a. Skenario
SKENARIO 2
Tengkuk Terasa Pegal
b. Klarifikasi Istilah
STEP 1
1. HDL : Molekul yang mengangkut kolesterol ke hati.
2. Trigliserida : Jenis lemak yang dibawa aliran darah dan disimpan dihati.
3. LDL : Lipoprotein yang berfungsi untuk mengangkut kolesterol
ke jaringan perifer.
4. Lipid Profile : Pemeriksaan darah yang digunakan untuk mengukur
jumlah total zat lemak.
5. Kolesterol Total : Gabungan nilai lipoprotein yang terdiri dari HDL, LDL,
dan trigliserida.
d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Metabolisme lipid
1) Trigliserida → susah larut → dibantu oleh lipoprotein → metabolisme
eksogen → LDL dan trigliserida.
2) Metabolisme eksogen → makanan berlemak → kolesterol di usus
diubah menjadi kilomikron.
3) Lemak masuk ke duodenum → terhadap empedu → lemak dipecah →
misel → asam lemak dan trigliserida → berikatan dengan kolesterol dan
apolipoprotein → kilomikron → ke hepar.
4) Kolesterol → diikat fosfolipid → masuk dan berjalan melalui pembuluh
darah.
2. Faktor resiko
a. Obesitas
b. Kurang olahraga → ketidakseimbangan pengeluaran dan pemasukan
energi
c. Genetik → mutasi reseptor LDL
d. Junk food → mengandung lemak jenuh
e. Riwayat keluarga
f. Merokok → nikotin → menggangu pemecahan lemak → HDL↓ LDL↑
g. Penyalahgunaan alkohol
3. Patomekanisme
3
e. Sistematika Masalah
STEP 4
1. Dalam makanan (lipid) → trigliserida besar → emulsifikasi oleh garam
empedu → lebih kecil → dihidrolisis oleh enzim lipase pancreas →
monoglierida dan asam lemak bebas (tidak larut air) → pembentukan
misel (larut air) dengan garam empedu → permukaan lumen absortif →
monogliserida dan asam lemak bebas → meninggalkan misel →menyatu
→ trigliserida → larut air → keluar dari lumen (eksositosis) → harus
dibungkus oleh lapisan lipoprotein dari RE → kilomikron →larut air
→keluar dari lumen (eksositosis) → pembuluh limfe (karena tidak dapat
masuk ke pembuluh darah) → ditransport ke duktus thoracicus →
dilepaskan ke pembuluh darah →hepar → trigiserida dan kilomikron →
asam lemak bebas → disimpan → disintesis dihati→ diangkut secara
endogen (trigliserida) → VLDL hidrrolisis → lipoprotein lapisi IDL →
diambil hati → LDL kilomikron oleh enzim → ester kolesterol → VLDL
→ IDL → LDL.
2. a. Kurang olahraga → tidak ada ketidakseimbangan energi keluar dan
masuk. Lipolisis berkurang karena kebutuhan energi tercukupi hanya oleh
glukosa.
b. Junk food → lemak jenuh ↑ → penimbunan lemak.
c. Rokok → nikotin → oksidasi LPL → ↓ pemecahan trigliserida.
3. Aterosklerosis → oksigen ke jaringan ↓ → metabolisme anaerob →
tingginya asam laktat → penimbunan asam laktat → pegal dan nyeri.
4. Anamnesis :
a. Usia >40 tahun
b. Keluhan utama : nyeri tengkuk, kaki dan tangan kaku, gejala
penyakit penyerta.
Diagnosis banding :
5
a. Dislipidemia
b. Kolesterolemia
c. Hipertrigliseridemia
d. Hiperlipidemia
e. Sindrom metabolik
5. Faktor resiko :
a. Usia
b. Riwayat keluarga
c. Rokok
d. Hipertensi >140/90
e. HDL laki-laki: <40, perempuan: < 50.
Farmakologi :
Mind Map
Non
farmakologi Farmakologi
Genetik Rokok
Hipertensi
Tatalaksana Etiologi
Faktor resiko
Metabolisme Riwayat
lipid DISLIPIDEMIA
penyakit
keluarga
Penegakan Patofisiologi
diagnosis Komplikasi
Anamnesis Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
fisik
f. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Bagaimana metabolisme lipid?
2. Bagaimana patomekanisme dislipidemia dihubungkan dengan faktor resiko
sehingga memunculkan manifestasi klinis dan komplikasi?
3. Bagaimana penegakan diagnosis dislipidemia?
4. Bagaimana penatalaksananaan farmakologi dan non farmakologi?
7
g. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar mandiri
h. Penjelasan
STEP 7
1. Metabolisme lipid
larut air. Butiran lemak besar yang telah dibungkus ini, yang dikenal sebagai
kilomikron, dikeluarkan oleh eksositosis dari sel epitel ke dalam cairan
interstisium di dalam vilus. Kilomikron berdiameter 75 hingga 500 nm,
dibandingkan dengan misel, yang berdiameter 3 hingga 10 nm. Kilomikron
kemudian masuk ke lakteal sentral dan bukan ke kapiler karena perbedaan
struktural antara kedua pembuluh ini. Kapiler memiliki membran basal (suatu
lapisan luar polisakarida) yang mencegah kilomikron masuk, tetapi pembuluh
limfe. 1
Tidak memiliki penghalang ini. Karena itu, lemak dapat diserap ke dalam
pembuluh limfe tetapi tidak dapat langsung ke dalam darah. Penyerapan
sebenarnya monogliserida dan asam lemak bebas dari kimus menembus
membran luminal sel epitel usus halus secara tradisional dianggap sebagai
suatu proses pasif karena produk-produk akhir lemak yang larut lemak hanya
larut dan melewati bagian lemak membran. Namun, keseluruhan rangkaian
kejadian yang diperlukan untuk absorpsi lemak metnerlukan energi. Sebagai
contoh, garam empedu disekresikan secara aktif oleh hati, pembentukan
kilomikron di dalam sel epitel adalah proses yang aktif, dan eksositosis
kilomikron memerlukan energi. 1
10
Baik lemak dari makanan maupun dari hati disebut lemak eksogen. Di
dalam enterosit mukosa usus halus, trigliserida akan diserap sebagai asam
lemak bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol. Kemudian di dalam usus
halus asam lemak bebas akan diubah menjadi trigliserida sedangkan kolesterol
akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester. Dimana keduanya akan
membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron bersama dengan
fosfolipid dan apolipoprotein. 2
Dua pertiga dari LDL ini menyalurkan kolesterol dan Kol-E mereka ke
hepar dan sepertiga ke jaringan ekstrahepatik, kedua proses ini memerlukan
pengikatan ApoB100 ke reseptor LDL. Dengan berikatan ke reseptor, yang
diperantarai oleh klatrin di regio coated pit permukaan sel, LDL mengalami
endositosis sedangkan reseptor LDL mengalami resirkulasi ke membran sel.
Setelah penyatuan endosom dengan lisosom, apolipoprotein "dicerna" dan Kol-
E memisahkan diri, sehingga kolesterol bebas dapat mencapai sitosol. Akibat
kenaikan konsentrasi kolesterol intrasel ini: (1) enzim kunci pada sintesis
kolesterol terhambat (3-HMG-KoA reduktase) (2) kolesterol kembali
mengalami esterifkasi menjadi bentuk simpanannya (pengaktivan asil-KoA-
kolesterol-asil transferase [ACAT] dan (3) sintesis reseptor LDL terhambat. 3
b. Faktor usia
Semakin tua usia seseorang maka fungsi organ tubuh semakin menurun,
begitu juga dengan penurunan aktivitas reseptor LDL sehingga bercak
perlemakan dalam tubuh semakin meningkat dan menyebabkan kadar
kolesterol total lebih tinggi, sedangkan kadar kolesterol HDL relatif
tidak berubah. Pada usia 10 tahun bercak perlemakan sudah dapat
ditemukan di lumen pembuluh darah dan meningkat kekerapannya pada
usia 30 tahun. 2
Dapat dimodifikasi:
a. Obesitas
22
b. Asupan makan
c. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik disini meliputi aktivitas sehari-hari, kebiasaan, hobi,
maupun latihan jasmani dan olahraga. Jika asupan energi tidak
diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara kontinyu akan
meningkat. Aktifitas fisik penting yaitu menjaga kondisi tubuh tetap
sehat, meningkatkan kelenturan otot serta menguatkan dan
memperpanjang daya tahan otot. Padahal cara yang paling mudah
pengeluaran energi adalah latihan fisik atau gerak badan. Beberapa hal
yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya
berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan dan kemajuan
teknologi di berbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat
untuk tidak memerlukan kerja fisik yang berat. 2
d. Merokok
IDL dipenuhi dengan lemak dari hati, dan akan meninggalkan hati
sebagai VLDL. Separuh IDL lainnya akan ditansformasikan (dengan
kehilangan ApoE dan terpajannya ApoB). Pada saat kontak dengan lipase
hepatik menjadi LP densitas rendah (LDL). Dua pertiga dari LDL akan
menghantarkan kolesterol dan Chol-E kedalam hati, sebagiannya dihantarkan
ke jaringan ekstrahepatik. Kedua proses ini membutuhkan peningkatan ApoB
ke reseptor LDL. Dengan berikatan ke resptor, diperantarai oleh klatrin di
daerah lekukan kecil dalam pembentukan sel, LDL mengalami enositosis
dengan reseotor LDL kembali bersirkulasi ke membran sel. Setelah penyatuan
29
Komplikasi
a. Penyakit ginjal
Insiden penyakit jantung aterosklerosis sangat tinggi pada pasien dengan
PGK sehingga mereka dengan GFR ˂60 mL/menit/1,73 m2 dikategorikan
sebagai berisiko kardiovaskular sangat tinggi, ekuivalen dengan PJK.35,138
Tatalaksana dislipidemia pasien dengan GFR ˂60 mL/menit/1,73 m2
mengikuti tatalaksana pasien dengan risiko kardiovaskular sangat tinggi.
Penurunan kolesterol LDL ke konsentrasi 60-70 mg/dL dengan statin
maupun kombinasi statin dengan ezetimibe pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis tidak menurunkan kejadian kardiovaskular.
Pada pasien PGK dengan GFR ˂60 mL/menit/1,73 m2 (rerata 26,6
mL/menit/1,73 m2) yang tidak menjalani hemodialisis, penurunan kolesterol
LDL dengan kombinasi statin dan ezetimibe menurunkan kejadian
aterosklerotik mayor secara bermakna dan tidak mengakibatkan perburukan
fungsi ginjal. Mengingat hasil dari studi luaran klinis di atas,
direkomendasikan pemberian statin atau statin/ezetimibe untuk menurunkan
kejadian aterosklerotik mayor bagi pasien gagal ginjal kronik (termasuk
yang menjalani transplantasi ginjal) kecuali jika pasien tersebut menjalani
dialisis. Dosis berbagai obat penurun lipid perlu disesuaikan dengan
beratnya gagal ginjal kronik kecuali atorvastatin, fluvastatin, bile acid
sequestrant, dan ezetimibe. 7
b. Stroke
Pasien dengan riwayat stroke dan TIA dikategorikan ke dalam kelompok
dengan risiko kardiovaskular sangat tinggi. Etiologi stroke bervariasi seperti
tromboemboli (sering berhubungan dengan fibrilasi atrium), aterosklerosis
arteri karotis, penyakit serebrovaskular yang mengenai pembuluh darah
kecil, dan perdarahan intracranial (perdarahan intraserebral dan
subarakhnoid). Hubungan dislipidemia dengan kejadian aterotrombotik pada
31
Terapi statin dengan dosis beban (loading dose) dalam jangka pendek yang
diberikan sebelum intervensi koroner perkutan pada pasien angina stabil atau
sindrom koroner akut berpotensi menurunkan kejadian infark miokard
pascaprosedural dan kematian tanpa memandang apakah pasien telah
mendapatkan terapi statin jangka panjang sebelumnya. Studi yang
mengevaluasi efektivitas terapi statin dosis beban periprosedural pada luaran
klinis hanya mengikutsertakan sedikit pasien. Waktu pemberian terapi dosis
beban bervariasi antara 1 hingga 7 hari sebelum intervensi koroner perkutan.
Berdasarkan studi terapi statin dosis beban periprosedural maka terapi ini dapat
dipertimbangkan walau pasien telah mendapatkan terapi statin sebelumnya. 7
Anamnesis
a. Ditanyakan faktor resiko mayornya:
1) Usia (laki-laki ≥ 45 tahun, wanita ≥ 55 tahun)
2) Riwayat keluarga dengan PJK dini (Infark miokard atau sudden death < 55
tahun pada ayah atau < 65 tahun pada ibu
3) Perokok aktif
4) Hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau dengan pengobatan antihipertensi)
5) Kadar kolesterol HDL yang rendah (< 40 mg/dl). 8
Pemeriksaan Fisik
(1) Evaluasi tekanan darah
(2) Bruit pada arteri karotis/gambaran klinis penyakit arteri perifer
(3) Dislipidemia sekunder, tanda-tanda penyakit dasar contohnya hepatitis. 5
Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan profil lipid; kolesterol total, LDL, HDL, Trigliderida
(2) Pemeriksaan laboratorium untuk trigliserida membutuhkan puasa selama
12 jam
(3) Perhitungan konsentrasi HDL dapat dilakukan dalam keadaan tidak puasa. 5
Diagnosis Banding
(1) Dislipidemia: kenaikan kadar kolesterol total, K-LDL, trigliderida, serta
penurunan K-LDL
(2) Hipertrigliserida: merupakan salah satu jenis dislipidemia, ditandai dengan
meningkatnya kadar trigliserida
(3) Hiperlipidemia: peningkatan kadar lipid darah yaitu kolesterol total dan
trigliserida
(4) Hiperkolesterolimia: termasuk ke dalam dislipidemia, ditandai
meningkatnya kadar kolesterol total
(5) Sindrom Metabolik: kelainan metabolik kompleks yang diakibatkan oleh
peningkatan obesitas, komponen utama sindrom metabolik adalah
obesitas, resistensi insulin, dislipidemia dan hipertensi. Sindrom metabolik
merupakan kumpulan dari faktor-faktor resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. 2
Diagnosis Kerja
Dislipidemia, karena dari anamnesis keluhan pasien tengkuk terasa pegal,
tangan dan kaki terasa kaku, dari faktor resiko pasien selalu mengkonsumsi
makanan cepat saji (junk food) dan pasien jarang berolahraga. Dari
pemeriksaan laboratorium lipid profile didapatkan kolesterol total 300 mg/dl,
LDL 190 mg/dl, HDL 35 mg/dl dan trigliserida 350 mg/dl, sehingga diagnosis
kerja pasien tersebut dislipidemia.
g. Jika K-LDL 70-189 mg/dl tanpa ASCVD atau diabetes umur 40-75
tahun maka dilakukan penghitungan skor risiko ASCVD.
h. Jika ≥ 7.5 % maka dilakukan pemberian statin intensitas sedang.
i. Jika < 7.5 % maka pemberian statin didasarkan atas beberapa
pertimbangan khusus. Hal ini disebabkan karena kurangnya bukti-bukti
pendukung. Namun demikian pada pasien tertentu dapat
dipertimbangkan untuk diberikan statin apabila K-LDL ≥ 160 mg/dl
atau hiperlipidemia secara genetik, riwayat keluarga dengan ASCVD
dini (pada ayah < 55 tahun atau ibu < 65 tahun), kadar HsCRP ≥ 2
mg/L, skor CAC ≥ 300 Agatston unit atau ≥ 75 persentil untuk usia,
jenis kelamin dan etnisitas, ankle-brachial index < 0.9. 5
Farmakologi
1) Statin (Inhibitor HMG-CoA reduktase)
Statin adalah obat penurun lipid paling efektif untuk menurunkan
kolesterol LDL dan terbukti aman tanpa efek samping yang berarti.
Selain berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga
mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan TG.
Berbagai jenis statin dapat menurunkan kolesterol LDL 18-55%,
meningkatkan kolesterol HDL 5-15%, dan menurunkan TG 7-30%. 7
Cara kerja statin adalah dengan menghambat kerja HMG-CoA
reduktase. Efeknya dalam regulasi CETP menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL dan VLDL. Di hepar, statin meningkatkan
regulasi reseptor kolesterol LDL sehingga meningkatkan pembersihan
kolesterol LDL.Dalam keadaan hipertrigliseridemia (tidak berlaku bagi
normotrigliseridemia), statin membersihkan kolesterol VLDL.
Mekanisme yang bertanggungjawab terhadap peningkatan konsentrasi
kolesterol HDL oleh statin sampai sekarang belum jelas.Studi awal yang
menggunakan statin untuk menurunkan kolesterol LDL menunjukkan
penurunan laju PJK dan mortalitas total serta berkurangnya infark
miokard, prosedur revaskularisasi, stroke, dan penyakit vaskular
perifer.Statin hendaknya diresepkan sampai dosis maksimal yang
direkomendasikan atau yang dapat ditoleransi untuk mencapai target
kolesterol LDL. 7
45
4) Fibrat
Fibrat adalah agonis dari PPAR-α. Melalui reseptor ini, fibrat menurunkan
regulasi gen apoC-III serta meningkatkan regulasi gen apoA-I dan A-II.
Berkurangnya sintesis apoC-III menyebabkan peningkatan katabolisme
TG oleh lipoprotein lipase, berkurangnya pembentukan kolesterol VLDL,
dan meningkatnya pembersihan kilomikron. Peningkatan regulasi apoA-I
dan apoA-II menyebabkan meningkatnya konsentrasi kolesterol
HDL.Sebuah analisis meta menunjukkan bahwa fibrat bermanfaat
49
6) Inhibitor CETP
Kolesterol ester transfer protein berfungsi membantu transfer cholesteryl
ester dari kolesterol HDL kepada VLDL dan LDL yang selanjutnya akan
dibersihkan dari sirkulasi melalui reseptor LDL di hepar. Terapi dengan
inhibitor CETP mempunyai efek ganda yaitu meningkatkan konsentrasi
kolesterol HDL dan menurunkan konsentrasi kolesterol LDL melalui
reversed cholesterol transport. Inhibitor CETP dapat bersifat
proaterogenik jika cholesteryl ester dari kolesterol VLDL atau LDL
diambil oleh makrofag. Sebaliknya, jika cholesteryl ester diambil oleh
hepar melalui reseptor LDL, inhibitor CETP bersifat antiaterogenik.Di
antara 3 inhibitor CETP (torcetrapib, dalcetrapib dan anacetrapib),
torcetrapib telah ditarik dari pasaran karena meningkatkan kematian. 7
51
7) Terapi kombinasi
Terapi kombinasi ini dilaporkan menurunkan laju aterosklerosis yang
dideteksi dengan angiografi. Menggabungkan tablet berisi fitosterol
dengan statin diikuti oleh penurunan kolesterol LDL 5-10% lebih
besar.Seperti telah disebutkan terdahulu, menambahkan ezetimibe pada
statin menurunkan kolesterol LDL lebih besar daripada menggandakan
dosis statin. Terapi kombinasi antara ezetimibe dengan bile acid
sequestrantatau dengan asam nikotinat menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol LDL lebih besar dibandingkan penggunaan obat
tunggal. 7
Walau demikian, belum ada evaluasi luaran klinis dari terapi
kombinasi tersebut. Kombinasi fibrat (terutama fenofibrat, bezafibrat, dan
cipofibrat) dengan statin menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan TG
serta meningkatkan kolesterol HDL lebih tinggi daripada terapi tunggal
manapun.Walau demikian, studi luaran klinis tidak menunjukkan
keunggulan dibandingkan dengan penggunaan statin monoterapi.
Kombinasi statin dan fibrat meningkatkan risiko miopati, terutama jika
fibrat digunakan dengan statin dosis tinggi atau statin dikombinasikan
dengan gemfibrozil. Kombinasi asam nikotinat.
52
Non Farmakologi
Intervensi gaya hidup untuk memperbaiki profil lipid
hidup dilakukan pada semua orang, dengan atau tanpa tambahan obat penurun
lipid, kecuali pada pasien risiko rendah dengan kolesterol LDL awal. 7
Gambar 4.4 Intervensi gaya hidup yang dapat dilakukan unruk mengurangi
kolesterol LDL, kolesterol HDL dan TG. 7
Diet
Diet yang dapat dipakai untuk menurunkan kolesterol LDL adalah diet asam
lemak tidak jenuh seperti MUFA dan PUFA karena faktor diet yang paling
berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi kolesterol LDL adalah asam lemak
jenuh. Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar
dibandingkan dengan diet MUFA atau diet rendah karbohidrat. PUFA omega-3
tidak mempunyai efek hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan
mengonsumsi ikan (mengandung banyak PUFA omega-3) berhubungan dengan
reduksi risiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma.
Konsumsi PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2 gram/hari) mempunyai
efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi konsentrasi
TG.48 Data dari penelitian klinis acak, kasus kelola dan kohor menunjukkan
54
bahwa konsumsi PUFA omega-6 setidaknya 5% hingga 10% dari total energi
mereduksi risiko PJK.49 Konsumsi PUFA omega-3, PUFA omega-6 dan MUFA
berhubungan dengan peningkatan konsentrasi kolesterol HDL sampai 5% dan
penurunan TG sebesar 10-15%. Asam lemak trans diproduksi dari minyak nabati
dengan cara hidrogenasi, dan dapat ditemukan secara alami di dalam lemak
hewani. Asam lemak trans meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan
kolesterol HDL. Sumber asam lemak trans di dalam diet biasanya berasal dari
produk yang terbuat dari minyak terhidrogenasi parsial seperti biskuit asin
(crackers), kue kering manis (cookies), donat, roti dan makanan lain seperti
kentang goreng atau ayam yang digoreng memakai minyak nabati yang
dihidrogenasi. Diet karbohidrat bersifat netral terhadap kolesterol LDL, sehingga
makanan kaya karbohidrat merupakan salah satu pilihan untuk menggantikan diet
lemak jenuh. Di lain pihak, diet kaya karbohidrat (>60% kalori total) berhubungan
dengan penurunan konsentrasi kolesterol HDL dan peningkatan konsentrasi TG.
Oleh karena itu, asupan karbohidrat dianjurkan kurang dari 60% kalori total.
Asupan lebih rendah dianjurkan bagi pasien dengan peningkatan konsentrasi TG
dan konsentrasi kolesterol HDL rendah seperti yang ditemukan pada pasien
sindrom metabolik. Diet karbohidrat yang kaya serat dianggap diet optimal
pengganti lemak jenuh yang tujuannya meningkatkan efek diet pada konsentrasi
kolesterol LDL dan mengurangi efek yang tidak dikehendaki dari diet kaya
karbohidrat pada lipoprotein lain. Diet makanan tinggi serat seperti
kacangkacangan, buah, sayur dan sereal memiliki efek hipokolesterolemik
langsung. 7
Aktivitas fisik
Tujuan melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah mencapai berat badan ideal,
mengurangi risiko terjadinya sindrom metabolik, pedoman tatalaksana
Dislipidemia di indonesia dan mengontrol faktor risiko PJK. Pengaruh aktivitas
fisik terhadap parameter lipid terutama berupa penurunan TG dan peningkatan
kolesterol HDL. Olahraga aerobik dapat menurunkan konsentrasi TG sampai 20%
55
Indeks Masa Tubuh dan lingkar pinggang dipakai sebagai ukuran untuk menilai
obesitas umum dan obesitas abdominal. Baik obesitas umum maupun obesitas
abdominal berhubungan dengan risiko kematian. Konsep obesitas terutama
dihubungkan dengan konsep sindrom metabolik. Untuk semua pasien dengan
kelebihan berat badan hendaknya diusahakan untuk mengurangi 10% berat
badan.23 Walaupun ukuran antropometri lain seperti lingkar pinggang atau rasio
pinggul terhadap pinggang dapat menambah informasi, IMT sendiri adalah
prediktor kuat untuk mortalitas secara keseluruhan. 7
56
Diet suplemen
a) Fitosterol
Fitosterol berkompetisi dengan absorbsi kolesterol di usus sehingga dapat
menurunkan konsentrasi kolesterol total. Secara alami, fitosterol banyak
didapat dalam minyak nabati dan, dalam jumlah lebih sedikit, dalam buah
segar, kacang kenari, dan kacang polong. Fitosterol sering ditemukan sebagai
bahan tambahan pada minyak goreng dan mentega. Konsumsi fitosterol sebagai
57
b) Protein kedelai
Protein kedelai berhubungan dengan penurunan 3-5% kolesterol LDL.
Sebagian besar studi menggunakan asupan protein kedelai lebih dari 40
mg/hari. Sebuah studi menunjukkan asupan 25 mg/hari berhubungan dengan
penurunan kolesterol LDL sebesar 5 mg/dL. 7
3 rantai panjang dosis rendah (400 mg/hari) dalam margarin tidak menurunkan
konsentrasi TG secara bermakna. Faedah PUFA omega-3 terhadap mortalitas
kardiovaskular berdasarkan berbagai studi tidak konsisten walau satu studi di
Jepang melaporkan terapi EPA berhubungan dengan penurunan 19% kejadian
kardiovaskular. 7
59
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-8. Jakarta: EGC;
2014.
2. Setiati S,dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6 Jilid II. Jakarta:
Interna Publishing; 2013.
3. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC; 2018.
4. Guyton dan Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-12. Singapore;
Elsevier; 2014.
5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Panduan Pengelolaan Dislipidemia di
Indonesia. Edisi 1. Jakarta: PERKENI; 2015
6. Kumar V, Abbas A, Aster J. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi ke-9.
Singapura: Elsevier;2015.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman
Tatalaksana Dislipidemia. Edisi ke-1. Jakarta: PERKI; 2013.
8. National Institutes of Health. ATP III Guidelines At A Glance Quick Desk
Reference. National Cholesterol Education Program: National Institutes of
Health; 2001.