan yang
diterima;
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
19. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana.

B. Kewajiban Pasien:

1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;


2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggungjawab;
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga
Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit ;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan di rumah sakit dan disetujui oleh Pasien yang
bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;

10
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk
menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga
Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh
Tenaga Kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit atau
masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

2.2 Kajian Teori


A. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagicfever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi
yang disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah
demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Sudoyo
Aru, dkk 2009)
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa
demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi.Dengue adalah suatu infeksi
Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes
Aegepty atau oleh AedesAlbopictus (Titik Lestari, 2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut,
ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue
Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air
laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia

11
dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya
dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).
B. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4,
yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya
hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang
tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk.
2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu
700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe
DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam
karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga
terjadi termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air
sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma
karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga
mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia
jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan
trombositopenia yang akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus
masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual
dan muntah.

12
D. Pathway

Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut WHO


1. Derajat 1: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasiperdarahan adalah uji tourniquet positif
2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit
atau perdarahan lain.
3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.

13
4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
E. Manifestasi Klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia / artralgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)
f. Leucopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD
yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
2. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua haldibawah ini dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat
bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
1) Uji tourniquet positif
2) Petekie, ekimosis, atau purpura
3) Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran
cerna,tempat bekas suntik.
4) Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia <100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
1) Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur
dan jenis kelamin.
2) Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan
yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti :

14
1) Hipoproteinemia
2) Asites
3) Efusi pleura
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi
yaitu:
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun <20mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin, lembab.
(Wiwik dan Hariwibowo, 2008)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan
adanya tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit
sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit
pada masa konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan
timbulnya renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi
diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah
terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi
secara uji serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat

15
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum
tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi
hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke
10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik
dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi
berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan
cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat
misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan
penebalan pankreas
5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitif namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan
tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh
lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi
serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer
konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik
pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai pesumtif (+)
atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)

16
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya
rumit dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen
fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus
dengue. Dan biasanya memakai cara Plaque Reduction
Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi
virus dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG.
Bila IgM negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6 IgM
masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat bertahan
dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala
dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase
polymerasechain reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan
spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang
dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari
specimenyang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan
nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).

G. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik.
Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan
dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.
Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa
renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan

17
minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang
cenderung meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya
RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma
atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien
dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok
telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup
besar, maka tetesan infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam
(Ngastiyah 2005)
c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)
1) Kristaloid
a) Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan
Ringer Laktat (D5/RL).
b) Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan
Ringer Asetat (D5/RA).
c) Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam
larutan Faali (d5/GF).
2) Koloid
a) Dextran 40
b) Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2
liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun
klem dibuka tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat
akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk
memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.

18
c) Derajat III dan IV
1) Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan
elektrolit (RL) dengan cara diguyur kecepatan 20
ml/kgBB/jam.
2) Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
3) Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
4) Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara
periodik.
5) Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk
tindakan secepatnya baik obat – obatan maupun darah
yang diperlukan.
6) Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami
perdarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk
membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa
dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran
telah membaik sudah boleh diberikan makanan cair.

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DHF


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh
perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk
menentukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep
keperawatan anak pada klien DHF menurut Ngastiyah (2005) yaitu :
1) Identitas pasien Keluhan utama
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah
pernah dirawat sebelumnya.
5) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang
demam, apakah ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler,
metabolik, dan sebagainya.

19
6) Riwayat psikososial
Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan
keluargamengenai demam serta penanganannya.
a. Data subyektif
Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau
keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan
antara lain :
1) Panas atau demam
2) Sakit kepala
3) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
4) Lemah
5) Nyeri ulu hati, otot dan sendi
6) Konstipasi
b. Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat pada
keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada penderita
DHF antara lain:
1) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
2) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),
epistaksis, ekimosis,hematoma, hematemesis, melena
3) Hiperemia pada tenggorokan
4) Nyeri tekan pada epigastrik
5) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
6) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosisperifer, nafas dangkal.
7) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

2. Diagnosa Keperawata
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF
(Nanda, 2015).
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.

20
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kebocoran plasma darah.
d. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis (penekanan intra
abdomen)
e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
f. Resiko syok (hipovolemik)
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.
h. Resiko perdarahan

3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF (Nanda,
2015)
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
1. Tujuan : Suhu tubuh anak dalam rentang normal
2. Kriteria :
a. Suhu tubuh antara 36 – 37°C
b. Nadi dan respirasi dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
3. Intervensi dan rasional :
a. monitor suhu tubuh pasien sesering mungkin
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan
intervensi
b. monitor warna dan suhu kulit
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
c. Anjurkan anak untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat

21
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis
mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh.
d. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan
darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
antipiretik sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien anak
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat antipiretik untuk
menurunkan panas tubuh pasien.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana – rencana perawatan (Tarwoto
Wartonah, 2006).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
sebagai pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
Hasil evaluasi dapat berupa
a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang
telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai
Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. S


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HYPERTERMI (DENGUE
HAEMORAGIC FEVER)

A. PENGKAJIAN
Tanggal Wawancara : 10 – 05– 2019
Tanggal MRS : 10– 05 – 2019
No. RMK : 09 11 79
Nama : An. D
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Status Perkawinan :-

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan
a. Keluhan Utama / Kesehatan Umum
Panas badan meninggi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang ( ssi pola PGRST )
Satu hari sebelum masuk rumah sakit, klien teraba panas. Panas tidka
terlalu tinggi, panas sepanjang hari, kondisi lemah, nafsu makan
berkurang.
c. Penggunaan Obat Sekarang
Injeksi ampicillin IV 500 mg/8 jam
Paracetamol 3 x 1 cth ½
Infus RL 11 tetes/menit

23
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Satu bulan yang lalu cacar air ( Varicella ).
Upaya pencegahan : Tidak ada
Imunisasi : Lengkap
Alergi : Tidap pernah
e. Kebiasaan merokok dan alkohol : Tidap pernah
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM, TBC dan
hypertensi.
g. Riwayat Sosial
Hubungan klien dan orang tua disayangi.

2. Pola Nutrisi – Metabolik


a. Masukan Nutrisi Sebelum Sakit
Pagi : Nasi, lauk, ½ piring
Siang : Nasi, lauk, sayur
b. Saat Sakit
Nasi bubur, 1 – 2 sendok.
Nafsu makan menurun
Klien tidak mengalami kesulitan dalam menelan.
Keadaan gigi atas dan bawah partial dan tidak menggunakan protesa.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir: Tetap
c. Pemeriksaan Fisik
Tanda vital: TB: -, BB: 16, 5 kg
d. Temuan laboratorium :
Darah :
1) HB : 11,8 gr %
2) Leukosit : 11.600/mm2
3) LED : 55/mm jam I
4) Urine : - Trombosit: 135.000/mm3
- Hematokrit: 35 %

24
3. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan defekasi 1 kali/hari.
b. Abdomen: Simetris, tidak ada distensi
c. Frekuensi BU : Normal ( 8-12 x/menit )
d. Kebiasaan miksi 4 kali/hari.
e. Ginjal tidak teraba dan blast tidak distensi.
f. Keadaan uretra: Normal
4. Pola Aktivitas – Latihan
a. Mandi : Dibantu oleh orang lain
b. Berpakaian/Berhias : Dibantu oleh orang lain
c. Toileting : Dibantu oleh orang lain
d. Mobilitas di TT : Dibantu oleh orang lain
e. Berpindah : Dibantu orang lain dan alat
f. Ambulansi : Dibantu orang lain dan alat
g. Pemeliharaan Kesehatan : -
h. Klien tidak menggunakan alat bantu.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pernafasan/sirkulasi
Tanda vital:
1) Tekanan darah : -
2) Nadi : 128 x/menit
3) Respirasi : 40 x/menit
4) Batuk : Tidak
5) Rentang gerak : Penuh
6) Keseimbangan dan cara berjalan : Tegap
7) Genggaman tangan : Sama kuat kanan dan kiri
8) Otot kaki : Sama kuat

6. Pola Tidur – Istirahat


a. Kebiasaan 8 jam/hari.
b. Tidur malam 2 jam.
c. Merasa segar : Tidak
d. Masalah : Insomnia

25
C. ANALISA DATA
No Data Subyektif dan Obyektif Etiologi Masalah
1. DS : Klien mengatakan badan terasa Proses infeksi virus Hypertermi
panas dan kepala pusing. Dengue
DO:
a. Suhu tubuh : 38 0C.
b. Nadi : 128 x/menit.
c. Respirasi : 40 x/menit.
d. Tampak gelisah dan lemah.
2. DS : Klien mengatakan tidak mau Penurunan nafsu Resiko nutrisi
makan. makan ( anoreksia ) kurang dari
DO : kebutuhan
a. BB : 16,5 kg.
b. Makanan yang disediakan hanya
dimakan 1-2 sendok makan.
c. Klien terlihat lemah.
3. DS : Klien mengatakan tidak bisa Peningkatan Intoleransi
duduk, mandi, jalan, ketoilet. kebutuhan aktivitas
DO : metabolisme
a. Klien terbaring di TT. sekunder terhadap
b. Saat aktivitas selalu dibantu infeksi virus
ibunya.
c. Terpasang infus RL 11 tts/m.
d. Klien terlihat masih lemah.
e. Tanda-tanda vital :
Suhu : 38 0C
Nadi : 128 x/menit
Resp : 40 x/menit

26
D. DAFTAR MASALAH
No Diagnosa Keperawatan Tgl Muncul Tgl Teratasi
1. Hypertermi berhubungan dengan virus 10 – 05– 2019 10 – 05– 2019
Dengue ditandai dengan :
Klien mengatakan badan terasa panas
dan kepala pusing.
Suhu tubuh : 38 0C.
Nadi : 128 x/menit.
Respirasi : 40 x/menit.
Tampak gelisah dan lemah.
2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan 10 – 05– 2019 -
berhubungan dengan penurunan nafsu
makan ( anoreksia ) ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak mau makan.
BB : 16,5 kg.
Makanan yang disediakan hanya
dimakan 1-2 sendok makan.
Klien terlihat lemah.
3. Kelelahan berhubungan dengan proses 10 – 05– 2019 -
penyembuhan ditandai dengan :
Klien mengatakan tidak bisa duduk,
mandi, jalan, ketoilet.
Klien terbaring di TT.
Saat aktivitas selalu dibantu ibunya.
Terpasang infus RL 11 tts/m.
Klien terlihat masih lemah.

27
E. INTERVENSI TINDAKAN KEPERAWATAN
No Tgl Dx. kep Tujuan Intervensi
1. 10–05–19 I Suhu tubuh menjadi 1. Beri kompres dingin
normal mencapai disekitar axilla atau bagian
36 – 37 0C dalam kepala.
waktu 1 ( satu ) jam. 2. Beri pakaian yang tipis dan
menyerap keringat.
3. Beri air minum yang dingin
yang banyak / sesering
mungkin.
4. Berikan cairan parenteral.
5. Kolaborasi pemberian obat
antipiretik.
2. 10–05–19 II Kebutuhan akan 1. Anjurkan makan seringd
resiko kekurangan alam porsi kecil.
nutrisi dapat 2. Sajikan makanan yang lagi
terpenuhi satu kali hangat sesuai diet.
sehari. 3. Hindari makanan berbau dan
berbumbu yang berlebihan.
3. 10–05–19 III Klien dapat 1. Pantau respon fisiologis
menigkatkan terhadap aktivitas (
aktivitas fisik yang misalnya : frekuensi jantung,
dapat diukur. respirasi, TD ).
2. Dorong klien untuk
melakukan kapanpun
mungkin perawatan diri,
bangun dari TT, berjalan
peningkatan aktivitas sesuai
indikasi.
3. Bantu dalam kebutuhan
perawatan diri sesuai
kebutuhan.

28
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Tgl Dx.kep Impelentasi Evaluasi
1. 10–05-19 I 1. Memberikan kompres dingi 1. Suhu tubuh
didaerah axilla / bagian kepala. menurun menjadi
2. Memberikan pakaian yang tipis dan 37,5 0C.
menyerap keringat. 2. Klien masih
3. Memberikan minuman air dingin lemah.
( aquades ) sesering mungkin. 3. Terbaring di TT.
4. Melaksanakan kolaborasi
/membantu memasang cairan infus
RL 11 tts/m.
5. Memberikan antipiretik
( paracetamol ).
2. 10– 05–19 II 1. Menganjurkan kepada ibu klien 1. Klien masih
untuk memberikan makanan dalam menolak untuk
porsi kecil tapi sering. makan.
2. Membantu dalam menyajikan 2. Makanan yang
makanan yang masih dalam keadaan disedikan hanya
hangat dan sesuai dengan diet yang dimakan 1-2
telah ditentukan ( ahli gizi ). sendok.
3. Menganjurkan untuk menghidari 3. BB tetap : 16,5
makanan yang berbau dan kg.
berbumbu yang berlebihan.
4. Menganjurkan membawa makanan
dari rumah yang sesuai dengan diet
RS.
3. 10– 05–19 III 1. Memantau respon klien terhadap 1. Klien masih
aktivitas dapat dilihat dari tanda- belum mampu
tanda vital. beraktivitas.
2. Membantu klien bangun dari TT, 2. masih terbaring
kekamar mandi, toilet, duduk, lemah di tempat
makan atau minum. tidur.

29
3. Menganjurkan kepada ibunya dalam
hal perawatan diri anaknya :
- Membantu membersihkan /
melap tubuh klien.

- Mengganti pakaian yang kotor.


- Membantu gosok gigi /
membersihkan mulut.

G. CATATAN PERKEMBANGAN
No Tgl Dx. kep Perkembangan
1. 10–05–19 I S : Klien mengatakan panas badannya mulai
berkurang dan tidak pusing lagi.

O : Suhu : 37,5 0C, nadi : 124 x/m, respirasi : 36 x/m.


A : Hypertermi.
P : Intervensi teruskan.
I : - Memberikan kompres dingin.
- Memberikan / menganjurkan pakaian yang tipis
dan menyerap keringat.
- Mengawasi tetesan infus 11 tts/m.
- Memberikan obat ahsil kolaborasi
( paracetamol ).
2. 10– 05–19 II S : Klien mengatakan tidak mau makan.

O: Makanan yang disedikan hanya dimakan 1-2


sendok. Klien masih lemah.

A: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.

P : Intervensi teruskan.

I :- Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi


sering.

- Membantu dalam menyajikan makanan yang

30
masih dalam keadaan hangat.

- Manganjurkan untuk menghindari makanan


yang berbau dan berbumbu yang berlebihan.

- Menganjurkan membawa makanan dari rumah


sesuai selera klien.

3. 10– 05–19 III S : Klien masih minta bantuan ibunya untuk


memenuhi kebutuhannya,

O: Klien masih lemah terbaring di TT.

A: Intoleransi aktivitas.

P : Intervensi teruskan.

I : - Memantau respon klien terhadap aktivitas dari


tanda-tanda vital.

- Membantu klien bangun dari TT, kekamar


mandi, toilet, duduk makan, minum.

- Menganjurkan ibunya dalam perawatan diri


anaknya ( membantu membersihkan / melap
tubuh klien, ganti pakaian kotor, gosok gigi /
membersihkan mulut ).

4. 10–05–19 I S : Klien mengatakan badannya sudah terasa nyaman.

O: Suhu : 36,4 0C, nadi : 98 x/m, respirasi : 28 x/m.

A: Masalah teratasi.

P:-

I :-

5. 10–05–19 II S : Klien masih belim mau makan.

O: Makanan yang disediakan baru dimakan 5 sendok


makan.

A: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan.

31
P : Intervensi teruskan.

I :- Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi


sering.

- Membantu dalam menyajikan makanan yang


masih dalam keadaan hangat.

- Manganjurkan untuk menghindari makanan


yang berbau dan berbumbu yang berlebihan.

- Menganjurkan membawa makanan dari rumah


sesuai selera klien.

6. 10– 05–19 III S : Klien mengatakan sudah mulai mampu duduk


mandiri.

O: Klien tampak duduk bersandar pada sisi tempat


tidur. Klien dapat merespon pertanyaan perawat.

A: Masalah teratasi sebagian.

P:-

I :-

7. 10- 05–19 II S : Klien mengatakan nafsu makannya mulai ada.

O: Makanan yang disedikan 1/3 porsinya sudah


mampu dihabiskan.

A: Masalah teratasi.

P:-

I :-

32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor
dari DHF adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya
dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
1. Tanpa insektisida :
a) Menguras bak mandi,tempayan,drum,dll minimal seminggu sekali.
b) Menutup penampungan air rapat- rapat.
c) Membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang
memungkinkan nyamuk bersarang.
2. Dengan insektisida:
a) Malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan
fogging/pengasapan.
b) Abate untuk membunuh jentik nyamuk denan cara ditabur pada bejana-
bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG
1% per 10 liter air.

33

Anda mungkin juga menyukai