Anda di halaman 1dari 32

QOULAM MIR ROBBIR ROHIIM

131711133126

A2

ANFIS KARDIOVASKULAR

• Organ berongga, berotot, yang terletak di tengah thorak diantara rongga paru dan
diafragma.

• Beratnya tergantung usia, jenis kelamin, latihan fisik dan berat badan rata- rata 300g

• Detak jantung dewasa 60- 80 X/ mnt, dengan memompakan darah 70 ml dalam sekali
pompa dan 5 L/mnt.

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

1. Pemeriksaan kepala & leher

Raut muka: ekspresi/ saraf.

Bibir: warna

Mata : konjungtifa, sklera, kornea.

Vena Jugularis: pengukuran

Arteri karotis: denyutan/ suara

Kelenjar tiroid: pembesaran.

2. Pemeriksaan Thorak

INSPEKSI

Bentuk dada: cembung/ cekung.

Gerakan pernafasan –Takipnu –Bradipnu –Cheyne stoke –Biot –Kusmaul


 Cari iktus kordis (pukulan ventrikel kiri/ apek, pada dinding dada) pada Interkosta 4/5 sinistra,
linea medio clavicularis sinistra (LMCS).

 Sulit ditemukan pada orang gemuk dan kelenjer mammae besar.

 Iktus yang nyata sesuai dengan kerja ventrikel kiri yang meningkat.

PALPASI

 Fremitus: meningkat/ menurun.

 Iktus kordis teraba atau tidak.

 Bila teraba, normal diameter + 2 cm. - Bila kuat dan bergeser ke kiri

 LVH. - Bila naik turun pada linea sternalis kiri

 RVH.

 Periksa adanya Thrill (getaran iktus kordis), tidak lain adalah murmur(pada auskultasi) derajat
5-6 sehingga sangat kerasnya dapat diraba getarannya. - intercosta 2 kanan=> stenosis aorta -
intercosta 2 kiri=> pulmonal stenosis - intercosta 4 kiri=> ventrikular septum defek

PERKUSI

 Pemeriksaan paru.

 Tentukan batas-batas (ukuran) jantung.

 Pada orang gemuk atau berotot agak sulit menentukannya.

 Biasanya abnormal yang dapat ditentukan degan teknik ini adalah pembesaran ventrikel kiri
(LVH) – ke kiri – bawah.

 jantung pada batas kanan di intercosta 6, atas intercosta 2, kiri intercosta 8, bawah intercosta
4/5).

AUSKULTASI
 Gunakan stetoskop.

 Suasana tenang.

 Gunakan bagian membran stetoskop untuk nada tinggi (BJ 1 & BJ 2) dan bagian bell untuk
nada rendah (BJ 3 & BJ 4).

 Tentukan fase Sistolik dan fase Diastolik.

Fase Sistolik : fase antara BJ I ke BJ II.

Fase Diastolik : fase antara BJ II ke BJ I berikutnya.

Fase Diastolik lebih lebar (lama) daripada fase Sistolik.

 Dengarkan bunyi jantung satu per satu & tentukan bunyi jantung:

 BJ I : bunyi menutupnya katup Mitral (M) dan Trikuspidal (T)

 BJ II : bunyi menutupnya katup Aorta (A) dan Pulmonalis (P).

BJ I-T (katup Trikuspidalis) --- pada interkostae 4, linea sternalis kiri.

BJ I-M (katup Mitralis) --- pada Interkostae 5, Linea Medio Clavicula Sinistra (LMCS)

BJ II-A (katup Aorta) – pada interkostae 2, linea sternalis kanan.

BJ II-P (katup Pulmonalis) --- pada interkostae 2, linea sternalis kiri dan interkostae 3., linea
sternalis kiri.

Tanda vital

1. Tekanan darah

– Gunakan manset sesuai ukuran lengan  menutupi 40%-80% lengan pasien.

– Bila hipertensi perlu dilakukan pengukuran pada kedua lengan dan kaki.

– Sistolik normal pada orang dewasa 100 – 140 mmhg

– Diastolik 60 – 90 mmhg.
– Tekanan darah ini sebagai acuan normal atau tidak tergantung dari kebiasaan pasien, kondisi
pasien.

2. Nadi

Hitung nadi 1 menit penuh dengan memperhatikan:

Frekwensi (60 – 100 X/menit=> bradikardi/ takikardia)

Iramanya (teratur/ tidak)

Kekuatan (lemah atau kuat=> dengan skala 0 tidak ada, +1ada tapi susah diraba, +2 nadi lemah
dapat diraba, +3 nadi dapat diraba dengan mudah, +4 nadi kuat mungkin tidak normal.

3. CRT (capillary refill time)

Menandakan proses pengisian arteriol/ venol.

– tekan ujung jari (pada kuku) beberapa detik kemudian lepaskan.

–Bila darah kembali mengisi pada daerah ujung jari kurang dari 3 detik normal.

4. Allen test
5. JVP

Jugularis Vena Presure(JVP)

 Vena Jugular seperti manometer,darah dalam Vena Jugular sama dengan level yang
berhubungan dengan tekanan atrium kanan ( vena sentral ).

 Mengkaji bagian kanan leher karena hemodinamik jantung kanan diteruskan lebih banyak
secara langsung dari sebelah kanan,daripada yang kiri,vena jugulair.

 Vena jugular ada internal dan eksternal.


Merupakan gambaran ttg tekanan atrium kanan dan tekanan diastolik ventrikel kanan

Dapat menyatakan abnormalitas konduksi dan abnormalitas fungsi katup trikuspid.

Dapat merefleksikan volume pengisian dan tekanan pada jantung kanan.

Vena Jugularis External

 Mudah dilihat krn letaknya superfisial leher

 Normalnya pd sudut 30 derajat,puncak vena kira2 di atas garis midklavikula.

 Cara: Tekan dgn lembut pd daerah leher dgn jempol atau telunjuk.Pengukuran memungkinkan
vena diisi dari atas mjd distensi,lalu dpt diidentifikasi ketika jari dipindahkan dan vena turun pd
batas predistensi. Catat ketinggian dan puncak pulsasi normalnya,panjang maximal dan distensi
vena jugularis secara parsial dpt dilihat pd psn dgn posisi supine.Bila tdk dpt dilihat(kolaps
vena)menandakan hipovolemia pd psn tsb.

Vena Jugularis Internal kanan

Mberikan gamb.lbh akurat pd hemodinamik jtg kanan,sebab hampir tegak lurus dgn vena
inominata dan vena cava superior(Bikley dan Stilagyi,2003)

Vena jugularis internal kanan terletak dalam otot sternokleidomastoid.

Terletak bersebelahan dgn arteri karotis bag.dalam leher,shg tdk kelihatan

Beberapa keadaan sulit menilai vena leher

 Obstruksi VCS,terjadi pada pasien dgn tumor intrathorax atau hematoma.

 Meningkatnya tekanan intra thorax spt kesulitan ekspirasi pd psn COPD atau Atsma.

 Gagal sirkulasi atau hypovolemia yg berhub.dgn sist.nervus simpatis,menyebabkan


venokonstiksi.

 Psn dgn leher pendek dan kulit tebal,dimana vena leher sulit dilihat.
 Psn dgn kasus bedah,trauma,tracheostomy dan adanya balutan di area leher.

Perbedaan arteri karotis dan Vena jugularis

 Arteri Karotis

1. Tak jelas dilihat,tp dpt diraba.


2. Tak berubah dgn posisi.
3. Penekanan di atas clavikula tak bpengaruh
4. Nadi tak dipengaruhi oleh respirasi

Vena Jugularis

1. Dpt dilihat,tak dpt diraba


2. Berubah saat tjd perub.posisi
3. Tekanan pd bag.bawah leher akan mhilangkan pulsasi jugularis
4. Nadi akan melemah dgn inspirasi dalam

Penyebab peningkatan tekanan vena

Karena masalah kardiak:

1.Gagal jantung kanan sekunder,selanjutnya gagal jantung kiri.

2.Ggl jtg kanan

3.Cor pulmunal

4.Stenosis katup trikuspid atau pulmonal

5.Efusi perikardial atau tamponade

6.Restriktif cardiomiopati atau constriktif perikarditis

7.Lesi pd jtg kanan


Masalah non kardiak

1.Obstruksi vena kava superior

2.Peningkatan volume darah

3.Peningkatan intrathorax s.d tek.positif ventilasi mekanik,manuver valsava,peny. Obstruksi


jalan nafas,tension pneumothorax

4.Peningkatan tek.intra abdomen s.d kehamilan,obesitas,ascites

Diagnosa Keperawatan

Penurunan curah jantung

Gangguan perfusi jantung

Intoleransi aktivitas

Kelebihan volume cairan

Gangguan pertukaran gas

Cemas

Kurang pengetahuan

Intervensi

Curah jantung meningkat

Meningkatkan perfusi jatung

Pencegahan komplikasi

Aktifitas maksimal

Pengetahuan meningkat.
FISIOLOGI BERNAFAS

Bernafas adalah suatu aksi otomatik yang diatur oleh batang otak dan dilakukan oleh otot-otot
respirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot-otot interkostales berkontraksi, membesarkan
volume rongga toraks, dan memekarkan paru di dalam rongga pleura. Dinding dada bergerak ke
atas, depan, dan ke lateral, diafragma bergerak turun. Setelah inspirasi berhenti, paru mengempis,
diafragma secara pasif akan naik dan dinding dada akan relax seperti semula. Apabila nafas
terpacu oleh karena olahraga atau penyakit, maka ada otot lain yang ikut bekerja, yaitu otot
trapezius, sternomastoid, dan otot scalenus di leher selama inspirasi, dan otot-otot abdominal
selama ekspirasi. Amatilah otot-otot leher anda di depan cermin pada waktu anda menarik nafas
sedalam mungkin. Suara nafas berasal dari saluran nafas besar, yang melalui paru diteruskan ke
dinding dada, sehingga anda dapat mendengarnya dengan stetoscope. Jaringan yang dilalui oleh
udara pernafasan, meredam dan menyaring suara nafas ini. Sehingga yang anda dengar pada
waktu pemeriksaan auskultasi adalah suara lembut dengan frekuensi rendah pada waktu
inspirasi, dan akan melemah dan kemudian menghilang pada akhir inspirasi. Walaupun suara
ekspirasi terdengar pendek, pada kenyataannya ekspirasi berlangsung tebih lama dari pada yang
terdengar. Suara seperti ini disebut suara vesikuler. Dengarkanlah suara ini pada dada anda atau
teman anda, di daerah dada bagian bawah, di linea midaxilaris, atau sedikit lebih ke belakang.
Apabila anda mendengarkan suara nafas di dekat trakhea (misalnya di atas manubrium atau
diantara scapula), stetoscope anda berada cukup dekat dengan sumber bunyi pernafasan,
sehingga peredamannya sedikit. Akibatnya, suara yang terdengar akan lebih keras, dan bernada
lebih tinggi. Perbedaan suara ini lebih jelas terdengar pada waktu expirasi. Suara expirasi ini
dapat berlangsung sama lamanya dengan suara inspirasi, bahkan dapat lebih lama. Suara ini
disebut suara nafas bronkhial. Apabila suara ini terdengar di daerah yang terletak jauh dari
sumber suara nafas maka merupakan suatu kelainan

SUARA NAFAS NORMAL


Ada 4 tipe suara nafas yang berbeda yang dapat didengar melalui dada orang sehat pada
pernafasan biasa. 1. Suara nafas vesikuler, didengar hampir diseluruh bagian dada normal. Suara
tersebut relatif lembut dan bernada rendah. Fase inspirasi (1) lebih dominan dibanding fase
ekspirasi (E) dengan rasio I : E kira-kira 3:1. Fase ekspirasi juga lebih lembut dibanding fase
inspirasi dan kerap tidak terdengar serta tanpa diikuti selaan diantara kedua fase. 2. Suara nafas
bronkial merupakan suara nada tinggi keras, biasanya memiliki kualitas yang bergema
(hallowish quality). Terdengar pada orang normal hanya diatas manubrium sterni. Ketika
terdengar ditempat lain suara tersebut patologis. 3. Suara nafas bronkovesikuler, merupakan
pertengahan antara suara bronkial dan vesikuler. Jadi inspirasi dan ekspirasi kurang lebih sama
dalam kualitas maupun dalam durasi. Dua fase menyambung atau hanya sedikit terpisah. Suara
napas bronkovesikuler normalnya terdengar hanya di 2 tempat bagian anterior dekat sela iga 1
dan 2 serta bagian posterior antara 2 skapula. 4. Suara nafas trakeal, merupakan suara nada
tinggi, sangat keras dengan kualitas yang kasar dan bergaung. Suara nafas tersebut memiliki
komponen inspirasi dan ekspirasi yang sama dengan selaan diantara keduanya. Normalnya
terdengar hanya pada bagian ekstratorasik di sekitar trakea dan bukan merupakan tempat
auskultasi yang rutin. Sifat-sifat keempat jenis suara pernafasan tersebut dapat dilihat pada tabel
di bawah ini. Perhatikan bahwa dalam menilai kualitas suara nafas, kita harus memperhatikan
durasi, nada, dan intensitasnya.

PEMERIKSAAN TORAKS (PARU)

INSPEKSI

a. Perhatikan bentuk dada (iga, sternum dan kolumna vertebralis)

b. Cari adanya deviasi (kelainan bentuk Gambar 10 dan 11)

c. Perhatikan ruangan interkostal, mencembung, mencekung atau adanya retraksi pada saai
inspirasi

d. Cari adanya pulsasi (iktus kordis)

e. Benjolan dinding dada

f. Kelainan pada kulit dada


Dari depan

a. Perhatikan klavikula b. Fosa supra dan infraklavikular c. Lokasi iga ke 2 pada kedua sisi
d. Catat adanya kelainan jumlah dan bentuk iga

Dari belakang

a. Cari contoh vertebrata servikalis ke-7

b. Ujung bawah scapula terletak setinggi VT VIII

c. Perhatikan letak dan bentuk scapula

d. Perhatikan jalan dan bentuk kolumna vertebralis (catat adanya kifosis, scoliosis dan lordosis)

PALPASI

a. Letakkan jari telunjuk di supra sternal notch, menilai trakea di midline

b. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian dada depan

c. Pasien diminta menarik nafas, kepala menoleh

d. Pemeriksa berdiri di depan pasien, letakkan telapak tangan seperti , rasakan dan bandingkan
gerakan nafas kanan dan kiri. disebut normal bila simetris.

e. Vokal fremitus dapat dirasakan dengan palpasi dengan telapak tangan disisi ulnaer

f. Pasien diminta untuk mengatakan delapan-delapan atau "satu-satu-satu" dengan suara dalam;
teraba simetris.

g. Kemudian letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada) dan bandingkan baik
gerakan pernafasan maupun fremitus suara antara kanan dan kiri.

PERKUSI

Teknik perkusi dapat dilatih pada permukaan apa saja, prinsipnya adalah :
- Hiperekstensikan jari tengah tangan kanan anda, tekankan sendi interfalangeal kuat-kuat pada
permukaan yang di perkusi, hindarkan kontak dengan bagian tangan yang lain, karena akan
mengganggu suara yang dihasilkan. Dengan kuat, tajam, clan dengan gerakan pergelangan yang
santai, ketoklah ujung jari tengah kiri dengan ujung jari tengah kanan anda.

- Dengan demikian anda meneruskan getaran dari tulang jari tengah anda ke jaringan yang anda
perkusi. Gunakanlah ujung jari anda, dengan posisi yang sedapat mungkin tegak lurus dengan
jari yang diketok. Sesudah mengetok, cepat angkat lagi tangan kanan anda, agar tidak
mengganggu getaran yang telah anda ciptakan.

Perkusi Dinding toraks anterior (Pasien berbaring)

- Bandingkan kanan dan kiri

- Perkusi secara sistematis dari atas ke bawah seperti petunjuk pada gambar.

- Perhatikan posisi dari jantung, dan bandingkan hasil perkusinya

- Perkusi secara dalam daerah fosa supra klavikula.

- Kemudian mintalah pasien untuk mengangkat kedua belah lengan dan lakukan perkusi mulai
dari ketiak

- Tentukan garis tepi hati (liver).

Menentukan batas paru dan hepar

- Pasien tetap berbaring dari atas ke bawah seperti pada gambar di samping

- Di daerah mana merupakan batas paru dan hati, suara sonor akan berubah menjadi redup/
pekak.

- Berilah tanda pada batas tersebut Pada orang normal sehat, batas ini terletak antara kosta ke 5
dan 6.

Menentukan Batas Paru dan Jantung


Perkusi berguna untuk mengetahui batas batas jantung yaitu dengan menentukan batas
jantung relatif yang merupakan perpaduan bunyi pekak dan sonor .

Selain itu dapat mengetahui adanya dekstrokardia ataupun tension pneumotoraks. Perkusi
dapat dilakukan untuk menentukan ukuran jantung dengan mengetahui daerah redup jantung.
Mulailah perkusi dari sisi kiri mulai dari daerah garis aksillaris anterior kiri ke kanan, daerah
sonor sampai redup jantung SIK 3, 4, 5, dan 6 Perkusi dilakukan secara sistematis dari :

 Sisi lateral kiri ke medial  Sisi kanan ke kiri

 Dari atas (fossa supra clavicula) ke bawah

Normal batas jantung kanan relatif terletak pada linea sternalis kanan. Batas jantung kiri
relatif sesuai dengan iktus kordis yang normal, treletak pada sela iga 5-6 liea medioclavicularis
kiri

Bila iktus kordis tidak diketahui, maka batas kiri jantung ditentukan dengan perkusi pada
linea axilaris media ke bawah. Perubahan bunyi dari sonor ke tympani merupakan batas paru-
paru kiri. Dari batas paru-paru kiri dapat ditentukan batas jantung kiri relatif

Perkusi Dinding Toraks Posterior

- Pasien diminta duduk tegak

- Mulailah dari atas ke bawah secara sistematis

- Bandingkan kanan dan kiri (biasanya daerah perkusi paru kanan lebih tinggi hilangnya dari
daerah kiri, karena adanya hati),

- Tepi bawah paru umumnya didapatkan pada setinggi presesus spinosus VT ke 10 atau 11

- Tentukan pula gerakan pernapasan.

Gerakan pernapasan dan pengembangan paru Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendapatkan
kesan batas-batas pengembangan paru dan derajat elastisitas paru serta pleura. Gerakan
pernapasan paling baik diperiksa pada daerah belakang:

a. Lakukan perkusi dari atas ke bawah


b. Lanjutkan perkusi sampai suara sonor hilang

c. Letakkan di tempat tersebut jari tengah anda.

d. Lanjutkan perkusi ke bawah

e. Pada pasien sehat, batas hilangnya suara sonor akan bergeser ke bawah

f. Perbedaan daerah hilangnya suara sonor merupakan besarnya pengembangan paru.

AUSKULTASI PARU

Tujuan : Menentukan ada tidaknya perubahan bunyi dalam saluran pernapasan Auskultasi
paru pada dinding toraks anterior

Langkah-langkah :

a. Pasien diminta menarik napas pelan-pelan dengan mulut terbuka

b. Lakukan auskultasi secara sistematis (Gambar samping). Dengarkan tiap kali secara lengkap
satu periode inspirasi dan ekspirasi

c. Bandingkan kanan dan kiri.

d. Mulailah di daerah depan di atas klavikula).

e. Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi-sisi dinding dada sesuai gambar
samping.

Auskultasi paru pada dinding toraks posterior

a. Kemudian lakukan auskultasi di bagian belakang dada, mulai dari atas ke bawah sesuai
gambar di samping

b. Perhatikan apabila ada perubahan suara

c. Tentukan secara pasti lokasi perubahan suara

d. Catat suara-suara yang didapatkan pada waktu auskultasi.


Pemeriksaan Fisik Sistem Perkemihan

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin. Pada
manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.

GINJAL

Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini
terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior)
ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

Fungsi Ginjal

-Mengeluarkan Zat Toksik/ Racun - Keseimbangan Cairan - Keseimbangan Asam Basa


-Mengeluarkan Sisa Metabolisme (Ureum, Kreatin Dll)

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat
terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi
cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung
gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki
pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang
mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalam tubulus ginjal. Darah
yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya
adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.  Lengkung Henle diberi
nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung
Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. 
Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan
berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi
dan tubulus kolektivus melalui osmosis.

Nefron Membersihkan Zat Dengan Cara :

- Seperlima Plasma Disaring Melalui Membran Glomerulus & Cairan Yang Terbentu Masuk Ke
Tubulus Ginjal (Filtrasi)

- Dalam Tubulus, Zat Yang Masih Bermanfaat Akan Diabsorbsi Kembali Seperti Air Dan
Elektrolit, Dan Zat Yang Tidak Diperlukan Tidak Direabsorbsi Dan Dikeluarkan Bersama Urine
(Reabsorbsi)

- Mekanisme Lain Melalui Proses Sekresi Yaitu Zat Yang Berasal Dari Plasma Disekresikan
Melalui Epitel Tubulus Kedalam Lumen Tubulus (Sekresi)

Fungsi homeostasis ginjal

 Ginjal mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air dalam darah.

 Ginjal mempertahankan pH plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion hidronium
dan hidroksil. Akibatnya, urin yang dihasilkan dapat bersifat asam pada pH 5 atau alkalis pada
pH 8.

 Kadar ion natrium dikendalikan melalui sebuah proses homeostasis yang melibatkan
aldosteron untuk meningkatkan penyerapan ion natrium pada tubulus konvulasi.

Kenaikan atau penurunan tekanan osmotik darah karena kelebihan atau kekurangan air akan
segera dideteksi oleh hipotalamus yang akan memberi sinyal pada kelenjar pituitari dengan
umpan balik negatif. Kelenjar pituitari mensekresi hormon antidiuretik (vasopresin, untuk
menekan sekresi air) sehingga terjadi perubahan tingkat absorpsi air pada tubulus ginjal.
Akibatnya konsentrasi cairan jaringan akan kembali menjadi 98%.

 Pengaturan tekanan darah atau blood pressure control secara ringkas dapat dikelompokkan
menjadi dua : pengontrolan jangka pendek dan jangka panjang ( short an long term control).

 Pada ginjal al terdapat sel juxtaglomerular di area arteriole afferen glomerolus dan macula
densa yang terdapat di sekitar collecting tubule. Sel juxtaglomerular mengidentifikasi penurunan
renal blood flow dan macula densa mengidentifikasi penurunan volume cairan pada lumen
collecting tubule.

 Ketika kedua sel tersebut teraktivasi akan memicu release renin oleh sel juxtaglomerular.

 Renin akan masuk aliran darah, dan berfungsi merubah angiotensinogen yang terdapat di
hepar menjadi angiotensin 1.

 Angiotensin 1 akan dirubah di paru dengan bantuan angiotensin converting enzym (ACE)
menjadi angiotensin II. Dimana angiotensin II akan memicu release ADH dan aldosteron serta
vasokontriksi vaskular.

 Semua kombinasi respon ini akan menyebabkan peningkatan total peripheral resistensi
vaskular dan peningkatan blood volume untuk mengontrol tekanan darah dalam jangka panjang.

URETER

 TERDIRI DARI 2 PIPA YANG MASING- MASING BERSAMBUNG DARI GINJAL KE


KANDUNG KEMIH

 LAPISAN DINDING URETER TERDIRI DARI :

- LAPISAN LUAR (JARINGAN IKAT/ FIBROSA)

- LAPISAN TENGAH (OTOT POLOS)

 LAPISAN DINDING URETER TERJADI GERAKAN PERISTALTIK TIAP 5 MENIT


SEKALI YANG MENDORONG URINE MELALUI URETER
VESIKA URINARIA

 SEBUAH KANTUNG DENGAN OTOT YANG MULUS DAN BERFUNGSI SEBAGAI


PENAMPUNG AIR SENI YANG BERUBAH-UBAH JUMLAHNYA KARENA KANDUNG
KEMIH DAPAT MENGEMBANG DAN MENGEMPIS

 PROSES MIKSI - DISTENSI KANDUNG KEMIH ( 250 CC)

 REFLEK KONTRAKSI DINDING KANDUNG KEMIH

 RELAKSASI SPINKTER INTERNUS

 RELAKSASI SPINKTER EKSTERNUS

 PENGOSONGAN KANDUNG KEMIH - KONTRAKSI KANDUNG KEMIH DAN


RELAKSASAI SPINKTER DIHANTARAKAN MELALUI SERABUT SARAF SIMPATIS -
PERSARAFAN VESIKA URINARIA DIATUR TORAKOLUMBAL & KRANIAL DARI
SISTEM SARAF OTONOM

URETRA

 MERUPAKAN SALURAN SEMPIT YANG BERPANGKAL PADA KANDUNG KEMIH

 BERFUNGSI MENYALURKAN AIR KEMIH KELUAR Dalam anatomi, uretra adalah


saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh. Uretra berfungsi sebagai
saluran pembuang baik pada sistem kemih atau ekskresi dan sistem seksual. Pada pria, berfungsi
juga dalam sistem reproduksi sebagai saluran pengeluaran air mani.

PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN

Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

PENGKAJIAN

1. Direct Urogenital :
 Urologic : Pain, voiding disorders, changes character of urine, swelling, symptom of
renal disease
 Genital : Impotence, ejaculatory disorders, infertil
2. Systemic
 Gastrointestin, neurogenic, kongenital, general, metastatic

Rasa nyeri

 Nyeri urogenital tidak selalu terdapat pada penyakit ginjal

 Bisa terjadi akibat adanya obstruksi dan distensi

 Nyeri ginjal (Regangan Kapsul Ginjal)

 Nyeri kolik (Spasmus Otot Polos Ureter ).

 Nyeri vesika (Distensi Buli-buli).

 Nyeri prostat (prostatitis akut atau abses prostate )

 Nyeri testis/epididimis

 Nyeri penis

Perubahan pada eliminasi urin :

 Sering berkemih

 Urgensi

 Rasa panas pada saat berkemih

 Hesitancy

 Nocturia

 Inkontinensia

 Enuresis

 Polyuri

 Hematuri
 Proteinuri

 Pneumaturia

 Hematospermia

 Cloudy urin

Gejala gastrointestinal :

Mual

Muntah

Diare

Gangguan rasa nyaman abdomen

Ileus paralitik

Pemeriksaan fisik

Dilakukan secara menyeluruh

Fokus pada sistem urinary

Pemeriksaan ginjal

Pemeriksaan buli-buli

Pemeriksaan genetalia eksterna

Rectal toucher

Pemeriksaan neurologi

PEMERIKSAAN GINJAL

 Inspeksi : pembesaran ginjal (hidronefrosis/tumor)


 Palpasi : Bimanual.

 Perkusi : Adanya pembesaran ginjal karena hidronefrosis/tumor (nyeri pada perkusi).

Palpasi Ginjal Kanan

 Letakkan tangan kiri anda di belakang penderita (dinding posterior), paralel pada costa ke-12,
dengan ujung jari anda menyentuh sudut kostovertebral. Angkat, dan cobalah mendorong ginjal
kanan ke depan (anterior).

 Letakkan tangan kanan anda dengan lembut pada kuadran kanan atas, di sebelah lateral dan
sejajar terhadap otot rektus (muskulus rektus abdominis dekstra)

 Mintalah penderita untuk bernapas dalam. Pada waktu puncak inspirasi, tekanlah tangan kanan
anda dalam-dalam ke kuadran kanan atas, di bawah arcus costa, dan cobalah untuk “menangkap”
ginjal diantara kedua tangan anda.

 Mintalah penderita untuk membuang napas dan menahan napas. Pelan-pelan, lepaskan
tekanan tangan kanan anda, dan rasakan bagaimana ginjal akan kembali ke posisi pada waktu
ekspirasi.

 Apabila ginjal teraba (normalnya jarang teraba), tentukan ukurannya, contour, dan
ada/tidaknya nyeri tekan.

Palpasi Ginjal Kiri

 Pindahlah ke sebelah kiri pasien.

 Gunakan tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah

 Kemudian gunakan tangan kiri menekan di kwadrant kiri atas lateral, sejajar dengan M.
Rectus Abdominis sinistra.

 Lakukan seperti sebelumnya. Secara serentak kedua tangan tersebut melakukan palpasi seperti
pada palpasi ginjal kanan
Perkusi Ginjal (nyeri tekan dan nyeri ketok ginjal)

 Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring/duduk

 Nyeri tekan: Pada sudut costovertebrae dilakukan penekanan dengan ujung ibu jari, lihat
reaksi pasien apakah ada nyeri.

 Nyeri Ketok : Pada sudut costovertebrae dilakukan dengan meninju menggunakan permukaan
ulnar kepalan tangan kanan dengan beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion). lihat reaksi
pasien apakah ada nyeri

AUSKULTASI

 Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri
renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

PEMERIKSAAN BULI-BULI

 Inspeksi : adanya massa yang mungkin berasal dari buli-buli.

 Perkusi :menentukan baras-batas buli- buli. Secara normal, vesika urinaria tidak dapat
diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai
ke area umbilicus.Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan terdengar “dullness”.

 Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan, lokasi, ukuran, dan sensasi.
Dalam kondisi normal, vesika urinaria tidak teraba. Lakukan palpasi di bawah umbilikus ke arah
bawah mendekati simfisis.

PEMERIKSAAN GENETALIA EKTERNA

Inspeksi : mikropenis, makropenis, hipospadia, kordae, fimosis, dll.


PEMERIKSAAN SKROTUM

Inspeksi : pembesaran, hipoplasi (kriptorkismus).

Palpasi : nyeri.

Pemeriksaan Colok Dubur

Reflek (tonus) spingter ani dan refleks bulbo- kovernosus (BCR).

Massa rektum.

Keadaan prostat (konsistensi, besarnya, batas”, nodul dan nyeri.

Pemeriksaan Colok Vagina

• Massa cerviks, darah divagina atau massa dibuli- buli.

Pemeriksaan Nerologi

Reflek fisiologis/patologis - Kelainan nerologis

Reflek bulbo- kovernosa. - Kelainan Urogenital.

Pemeriksaan laboratorium

 Urinalisis

 Pemeriksaan darah rutin

 Faal ginjal

 Elektrolit

 Faal hepar, faal pembekuan

 Tumor marker

 Analisis semen

 Analisis batu
 Kultur urin

 Sitologi urin

 PA

Pemeriksaan radiologi

Foto polos abdomen

PIV

Uretrografi

RPG

APG

USG

Ct Scan

Sintigrafi

Pengkajian Sistem Pencernaan

Pengkajian keperawatan/kesehatan:

 Anamnesa, dengan menggunakan metode wawancara

 Pemeriksaan fisik, pada sistem pencernaan menggunakan metode inspeksi – auskultasi –


perkusi - palpasi secara berurutan

ANAMNESA

Anamnesa merupakan teknik memperoleh suatu informasi/data tentang masalah kesehatan


pasien melalui wawancara antara perawat/petugas kesehatan dengan pasien dan/atau orang lain
yang mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien, misalnya keluarga.
JENIS ANAMNESA

 Autoanamnesa

Pasien berperan langsung sebagai sumber data yang akurat bagi perawat/petugas kesehatan
untuk segera mengenali masalah kesehatan yang dialami oleh pasien.

 Alloanamnesa/Heteroanamnesa

 Jika autoanamnesa tidak dapat dilakukan karena berbagai sebab (pasien anak-anak,
pasien tidak sadar, dan lain-lain)

 Heteroanamnesa: wawancara pada orang lain yang mengetahui masalah kesehatan yang
dialami pasien.

Apabila situasi memungkinkan, autoanamnesa dan alloanamnesa dapat dilakukan bersamaan,


sehingga diperoleh data yang lebih lengkap dan akurat.

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan anamnesa:

1) Suasana dan tempat yang nyaman

2) Penampilan perawat/petugas kesehatan

3) Periksa kesesuaian identitas dan data pasien

4) Komunikasi terapeutik

5) Observasi pasien selama anamnesa

6) Lakukan dengan sistematis

7) Dokumentasi

STRUKTUR ANAMNESA

1. Data umum pasien

Nama, jenis kelamin, usia, alamat lengkap, pekerjaan (saat ini dan sebelumnya), status
perkawinan, agama, suku bangsa
2. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan sangat mengganggu (gejala terberat) yang
mendorong pasien datang ke pelayanan kesehatan

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Menggambarkan perjalanan penyakit, sejak munculnya keluhan atau gejala pertama dirasakan
hingga dibawa ke tempat pelayanan kesehatan saat ini.

Data ini terdiri dari 4 komponen, antara lain

1) kronologi atau perjalanan penyakit

2) gambaran atau deskripsi keluhan utama,

3) keluhan atau gejala penyerta, dan

4) usaha berobat.

Data ini harus lengkap dan sangat penting serta seringkali menentukan diagnosa keperawatan
maupun diagnosa medis

 Riwayat nutrisi  identifikasi resiko gangguan nutrisi

Data A – B – C – D:

 Anthropometry: TB, BB, LLA, LK

 Biochemical : Albumin, Hb

 Clinical sign : Kurus, gemuk, rambut jagung

 Dietary : jenis, jumlah, frekuensi, porsi makan

Data lain:

 Keluhan indigesti (muntah refluk, nyeri telan, dll)

 Intoleransi makanan

 Diet khusus
 Pola kebiasaan konsumsi alkohol atau kopi

4. Pola BAB

 Frekuensi

 Karakteristik feses:

1) Konsistensi

2) Warna (pucat, kuning, hitam, dll)

3) Bau

4) Tambahan: adanya bercak darah (merah atau hitam), lendir, berlemak, dll.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

 Data yang dapat dikaji antara lain:

o Riwayat alergi, khususnya makanan

o Riwayat hospitalisasi, termasuk obat yang dikonsumsi hingga saat ini

o Riwayat pembedahan

o Riwayat penyakit infeksi dan menular (HIV-AIDS, disentri, dll)

5. Riwayat penyakit Keluarga

o Tanyakan riwayat penyakit keluarga secara lengkap, antara lain orang tua, saudara,
bahkan riwayat penyakit kakek/nenek, paman/bibi, saudara sepupu dan lain-lain.

o Susunlah pohon keluarga (genogram), sehingga dapat terdeteksi siapa saja yang
mempunyai potensi untuk menderita penyakit yang sama.

o Untuk penyakit menular, perlu dikaji riwayat penyakit seluruh anggota keluarga yang
tinggal serumah dengan pasien.

6. Riwayat Kebiasaan/Sosial

 Kondisi stress dan kemungkinan psikosomatis yg menyertai


 Perawat sebaiknya juga menanyakan tentang kebiasaan pasien yang mungkin merugikan,
misalnya penggunaan obat-obatan, personal hygiene dan lain-lain.

Data ini harus mencakup durasi dan frekuensi kebiasaan negatif tersebut.

7. Paparan lingkungan

Identifikasi adanya kemungkinan paparan polusi (limbah pabrik, limbah peternakan dan lain-
lain) yang berasal dari lingkungan sekitar pasien.

PEMERIKSAAN FISIK

1. Inspeksi

2. Auskultasi

3. Perkusi

4. Palpasi

5. Untuk menentukan letak organ :

a. Pembagian 4 kuadran

Scr visual buat garis vertikal dr px (processus xiphoideus) ke arah simpisis pubis dan
garis horizontal memotong umbilkus

1. Kuadran kanan atas / Right Upper Quadran / RUQ

2. Kuadran kiri atas / Left Upper Quadran / LUQ

3. Kuadran kanan bawah / Right Lower Quadran / RLQ

4. Kuadran kiri bawah / Left Lower Quadran / LLQ

b. Pembagian 9 region

2 garis vertikal yg ditarik keatas dr titik tegah ligamen inguinal dan 2 garis horizontal ( satu grs
sejajar dengan tulang rusuk terbawah dan satu grs sejajar dengan puncak iliaca ) pembagain ini
menghasilkan :
1. epigastrium

2. hipokondria kiri

3. hipokondria kanan

4. umbilikus

5. lateral / lumbal kiri

6. lateral / lumbal kanan

7. suprapubis

8. inguinal / iliaca kiri

9. inguinal kanan

inspeksi

1) Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Striae yang berwarna ungu
terdapat pada sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis
hepatic atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi
kulit lainnya. Periksa adanya icterus

2) Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda inflamasi atau
hernia.

3) Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal dan


femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung mungkin
disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau kandung kencing
yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena pembesaran organ setempat atau
massa.

4) Simetri dinding abdomen.

5) Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah nampak


adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.
6) Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya

7) Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah peristaltik


selama beberapa menit. Pada orang yang kurus, kadang-kadang peristaltik normal dapat
terlihat.

AUSKULTASI

 Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15 atau


20 detik pada seluruh abdomen.

 Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Apakah suara usus ada ?

2. Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?

3. Perkiraan asal dari suara (kualitas)?

 Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik.

 Pada proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama
sekali.

 Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya melalui
lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering disebut
"rushes". Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang disebut
"tinkles," dan kemudian menghilang.

 Pada pasca operasi didapatkan periode bunyi usus menghilang.

PERKUSI

 Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk

1. memperkirakan ukuran hepar, lien,

2. menemukan asites,
3. mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan

4. mengetahui adanya udara pada lambung dan usus.

 Prosedur:

1. Orientasi

2. Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum menyentuh
perut pasien

3. Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah yang melekat erat dengan
dinding perut.

4. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah tangan kanan

 Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani
dan redup.

 Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal,
tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara redup.

 Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah menjadi redup.

 Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang
atau uterus yang membesar.

 Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, akan terdengar suara redup
hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri (karena gelembung udara pada
lambung dan fleksura splenikus kolon).

 Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin menunjukkan adanya asites.

Hepar

Untuk menentukan ukuran hati, dikerjakan sebagai berikut:


1. Mulai perkusi dibawah payudara kanan pada LMC kanan dan merupakan daerah paru
kanan, hasilnya suara sonor dari paru.

2. Kemudian perkusi beberapa sentimeter kebawah sampai suara perkusi lebih pekak dan
perhitungan mulai dari titik ini.

3. Teruskan kebawah sampai ada perubahan suara perkusi.

Titik ini merupakan titik akhir dan kemudian diukur dari titik awal sampai titik akhir.

Panjang ukuran disebut liver span yang mempunyai angka normal 6-12 cm.

Lien

 Lien yang normal terletak pada lengkung diafragma, disebelah posterior garis midaxiler.
Suatu daerah kecil suara redup dapat ditemukan di antara suara sonor paru dan suara
timpani.

 Perkusi lien hanya berguna kalau dicurigai atau didapatkan splenomegali. Apabila
membesar, lien akan membesar ke arah depan, ke bawah dan ke medial, mengganti suara
timpani dari lambung dan kolon, menjadi suara redup.

 Apabila dicurigai splenomegali, cobalah pemeriksaan-pemeriksaan berikut :

1) Perkusilah daerah spatium intercosta terbawah di garis axilaris anterior kiri. Daerah ini
biasanya timpanik.

2) Kemudian mintalah penderita untuk menarik napas panjang, dan lakukan perkusi lagi.

3) Apabila lien tidak membesar,suara perkusi tetap timpani. Apabila suara menjadi redup
pada inspirasi, berarti ada pembesaran lien.

4) Walaupun demikian kadang-kadang terdapat juga suara redup pada lien normal (falsely
positive splenic percuission sign)  Perkusilah daerah redup lien dari berbagai arah.
Apabila ditemukan daerah redup yang luas, berarti terdapat pembesaran lien
Palpasi

 Palpasi ringan (superficial) berguna untuk mengetahui adanya ketegangan otot, nyeri
tekan abdomen, dan beberapa organ dan masa superficial.

 Dengan posisi tangan dan lengan bawah horizontal, dengan menggunakan telapak ujung
jari-jari secara bersama-sama, lakukanlah gerakan menekan yang lembut, dan ringan.

 Hindarkan suatu gerakan yang mengentak.

 Dengan perlahan, rasakan semua kuadran. Carilah adanya masa atau organ, daerah nyeri
tekan atau daerah yang tegangan ototnya lebih tinggi (spasme).

 Apabila terdapat tegangan, carilah apakah ini disadari atau tidak, dengan cara mencoba
merelakskan penderita, dan melakukan palpasi pada waktu ekspirasi.

 Palpasi dalam biasanya diperlukan untuk memeriksa masa abdomen.

 Dengan menggunakan permukaan pallar dari ujung jari, lakukan palpasi dalm untuk
mengetahui adanya masa. Tentukanlah lokasinya, ukurannya, bentuknya, konsitensinya,
mobilitasnya, apakah terasa nyeri pada tekanan.

 Apabila palpasi dalam sulit dilakukan (misalnya pada obesitas atau otot yang tegang),
gunakan dua tangan, satu di atas yang lain.

 Masa di abdomen dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis : fisiologi (uterus dalam
kehamilan); inflamasi (diverticulitis colon atau pesudocyst pancreas); vaskuler
(aneurisma aorta); neoplastik (uterus miomatosa, karsinoma kolon, atau ovarium); atau
obstruktif (kandung kencing yang teregang).

Anda mungkin juga menyukai