Anda di halaman 1dari 4

EFEKTIFITAS PERBANDINGAN PENAMBAHAN ONDANSETRON 4 mg

PADA MASING-MASING PENGGUNAAN HAES 130% DAN KOMBINASI RINGER


LACTAT DITAMBAH EFEDRIN PADA PASIEN DENGAN ANESTESI SPINAL

Titin Setyowati
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Salah satu komplikasi akut anestesi spinal yang paling sering terjadi adalahhipotensi yang
berakibat mual dan muntah. Tindakan pencegahan dan mengatasi hipotensi akibat anestesi spinal
adalah dengan pemberian preload cairan infus dan pemakaian obat vasopresor. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari perbandingan kemampuan pencegahan hipotensi antara preload
haes 130%dan kombinasi ringer lactat ditambah efedrin 25 mg yang masing- masing diberikan
ondansetron 4 mg sebagai pencegah mual atau muntah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara pemberian preload haes 130% dengan
ondansetron 4 mg dibandingkan kombinasi ringer lactat ditambah efidrin 25 mg dan
ondansetron 4 mg terhadap tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Perlakuan
pemberian preload haes 130% dengan ondansetron 4 mg lebih efektf dalam mencegah hipotensi
pada anestesi spinal.

Kata Kunci : Ondansetron, Haes 130%, Ringer Lactat, Efedrin, Anestesi Spinal.

LATAR BELAKANG yang mendapatkamn anestesi spinal, 26%


Anestesi spinal merupakan salah satu mengalami komplikasi, mayoritas berupa
tehnik anestesi yang cukup populer yaitu hipotensi (16%) (Collin, 1993). Beberapa
dengan cara memasukkan obat anestesi lokal penelitian menyebutkan insidensinya
ke ruang intratekal untuk menghasilkan atau mencapai 8–33% (Brown, 2000). Hipotensi
menimbulkan hilangnya sensasi dan blok biasanya terjadi pada 1 sampai 15 atau 20
fungsi motorik (Stevens, 1996). Selain menit pertama setelah penyuntikan
menawarkan kemudahan, anestesi spinal juga subarkhanoid (Mc Donal dkk, 1995).
menimbulkan beberapa gejala seperti Tindakan pencegahan dan mengatasi
hipotensi yang dapat menimbulkanpusing, hipotensi akibat anestesi spinal adalah dengan
gelisah, mual.Apabila tidak diatasi dapat pemberian preload cairan infus dan
menyebabkan syok bahkan sampai dengan pemakaian obat vasopressor (Hemmingsen
kematian. Anaestesi spinal semakin et al, 1989: Taivainen T, 1991; Rushman
berkembang dikarenakan relatif lebih murah, et al, 1999). Tujuan preload cairan infus
pengaruh sistemik yang kecil, menghasilkan untuk meningkatkan volume sirkulasi
anelgesi yang adekwat dan kemampuan untuk meringankan terjadinya terjadinya
mencegah respon stres secara lebih sempurna hipovolemi relatif akibat vasodilatasi yang
(Marwoto, dkk. 1992). (Gaiser, 1997; Collin terjadi karena bloksimpatis oleh
VJ, 1993). anestesispinal. Akan tetapi penelitian Tsai et
Salah satu komplikasi akut anestesi al, (2007) dan Liguori, (2007) Preload cairan
spinal yang paling sering terjadi infus tidak dapat diandalkan untuk mencegah
adalah hipotensi. Hipotensi merupakan terjadinya hipotensi pada anestesi spinal.
salah satu komplikasi akut anestesi spinal Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
yang paling sering terjadi (Gaiserc, 1997; mencari perbandingan kemampuan
Collin, 1993). Penelitian prospektif yang pencegahan hipotensi dan mual muntah
dilakukan pada lebih dari 1800 pasien antara preload haes 130% ditambah

472
ondansetron 4 mg dibandingkan kombinasi Dilakukan identifikasi celah vertebrata
ringer lactat ditambah efedrin 25 mg yang lumbal 3 – 4, dilakukan teknik aseptik dan
ditambah ondansetron 4 mg. anti aseptik pada daerah tusukan kemudian
dilakukan infiltrasi dengan lidokain 2%.
Anestesi spinal dilakukan dengan jarum
METODOLOGI spinal 25 G pada celah vertebra lumbal 3 – 4,
Materi setelah keluar cairan serebro spinal sebagai
Penelitian ini menggunakan sejumlah tanda pasti ujung jarum diruang subarachnoid
66 pasien dengan kriteria inklusi berusia 16 – dilakukan injeksi 4 mL Bupivacain heavy
59 tahun yang akan menjalani anestesi spinal 0,5% dengan kecepatan 1mL/5 det. Saat
di RS Roemani Semarang dengan status fisik setelah injeksi dipakai sebagai awal
ASA I – II dan jenis operasi selektif perut perhitungan waktu.
bagian bawah, perineum dananggota gerak Penderita sesegera mungkin
bawah, dengan perdarahan minimal. Kriteria dibaringkan dalam posisi telentang
Eksklusi adalah pasien dengan gangguan horizontal dengan kepala diganjal bantal
fungsi jantung, ibu hamil, obesitas, usia serta oksigen kanul 3 Lt/menit. Tinggi
tua menurut WHO yaitu 80 – 99 tahun dan blok sensoris ditentukan tiap 2 menit
perdarahan lebih dari 500 cc. dengan cara pinprick menggunakan jarum
22 G bevel pendek, bilaketinggian blok
tidak sama maka dipakai blok yang lebih
Metode
tinggi, biladalam 10 menit blok negatif
Penelitian ini menggunakan desain
maka anestesi spinal dianggap gagal dan
eksperimental dengan uji kliinik tahap II fase
pasien dikeluarkan dari penelitian, dan
III yang dilakukan secara acak tersamar
dilanjutkan general anestesi. TDS, TDD,
ganda, dengan tujuan mencari perbandingan
TAR, LJ, dan LN dilakukan tiap 1 menit
preload haes 130% yang ditambah
selama 20 menit pertama selanjutnya tiap 2
ondansetron 4 mg (Kelompok I), dan
menit sampai menit ke 30. Selama anestesi
kombinasi ringer lactat dan efedrin 25 mg
semua pasien mendapat infus ringer kactat
yang ditambah ondansetron 4 mg (Kelompok
dengan kecepatan 2 mL/KgBB. Kecepatan
II).
cairan infus RL tidak berubah selama
Pasien yang telah memenuhi
anestesi dan pemberian cairan secara bolus
kriteria ditetapkan sebagai sampel jika setelah
tidak dilakukan.
mendapat penjelasan dan setuju untuk
mengikuti semua prosedur penelitian. Metode Pengumpulan Data dan Analisa
Sampel dipuasakan 6 jam sebelum dilakukan Data
anestesi dan tidak mendapatkan obat Data yang dikumpulkan berupa
premediksi. Anamnesa pasien, ukur vital data demografi dasar, status fisik, TDS,
sign, ukur tinggi dan timbang berat badan TDD, LJ, LN,tinggi blok sensoris, dan
dan diberikan cairan ringer lactat 2 ml/Kg BB efek samping yang timbul. Setelah data
/ jam sejak puasa. didapatkan kemudian dianalisa menggunakan
Sampel terlebih dahulu diukur ANOVA untuk dua kelompok independent
TDA (Tekanan darah Sistolik), TDD dengan derajat kemaknaan p <0,05. Analisa
(Tekanan Darah Diastolik), LJ (Laju data menggunakan bantuan software SPSS
Jantung), LN (Laju Nafas) diruangan ver 20, dan hasilnya disajikan dalam
intermediate instalasi bedah sentral RS bentuk tabeldan grafik.
Roemani Semarang kemudian dibagi
menjadi dua kelompok (Kelompok I &
Kelompok II).
Di ruang operasi pasien dibaringkan
pada meja operasi diukur diposisikan
miring ke lateral pada posisi anestesi spinal.

473
HASIL DAN PEMBAHASAN Tekanan Darah Sistolik Selama Anestesi
Hasil Spinal
Penelitian terhadap 66 pasien yang dibagi
menjadi dua kelompok yaitu preload haes
130% ringer lactat yang ditambah
ondansetron 4 mg (Kelompok I) dan
kombinasi ringer lactat dan efedrin 25 mg
yang ditambah ondansetron 4 mg (Kelompok
II). Hasil uji statistik tentang jenis kelamin,
umur, berat badan, tinggi badan, tekanan
darah sistolik, tekanan darah diastolik, laju
jantung, laju napas menunjukkan p > 0,05
sehingga sampel dianggap homogen. Detail
karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel Gambar 1. Grafik perubahan rata-rata
1 di bawah ini : tekanan darah sistolik selama anestesi spinal

Tabel 1. Karakteristik pasien Pada kelompok I tekanan darah sistolik pada


menit 1-5 hingga menit ke 16 – 20
mengalami penurunan, tetapi pada menit ke
21-30 mengalami kenaikan, semua dalam
batas normal (± 20% dari tekanan darah
awal). Sementara pada kelompok II tekanan
darah sistolik pada menit ke 1-5 mengalami
kenaikan, tetapi pada menit ke 6-10 hingga
16-20 mengalami penurunan kemudian
mengalami kenaikan pada menit ke 21-30.

Tekanan Darah Siatolik Selama Anestesi


Spinal
Perubahan tekanan darah diastolik (Gambar
2) selama anestesi spinal menunjukkan
bahwa kelompok I pada menit 1-5 hingga
menit ke 11-15 mengalami penurunan, tetapi
pada menit ke 16-20 mengalami kenaikan
kemudian mengalami penurunan kembali pada
menit ke 21-30. Sementara kelompok II pada
menit 1-5 mengalami kenaikan, tetapi pada menit
ke 6-10 hingga 16-20 mengalami penurunan
kemudian mengalami kenaikan kembali pada
menit ke 21-30.

Keterangan : Nilai merupakan rata-rata ±


standar deviasi.

474
Collin VJ. 1993. Principles of
Anesthesiology General and Regional
rd
Anesthesia. 3 ed. Philadelphia :
Lea &Febiger :
1540 – 1553.
Gaiser RR. 1997. Spinal, Epidural and
Caudal Anesthesia. In : Introduction to
Anesthesia Longnecker DE, Murphy
Gambar 2. Perubahan rata-rata tekanan darah FL (eds). 9th ed. Philadelphia : W.B.
diastolik selama anestesi spinal Saunders Company : 216 – 231.
Hemmingsen C, Poulsen JA, Risbo A.
Pencegahan terhadaphipotensi pada anestesi Prophylactic Ephedrine During Spinal
spinal dapat dilakukan dengan pemberian Anaesthesia : A Double – Blind Study in
preload dan vasopresor. Sebagai vasopresor Patiens in ASA Group I – III. British
pada penelitian ini adalah efidrin, efidrin Journal of Anesthesia. 63 : 340 – 342.
berfungsi untuk mencegah terjadinya Marwoto dkk. 1992. Penyulit Hipotensi
penurunan tekanan darah yang semakin dan Bradikardi Pada Anestesi Spinal
besar. Keefektifan efidrn dikarenakan dengan Lidokain dan Bupivakain.
memiliki sifat alfa dan beta adrenergik. KONAS III Ikatan Dokter Spesialis
Selain itu pemberian ondansetron juga dapat Anestesiologi Indonesia. Surabaya. : 464
mengurangi hipotensi, Penelitian Annisa dkk – 472.
(2015), pemberian ondansetron 8mg dapat Mc Donal Js, Mandalfino DA. 1995.
mengurangi hipotens dan menurunkan jumlah Subarchnoid block. In : Bonica JJ, Mc
pemberian efridin pasca anestesi spinalpada Donald Js (eds) Principles and Practice
operasi seksio sesarea. Penelitian Selly dkk Analgensia and Anesthesia. 2nd ed.
(2013), pemberian efridin 50 mg 30-45 Baltimore : William and Wilkins : 471.
menit sebelum anestesi spinal dapat Rushman GB, Davies NJH, Cashman JN.
mencegah hipotensi pasca anestesi spinal 1999. Lee’s Synopsis of Anesthesia 12th ed.
lebih baik dibandingkan dengan pemberian Oxford : Butterworth Heinemann. 666-
efridin 25 mg.Insiden menggigil yang 697.
terbesar terjadi pada kelompok II. Selly O.R, Erwin P, Ruli H.S. 2013.
Perbandingan Efektivitas Pemberian Efedrin
SIMPULAN Oral Dosis 25 mg Dengan 50 mg
Kelompok pemberian preload haes 130% dan Preoperatif Terhadap Kejadian
ondansetron 4 mg lebih efektif mencegah Hipotensi Pasca Anestesi Spinal pada
hipotensi pada anestesi spinal. Seksio Sesarea. Jurnal Anestesi
Perioperatif. 1 (3). 144 – 150. DOI :
DAFTAR PUSTAKA 10.15851/jap.v1n3.192
Annisa I.I, Tinni T.M, Ruli H.S. 2015. Efek Stevens R.A, 1996. Neuraxial Blocks In :
Ondansetron Intravena Terhadap Tekanan Brown DL, Factor DA, Regional
Darah dan Laju Nadi Pada Anestesi Anesthesia and Anelgesia. 1st ed.
Spinal Untuk Seksio Sesarea. Jurnal Phi;adelphia. W.B. Saunders Company.
Anestesi Perioperatif. 3 (2) : 73 – 80. 319.
DOI : http://dx.doi.org/10.15851/jap.v3n Taivainen T. Comparison of Ephedrine
2.572 and Etiefrine for the Treatment of
BrownDL. Arterial Hypotension During Spinal
2000.Localanesthesiatoxicity.In:F Anesthesia in Elderly Patiens. Acta
inucaneBT.Complicationof Regional Anesthesiologica Scandinavica. 35 :
Anesthesia.New York: 164-169.
ChurchillLivingstone.

475

Anda mungkin juga menyukai