PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Berdasarkan diagnosis dokter prevalensi penyakit gagal jantung di
Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696
orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/ gejala sebesar 0,3% atau
diperkirakan sekitar 530.068 orang. Berdasarkan diagnosis dokter,
estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur sebanyak 54.826 orang (0,19%), sedangkan Provinsi
Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling sedikit, yaitu sebanyak
144 orang (0,02%).
Data dari WHO pada tahun 2014 menyebutkan bahwa angka
mortalitas pada kelompok penyakit tidak menular di dunia akan semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, terdapat 38 juta kematian
yang diakibatkan karena berbagai penyakit pada kelompok penyakit tidak
menular dari total 56 juta kematian. Angka mortalitas tersebut tetap
meningkat dan diperkirakan akan mencapai 52 juta kematian pada tahun
2030.2
4
2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler pada perinsipnya
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu:
1) Aterosklerosis
Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit
arteri koroneria yang paling sering ditemukan. Aterosklerosis
menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri
koronaria, sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh
darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan
meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium.5
2) Trombosis
Endapan lemak dan pengerasan pembuluh darah terganggu dan
lama kelamaan berakibat robek dinding pembuluh darah. Pada mulanya,
gumpalan darah merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk
mencegahan perdarahan berlanjut pada saat terjadinya luka. Berkumpulnya
gumpalan darah dibagian robek tersebut, yang kemudian bersatu dengan
keping-keping darah menjadi trombus. Trombosis ini menyebabkan
sumbatan di dalam pembuluh darah jantung, dapat menyebabkan serangan
jantung mendadak, dan bila sumbatan terjadi di pembuluh darah otak
menyebabkan stroke.6
diabetes. Faktor-faktor risiko dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat
diubah dan tidak dapat diubah.
1) Faktor risiko lain yang masih dapat diubah
a. Hipertensi
Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka waktu panjang
akan mengganggu fungsi endotel, sel-sel pelapis dinding dalam pembuluh
darah (termasuk pembuluh koroner). Disfungsi endotel ini mengawali
proses pembentukan kerak yang dapat mempersempit liang koroner.
Pengidap hipertensi berisiko dua kali lipat menderita penyakit jantung
koroner. Risiko jantung menjadi berlipat ganda apabila penderita
hipertensi juga menderita DM, hiperkolesterol, atau terbiasa merokok.
Selain itu hipertensi juga dapat menebalkan dinding bilik kiri jantung yang
akhirnya melemahkan fungsi pompa jantung.7 Risiko PJK secara langsung
berhubungan dengan tekanan darah, untuk setiap penurunan tekanan darah
diastolik sebesar 5mmHg risiko PJK berkurang sekitar 16%.8
b. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) berpotensi menjadi ancaman terhadap
beberapa organ dalam tubuh termasuk jantung. Keterkaitan diabetes
mellitus dengan penyakit jantung sangatlah erat. Risiko serangan jantung
pada penderita DM adalah 2-6 kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang
tanpa DM. Jika seorang penderita DM pernah mengalami serangan
jantung, risiko kematiannya menjadi tiga kali lipat lebih tinggi.
Peningkatan kadar gula darah dapat disebabkan oleh kekurangan insulin
dalam tubuh, insulin yang tidak cukup atau tidak bekerja dengan baik.7
Penderita diabetes cenderung memiliki pravalensi prematuritas, dan
keparahan arterosklerosis lebih tinggi. Diabetes mellitus menginduksi
hiperkolesterolemia dan secara bermakna meningkatkan kemungkinan
timbulnya arterosklerosis. Diabetes mellitus juga berkaitan dengan
proliferasi sel otot polos dalam pembuluh darah arteri koroner, sintesis
kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid. Peningkatan kadar LDL dan
6
c. Merokok
Sekitar 24% kematian akibat PJK pada laki-laki dan 11% pada
perempuan disebabkan kebiasaan merokok. Orang yang tidak merokok
dan tinggal bersama perokok (perokok pasif) memiliki peningkatan risiko
sebesar 20-30%. Risiko terjadinya PJK akibat merokok berkaitan dengan
dosis dimana orang yang merokok 20 batang rokok atau lebih dalam sehari
memiliki risiko sebesar dua hingga tiga kali lebih tinggi menderita PJK
dari pada yang tidak merokok.8
Setiap batang rokok mengandung 4.800 jenis zat kimia,
diantaranya karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen
sianida, amoniak, oksida nitrogen, senyawa hidrokarbon, tar, nikotin,
benzopiren, fenol dan kadmium. Reaksi kimiawi yang menyertai
pembakaran tembakau menghasilkan senyawa-senyawa kimiawi yang
terserap oleh darah melalui proses difusi. Nikotin yang masuk dalam
pembuluh darah akan merangsang katekolamin dan bersama-sama zat
kimia yang terkandung dalam rokok dapat merusak lapisan dinding
koroner. Nikotin berpengaruh pula terhadap syaraf simpatik sehingga
jantung berdenyut lebih cepat dan kebutuhan oksigen meninggi. Karbon
monoksida yang tersimpan dalam asap rokok akan menurunkan kapasitas
penggangkutan oksigen yang diperlukan jantung karena gas tersebut
menggantikan sebagian oksigen dalam hemoglobin. Perokok berisiko
mengalami seranggan jantung karena perubahan sifat keping darah yang
cenderung menjadi lengket sehingga memicu terbentuknya gumpalan
darah ketika dinding koroner terkoyak.7
7
d. Hiperlipidemia
Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam
lemak bebas berasal eksogen dari makanan dan endogen dari sintesis
lemak. Kolesterol dan trigliserida adalah dua jenis lipid yang relatif
mempunyai makna klinis yang penting sehubungan dengan arteriogenesis.
Lipid tidak larut dalam plasma tetapi terikat pada protein sebagai
mekanisme transpor dalam serum. Peningkatan kolesterol LDL,
dihubungkan dengan meningkatnya risiko terhadap koronaria, sementara
kadar kolesterol HDL yang tinggi tampaknya berperan sebagai faktor
perlindung terhadap penyakit arteri koroneria.9
e. Obesitas
Kelebihan berat badan memaksa jantung bekerja lebih keras,
adanya beban ekstra bagi jantung. Berat badan yang berlebih
menyebabkan bertambahnya volume darah dan perluasan sistem sirkulasi
sehingga berkolerasi terhadap tekanan darah sistolik.1
b. Keturunan (genetik)
Riwayat jantung koroner pada keluarga meningkatkan
kemungkinan timbulnya aterosklerosis prematur.5 Riwayat keluarga
penderita jantung koroner umumnya mewarisi faktor-faktor risiko
lainnya, seperti abnormalitas kadar kolesterol, peningkatan tekanan
darah, kegemukan dan DM. Jika anggota keluarga memiliki faktor risiko
tersebut, harus dilakukan pengendalian secara agresif. Dengan menjaga
tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah agar berada pada nilai
ideal, serta menghentikan kebiasaan merokok, olahraga secara teratur dan
mengatur pola makan.7
c. Usia
Kerentanan terhadap penyakit jantung koroner meningkat seiring
bertambahnya usia. Namun dengan demikian jarang timbul penyakit
serius sebelum usia 40 tahun, sedangkan dari usia 40 hingga 60 tahun,
insiden MI meningkat lima kali lipat. Hal ini terjadi akibat adanya
pengendapan aterosklrerosis pada arteri koroner.5
2.1.5 Patofisiologi
Struktur arteri koroner jantung yang sehat terdiri atas 3 lapisan,
yaitu: intima, media dan adventitia. Intima merupakan lapisan monolayer
sel-sel endotel yang menyelimuti lumen arteri bagian dalam. Sel-sel endotel
menutupi seluruh bagian dalam sistem vaskular hampir seluas 700 m2 dan
berat 1,5 kg. Sel endotel memiliki berbagai fungsi diantaranya menyediakan
lapisan nontrombogenik dengan menutupi permukaannya dengan sulfat
9
B. Etiologi
Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan
rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor
waktu, yang digambarkan sebagai tiga lingkaran yang bertumpang-tindih.
Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling
mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.13
d. Faktor Waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada
manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.
Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi
suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.13
C. Faktor Risiko
Faktor risiko karies gigi adalah faktor-faktor yang memiliki
hubungan sebab akibat terjadinya karies gigi atau faktor yang
15
4. Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir, terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai
jenis bakteri. Bayi yang telah memiliki S.mutans dalam jumlah yang
banyak saat berumur 2 dan 3 tahun akan mempunyai risiko karies yang
lebih tinggi untuk mengalami karies pada gigi desidui.14
5. Saliva
Selain memiliki efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan
sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran rata-rata saliva meningkat
pada anak-anak sampai berumur 10 tahun. Namun setelah dewasa
hanya terjadi sedikit peningkatan. Pada individu yang berkurang fungsi
salivanya, maka aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.14
Banyak ahli menyatakan, bahwa saliva merupakan pertahanan pertama
terhadap karies, ini terbukti pada penderita Xerostomia (produksi ludah
yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi menyeluruh dalam
waktu singkat.17
D. Patofisiologi
Patofisiologi karies gigi menurut Miller, Black dan William adalah
awalnya asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri
dalam plak (kokus). Gula (sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh
bakteri dalam plak hingga akan terbentuk asam (H+) dan dextran. Desxtran
akan melekatkan asam (H+) yang terbentuk pada permukaan email gigi.
Apabila hanya satu kali makan gula (sukrosa), maka asam (H+) yang
terbentuk hanya sedikit. Tapi bila konsumsi gula (sukrosa) dilakukan
berkali-kali atau sering maka akan terbentuk asam hingga pH mulut
menjadi ±5.14
Asam (H+) dengan pH ±5 ini dapat masuk ke dalam email melalui
ekor enamel port (port d’entre). Tapi permukaan email lebih banyak
mengandung kristal fluorapatit yang lebih tahan terhadap serangan asam
sehingga asam hanya dapat melewati permukaan email dan akan masuk ke
bagian bawah permukaan email. Asam yang masuk ke bagian bawah
permukaan email akan melarutkan kristal hidroksiapatit yang ada. Reaksi
kimianya adalah sebagai berikut :
Apabila asam yang masuk kebawah permukaan email sudah banyak, maka
reaksi akan terjadi berulang kali. Maka jumlah Ca yang lepas bertambah
banyak dan lama kelamaan Ca akan keluar dari email. Proses ini disebut
dekalsifikasi, karena proses ini terjadi pada bagian bawah email maka
18
B. Etiologi
Faktor etiologi penyakit periodontal biasanya diklasifikasikan
menjadi faktor lokal dan sistemik, meskipun efek kedua faktor ini saling
berhubungan. Faktor lokal menyebabkan terjadinya peradangan yang
merupakan proses patologis utama dalam penyakit periodontal, sedangkan
faktor sistemik mengontrol respon jaringan terhadap faktor lokal, jadi efek
iritasi lokal secara dramatis dapat diperparah oleh kondisi sistemik yang
tidak menguntungkan.22
Penyakit periodontal adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan karena bakteri yang terdapat pada plak gigi.21 Plak gigi
adalah massa kompleks berisi bakteri dan produk metabolitnya, racun,
virus, sisa makanan dan sel-sel mati.21
Istilah `plak' digunakan secara umum untuk menggambarkan
hubungan antara bakteri dengan permukaan gigi. Berdasarkan
hubungannya dengan gingival margin, plak dibedakan terutama menjadi 2
kategori yaitu21 :
1) Plak Supragingival
Plak supragingival kebanyakan berkembang pada daerah 1/3 gingival
gigi dengan predileksi pada permukaan yang retak, cacat, permukaan
yang kasar, dan restorasi gigi dengan pinggiran yang overhanging.
Pembentukan plak supragingival dimulai dengan terjadinya perlekatan
bakteri pada acquired pellicle atau permukaan gigi , baik email,
sementum, atau dentin.
Massa plak berkembang oleh
(a) adanya pertambahan bakteri yang baru,
(b) multiplikasi bakteri, dan
(c) akumulasi produk bakteri dan host.
2) Plak Subgingival
Sulkus gingiva dan poket periodontal mengandung bermacam-macam
kumpulan bakteri. Sifat alami dari organisme yang berkolonisasi
20
C. Patofisiologi
Penyakit periodontal berawal dari inflamasi yang terjadi pada
gingiva dan bersifat reversibel. Hal ini terjadi diakibatkan oleh
terakumulasinya mikroorganisme yang berada pada plak dental. Plak
dental dalam jumlah yang sedikit biasanya dapat ditolerir oleh individu
yang sehat tanpa menimbulkan penyakit periodontal. Keadaan yang sehat
tersebut dapat berubah dan menimbulkan suatu penyakit apabila jumlah
bakteri plak meningkat secara signifikan dan virulensinya melewati daya
ambang individu, serta menurunnya mekanisme pertahanan tubuh
penjamu. Plak dental memproduksi beberapa faktor yang dapat
merangsang reaksi imun dan inflamasi. Penjamu maupun bakteri yang
berada dalam plak dental melepaskan enzim proteolitik yang dapat
merusak jaringan. Komponen dari dinding sel bakteri gram negatif
maupun gram positif yaitu peptidoglikan dapat mempengaruhi berbagai
respon penjamu serta mampu menstimulasi terjadinya resorpsi tulang dan
makrofag untuk menghasilkan prostaglandin dan kolagenase. Respon
tersebut mampu memperparah kondisi jaringan periodontal yang pada
mulanya berupa gingivitis, dan akan berubah menjadi periodontitis.
Periodontitis mempunyai karakteristik yaitu terbentuknya poket
periodontal dan kehilangan level perlekatan klinis.
bakteri yang terikat aliran darah bisa memproduksi enzim tertentu yang
mempercepat terbentuknya bekuan darah. Hal ini berpotensi menyumbat
dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Selain itu bakteri juga bisa
menempel pada lapisan lemak di pembuluh darah. Akibatnya plak yang
terbentuk menjadi makin tebal. Semua kondisi ini membuat aliran darah
ke jantung terlambat. Begitu juga dengan penyaluran sumber makanan dan
oksigen ke jantung tersendat. Jika ini berlangsung terus menerus, jantung
tak akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi
penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner,
penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah
kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol
irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan
kematian. Penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler pada perinsipnya
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu aterosklerosis dan trombosis.
Aterosklerosis adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai
penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di
seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke
tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal.
Terdapat beberapa kelainan pada cavum oris yang berhubungan
dengan penyakit jantung koroner diantaranya karies gigi dan penyakit
periodontal. Bakteri dan mikroorganisme yang terdapat di lubang gigi
maupun pada gusi yang rusak dapat masukke dalam sirkulasidarah
melewati gusi yang berdarah. Penelitian dari Tomasowa pada tahun 1993
menunjukkan, bakteri yang terikat aliran darah bisa memproduksi enzim
tertentu yang mempercepat terbentuknya bekuan darah. Hal ini berpotensi
menyumbat dinding pembuluh darah (aterosklerosis).
25
DAFTAR PUSTAKA