Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan kemajuan zaman, berbagai informasi mengenai kecantikan yang
beredar di media elektronik maupun media masa menyebabkan penggunaan
kosmetik meningkat. Adapun beberapa kosmetik yang banyak digunakan
diantaranya pembersih, penipis, pelembab, pemakaian bedak dan pelindung/tabir
surya (Kabau S, 2012). Pemakaian bedak terutama bedak padat banyak digunakan
pada perempuan, khususnya remaja dan dewasa. Bedak pedat dapat menutupi
pori-pori kulit, noda, bekas scar/jerawat sehingga terkadang dapat menimbulkan
efek samping berupa jerawat (Acne Vulgaris). Sampai saat ini hubungan
penggunaan bedak padat dengan kejadian Acne Vulgaris belum diketahui.
Pada penelitian sebelumnya, prevalensi kejadian Acne Vulgaris sangat
bervariasi. Kejadian Acne Vulgaris kira-kira mempengaruhi 80% orang yang
berusia 11 sampai 30 tahun pada suatu waktu, dengan sekitar 60 % cukup
mempengaruhi pengobatan. Lesi pada Acne Vulgaris biasanya berkembang pada
onset pubertas. Oleh karena itu pada perempuan Acne Vulgaris cenderung
berkembang lebih dini daripada laki-laki. Puncak insiden untuk perempuan
adalah diantara umur 14 dan 17 tahun, dibandingkan dengan laki-laki pada usia 15
sampai 19 tahun (Lise Truter, 2009). Beberapa peneliti mengkonfirmasi bahwa
insiden kumulatif pada Acne Vulgaris adalah 91% pada laki-laki dan 79% pada
perempuan selama remaja, penurunan 3% pada laki-laki dan 12% pada perempuan
dewasa muda. Hasil penelitian lain mengenai insiden Acne Vulgaris terdapat 55%
pada laki-laki dan 45 % pada permpuan berusia 14 sampai 16 tahun. Puncak
insiden pada Acne berusia antara 17-18 tahun pada perempuan dan 19-21 tahun
pada laki-laki. Terapat derajat Acne yang berat pada laki-laki daripada perempuan
saat remaja akhir (Leda Semyonov, 2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Kusuma (2014), prevalensi Acne Vulgaris pada penggunaan bedak paling tinggi
yaitu sebanyak 83,6%. Kejadian Acne Vulgaris yang makin meningkat dapat

1
2

memberi dampak tersendiri, baik karena jerawat ataupun gejala sisa sehingga
menimbulkan dampak psikologis bagi penderitanya meliputi percaya diri
menurun, frustasi, depresi, menolak sosialisasi, minder, dan sebagainya. Hal ini
menyebabkan hubungan sosial penderita dengan lingkungannya menurun.
Penyebab terjadinya Acne Vulgaris masih belum diketahui. Beberapa
etiologi yang diduga terlibat, berupa faktor intrinsik, yaitu genetik, ras hormonal;
dan faktor esktrinsik berupa stres, iklim/suhu/kelembaban, kosmetik, diet dan
obat-obatan (Irma dan Sjarif, 2016). Pemakaian bahan kosmetika tertentu dalam
jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan timbulnya jerawat (Harahap,
2008). Penyebab utama nya yaitu unsur minyak yang berlebih yang ditambahkan
dalam kandungan kosmetik agar tampak lebih halus. Kandungan minyak ini dapat
menyumbat pori-pori dan menyebabkan timbulnya Acne Vulgaris (Harper, 2007).
Mengingat kosmetik banyak macamnya diantaranya kosmetika rias,
kosmetika wangi-wangian, kosmetik pemeliharaan dan perawatan kulit yang salah
satunya adalah bedak padat. Bedak padat adalah sediaan dasar berupa padatan,
lembut, homogeny, mudah disapukan meratapa pada kulit dengan spon, tidak
menimbulkan iritasi, biasanya berbentuk kik, digunakan sebagai pembawa sediaan
kosmetika untuk tatarias (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
Formulasi bedak padat diantaranya mengandung bahan komedogenik yang
memiliki bahan dasar minyak mineral isopropil miristat dan turunan lanolin. Pori-
pori dihubungkan dengan kelenjar sebasea yang menghasilkan sebum melalui
folikel yang terbentuk kanal sempit. Jika pori-pori maupun folikel mengalami
oklusi akibat penggunaan bedak padat, maka akan terjadi akumulasi sebum di
bawah kulit. Akumulasi sebum akan menyebabkan bakteri-bakteri pada kulit
tumbuh dengan cepat. Akibatnya, kulit menjadi merah dan bengkak, yang lama-
lama akan terlihat mata. Jika kejadian ini terus berulang, maka akan timbul Acne
Vulgaris (Irma dan Sjarif, 2016).
Dari uraian masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai hubungan penggunaan bedak padat terhadap kejadian Acne
Vulgaris pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Palembang.

Universitas Muhammadiyah Palembang


3

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian diatas, dapat diambil
perumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana hubungan penggunaan bedak padat terhadap kejadian Acne
Vulgaris pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Palembang?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penggunaan bedak padat terhadap kejadian Acne
Vulgaris pada mahasiswi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Memperoleh persentase berdasarkan atas usia pada mahasiswi Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang
2. Memperoleh persentase berdasarkan atas macam kosmetik pada mahasiswi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Memperoleh persentase berdasarkan atas penggunaan bedak padat pada
mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang.
4. Memperoleh persentase berdasarkan atas cara pembersihan kulit wajah
pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Palembang.
5. Memperoleh persentase berdasarkan atas kulit wajah berminyak pada
mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Palembang.
6. Menilai hubungan penggunaan bedak padat terhadap kejadian Acne
Vulgaris pada mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Palembang.

Universitas Muhammadiyah Palembang


4

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan serta wawasan
keilmuan dan pemahaman tentang hubungan penggunaan bedak padat terhadap
kejadian Acne.

1.4.2 Manfaat Praktisi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan ilmu kedokteraan dalam pengelolaan dan tatalaksana Acne
Vulgaris bagi dokter dan pasien.

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1. Keaslian Penelitian

Nama Judul Desain Hasil


Penelitian
Sehat Kabau Huubungan Penelitian Jenis kosmetik yang paling
(2012) Antara observasiona banyak digunakan adalah
Penggunaan Jenis l dengan bedak (86,0%)
Kosmetik rancangan dan pelembab (58,0%). Usia
Dengan Kejadian cross terbanyak yang menderita
Akne Vulgaris sectional akne vulgaris adalah 19
tahun
(28,0%), riwayat keluarga
kurang mempengaruhi akne
vulgaris (46,0%), perilaku
membersihkan wajah secara
teratur (80,0%), faktor stress
berpengaruh pada akne
vulgaris (70,0%), jenis
makanan yang berpengaruh
pada akne vulgaris paling
banyak
yaitu kacang-kacangan
(84,0%) dan gorengan
(76,0%), menstruasi
mempengaruhi

Universitas Muhammadiyah Palembang


5

kejadian akne vulgaris


(62,0%). Tidak ada
hubungan antara pemakaian
jenis kosmetik
dengan kejadian akne
(p=0,204)

Shannaz Uji pakai bedak Desain Tidak ditemukan adanya efek


Nadia tabur dan bedak prospektif samping berupa dermatitis
Yusharyahya padat di sebuah pre dan kontak pada pemakaian
(2014) perusahaan post test produk bedak tabur yang
kosmetik di dalam bentuk diteliti pada penelitian ini.
Jakarta Timur uji pakai Produk bedak tabur maupun
padat hanya menyebabkan
penambahan komedo ringan
(kurang dari 20 komedo)
pada sebagian kecil subyek.
Dengan demikian produk
bedak tabur maupun padat
aman untuk digunakan
sebagai kosmetik wajah.
Sylvia, Hubungan Analitik Terdapat hubungan yang
Restu Pemakaian Jenis dengan bermakna antara pemakaian
Mayestika Bedak dengan pendekatan jenis bedak dengan angka
(2017) Angka Kejadian cross kejadian akne vulgaris
Akne Vulgaris sectional dengan nilai p = 0,007.
pada Siswi
SMAN 1 Padang

G. F Prevalensi Metode studi Prevalensi penggunaan


Kusuma Penggunaan deskriptif kosmetik pelembab lebih
(2014) Kosmetik cross- tinggi dibandingkan dengan
Pelembab dan sectional kosmetik bedak pada
Bedak pada mahasiswi Program Studi
Mahasiswi Pendidikan Dokter
Program studi Universitas Udayana. Acne
Kedokteran vulgaris juga tetap terjadi
Universitas walaupun sudah rutin
Udayana yang membersihkan wajah setelah
Menderita Acne menggunakan kosmetik
Vulgaris

Universitas Muhammadiyah Palembang

Anda mungkin juga menyukai