Anda di halaman 1dari 3

A.

Anamnesis dan pemeriksaan fisk


1) Mengevaluasi keadaan umum pasien. 1
2) Menanyakan alasan berobat. 1
3) Riwayat gangguan sekarang. Menanyakan kepada pasien tentang suasana hati pasien
dan apa yang ada dalam pikiran pasien, jika tidak memungkinkan disini melakukan
anamnesis kepada keluarga. 1
4) Riwayat gangguan dahulu. 1
5) Riwayat perkembangan diri. 1
6) Latar belakang sosial,keluarga, pendidikan,pekerjaan, perkawinan untuk melihat
apakah ada hubungan antara aspek tersebut dengan gejala yang di alami pasien. 1
7) Riwayat keluarga. Menanyakan riwayat keluarga, apakah dalam keluarga juga ada
yang mengalami hal yang sama dengan pasien. 1
8) Adanya paling sedikit mengalami episodik mania, depresi atau campuran.
episodeikmanik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan. 1
9) Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit fisik sistemik yang
diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental yang tercantum. 1
10) Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan
penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental.1
11) Adanya halusinasi dalam segala bentuk (biasanya visual atau auditorik) , yang
menetap atau berulang. 1

Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari


keluarga sangat diperlukan, diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam
DSM IV atau ICD 10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
symptom Gangguan bipolar adalah The Structured Clinical Interview for DSM (SCID). The
Present State Eximination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptomnsesu
dengan ICD-10. 1
Selain itu juga diagnosis dapat ditegakkan dengan berdasarkan kriteria pada Pedoman
Diagnostik dari PPDGJ-III. Yang terkait dengan skenario ini, yaitu F06 (30-31) Gangguan
manik organic dan gangguan bipolar organik. Juga bertujuan untuk mendiagnosis spesifikasi
dari gangguan bipolar sendiri. 1

B. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrolit
Konsentrasi elektrolit serum diukur untuk membantu masalah diagnostik, terutama
dengan natrium yang berkaitan dengan depresi. Hiponatremi dapat bermanifestasi
sebagai depresi. Penatalaksanaan dengan lithium dapat berakibat pada masalah ginjal
dangangguan elektrolit. Kadar natrium rendah lithium dan toxisitas lithium. Oleh
karena itu, skrining kandiddat untuk terapi lithium maupun yang sedang dalam terapi
lithium, mengecek elelktrolit merupakan indikasi. 2,3.
2. Kalsium
Kalsium serum untuk mendiagnosis hiperkalsemi dan hipokisemi yang berkaitan
dengan perubahan status mental . hipertiroid yang terbukti dengan peningkatan
kalsium darah, mencetuskan depresi. Beberapa antidepresan, seperti ortriptyline,
mempengaruhi jantung, oleh karena itu, mengecek kadar kalsium sangat penting. 2,3.
3. Protein
Kadar protein yang rendah ditemukan pada pasien depresi sebagai hasil dari tidak
makan. Kadar protein rendah, menyebabkan peningkatan bioavaibillitas beberapa
medikasi, karena obat-obat ini hanya memiliki sedikit protein untuk diikat. 2,3.
4. Hormone tiroid
Tes tiroid dilakukan untuk menentukan hipertiroid (mania( dan hipotiroid (depresi).
Pengobatan dengan lithium menyebabkan hipotiroid, yang berkontribusi pada
perubahan mood secara cepat. 2,3.
5. Kreatinin dan blood urea nitrogen (BUN)
Gagal ginjal dapat timbul sebagai depresi. Pengobatan dengan lithium dapat
memperngaruhi klirens ginjal, serum dan BUN dapat menungkat. 2,3.
6. Skrining zat dan alkohol
Penyelahgunaan alcohol dan berbagai macam obat dapat memperlihatkan sebagai
mania atau depresi. Contohnya, penyelahgunaan amfetamin dan kokain dapat timbul
dan penyalahgunaan barbiturate dapat timbul sebagai depresi. 2,3
7. EKG
Banyak antidepresan, terutama trisiklik dan beberapa antipsikotik, dapat berefek pada
jantung dan membuat masalah konduksi. Lithium juga dapat berakibat pada
perubahan reversiel flattening atau inversi pada T wave pada EKG. 2,3
8. EEG
Alasan untuk penggunaan EEG pada pasien bipolar: 2,3
1) EEG menyediakan garis dasar dan membantu mengesampinkan masalah neurologi.
Menggunakan tes ini untuk mengesampingkan kejang dan tumor otak.
2) Bila dilakukan ECT. Monitoring EGG saat ECT digunakan untuk mendeterminasi
timbulnya kejang dan durasi kejang.
3) Beberapa pasien mengalami kejang saat pengobatan, terutama antidepresan.

Referensi :

1. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar psikiatri, Jakarta : BAdan


penerbit FKUI; 2010. Hlm 197-208.
2. Maslim R. Buku saku: Diagnosis Gangguan Jiwa ; Rujukan ringkas dari PPDGJ-
III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
3. Goodwin GM, Haddad PM, Ferrier IN, et al. Evidence-based guidelines for
treating bipolar disorder: revised third edition Recommendations from the British
Association for Psychopharmacology. J Psychopharmacol. 2016; 30(6): 495–553.

Anda mungkin juga menyukai