Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

(Membuat Essaytentang Keperawatan Kritis)

Dosen : Ns. Widiyaningsih, MAN

Disusun Oleh:

Nama : Siti Renita

Nim : 1707028

Kelas : S1 Keperawatan Transfer C Semester VI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2018
KINERJA MENENTUKAN KESELAMATAN

(KELALAIAN/NURSING ERROR, EUTHANASIA PASIF)

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena tanpa
kesehatan yang baik manusia akan sulit untuk melakukan semua aktivitasnya sehari-hari.
Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan semakin meningkat. Dengan
semakin meningkatknya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan, maka
semakin meningkat pula kesadaran masyarakat terhadap hak-haknya dalam pelayanan
kesehatan dan tindakan legal, maka isu legal dan etik muncul ketika perawatan menjadi
sesuatu hal yang bisa ditawar. Kemudian pada akhirnya menyebabkan seorang pemberi
kesehatan berada dalam pengawasan yang semakin ketat (Potter & Perry, 2005) dalam (dewi,
2014).

Menurut Morton & Fontaine (2009) dalam (yosi oktarina, 2015), kepekaan dan kesadaran
hukum masyarakat yang telah semakin meningkat saat ini dibanding sebelumnya menjadikan
isu legal yang melibatkan perawatan kritis merupakan masalah yang semakin banyak
muncul. Seseorang klien memiliki hak legal dalam menerima pelayanan kesehatan yang
aman dan kompeten. Hak legal adalah segala hak seseorang yang diakui secara hukum .

Hak legal yang dimiliki pasien adalah hak untuk mendapatkan pelayanan yang prima,
menolak perawatan medis, dll. Urden (2010) dalam (dewi, 2014) . Dengan demikian perawat
harus berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan pasien, Apalagi pasien-pasien yang
berhubungan Unit Perawatan Intensif (UPI) yang merupakan unit perawatan yang terus-
menerus padat kegiatan untuk merawat pasien yang kondisinya kritis dengan penatalaksanaan
bantuan hidup dan pengawasan yang intensif (Kaur M, 2008) dalam (budi, 2012). Apalagi
banyaknya Kompleksitas proses perawatan, keadaan klinis pasien yang kritis, tingginya
beban kerja, dan tingkat stres psikologis perawat di Unit Perawatan Intensif (UPI) cenderung
mengakibatkan nursing errors (NE) (budi, 2012).

Banyak bentuk nursing error diantaranya kesalahan pemberian obat, kesalahan dokumentasi,
kesalahan menjalankan perintah dokter, yang salah satu dampaknya dapat memperparah
kondisi pasien, sungguh sangat ironis ketika hal ini terjadi, Kondisi pasien yang parah dibuat
semakin parah dengan kelalaian dari TIM Medis. jika terbukti sebagaimana Menurut Vestel
KW (1995) dalam (yosi oktarina, 2015), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap
tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:
a. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.

b. Dereliction of the duty atau penyimpangan kewajiban

c. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.

d. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian
yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”

Denngan hal ini maka tenaga kesehatan telah : Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan
kerugian (pasal 1366 KUH Perdata) serta Melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab
(pasal 1367 (3) KUH Perdata).

Hal ini juga akan berakibat pada citra daripada pihak RS itu sendiri, sehingga ada juga yang
mungkin saja menutupi segala kelalaian Medis dengan kondisi fisik dan penyakit pasien
sebagai alasan utama pasien semakin memburuk kondisinya dan tak bisa tersembuhkan lagi.
Bahkan dilakukan euthanasia pasif yang adalah tindakan menghentikan pengobatan pada
pasien yang sakit parah, yang secara medis sudah tidak mungkin dapat lagi disembuhkan.
Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim
dikemukakan adalah karena keadaan ekonomi dibarengi dengan rasa putus asa, baik dari
pasien itu sendiri dan ataupun dari keluarga pasien (Guwandi,2007) dalam (dewi, 2014) .

Tetapi Meskipun penyebab semakin memburuknya kondisi pasien, entah itu dari kondisi fisik
pasien maupun dari kelalaian tenaga medis sebagaimana disebutkan diatas, tidak seharusnya
dilakukan Euthanasia ataupun Eutanasia pasif karena :Pertama, Tindakan Euthanasia Pasif
telah melanggar pasal 351 KUHP yaitu “ tidak memberi pertolongan kepada orang yang
dalam bahaya maut”. Melainkan sebaliknya dengan tindakan Euthanasia ini semakin
mempercepat kematian klien. Kedua, tindakan Euthanasia telah bertentangan dengan Agama,
karena satu-satunya yang dapat mengambil nyawa seseorang hanya Allah, manusia tidak
punya hak untuk melakukannya. Ketiga, karena manusia layak untuk memperoleh
penyembuhan dan kehidupan yang layak.
Maka untuk menghindari terjadinya kelalian yang dilakukan tim medis, khususnya Perawat
perlu tahu tentang hukum yang mengatur prakteknya untuk:

a. Memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan perawat yang dilakukan


konsisten dengan prinsip-prinsip hukum

b. Melindungi perawat dari liabilitas

Serta disamping itu perlu diterapkannya karakteristik perawatan profesional dalam diri
seorang perawat yakni :

a. Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang


akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran professional.

b. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tanggung jawab kepada klien,diri
sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang berhubungan dengan asuhan

c. Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision ,making), berarti sesuai


dengan kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh dan
keputusan (judgment) pada tiap tahap proses keperawatan dalam menyelesaikan
masalah klien.

d. Kolaborasi, artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun lintas sector
dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien dan membantu klien
menyelesaikannya.

e. Pembelaan atau dukungan (advokasi), artinya bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intervensi untuk kepentingan
atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta behadapan dengan pihak-pihak
lain yang lebih luas (sistem at large).

f. Fasilitasi (Facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam upaya


meningkatkan derajat kesehatannya demi memaksimalkan potensi dari organisasi dan
sistem klien keluarga dalam asuhan.

Kamudian ketika telah terjadi Eutanasia Pasif dan pasien dipulangkan paksa dari pihak rumah
sakit diusahakan agar pihak medis tidak membiarkan begitu saja pasien pulang dengan
kondisi seperti itu, melainkan memberikan pengetahuan kepada keluarga pasien tentang kiat-
kiat merawat pasien dirumah, selain itu pihak medis harus terus pantau kondisi pasien via
telpon.

Dan yang paling terpenting dari semua ini adalah pelayanan yang diberikan haruslah dengan
tulus agar keselamatan pasien terjamin.
DAFTAR PUSTAKA

budi, a. f. (2012). nursing error di unit perawatan intensif. jurnal managemen pelayanan kesehatan,
194-197.

dewi, m. h. (2014). EUTANASIA PASIF DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERNYATAAN PULANG PAKSA
DI RUMAH SAKIT. ISSN, 60-67.

yosi oktarina. (2015, september 18). keperawatan. Diambil kembali dari esa unggul web site:
http://ipg327.ddp.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/404/2015/09/1c.-Konsep-
Keperawatan-Gawat-Darurat-Perawatan-Kritis1.pptx.

Anda mungkin juga menyukai