Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOPROSES

ISOLASI

Nama Kelompok:

1. Raka Dwi Wicaksono (1931410133)

2. Berliana Dwiyanti (1931410043)

3. Istiqomah Hanifa Nurlaila (1931410054)

POLITEKNIK NEGERI MALANG

TEKNIK KIMIA

2019

Jl. Soekarno-Hatta 09 Malang 65144

Telepon - (0341) 404424, Fax - (0341) 551708

Homepage - http://www.poltek-malang.ac.id
Daftar Isi
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1. Judul ............................................................................................................. 4
2. Latar belakang .............................................................................................. 4
3. Tujuan .......................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 6
1. Pengertian ..................................................................................................... 6
2. Metode-metode isolasi mikroorganisme ...................................................... 7
3. Prinsip Kerja Isolasi ..................................................................................... 8
4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ........................ 9
PENDAHULUAN

1. Judul
Isolasi Bakteri

2. Latar belakang
Didalam bidang ilmu mikrobiologi, untuk dapat menelaah bakteri
khususnya dalam skala laboratorium, maka terlebih dahulu kita harus
dapat menumbuhkan mereka dalam suatu biakan yang mana di dalamnya
hanya terdapat baktri yang kita butuhkan tersebut tanpa adanya
kontaminasi dari mikroba lain. Biakan yang semacam ini biasanya dikenal
dengan istilah biakan murni. Untuk melakukan hal ini, haruslah di
mengerti jenis-jenis nutrien yang disyaratkan bakteri dan juga macam
ligkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhan
bakteri tersebut (Pelczar dan Chan, 1986).
Pemindahan bakteri dari medium lama ke medium yang baru atau
dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini memerlukan banyak ketelitian.
Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar semua alat-alat yang akan
digunakan untuk pengerjaan medium dan pengerjaan inokulasi benar-
beanr steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu
masuknya mikroba lain yang tidak diinginkan sehinggabiakan yang
tumbuh di dalam medium adalah benar-benar biakan murni
(Dwidjoseputro, 1980).
Pada praktikum yang dilakukan akan dikenalkan dan dipelajari
beberapa metode isolasi bakteri, yaitu metode streak plate (metode
penggoresan diatas medium agar, sehingga didapatkan koloni tunggal),
metode pour plate (menuangkan sampel bakteri kemudian medium agar,
lalu diratakan dalam petrdish), serta metode spread plate (metode
penumbuhan bakteri diatas medium agar, lalu meratakannya dengan
trigalski). Dalam praktikum ini juga akan mempelajari cara mengisolasi
bakteri dari udara, Starbio dan Rodac.

3. Tujuan
1. Mengenal beberapa teknik (pour plate, streak plate, spread plate)
2. Mengetahui kegunaan masing-masing metode dalam mengisolasi
bakteri untuk tujuan tertentu, serta melihat sifat bakteri yang diisolasi.
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Isolasi bakteri merupakan pengambilan atau pemindahan mikroba
dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan
murni dala medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2011). Bakteri dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik.
Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Teknik
aseptis sangat penting bila bekerja kontak dengan bakteri.
Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan
jenis medium tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk
menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring, dilakukan metode
gores dengan menggunakan kawat ose. Pada medium petridish, dapat
digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang)
atau spread plate (metode sebar). Setelah inokulasi, dilakukan proses
inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer pada
temperature tertentu dan periode tertentu.
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan
menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Prinsip dari isolasi mikroba
adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang
berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan
dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat
sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya. Isolasi bakteri atau biakan yang terdiri dari satu jenis
mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai biakan murni. Biakan yang
berisi lebih dari satu macam mikroorganisme (bakteri) dikenal sebagai
biakan campuran.
2. Metode-metode isolasi mikroorganisme
Isolasi bakteri adalah suatu cara untuk memindahkan mikrobia dari
lingkungannya di alam dan menumbuhkannya dalam medium buatan.
Cara-cara untuk mengisolasi bakteri antara lain adalah:
1. Streak Plate (cawan gores)
Metode yang pertama adalah streak plate. Metode ini digunakan
untuk menumbuhkan bakteri aerob dan bertujuan untuk memisahkan
bakteri secara individual. Metode ini efektif untuk pengamatan morfologi
dan identifikasi, namun bentuk dan struktur kurang diperhatikan kecuali
untuk bakteri yang banyak kemiripan morfologinya.
Metode ini memiliki keunggulan yaitu, dapat menghemat bahan
dan waktu. Selain itu sangat efektif untuk mengetahui sifat bakteri yang
ditanam. Kekurangan metode ini ialah tidak dapat digunakan untuk
menumbuhkan bakteri anaerob, disamping itu cara pengerjaannya lebih
rumit daripada pour plate method
2. Pour plate (cawan tuang)
Metode ini dapat menumbuhkan bakteri anaerob dan aerob.
Metode ini menyebabkan bakteri yang terinokulasi dapat tumbuh tersebar
di seluruh permukaan medium, baik di permukaan maupun di tengah-
tengah. Jika proses penginokulasian dilakukan dengan tidak benar maka
akan terbentuk pertumbuhan bakteri yang terlalu banyak sehingga
morfologi koloni bakteri terlihat bertumpuk-tumpuk.
Metode pour plate memiliki beberapa kelebihan diantaranya
adalah proses pengerjaan lebih sederhana dibanding metode streak plate,
pertumbuhan koloni akan mudah diamati karena ada bakteri yang dapat
hidup di permukaan medium dan di tengah-tengah medium. Selain itu,
tidak ada persaingan antar bakteri untuk mengambil oksigen karena letak
bakteri tersebut tersebar. Tetapi, kekurangan metode ini adalah mudah
terkena kontaminasi bila dalam pengerjaannya kurang aseptis dan
membutuhkan nutrien yang banyak untuk pertumbuhan bakteri
3. Spread Plate (cawan sebar)
Metode yang ketiga adalah spread plate. Tujuan dari isolasi dengan
metode ini adalah mendapatkan koloni tunggal dengan teknik penanaman
dan penyebaran suspensi bakteri pada permukaan medium.
Metode spread plate memiliki beberapa kelebihan diantaranya
adalah cara inokulasi cukup mudah, dapat diperoleh koloni yang terpisah,
dan koloni bakterinya mudah untuk diamati. Sedangkan kekurangan
metode ini adalah mudah terjadi kontaminan bila dalam pengerjaannya
kurang aseptis. Selain itu, apabila perataan dengan trigalski kurang merata
maka koloni yang terbentuk akan terkumpul di suatu tempat saja.
. Keuntungan dari metode spreed plate adalah akan diperoleh
koloni-koloni bakeri yang terpisah dan tersebar di permukaan medium
agarnya dengan syarat pada saat meratakan bakteri arah harus searah, agar
bisa didapatkan koloni bakteri yang baik dan biakan murni bakteri yang
diinginkan. Kelemahannya metode spreed plate yaitu jika bakteri
disemprotkan terlalu banyak maka medium agar akan penuh maka pada
saat perataaan bisa saja membuat bakteri terpisah dan tidak tumbuh
dengan merata.

3. Prinsip Kerja Isolasi


Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan
menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu yang
dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini didapat
dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi. Dalam
kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri adalah
mikrobia tanah, air, makanan dan udara .
Menurut Meryandini, dkk (2009), sebelum melakukan isolasi
terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel. Salah satu contoh
pengambilan sampel menurut tempatnya :
1. Sampel udara
Dalam mengisolasi bakteri udara dilakukan dengan cara membuka
cawan petri yang di dalamnya telah terdapat medium agar lalu didiamkan
terbuka selama 5-10 menit, setelah itu ditutup kembali dan dibungkus
dengan kertas payung, kemudian diinkubasi
Ada beberapa macam cara untuk mengisolasi mikrobia. Untuk
isolasi tersebut harus diperhatikan beberapa hal yang penting, antara lain :
1. Sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi
2. Tempat hidup atau asal mikrobia tersebut
3. Medium untuk pertumbuhannya yang sesuai
4. Cara menanam mikrobia tersebut
5. Cara inkubasi mikrobia tersebut
6. Cara menguji bahwa mikrobia yang diisolasi telah berupa biakan murni
dan sesuai dengan yang dimaksud
Bakteri mudah ditemukan di air, udara, dan tanah. Mereka hidup
dalam suatu koloni, baik bersimbiose, bebas, ataupun parasit pada
makhluk hidup. Jumlah bakteri di alam sangat melimpah dengan
keragaman yang sangat tinggi. Untuk mempelajari kehidupan dan
keragaman bakteri, diperlukan suatu usaha untuk mengembakbiakkan
mereka dalam skala laboratorium. Pengembangbiakan ini dilakukan
dengan menumbuhkan bakteri dari sumber isolat, seperti tanah, udara, sisa
makanan, dan lain-lain, dalam media yang mengandung nutrisi. Media
pertumbuhan bakteri sangat beragam, mulai dari media selektif, media
penyubur, media diferensial, dll. Masing-masing media memiliki fungsi
berbeda dan digunakan tergantung tujuan dari praktikan. Dalam
mempelajari sifat pertumbuhan dari masing-masing jenis mikroorganisme,
maka mikroorganisme tersebut harus dipisahkan satu dengan yang lainnya,
sehingga didapatkan kultur murni yang disebut isolat. Kultur murni
merupakan suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu species atau satu
galur mikroorganisme. Kultur murni diperoleh dengan cara isolasi
menggunakan metode tuang maupun gores (Pelczar dan Chan, 1986).

4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme


1. Faktor fisik
a. Suhu (temperature)
Mikroorganisma dapat tumbuh dengan baik pada suhu normal, dan
tidak banyak berbeda dengan hewan-hewan yang lebih tinggi
tingkatannya. Akan tetapi mikroba tertentu mampu hidup pada suhu yang
rendah sekali dan ada juga yang tahan hidup pada suhu yang sangat tinggi,
pada suhu tertentu, yang dapat menghambat kehidupan kebanyakan
makhluk hidup yang lebih tinggi tingkatannya.
Berdasarkan atas suhu yang paling sesuai untuk pertumbuhan,
mikroorganisma dapat di bagi menjadi:
1. Mikroorganisma psikrofil, yaitu mikroorganisma yang suka hidup
pada suhu yang dingin, suhu optimumnya kira-kira 150C dan suhu
maksimumnya kira-kira 200C. Contoh mikroorganisma ini
adalah Pseudomonas,
2. Mikroorganisma mesofil, yaitu mikroorganismayang menyukai suhu
yang sedang, mikroorganisma mesofil mempunyai suhu optimum yang
berkisar antara 20-500C.Contoh mikroorganisma ini adalah
bakteri Escherichia coli, yang mempunyai suhu optimum 370C, sama
dengan suhu tubuh manusia. Selain itu Clostridium botulinum juga
termasuk dalam golongan ini. Banyak dari mikroba ini yang memiliki sifat
pantogen.
3. Mikroorganisma termofil, yaitu mikroorganisma yang menyukai
suhu yang tinggi, sering tumbuh pada suhu diatas 400C. Banyak dari
mikroorganisma ini yang mempunyai suhu optimum antara 50-600C.
Contoh mikroorganisma ini adalah Bacillus strearothermophilus, yang
dapat tumbuh pada suhu 400C. Bakteri ini menyebabkan busuk asam pada
makanan kaleng berasam rendah. Bakteri termofil lainnya,
yaitu Clostridium thermosacca-rolyticum yang menyebabkan
penggembungan kalengkarena memproduksi CO2 dan H2, sedangkan
kebusukan sulfide disebabkan oleh Clostridium nigridicans. Contohn lain
adalahn Bacillus coagulans dan Bacillus subtilis.
b. Derajat keasaman (pH)
Seperti halnya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya, kebanyakan
mikroorganisma mempunyai pH optimum untuk pertumbuhannya.
Misalnya, mikroorganisma pathogen pada manusia akan tumbuh paling
baik pada pH 7,5 (mendekati pH darah manusia). Mikroorganisma yang
hidup di saluran pencernaan makanan, yang pHnya selalu berubah-ubah,
juga akan menyesuaikan hidupnya pada pH lingkungan hidup ini.
Kebanyakan bakteri dapat hidup paling cocok atau paling baik, pada pH
antara 6,5-7,5. Kita sangat jarang sekali menjumpai adanya
mikroorganisma yang dapat hidup pada pH di bawah 4. Tapi sebaliknya
yeast dan jamur (mold), mempunyai pH optimum yang sedikit lebih
rendah yaitu antara 4 dan 6.

c. tekanan osmotik
Mikroorganisma membutuhkan air untuk pertumbuhan. Apabila ssuatu sel
mikroorganisme berada dalam suatu larutan yang berkonsentrasi lebih
besar dari konsentrasi cairan sel, maka air yng terdapat di dalam sel akan
merembes melalui membrane sitoplasma kearah larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi. Mikroorganisme yang dapat menyesuaikan
hidupnya pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi laruta garam yang
tinggi, disebut halofilik. Sedangkan mikroorganisma yang membutuhkan
lingkungan dengan tekanan osmotis yang tinggi disebut
mikroorganisma osmofilik. Contoh mikroorganisma yang bersifat
osmofilik adalah sejenis jamur Xeromyces yang mempunyai aw optimum
kira-kira0.9.Ada pula bakteri yang disebut fakultatif halofilik. Mikroba ini
tidak membutuhkan lingkungan yang memiliki konsentrasi garam tinggi,
namun mampu hidup dan tahan akan lingkungan yang memiliki
konsentrasi garam tinggi. Sedangkann mikroba obligat halofilik adalah
sebutan untuk mikroba yang dapat hidup pada lingkungan dengan
konsentrasi garam diatas 15%. Contoh dari mikroba ini
adalah Halobacterium halobium.
Kepekaan atau sensifitas mikroorganisme terhadap konsentrasi garam
berbeda-beda, bergantung jenisnya. Kebanyakan mikroba tidak mampu
melakukan adaptasi fisiologis dan tidak toleran terhadap konsentrasi garam
yang tinggi.
2. Faktor Kimia
Selain kebutuhan fisik, mikroba juga membutuhkan unsur – unsur kimia
dalam pertumbuhannya. Unsur-unsur tersebut antara lain :
a. Air
Pada umumnya mikroba mengandung 90% air dalam tubuhnya. Spora –
spora yang lebih resistan diperkirakan jumlah airnya lebih sedikit lagi. Air
berperan sebagai bahan pelarut pada reaksi –reaksi metabolisme . Jumlah
air yang diperlukan oleh setiap individu mikroba bergantung pada jenis
mikrobanya. Air dalam substrat makanan yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroba umumnya dinyatakan dengan istilah water activity
(aw), yaitu suatu indeks yang menyatakan perbandingan tekanan uap air
dari larutan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama. Setiap
mikroba memiliki aw optimum , minimum dan maksimum.
b. Karbon
Karbon merupakan penyusun senyawa – senyawa organik . Senyawa –
senyawa inilah yang menyusun sel makhluk hidup. Mikroba yang
tergolong kemoheterotrof, memperoleh karbon dari sumber energy berupa
bahan – bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lipid. Sumber
karbon bagi mikroba dapat berbentuk senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak , protein, asam amino, asam
organik, garam asam organik, polialkohol dan sebagainya. Senyawa
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2
c. Oksigen
Untuk menghasilkan energy mikroba melakukan respirasi, yang
merupakan proses – proses reaksi kimia yang merombak molekul –
molekul organik berpotensial tinggi menjadi molekul senyawa organik
yang lebih sederhana dengan melepaskan energy. Zat yang digunakan
dalam proses tersebut dapat berupa oksigen atau senyawa- senyawa lain,
yang bergantung pada jenis mikroba.

- Mikroba yang aerob :


Mikroba yang aerob membutuhkan adanya oksigen untuk metabolismanya.
Pada mekanisme respirasi, mikroba dapat menggunakan oksigen sebagai
akseptor electron atau akseptor hydrogen. Mikroba jenis ini hanya dapat
hidup apabila ada oksigen untuk melangsungkan oksidasi biologis.
- Mikroba yang anaerob :
Mikroba yang termasuk golongan anaerob, tidak dapat menggunakan
O2 bebas sebagai akseptor electron, bahkan adanya oksigen dapat
menghambat pertumbuhan mikroba tersebut. Mikroba jenis ini dapat hidup
dengan melakukan respirasi anaerob dimana ion- ion anorganik seperti
NO3 dan SO4 yang berperan sebagai akseptor electron atau akseptor
hydrogen. Mikroba ini dapat diracuni dengan adanya oksigen karena tidak
memiliki enzim katalase dan super – super dismutase yang diperlukan
untuk menguraikan senyawa hydrogen peroksida dan ion – ion
superoksida yang bersifat racun.
- Mikroba yang fakultatif anaerob :
Mikroba yang termasuk jenis ini dapat menyesuaikan hidupnyapada
lingkungan yang tidak mengandung oksigen. Apabila oksigen terdapatpada
lingkungan hidupnya, maka jasad ini dapat tumbuh dengan memanfaatkan
oksigen tersebut. Akan tetapi bila tidak terdapat oksigen maka mikroba
jenis ini dapat melangsungkan fermentasiatau respirasi anaerob.
- Mikroba yang mikroaerofil :
Mikroba yang termasuk golongan mikroaerofil tidak dapat hidup dalam
suasana aerob maupun anaerob dengan sempurna. Hal tersebut
dikarenakan oksigen bebas hanya diperlukan dalam jumlah yang sangat
sedikit. Beberapa mikroba yang dikenal sebagai mikroaerofil
membutuhkan oksigen serta dapat menghambat pertumbuhan maksimal
pada pengurangan konsentrasi oksigen , namun konsentrasi oksigen yang
lebih tinggi dapat menjadi racun bagi organism ini. Sebagai akibat dari
toksisitas oksigen, pada umumnya mikroba ini memiliki sistem enzim
yang dapat mengurangi pengaruh racun oksigen.

d. Karbondioksida
Kebutuhan jumlah karbondioksida pada setiap mikrobaba berbeda
– beda bergantung kepada jenis mikroba tersebut. Mikroba autotrof,
membutuhkan CO2 dalam jumlah besar karena CO2 merupakan satu –
satunya sumber karbon. Pengikatan CO2 ini memerlukan energy dan
sumber electron. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi
biosintesis. Peniadaan karbondioksida secara menyeluruh sering kali
menangguhkan dan menghambat pertumbuhan mikroba.

e. Nitrogen, Sulfur dan Fosfor


Nitrogen, sulfur dan fosfor dibutuhkan untuk pembentukan protein
dan sintesis DNA maupun RNA. Nitrogen, Sulfur dan Fosfor terdapat
dalam sel kira – kira 18% dari berat kering selnya, dimana 15% dari
jumlah ini merupakan nitrogen.
Kebanyakan organisme memiliki kemampuan untuk mengasimilasi
N2 secara reduksi melalui NH3, yang disebut fiksasi nitrogen. Proses ini
membutuhkan sejumlah besar energy metabolik. Sumber nitrogen yang
paling lazim untuk mikroba adalah garam-garam ammonium. Beberapa
mikroba lain memerlukan asam amino sebagai sumber nitrogen
Seperti nitrogen, sulfur adalah komponen dari banyak substansi
organik sel.. Belerang merupakan penyusun struktur beberapa koenzim
dan rantai samping protein. Kebanyakan mikroba dapat menggunakan
sulfat sebagai sumber belerang. Beberapa mikroba juga dapat
mengasimilasi H2S secara langsung dari medium pertumbuhan.
Fosfor dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan
sejumlah koenzim seperti NAD, NADP dan flavin. Selain itu banyak
metabolit, lipid, komponen dinding sel, beberapa polisakarida kapsul dan
beberapa protein yang menjadikan fosfor sebagai komponen penyusunnya.
Fosfor selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas.
f. Mineral – mineral
Mineral – mineral utama yang dibutuhkan oleh mikroba antara lain
: N, P, C, O dan H. Unsur – unsur lain yang juga dibutuhkan antara lain :
K, Ca, Mg, Na, S dan Cl. Unsur – unsure berikut ini dibutuhkan dalam
jumlah kecil namunharus tetap dipenuhi adalah Fe, Cu, Mo, Zn.
Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga
berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis, kadar ion dan potensial
oksidasi reduksi medium. Mineral juga dibutuhkan untuk fungsi enzim.
g. Faktor Penumbuh
Faktor penumbuh adalah merupakan factor –faktor yang diperlukan
oleh mikroba dalam pertumbuhannya. Dalam hal ini factor tersebut berupa
senyawa organik. Senyawa – senyawaini dibutuhkan namun dalam jumlah
yang sangat kecil. Faktor penumbuh ini antara lain vitamin dan asam
amino. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor
tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein, basa
nitrogen, sebagai penyusun asam nukleat dan vitamin sebagai gugus
prostetis atau bagian aktif enzim. Ada beberapa mikroba yang dapat
menghasilkan factor penumbuhnya sendiri, antara lain : Escherechia Coli,
dapat menghasilkan asam folat, Microccus dapat menghasilkan vitamin B
kompleks. Mikroba yang tidak dapat menghasilkan factor penumbuhnya
sendiri mensitesis dari nutrisi yang didapatnya.

Anda mungkin juga menyukai