04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.04 LAHAT
MATERI EDUKASI
10 PENYAKIT TERBANYAK
Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar sebanyak 3(tiga) kali atau
lebih dalam sehari dan tinja atau feses yang keluar berupa cairan encer atau sedikit
berampas, kadang juga disertai darah atau lendir.
Penyebab diare
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman, racun bakteri, atau obat - obatan.
Penularan Diare
Sebagian besar kejadian diare ditularkan melalui makanan/minuman yang terkontamikasi
dan obat-obatan. Yang perlu diingat adalah :
1. Makanan/minuman dan obat-oabatan yang dikonsukmsi terakhir sebelum terjadi
diare
2. Kegiatan - kegiatan yang berhubungan dengan air, seperti kemah, berenang, dan
lainnya,
3. Jarak Waktu antara makanan/minuman terakhir dan saat terjadinya diare.
Informasi ini sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan untuk menentukan penyebab diare
dan pengobatannya.
Pengertian
Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke
dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina).
Hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit Demam Berdarah
1. Memelihara lingkungan tetap bersih dan cukup sinar matahari,
2. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan cara :
Menutup dan menguras tempat penampungan air setiap minggu agar bebas
dari jentik nyamuk.
Mengubur, membakar, dan membuang kaleng bekas, botol bekas,
tempurung dan sampah lain sehingga tidak menjadi tempat perindukan nyamuk
Aedes Aegypti.
Rapikan halaman dan jangan biarkan semak-semak di halaman tak terurus.
Bersihkan selokan agar air dapat mengalir dengan lancar.
Tidak membiarkan kain/baju-baju tergantung.
Lakukan penyemprotan nyamuk (bila memang diperlukan).
Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah adalah golongan penyakit kronis yang dimulai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, diman organ
pancreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Kontrol :
Kontrol ke dokter Spesialis Penyakit Dalam sesuai jadwal yang telah ditentukan dokter.
Hal - hal yang harus diperhatikan :
Hubungi dokter anda / segera ke rumah sakit bila :
1. Keluhan timbul sebelum jadwal kontrol
2. Ada tanda-tanda alergi obat seperti merah pada kulit, gatal, bengkak pada mata
bibir, sesak nafas.
3. Tiba-tiba badan lemes, keluar keringet dingin, terjadi penurunan kesadaran.
Materi Edukasi : Hipertensi
Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah yang melebihi ukuran normal atau disebut juga tekan
darah tinggi.
Komplikasi :
Stroke, Penyakit jantung koroner, Gagal jantung,
Penyakit ginjal, Penyakit pembuluh perifer (misalnya gejala semutan).
Pencegahan :
Pertahankan berat badan ideal, Olahraga, Batasi pemakaian garam,
Hindari konsumsi alkohol, Tidak/berhenti merokok,
Makan banyak buah dan sayuran,
Hindari minum kopi berlebihan,
Rekreasi, Hindari/atasi stres, Cek tensi teratur/bulan (bila umur > 40 tahun).
Pokok Materi
1. Informasi dan edukasi kepada terduga TB.
2. Informasi dan edukasi kepada pasien TB.
7. Pencegahan penularan.
Suspek TB memiliki potensi yang besar untuk menularkan TB pada orang lain,
oleh karena itu pasien perlu mengetahui apa yang harus dia lakukan untuk mencegah
penularan TB kepada keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Jangan lupa untuk
bertanya pendapat pasien tentang penularan dalam menggali pengetahuan dan
pemahaman pasien. Berikut ini contoh informasi tentang penularan yang disampaikan
kepada pasien “Untuk mencegah penularan TB di keluarga dan orang-orang sekitar
bapak/ibu, biasakan untuk menutup mulut ketika batuk dan bersin.
Di rumah, buka jendela dan pintu agar udara segar bisa masuk. Bapak/ibu
tidak harus memisahkan peralatan makan karena penularan TB tidak melalui
peralatan makan” Bagaimana, apakah anda telah memahami mengenai
materi Informasi dan edukasi kepada terduga TB? Setelah mempelajari Informasi dan
Edukasi kepada terduga TB, mari kita sekarang mempelajari tentang Indormasi dan
Edukasi kepada pasien TB.
Pertemuan Awal
Sebelum memberikan informasi kepada pasien tentang TB, ajukan terlebih dahulu
pertanyaan untuk menjajaki pengetahuan mereka saat ini tentang TB. Lalu gunakan alat
bantu yang tersedia seperti lembar balik untuk pasien dalam menyampaikan informasi
tentang TB.
Pesan - pesan yang perlu dikomunikasikan :
Penyakit TB. Ulangi pesan yang telah disampaikan pada saat pasien datang
sebagai suspek untuk memperkuat informasi tersebut
TB dapat disembuhkan. Sampaikan kepada pasien bahwa penyakit TB dapat
disembuhkan secara tuntas bila ia menjalankan pengobatan dengan teratur dan
tidak putus berobat di tengah jalan.
Kesediaan pasien menjalankan pengobatan. Sebelum memberikan obat kepada
pasien, sampaikan bahwa pengobatan tidak boleh terputus. Putus berobat akan
menyebabkan kuman yang masih tersisa dalam tubuh menjadi kebal terhadap obat
yang saat ini tersedia di Indonesia dan pengobatan tersebut mahal harganya. Obat
yang saat ini diberikan sangat berkualitas dan disediakan oleh pemerintah. Untuk
itu sebaiknya tanyakan kesungguhan pasien dalam menjalankan pengobatan TB
Bagaimana mencegah penularan TB. Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Menelan obat secara teratur dan tuntas
3. Membuka jendela atau pintu agar cahaya matahari dan udara segar masuk
kedalam rumah
4. Tidak diperlukan diet khusus, tidak memisahkan alat makan, dan mensterilisasi
alat makan minum atau perabot rumah tangga.
Kontak serumah. Semua anak yang berusia dibawah 5 tahun yang tinggal
serumah dengan pasien TB harus diperiksa, karena usia tersebut sangat rentan
terhadap berbagai penyakit. Anak-anak mungkin membutuhkan pengobatan
pencegahan atau rujukan ke dokter. Anggota keluarga lain yang serumah yang
mengalami gejala TB harus segera diperiksa.
Perlunya pengawasan menelan obat. Petugas kesehatan harus menjelaskan
pentingnya pengawasan menelan obat bagi pasien. Jelaskan bahwa pasien
menelan seluruh obat dengan diawasi oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO), untuk memastikan bahwa pasien menelan seluruh obat secara
benar,teratur, dan sesuai waktu yang ditentukan. Dengan demikian petugas akan
mengetahui apakah pasien mengalami masalah dalam pengobatan seperti efek
samping dan lain-lain. Melalui pengawasan menelan obat, petugas akan segera
tahu apabila pasien terlewat minum obat, dan segera menyelidiki penyebabnya.
Menjelaskan paduan obat. Jelaskan tentang paduan pengobatan meliputi :
1. Lama waktu pengobatan. Contoh: Jika pasien baru “Obat TB diberikan selama
6 bulan. Bapak akan mendapatkan obat selama 6 bulan karena bapak adalah
pasien baru”
2. Jenis obat dan cara pemberiannya. Contoh: Jika pasien kambuh “Obat terdiri
dari dua jenis, obat telan dan obat suntik. Obat akan diberikan dalam dua
tahap. Tahap awal akan harus diminum setiap hari dan bapak/ibu juga akan
disuntik selama dua bulan. Selanjutnya setelah hasil pemeriksaan dahak
negatif maka obat suntik akan dihentikan dan obat minum akan diberikan 3 kali
seminggu selama 5 bulan.“
3. Kualitas obat. Contoh: “Obat yang disediakan pemerintah ini gratis dan
berkualitas, obat ini adalah kombinasi yang terbaik yang digunakan di seluruh
dunia untuk mengobati TB, bila bapak/ibu berobat dengan teratur maka akan
sembuh.”
4. Frekuensi kunjungan mengambil obat. Contoh: “Bapak/Ibu harus datang ke
Puskesmas setiap hari selama dua bulan ini untuk disuntik dan mengambil
obat.”
5. Kemana pergi untuk mengambil obat. Contoh: “Bapak/Ibu bisa langsung
datang ke ruang TB jika mengambil obat, bila ada keluhan bapak/ibu bisa
bertemu dengan dokter. Bapak/Ibu dapat mengambil obat pada hari Selasa
pukul 10 sampai 11 pagi” “Untuk mencegah penularan TB di keluarga dan
orang-orang sekitar bapak/ibu, biasakan untuk menutup mulut ketika batuk dan
bersin. Di rumah, buka jendela dan pintu agar udara segar bisa masuk.
Bapak/ibu tidak harus memisahkan peralatan makan karena penularan TB
tidak melalui peralatan makan”
Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal. Jelaskan kepada pasien untuk
melihat kemajuan pengobatan dan memastikan pasien dapat melanjutkan
pengobatan ke tahap lanjutan maka dahak perlu diperiksa kembali. Contoh:
“Bapak/Ibu, setelah minum obat dan disuntik dalam tahap awal bapak/ibu akan
diperiksa kembali dahaknya pada akhir bulan kedua nanti untuk melihat apakah
jumlah kuman berkurang dan untuk menilai apakah obat ini bisa bekerja dengan
baik dalam tubuh bapak/ibu”.
Setelah mempelajari Informasi dan edukasi kepada pasien TB, sekarang anda akan
mempelajari informasi dan edukasi kepada keluarga. Menginformasikan pesan kesehatan
untukkeluarga pasien merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan di semua sarana kesehatan.
Dukungan anggota keluarga ikut menentukan hasil pengobatan TB. Untuk itu,
keluarga juga harus diberikan informasi tentang TB agar terus mampu mendampingi
pasien selama pengobatan. Petugas kesehatan harus dapat memberikan Informasi dan
edukasi kepada keluarga pasien dalam bahasa yang jelas dan tepat mengenai
penyakit, pengobatan dan efek sampingnya, tindakan atau pemeriksaan yang
akan dilakukan dan upaya pencegahan. KIE disampaikan sesuai dengan latar belakang
budaya dan tingkat pendidikan keluarga.
2. TB dapat disembuhkan
3. Rencana pengobatan.
6. Efek samping obat dan pastikan keluarga mengetahui kapan dan kemana harus
mencari pertolongan.
8. Penularan TB.
Pentingnya pola hidup sehat dan bersih bagi pasien dan keluarganya.
A. PENGERTIAN
Bronkitis kronik adalah inflamasi bronkus terus menerus dan peningkatan
progesif pada batuk produktif dan dispnea yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab spesifik yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran nafas
bawah selama minimal tiga bulan berturut- turut dalam satu tahun.
B. PENYEBAB BRONKRITIS
1. Rokok
Rokok adalah penyeebab utama bronkhitis kronik karena secara patologis rokok
berhubungan dengan Hiperplasia kelenjar mokus bronkus dan metaplasia
skuamus epital saluran pernafasan
2. Infeksi
Infeksi pernafasan saluran pernafasan atas pada penderita bronkitis kronik
hampir selalu menyebabkan kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkitis
kronik di sangka paling sering diawali dengan infeksi virus , yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri yang paling banyak adalah
haemophilus influenzae dan streptococcus pnemonia, Polusi
Zat – zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis adalah zat- zat pereduksi
seperti O2, zat- zat pengoksidasi sperti N2O, Hidrokarbon, Aldehid, ozon. Polusi
tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit tetapi bila
ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi.
3. Polusi
Zat – zat kimia yang dapat menyebabkan bronkitis adalah zat- zat pereduksi
seperti O2, zat- zat pengoksidasi sperti N2O, Hidrokarbon, Aldehid, ozon. Polusi
tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit tetapi bila
ditambah merokok, resiko akan lebih tinggi.
C. ANATOMI PATOLOGI
Bronkus merupakan suatu strktur yang terdapat didalam mediastinum.
Bronkus juga merupakan percabangan dari trakhea yang membentuk bronkus
utama kiri dan bronkus utama kanan. Panjangnya kurang lebih 5 cm diameternya
11-19 cm, dan luas penampangannya 3, 2 cm.
D. PATOFISIOLOGI
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang biasa terdapat
di daerah industri. Temuan patologis utama pada bronkritis kronik adalah hipertropi
kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-
sel radang dan edema mukosa bronkus. Pembentukan mukus yang meningkat
mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang di sertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkhiolus yang kecil
sedemikian rupa sehingga bronkhiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.
Polusi udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekurens karena
polusi memperlambat aktivitas silia dan vagositosis sehingga timbunan mukus meningkat
sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Partway
Inteaksi pernafasan
jangka panjang
Infeksi saluran
pernafasan
Akumulasi sekret
2. Dahak
Sputumnya putih atau mukoid. Bila ada infeksi, sputumnya menjadi purulen atau
muko purulen dan kental
3 Sesak.
Sesak timbul terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita
berkurang.sesak nafas bertambah apabila timbul infeksi, kadang- kadang disertai
tanda tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang
menetap.
4. Blue Blotter.
Biasanya dianggap acuh oleh para perokok, karena dianggap batuk karena merokok.
Sesak nafas
b. Gejala Berikutnya
Kelemahan fisik yang jelas
Sesak nafas
Nafas pendek dan penggunaan otot-otot aksesorius saat bernafas
Sianosis
Edema kaki, pelebaran vena leher (blue bloater)
Kesadaran menurun, tremor, hipoksemia hiper kapuca.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan produksi secret
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan ddengan kerusakan alveoli
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubumgan penumpukan sekret.
C. INTERVENSI
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan produksi secret
Kriteria Hasil :
Menunjukan batuk efektif dan meningkatkan pertukaran gas pada paru-paru.
Menyebutkan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Pengkajian Fokus
Kemampuan untuk mempertahankan posisi tegak
Batuk (produktif, nyeri, efektif)
Sputum (warna, karakter, jumlah, bau)
Intervensi:
1. Ajarkan klien tentang metode yang tepat tentang pengontrolan batuk :
a. Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengah mungkir.
b. Lakukan pernafasan diafragma
c. Tahan nafas 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut. (Sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
d. Lakukan nafas kedua,tahan dan batukan dari dada (bukan dari belakang
mulut / tenggorokan) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
2. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
a. Mempertahankan hidrasi yang adekuat meningkatkan masukan cairan 2 sampai
3 Quart / hari bila bukan kontrain dikasi karena penurunan curah jantung /
penyakit ginjal
b. Pertahankan kelembaban adekuat udara yang dihirup.
3. Ajarkan klien tentang metode yang tepat tentang pengontrolan batuk :
a. Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengah mungkir.
b. Lakukan pernafasan diafragma
c. Tahan nafas 3-5 detik kemudian secara perlahan keluarkan sebanyak mungkin
melalui mulut. (Sangkar iga bawah dan abdomen harus turun)
d. Lakukan nafas kedua,tahan dan batukan dari dada (bukan dari belakang mulut /
tenggorokan) dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat.
4. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
a. Mempertahankan hidrasi yang adekuat meningkatkan masukan cairan 2 sampai
3 Quart / hari bila bukan kontrain dikasi karena penurunan curah jantung /
penyakit ginjal
b. Pertahankan kelembaban adekuat udara yang dihirup.
Intervensi:
a. Berikan perawatan oral sesering mungkin, buang sekret, berikan tempat khusus
untuk sekali pakai dan tisu.
b. Auskultasi bunyi usus.
c. Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan porsi
kecil tapi sering.
d. Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat.
e. Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
f. Timbang berat badan sesuai indikasi.
a. Awasi suhu
b. Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukkan
cairan adekuat
c. Observasi warna, karakter, bau sputum.
d. Tekankan cuci tangan yang benar
e. Awasi pengunjung, berikan masker sesuai indikasi
Masalah Kesehatan
Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 38o C) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan
demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab lain.
Hasil Anamnesis(Subjective)
Keluhan
Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang,kemudian
mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang. Umumnya kejang
demam pada anak dan berlangsung pada permulaan demam akut, berupa serangan
kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak ada tanda-tanda neurologi post
iktal.
Pasien penting untuk ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang
berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera
akibat kejang.
Faktor risiko
1. Demam
a. Demam yang berperan pada KD, akibat:
- Infeksi saluran pernafasan
- Infeksi saluran pencernaan
- Infeksi saluran air seni
- Roseola infantum
- Paska imunisasi
b. Derajat demam:
- 75% dari anak dengan demam ≥ 390C
- 25% dari anak dengan demam > 400C
2. Usia
a. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan–6tahun
b. Puncak tertinggi pada usia 17–23 bulan
c. Kejang demam sebelum 5–6 bulan mungkin disebabkan oleh infeksi SSP
d. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile seizure plus (FS+).
3. Gen
a. Risiko meningkat 2–3x bila saudara kejang demam
b. Risiko meningkat 5% bila orang tua menderita kejang demam
1. Laboratorium darah, seperti: kadar gula darah, elektrolit, dan hitung jenis. Pemeriksaan
ini dianjurkan pada pasien dengan kejang pertama.
2. Pemeriksaan urin direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki kecurigaan fokus
infeksi.
Penegakan diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
Komplikasi
1. Kerusakan se,l otak
2. Risiko kejang atypical apabila kejang demam sering berulang
Penatalaksanaan komprehensif(Plan)
Penatalaksanaan
Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang demam dan
prognosisnya.
Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan:
a. Diazepam per rektal (0,5mg/kg) atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus segera diberikan jika
akses intravena tidak dapat dibangun dengan mudah.
b. Buccal midazolam (0,5 mg/kg, dosis maksimal = 10 mg) lebih efektif daripada diazepam
per rektal untuk anak.
c. Lorazepam intravena, setara efektivitasnya dengan diazepam intravena dengan efek
samping yang lebih minimal (termasuk depresi pernapasan) dalam pengobatan kejang
tonik klonik akut. Bila akses intravena tidak tersedia, midazolam adalah pengobatan
pilihan
Kriteria Rujukan
Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi.
Apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG.
SaranaPrasarana
Tabung O2
Diazepam per rektal
Prognosis
Vitam: Dubia ad bonam
Fungsionam: Dubia ad bonam
Sanationam: Dubia ad bonam
Prognosis sangat tergantung dari kondisi pasien saat tiba, ada/tidaknya komplikasi, dan
pengobatannya.
MATERI EDUKASI : HEPATITIS
HAPATITIS A
Masalah Kesehatan
Hepatitis A adalahsebuahkondisipenyakitinfeksiakut di liver yang disebabkan oleh
hepatitis A virus (HAV), sebuah virus RNA yang disebarkan melalui rute fecal oral.
Periode inkubasi rata-rata 28 hari (15 – 50 hari). Lebih dari 75% orang dewasasimtomatik,
sedangkanpadaanak < 6 tahun 70% asimtomatik. Kurangdari 1% penderita Hepatitis A
dewasa berkembang menjadi Hepatitis A fulminan.
(Subjective)
Keluhan :
- Demam
- Mata dan kulit kuning
- Penurunan nafsu makan
- Nyeri otot dan sendi
- Lemah,letih,lesu.
- Mual,muntah
- Warna urine seperti teh
- Tinja seperti dempul
Faktor Resiko : sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang kurang terjaga
sanitasinya. Menggunakan alat makan dan minum dari penderita hepatitis.
Faktor Predisposisi : (-)
(Objective)
Pemeriksaan Fisik :
- Febris,
- Sclera ikterik, jaundice,
- Hepatomegali,
- Warna urine seperti teh
- Tinja seperti dempul.
Pemeriksaan Penunjang :
- Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
- Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥
2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas primer yang lebih lengkap.
(Assesment)
Diagnosis Klinis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis Banding :
1. Kolesistitis
2. Abseshepar
3. Sirrosishepar
4. hepatitis virus lainnya
Komplikasi :
1. Hepatitis A Fulminan
2. Sirosis Hati
3. Ensefalopati Hepatik
4. Koagulopati
(Plan)
Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan kearah
encefalopati hepatik.
Sarana-Prasarana
1. Laboratorium darah dan urin rutin untuk pemeriksaan fungsi hati
2. Obat Antipiretik, Antiemetik, H2 Bloker atau Proton Pump Inhibitor
Penatalaksanaan Komprehensif
Penatalaksanaan :
a. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
b. Tirah baring
c. Tata laksana Farmakologi sesuai dengan gejala yang dirasakan oleh pasien :
d. Antipiretik bila demam ; ibuprofen 2x400mg/hari.
e. Apabila ada keluhan gastrointestinal seperti :
Kriteria Rujukan :
a. Penderita Hepatitis A dengan keluhan ikterik yangmenetap tanpa disertai keluhan yang
lain.
Penderita Hepatitis A dengan penurunan kesadaran dengan kemungkinan kearah
encefalopati hepatik.
Sarana-Prasarana
1. Laboratorium darah dan urin rutin untuk pemeriksaan fungsi hati
2. Obat Antipiretik, Antiemetik, H2 Bloker atau Proton Pump Inhibitor
Prognosis
Vitam: Dubia ad Bonam
Fungsionam: Dubia ad Malam
Sanationam: Dubia ad Malam
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi,
dan pengobatannya.
Hepatitis B
MasalahKesehatan
Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati, masuk melalui darah ataupun cairan tubuh
dari seseorang yang terinfeksi seperti halnya virus HIV. Virus ini tersebar luas di seluruh
dunia dengan angka kejadian yang berbeda-beda. Tingkat prevalensi hepatitis B di
Indonesia sangat bervariasi berkisar 2,5% di Banjarmasin sampai 25,61% di Kupang,
sehingga termasuk dalam kelompok negara dengan endemisitas sedang smapai tinggi.
Infeksi hepatitis B dapat berupa keadaan yang akut dengan gejala yang berlangsung
kurang dari 6 bulan. Apabila perjalanan penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan maka kita
sebut sebagai hepatitis kronik (5%). Hepatitis B kronik dapat berkembang menjadi
penyakit hati kronik yaitu
sirosis hepatis, (10%) dari penderita sirosis hepatis akan berkembang menjadi kanker hati
(hepatoma).
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan:
- Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak-anak.
- Gejala baru timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu, antara lain :
o gangguan gastrointestinal, seperti: malaise, anoreksia, mual dan muntah;
o gejala flu: batuk, fotofobia, sakit kepala, mialgia.
- Gejala prodroma l seperti diatas akan menghilang pada saat timbul kuning, tetapi
keluhan anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap.
- Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap. Pruritus (biasanya ringan dan
sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat. Pada saat badan kuning, biasanya
diikuti oleh pembesaran hati yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian perut kanan
atas. Setelah gejala tersebut akan timbul fase resolusi.
- Pada sebagian kasus hepatitis B kronik terdapat pembesaran hati dan limpa.
Setiap orang tidak tergantung kepada umur, ras, kebangsaan, jenis kelamin dapat
terinfeksi hepatitis B, akan tetapi faktor risiko terbesar adalah apabila:
1. Mempunyai hubungan kelamin yang tidak aman dengan orang yang sudah terinfeksi
hepatitis B.
2. Memakai jarum suntik secara bergantian terutama kepada penyalahgunaan obat suntik.
3. Menggunakan alat-alat yang biasa melukai bersama-sama dengan penderita hepatitis
B.
4. Orang yang bekerja pada tempat-tempat yang terpapar dengan darah manusia.
5. Orang yang pernah mendapat transfusi darah sebelum dilakukan pemilahan terhadap
donor.
6. Penderita gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.
Pemeriksaan Penunjang :
- Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
- Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar SGOT dan SGPT ≥
2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas primer yang lebih lengkap.
PenegakanDiagnostik (Assesment)
Diagnosis Klinis :
Diagnosis ditegakkan berdasrakan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
Diagnosis Banding :
1. Perlemakan hati
2. Penyakit hati oleh karena obat atau toksin
3. Hepatitis autoimun
4. Hepatitis alkoholik
5. Obstruksi akut traktus biliaris
Komplikasi :
1. Sirosis Hati
2. Ensefalopati Hepatik
3. Kanker Hati
Rencana Follow up :
- Konseling & Edukasi :
1. Pada hepatitis B kronis karena pengobatan cukup lama, keluarga ikut mendukung
pasien agar teratur minum obat.
2. Pada fase akut, keluarga ikut menjaga asupankaloridancairan yang adekuat, dan
membatasi aktivitasfisik pasien.
3. Pencegahan penularan pada anggota keluarga dengan modifikasi pola hidup untuk
pencegahan transmisi, dan imunisasi.
- Kontrol secara berkala terutama bila muncul kembali gejala kearah penyakit hepatitis.
Kriteria Rujukan :
Pasien yang telah terdiagnosis Hepatitis B dirujuk ke pelayanan sekunder (spesialis
penyakit dalam)
Sarana-Prasarana
1. Alat pemeriksaan tanda vital
2. Laboratorium darah dan urin rutin untuk pemeriksaan fungsi hati
3. Lembar rujukan laboratorium/pemeriksaan penunjang
4. Lembar rujukan ke dokter spesialis atau rumah sakit
5. Lembar resep
6. Rekam medis
7. Obat Antipiretik, Antiemetik, H2 Bloker atau Proton Pump Inhibitor
Prognosis
Vitam : Dubia ad Bonam
Fungsionam : Dubia ad Malam
Sanationam : Dubia ad Malam
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang, ada/tidaknya komplikasi,
dan pengobatannya.
MATERI EDUKASI : KEHAMILAN NORMAL
Masalah Kesehatan
Kehamilan normal
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir
Lama kehamilan normal 40 minggu atau 9 bulan tujuh hari dihitung dari hari pertama haid
terahir (HPHT)
Periksa tanda vital ibu ( Tekanan darah, Nadi, suhu, frekuensi nafas) ukur Berat badan ,
tinggi badan, serta lingkar lengan atas (LILA) pada setiap kedatangan
Pada trimester 1, bila LILA > 33 cm, maka diduga obesitas, memliki risiko pre-eklampsi
dan diabetes maternal, memiliki risiko melahirkan bayi dengan berat badan lebih, bila
LILA < 23 cm, maka diduga undernutrisi atau memiliki penyakit kronis, biasanya memiliki
bayi yang lebih kecil dari ukuran normal
Keadaan muka apakah ada udem palpebra atau pucat. Bagaimana keadaan mata dan
konjutiva apakah pucat,mulut, kebersihan gigi, caries dan kelenjar tiroid. Pemeriksaan
Panyudara: apakah terdapat benjolan,putting susu. Pemeriksaan dada dengar suara paru
dan bunyi jantung ibu
Pemeriksaan ekstremitas: edema dan varises
Pemeriksaan Penunjang :
- Golongan darah ABO dan Rhesus trimester 1
- Hb dilakukan pada trimester 1 dan 3, kecuali bila tampak adanya tanda-tanda anemia
berat
- Kadar glukosa darah, protein urin, BTA,sifilis sesuai indikasi
- Pemeriksaan Malaria dan HIV dilakukan pd trimester 1 khusus untuk daerah endemic
- USG sesuai indikasi
Kehamilan dengan masalah khusus: seperti masalah keluarga atau psikososial, KDRT,
kebutuhan financial
Kehamilan dg masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan
atau kerjasama penanganan nya: seperti hipertensi,anemia berat, pertumbuhan janin
terhambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin, malposisi/malpresentasi, gangguan
jiwa dan lainnya. Kehamilan dengan kondisi kegawat daruratan yang membutuhkan
rujukan segera: perdarahan, preeclampsia,eklampsia, KPD, gawat janin, dan lainnya.
e. Ajarkan metoda mudah untuk menghitung gerakan janin dalam 12 jam (misalnya
dengan menggunakan karet gelang 10 buah pada pagi hari pukul 08.00 yang dilepaskan
satu persatu begitu ada gerakan janin, bila pukul 20.00 karet gelang habis, maka gerakan
janin baik)
f. Dengan pasangan ibu hamil didiskusikan mengenai aktifitas seksual selama kehamilan.
Aktifitas seksual biasa dapat dilakukan selama kehamilan, posisi dapat bervariasi sesuai
pertumbuhan janin dan pembersaran perut. Kalau ibu hamil merasa tidak nyaman ketika
melakukan aktifitas seksual, sebaiknya dihentikan.Aktifitas seksual tidak dianjurkan pada
keadaan:
- riwayat melahirkan prematur
- riwayat abortus
- perdarahan vagina atau keluar duhtubuh
- plasenta previa atau plasenta letak rendah
- serviks incompeten
g. Catat dan laporkan pada dinas kesehatan atau puskesmas terdekat bila ada tanda-
tanda bahaya pada ibu hamil atau terdapat faktor yang berisiko untuk ketidak hadiran ibu
hamil pada kunjungan ante natal care berikutnya, seperti:
- ibu pekerja yang tidak dapat cuti untuk pemeriksaan
- kemiskinan
- tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan
- ibu hamil di bawah umur (remaja)
- korban kekerasan rumah tangga
- ibu hamil yang tinggal sendiri
Sarana-Prasarana
Pengukuran tinggi badan, berat badan, alat ukur lingkar perut, stetoskop, Laennec atau
Doppler, pemeriksaan Hb sahli (minimum), tes carik celup urin, tempat tidur periksa, buku
catatan pemeriksaan, buku pegangan ibu hamil
Prognosis
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 1 atau 2 bila ditemukan keadaan di
bawah ini:
Kondisi
Diabetes mellitus Rujuk untuk memperoleh pelayanan
sekunder
Penyakit jantung Konsultasikan dan rawat atas
pengawasan dokter ahli di tingkat
sekunder
Penyakit ginjal Konsultasikan dan rawat atas
pengawasan dokter ahli di tingkat
sekunder
Epilepsi Nasehati untuk meneruskan pengobatan
Pengguna narkoba, obat terlarang dan Rujuk untuk perawatan khusus
bahan adiksi lainnya
Tanda anemia berat dan Hb <70 g/l Naikkan dosis besi dan rujuk bila ibu
hamil sesak nafas
Primigravida Nasehati untuk melahirkan di tempat
pelayanan kesehatan
Riwayat stillbirth/lahir mati Konsultasikan dan rawat atas
pengawasan dokter ahli di tingkat
sekunder
Riwayat (validated IUGR= intra uterin Konsultasikan dan rawat atas
growth retardation) pengawasan dokter ahli di tingkat
sekunder
Riwayat dirawat untuk eklampsia or Konsultasikan dan rawat atas
pre-eklampsia pengawasan dokter ahli di tingkat
sekunder
Riwayat seksio caesaria Tekankan untuk melahirkan di rumah
sakit
Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg) Rujuk untuk di evaluasi
MUAC (lingkar perut bagian tengah) Rujuk untuk evaluasi(pertimbangkan
standar ukuran yang sesuai untuk kondisi
setempat)
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 2 bila ditemukan keadaan di bawah ini:
- gejala yang tidak diharapkan
- perdarahan pervaginam atau spotting
- Hb selalu berada di bawah 7 gr/dl
- Diduga adanya fetal growth retardation (gangguan pertumbuhan janin)
- Ibu tidak merasakan gerakan bayi
Konsultasikan dan rujuk pada kunjungan trimester 3 bila ditemukan keadaan di bawah ini:
- sama dengan keadaan tanda bahaya semester 2 di tambah
- Tekanan darah di atas 130 mmHgDiduga kembar atau lebih