Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gliserol merupakan produk samping dari proses pembuatan biodiesel
secara transesterifikasi yang dihasilkan lebih kurang 10% dari total volume
produk biodiesel (Khayoon, 2011). Peningkatan pembuatan biodiesel
menghasilkan produk samping berupa gliserol. Produk biodiesel Indonesia
mencapai 720 juta liter pada tahun 2010 demgan jumlah crude gliserol sekitar 72
juta liter, dan diprediksi akan terus mengalami pengingkatan (Blueprint
Pengelolaan Energi Nasional, 2010).
Peningkatan jumlah crude gliserol tidak diiringi dengan diversifikasi dari
produk gliserol. Untuk ini diperlukan aditif dalam biofuel yang dapat mengurangi
biaya pengadaan zat aditif untuk menaikkan kualitas biofuel yang dihasilkan serta
menaikkan nilai ekonomi dari gliserol itu sendiri (Liao, 2009).
Selain itu, triasetin sebagai zat aditif dalam biofuel merupakan bahan baku
terbarukan serta ramah lingkungan. Triasetin adalah senyawa kimia yang dikenal
juga dengan nama glycerin triacetate atau triglyceride 1,2,3-triacetoxypropane.
Triasetin merupakan senyawa kimia yang tidak berwarna, bersifat viscous dengan
karakter mild, sweet, bitter, dan memiliki rumus kimia C9H14O6. Triacetin
termasuk dalam carboxylic acid ester dengan aroma khas papaya (carica papaya).
Triasetin memiliki fungsi sangat penting dalam industri kimia yaitu sebagai
flavoring agent, adjuvant, humectant, plasticizer, dan pelarut.
Triasetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol dan asam asetat
menggunakan katalisator yang bersifat asam. Katalis yang digunakan dapat
berbentuk homogen maupun heterogen. Secara teoritik setiap mol gliserol
dibutuhkan 3 mol asam asetat. Reaksi diikuti pelepasan air sebagaimana reaksi
yang terjadi dalam produksi triasetin (Nuryoto, 2010). Dengan potensi yang
dimiliki Indonesia sebagai pemasok bahan baku serta permintaan dunia yang terus
meningkat maka industri triasetin dari gliserol layak untuk dikembangkan sebagai
industri intermediate (antara) bagi industri-industri lain.

1.2 Prospek Pembuatan Triasetin


Seiring berkembangnya kebutuhan dibidang pangan dan non-pangan
triasetin sangat baik dikembangkan seiring meningkatnya crude gliserol yang
dihasilkan pada industri pembuatan biodiesel. Bahan baku yang mudah
didapatkan dan merupakan hasil samping pada sebuah reaksi transesterifikasi
menjadikan triasetin memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.

Kelompok 4 TRP Semester Ganjil/2016-2017


By Checked Approved
2

lemak sampai bulan Juli sebesar 11071.84 ton. Perkembangan ekspor


industri alkohol lemak dapat dilihat pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Perkembangan Ekspor Industri Alkohol Lemak (Ton) (BPS, 2016)
Dibandingkan dengan ekspor, maka nilai impor industri alkohol lemak
sampai bulan Juli 2016 sebesar 2673.43 ton. Impor alkohol lemak pada tahun
2016 merupakan kenaikan yang tertinggi dibandingkan tahun – tahun sebelumnya.
Perkembangan impor industri alkohol lemak dapat dilihat pada Gambar 1.2

Kelompok 4 TRP Semester Ganjil/2016-2017


By Checked Approved
3

Gambar 1.2 Perkembangan Impor Industri Alkohol Lemak (Ton) (BPS, 2016)

1.3 Penentuan Kapasitas Pabrik


Berdasarkan data jumlah konsumsi alkohol lemak di Indonesia dari tahun
2006 hingga tahun 2012 seperti pada Gambar 1.3, dapat diasumsikan kebutuhan
alkohol lemak pada saat pendirian pabrik yang direncanakan pada tahun 2021
mencapai 195,1187 ton. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kapasitas pabrik
pembuatan alkohol lemak dari CPO direncanakan sebesar 250.000 ton/tahun.

Gambar 1.3 Konsumsi Alkohol Lemak oleh Industri-industri Penggunanya di


Indonesia

Kelompok 4 TRP Semester Ganjil/2016-2017


By Checked Approved
4

Kapasitas pabrik ini ditentukan juga berdasarkan pertimbangan data


kapasitas produksi dari produsen yang ada di Indonesia yang diperlihatkan pada
Tabel 1.1. Jumlah produksi alkohol lemak pada tahun 2012 berkisar antara
40.0000 sampai 464.000 ton/tahun dengan rata-rata produksi 220.000 ton/tahun.
Sehingga ditentukan kapasitas pabrik yang direncanakan sebesar 250.000
ton/tahun. Selain itu, melihat tingginya tingkat produksi bahan baku yaitu CPO
dari Gambar 1.4, akan mencukupi kebutuhan kapasitas pabrik alkohol lemak yang
direncanakan.
Tabel 1.1 Produsen dan Kapasitas Produksi Alkohol lemak di Indonesia 2012
No Pabrik Alkohol lemak Lokasi Pabrik Kapasitas Produksi
1 PT. Ecogreen Oleochemicals Medan 180,000 ton/tahun
2 PT. Ecogreen Oleochemicals Batam 350,000 ton/tahun

3 PT. Musim Mas Medan 100,000 ton/tahun

4 PT. Domba Mas Medan Kuala Tanjung 40,000 ton/tahun

5 PT. Wilmar Nabati Indonesia Gresik 464,000 ton/tahun

Total Produksi 1,134,000 ton/tahun

Gambar 1.4 Perkembangan Produksi dan Ekspor CPO di Indonesia (Indonesian


Palm Oil Producers Association (Gapki)& Indonesian Ministry Of Agriculture,
Kemendag.go.id. 2016)

1.4 Lokasi Pabrik


Penentuan lokasi pendirian pabrik alkohol lemak sangat berpengaruh dalam
keberlangsungan produksi pabrik tersebut. Lokasi pabrik alkohol lemak yang
akan dirancang ini akan didirikan di Desa Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai
Sembilan, Kota Dumai, Riau dengan pertimbangan aspek- aspek sebagai berikut:

Kelompok 4 TRP Semester Ganjil/2016-2017


By Checked Approved
5

1. Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan dipasok dari salah satu pabrik CPO yaitu PT.
Inti Benua Perkasatama. Lokasi perusahaan CPO yang tidak jauh merupakan
alasan pemilihan lokasi pabrik alkohol lemak sehingga bahan baku CPO dapat
terpenuhi dan dapat menghemat biaya operasional bahan baku. Selain itu, gas
hidrogen yang digunakan disuplai dari PT. Samator Gas Industri yang terletak di
kota dumai. Jarak lokasi pabrik dengan perusahaan tersebut sekitar 26 km dari
pusat kota dumai. Peta lokasi pabrik dapat dilihat pada Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Peta Lokasi Pabrik Alkohol Lemak


Ketersediaan bahan baku disekitar lokasi pabrik, membuat Desa Lubuk
Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan merupakan lokasi yang strategis untuk
mendirikan pabrik alkohol lemak.
2. Ketersediaan Sarana Pendukung
Desa Lubuk Gaung merupakan salah satu daerah yang letaknya sekitar
25 km dari kota Dumai yang dihubungkan melalui jalan aspal. Akses jalan raya
yang cukup bagus sangat membantu dalam menjalankan seluruh akses menuju
pabrik.
3. Iklim
Keadaan iklim/cuaca di daerah Lubuk Gaung umumnya baik, tidak
terjadi angin ribut, gempa bumi dan banjir. Selain itu, struktur tanah cukup
baik dan ruang untuk perluasan pabrik di masa mendatang cukup besar. Luas
wilayah yang tersedia disekitar pabrik juga bisa dikembangkan dikemudian hari
dalam proses perkembangan pabrik.

Kelompok 4 TRP Semester Ganjil/2016-2017


By Checked Approved
6

4. Kondisi Masyarakat
Masyarakat Desa Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota
Dumai rata-rata memiliki pekerjaan sebagai karyawan pabrik dan petani sawit.
Sebagian masyarakat memiliki lahan produktif yang digunakan untuk
perkebunan sawit.

Kelompok 4 TRP Semester Ganjil/2016-2017


By Checked Approved

Anda mungkin juga menyukai