Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN KOMPREHENSIF

(Essay tentang “Isu : Pemanfaatan Tele-ICU dalam pelayanan keperawatan kritis”)

Dosen : Ns. Widiyaningsih, MAN

Disusun Oleh:

Nama : Roland Lekatompessy

Nim : 1707024

Kelas : S1 Keperawatan Transfer C Semester VI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG

2018
Issue : Pemanfaatan Tele-ICU dalam pelayanan keperawatan Kritis

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar terhadap


peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh
tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat
pula bekerja sama dengan profesi lain. Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan
keperawatan untuk pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komperhensif. Sebagai
tenaga yang profesional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang
menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggungjawab secara moral.
(Ayu, 2017)
Pelayanan keperawatan ICU terus menerus berkembang diiringi dengan perkembangan
tehnologi di bidang perawatan intensif. Pelayanan keperawatan ICU merupakan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien di ruang perawatan intensif dengan
perawatan yang kompleks kepada pasien yang memiliki kondisi kritis . Perawatan yang
komplek membutuhkan tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan terlatih dan
kompetensi yang bagus di bidang kritikal care. Pengelolaan pelayanan ICU
dilakukan secara khusus dengan mengutamakan keselamatan pasien (Patient Safety)
untuk menurunkan angka kecacatan dan kematian. Teknologi terbaru yang berkembang saat
ini yang menjadi issu dalam keperawatan kritis salah satunya adalah Tele-ICU. (Rizany,
2017)
Tele-ICU adalah suatu tehnologi yang dirancang untuk menghubungkan pasien dengan
tenaga kesehatan di ruang ICU dari jarak jauh yang terdiri dari sistem peringatan dan
alat surveilen. Kompenen utama dalam tele-ICU menggunakan video berkualitas tinggi
dan audio yang bagus untuk bisa berinteraksi dengan pasien. Internet juga sangat
diperlukan dalam tele-Icu untuk mampu memberikan data kepada dokter spesialis yang
berada diluar ICU. Tele-ICU telah banyak dimanfaatkan oleh negara maju. Pertama kali Tele-
ICU telah digunakan dari tahun 2000 di Amerika Serikat. Namun, pemanfaatan Tele-
ICU belum berkembang di Indonesia. (Rizany, 2017)

Walaupun Tele-ICU ini belum berkembang di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan bahwa
Indonesia suatu saat nanti mungkin saja akan mengembangkan dan menerapkan penggunaan
Tele-ICU ini di bidang pelayanan keperawatan kritis. Menyoroti akan isu ini sebagai pribadi
ada beberapa argumen yang perlu saya sampaikan sebagai pertimbangan untuk
mengembangkan dan menerapkan penggunaan Tele-ICU di Keperawatan Kritis di Indonesia :

Pertama, penggunaan tele-ICU jika ditinjau dari sisi Legal sesuai Dalam UU No.23 tahun
1992 pasal 49 yang berbunyi “Sumber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras
dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan
meliputi :

a. tenaga kesehatan
b. sarana kesehatan
c. perbekalan kesehatan
d. pembiayaan kesehatan
e. pengelolaan kesehatan
f. penelitian dan pengembangan kesehatan.

Maka jika berdasarkan undang-undang ini berarti penggunaan tele-ICU adalah legal jika
ingin dikembangkan dan diterapkan di pelayanan keperawatan kristis Indonesia. Namun
meskipun demikian pengembangan dan penerapan Tele-ICU ini diperlukan biaya dan syarat
khusus untuk dapat menggunakan peralatan ini seperti Syarat syarat perawat yang dapat
menjadi tim Tele- ICU adalah minimal memiliki 5 tahun pengalaman dalam perawatan kritis
pasien dewasa ( pengalaman disini tidak hanya mencakup perawatan kritis tetapi dapat juga
pengalaman dalam perawatan trauma, neurogy/neurosurgical, medical surgical, kardiologi,
cardio surgery), memiliki sertifikat CCRN atau CCRN-E, memiliki sertifikat pelatihan basic
life support atau cardiac life support, sarjana dibidang ilmu keperawatan.

Kedua, sebagaimana tugas tenaga kesehatan khususnya perawat di ruang ICU yakni harus
mengobservasi pasien selama 24 jam penuh dengan sistem sift apalagi jika kapasitas perawat
tidak sesuai dengan jumlah pasien maka pelayanan yang dilakukan kepada pasien menjadi
tidak maksimal dan akan berdampak pada kondisi pasien. Namun dengan hadirnya tele-ICU
ini dapat mengurangi stress fisik dan emosional bagi perawat dan dokter yang dituntut terus
menerus berada di dekat klien secara signifikan dan dapat menjadi sebuah mekanisme yang
efisien bagi dokter dan perawat dalam mengelola pasien kritis dalam jumlah besar. Namun
dengan adanya hal ini juga, perawat khususnya akan semakin adanya jarak diantara perawat
dan pasien karena perawat tidak lagi sesering untuk ada dengan pasien melainkan hanya
terkontrol lewat monitor dan hanya sesekali saja mempunyai waktu dengan pasien, padahal
dengan hadirnya sosok seorang perawat yang terus menerus ada di dekat pasien dapat
membawa manfaat psikologis yang baik bagi pasien, dan diharapkan dapat menjadi motivator
untuk mempercepat kesembuhan pasien. (Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional, 2014)

Berdasarkan uraian diatas, tele-ICU memang legal digunakan dan memiliki manfaat dalam
perawatan kritis salah satunya mengurangi stress fisik dan emosional bagi perawat dan dokter
yang dituntut terus menerus berada di dekat klien secara signifikan dan dapat menjadi sebuah
mekanisme yang efisien bagi dokter dan perawat dalam mengelola pasien kritis dalam jumlah
besar, namun jika dilihat dari sisi hubungan perawat dan pasien hal ini akan membuat adanya
jarak antara perawat dan pasien, juga disisi lain biaya yang mahal dan syarat-syarat khusus
untuk menjadi TIM Tele-health, maka yang dapat saya sarankan agar penggunaan Tele-Icu
efektif dan efisien dilakukan di pelayanan keperawatan kritis di Indonesia yaitu :

a. Pihak pemerintah dalam hal ini kementrian kesehatan perlu untuk mengusahakan
pengadaan Tele-health, kemudian pengrekrutan tenaga perawat yang berkompetern
dan berpengalaman dibidang keperawatan kritis sehingga kuota perawat sebanding
dengan jumlah pasien yang ditangani sehingga disamping petugas perawat
mengontrol pasien dengan Tele-health tetapi juga perawat tetap ada bersama-sama
dengan pasien sehingga hubungan perawat dan pasien tetap tejaga.
b. Pihak sifitas akademika harus menghasilkan lulusan yang berdaya saing, kompeten,
jiwa melayani, dan jujur serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pelayanan
yang nantinya diberikan kepada pasien adalah pelayanan yang terbaik. Maka dengan
demikian tim pengajar juga harus berkompeten.
c. Pelatihan seminar harus berkualitas, artinya pemberi materi seminar adalah mereka
yang berkompeten dibidangnya khususnya keperawatan kritis.
DAFTAR PUSTAKA

(2014). Dr. Nursalam, Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional
(hal. 133). Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Ayu. (2017, september 18). kupdf.com. Diambil kembali dari https://kupdf.com/download/aspek-


legal-dokumentasi-keperawatan_59bf4d8908bbc51717686f09_pdf

Rizany, I. (2017). tele-ICU bermanfaat dalam pencapaian pelayanan berkualitas. dunia keperawatan
volume 5 Nomor 1, 11-20.

Anda mungkin juga menyukai