B. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrolit
Konsentrasi elektrolit serum diukur untuk membantu masalah diagnostik, terutama
dengan natrium yang berkaitan dengan depresi. Hiponatremi dapat bermanifestasi
sebagai depresi. Penatalaksanaan dengan lithium dapat berakibat pada masalah ginjal
dangangguan elektrolit. Kadar natrium rendah lithium dan toxisitas lithium. Oleh
karena itu, skrining kandiddat untuk terapi lithium maupun yang sedang dalam terapi
lithium, mengecek elelktrolit merupakan indikasi. 2,3.
2. Kalsium
Kalsium serum untuk mendiagnosis hiperkalsemi dan hipokisemi yang berkaitan
dengan perubahan status mental . hipertiroid yang terbukti dengan peningkatan
kalsium darah, mencetuskan depresi. Beberapa antidepresan, seperti ortriptyline,
mempengaruhi jantung, oleh karena itu, mengecek kadar kalsium sangat penting. 2,3.
3. Protein
Kadar protein yang rendah ditemukan pada pasien depresi sebagai hasil dari tidak
makan. Kadar protein rendah, menyebabkan peningkatan bioavaibillitas beberapa
medikasi, karena obat-obat ini hanya memiliki sedikit protein untuk diikat. 2,3.
4. Hormone tiroid
Tes tiroid dilakukan untuk menentukan hipertiroid (mania( dan hipotiroid (depresi).
Pengobatan dengan lithium menyebabkan hipotiroid, yang berkontribusi pada
perubahan mood secara cepat. 2,3.
5. Kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN)
Gagal ginjal dapat timbul sebagai depresi. Pengobatan dengan lithium dapat
memperngaruhi klirens ginjal, serum dan BUN dapat menungkat. 2,3.
6. Skrining zat dan alkohol
Penyelahgunaan alcohol dan berbagai macam obat dapat memperlihatkan sebagai
mania atau depresi. Contohnya, penyelahgunaan amfetamin dan kokain dapat timbul
dan penyalahgunaan barbiturate dapat timbul sebagai depresi. 2,3
7. EKG
Banyak antidepresan, terutama trisiklik dan beberapa antipsikotik, dapat berefek pada
jantung dan membuat masalah konduksi. Lithium juga dapat berakibat pada
perubahan reversiel flattening atau inversi pada T wave pada EKG. 2,3
8. EEG
Alasan untuk penggunaan EEG pada pasien bipolar: 2,3
1) EEG menyediakan garis dasar dan membantu mengesampinkan masalah neurologi.
Menggunakan tes ini untuk mengesampingkan kejang dan tumor otak.
2) Bila dilakukan ECT. Monitoring EGG saat ECT digunakan untuk mendeterminasi
timbulnya kejang dan durasi kejang.
3) Beberapa pasien mengalami kejang saat pengobatan, terutama antidepresan.
Referensi :