Anda di halaman 1dari 6

3. energi yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia.

A. Energi pasang surut

Fasilitas pembangkit listrik tenaga pasang surut komersial tipe arus pasang surut (tidal stream)
pertama di dunia, berada di Strangford Lough, Kepulauan Inggris

Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pasang surut air laut dan menjadikannya
energi dalam bentuk lain, terutama listrik. Energi pasang surut merupakan salah satu jenis energi
terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi jumlahnya dibandingkan energi angin dan energi
surya. Pemanfaatannya saat ini belum luas karena tingginya biaya awal dan terbatasnya lokasi
yang memiliki pasang surut yang mencukupi. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut terus
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan batas kritis energi yang dihasilkannya sehingga
didapatkan berbagai metode untuk mengekstraksi energi jenis ini.

Dalam sejarahnya, energi pasang surut telah digunakan di Eropa dan pantai timur Amerika Utara
dalam bentuk turbin, mengubahnya menjadi energi mekanik dan digunakan untuk menggiling
gandum Baru pada abad ke 19, proses ini digunakan untuk menghasilkan listrik. Pembangkit
listrik tenaga pasang surut skala besar pertama di dunia adalah Rance Tidal Power Station yang
dibangun di Prancis dan mulai beroperasi sejak tahun 1966.

Air laut merupakan fluida dengan massa jenis yang lebih tinggi, hingga 800 kali udara. Selain
itu, sifat fenomena pasang surut yang dapat diprediksi berdasarkan wilayah diikuti dengan
pemantauan yang kontinu mampu menjaga pasokan energi listrik dari pembangkit listrik jenis
ini.
Generator arus pasang surut

Generator arus pasang surut (tidal stream) menggunakan energi kinetik dari air laut untuk
menggerakan turbin, seperti halnya turbin angin yang digerakkan oleh angin. Generator jenis ini
dapat dibangun di fasilitas atau infrastruktur yang telah ada, seperti jembatan. Fitur lepas pantai
tertentu seperti selat atau teluk dapat mempercepat gerakan air laut. Bentuk turbin dapat berupa
vertikal maupun horizontal, terbuka maupun terlindung pipa, dan umumnya diletakkan dekat
dengan dasar air.

Dinding pasang surut

Dinding pasang surut (tidal barrage) memanfaatkan energi potensial berdasarkan perbedaan
tinggi permukaan laut. Ketika pasang, air laut masuk ke dalam teluk, delta sungai, atau fitur
lepas pantai lainnya dan tertampung karena adanya dinding. Ketika surut, air laut dilepaskan.
Energi ini lalu diubah menjadi energi mekanik seperti halnya turbin pada bendungan pembangkit
listrik tenaga air.

Pasang surut dinamis

Tampak atas bendungan pasang surut, warna biru dan merah menunjukkan beda tinggi dari
permukaan air laut akibat pasang surut.

Pasang surut dinamis (dynamic tidal power) merupakan metode yang masih bersifat eksperimen,
yang melibatkan interaksi antara energi kinetik dan energi potensial dari aliran air laut. Metode
ini mengandalkan bendungan yang sangat panjang, hingga puluhan kilometer, yang dibangun
menjauh dari bibir pantai. Beda tinggi air laut antara sisi sebelah kanan dan sebelah kiri
bendungan dimanfaatkan untuk menghasilkan energi.

Laguna pasang surut

Metode ini mirip dengan metode dinding pasang surut, namun tidak melibatkan fitur alam. Bak
penampung dibangun di sekitar dinding dengan turbin untuk menghasilkan energi ketika air laut
dilepaskan.
B. Energi arus laut

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut di Dunia

Perkembangan teknologi pemanfaatan energi samudera khususnya arus laut sebagai energi baru
terbarukan di dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring dengan meningkatnya tuntutan
akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan pesisir serta semakin maraknya issu
pemanasan global yang mendorong untuk membatasi penggunaan bahan bakar hidrokarbon.

Prinsip yang dikembangkan pada aplikasi teknologi pemanfaatan energi dari laut adalah melalui
konversi tenaga kinetik masa air laut menjadi tenaga listrik. Tercatat beberapa negara telah
berhasil melakukan instalasi pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi arus dan
pasang surut, mulai dari prototype turbin pembangkit hingga mencapai turbin skala komersial
dengan kapasitas 1,2 MW/turbin, seperti yang telah dibangun di Skotlandia, Swedia, Perancis,
Norwegia, Inggris, Irlandia Utara, Australia, Italia, Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Potensi Energi Arus Laut di Perairan Indonesia


Kecepatan arus pasang-surut di perairan pantai-pantai Indonesia umumnya kurang dari 1,5
m/detik, kecuali di selat-selat diantara pulau-pulau Bali, Lombok, dan Nusa Tenggara Timur,
kecepatan signifikannya bisa mencapai 2,5 - 3,4 m/detik.

Arus pasang-surut terkuat yang tercatat di Indonesia adalah di Selat antara Pulau Taliabu dan
Pulau Mangole di Kepulauan Sula, Propinsi Maluku Utara, mencapai kecepatan 5,0 m/detik,
namun durasinya hanya mencapai 2-3 jam per hari. Berbeda dengan energi gelombang laut yang
hanya terjadi pada kolom air di lapisan permukaan saja, arus laut bisa terjadi sampai pada lapisan
yang lebih dalam dan bahkan sampai ke dasar laut. Kelebihan karakter fisik arus laut ini
memberikan peluang yang lebih optimal dalam pemanfaatan konversi energi kinetic menjadi
energi listrik.

Konversi Energi Arus Laut Menjadi Listrik


Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut, sehingga arus laut
memiliki energi kinetik yang dapat digunakan sebagai tenaga penggerak rotor atau turbin
pembangkit listrik. Secara global, laut dunia mempunyai sumber energi yang sangat besar yaitu
mencapai total 2,8 x 1014 (280 Triliun) Watt-jam. Selain itu, arus laut ini juga menarik untuk
dikembangkan sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang relatif stabil, periodik dan dapat
diprediksi pola atau karakteristiknya.

Pengembangan teknologi ekstraksi energi arus laut lazimnya dilakukan dengan mengadopsi
prinsip teknologi energi angin yang telah lebih dulu berkembang, yaitu dengan mengubah energi
kinetik arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik. Daya yang dihasilkan oleh turbin arus
laut jauh lebih besar dari pada daya yang dihasilkan oleh turbin angin, karena rapat massa air laut
hampir 800 kali rapat massa udara. Kapasitas daya yang dihasilkan dapat dihitung dengan
pendekatan matematis yang memformulasikan daya yang melewati suatu permukaan atau luasan.
Misalkan suatu aliran fluida yang menembus suatu permukaan A dalam arah yang tegak lurus
permukaan, maka rumus umum yang digunakan adalah formulasi Fraenkel (1999) yaitu: 12P=
12 Ï• A V3 ' type="#_x0000_t75">, dimana P= daya (watt); ρ= rapat massa air (kg/m³); A=
luas penampang (m²); dan V= kecepatan arus (m/s).

Road Map Penelitian dan Pengembangan Energi Arus Laut


di Indonesia
Penelitian karakteristik arus laut yang telah dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan
(PPPGL) diawali pada tahun 2005 berkolaborasi dengan Program Studi Oceanografi ITB.
Pengukuran arus laut dilakukan menggunakan ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler) di
Selat Lombok dan Selat Alas dalam kaitan dengan rencana penyiapan lokasi dan instalasi untuk
Turbin Kobold buatan Italia yang berkapasitas 300 kW di bawah koordinasi Kementerian Riset
dan Teknologi.
Instalasi pengukur arus laut ACDP yang ditempatkan di dasar laut

Tahun 2006 - 2010 telah dilaksanakan penelitian karakteristik arus laut di berbagai selat di Nusa
Tenggara Timur, yaitu di Selat Lombok , Selat Alas, Selat Nusa Penida, Selat Flores, dan Selat
Pantar.

Prototipe turbin pertama telah dibangun secara kemitraan bersama Kelompok Teknik T-Files
ITB dan PT Dirgantara Indonesia, dengan mengadopsi dan memodifikasi model turbin Gorlov
skala kecil (0,8 kW/cel). Kelompok T-Files ITB adalah kelompok mahasiswa yang terdiri dari
berbagai latar belakang keilmuan yang secara langsung dibimbing oleh Prof. Iskandar
Alisyahbana (Alm), mengembangkan berbagai jenis pembangkit listrik tenaga arus laut skala
kecil. Salah satu prototipe perangkat pembangkit listrik hasil rakitan perdana telah diuji-coba di
kolam uji PPPGL Cirebon dan tahun 2008, dilanjutkan dengan uji lapangan tahun 2009 di Selat
Nusa Penida sehingga telah berhasil memperoleh "proven design" yang cocok untuk diterapkan
pada perairan yang berkarakteristik selat (arus pasang surut).
Ujicoba lapangan pembangkit listrik tenaga arus laut prototype T-Files ITB di Selat
Nusapenida, Bali

Prototipe dalam skala besar (> 80 kW) direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2012-2014
oleh institusi terkait lainnya yang berkewenangan (Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan
Konservasi Energi, Puslitbangtek EBTKE, Kementerian Ristek, BPPT, dsb.) untuk
mengembangkan dan meningkatkan status skala prototipe menjadi skala pilot dan skala
komersial. Diharapkan pada tahun 2025 energi listrik tenaga arus laut yang dihasilkan dari
berbagai pembangkit (PLTAL) akan menunjang pencapaian proporsi 5% berbagai energi
terbarukan dari sasaran kebijakan energi 25% bauran energi Indonesia, sesuai dengan visi bauran
energi 25-25. Road map penelitian karakteristik arus laut serta estimasi daya listrik yang telah
dilaksanakan oleh PPPGL sampai tahun 2010 di perairan Nusa Tenggara, seperti yang
ditunjukkan table dibawah ini.

Anda mungkin juga menyukai