MANAJEMEN MUTU
OLEH:
KELOMPOK I
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui sistem manajemen mutu berdasarkan cara pembuatan
yang baik.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami dari sistem manajemen mutu
berdasarkan cara pembuatan yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam
dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
“Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem
Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar
serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan
Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan
dimonitor efektivitasnya. Unsur dasar manajemen mutu adalah:
a) Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; dan
b) Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu. Semua bagian system
Pemastian Mutu hendaklah didukung dengan ketersediaan personil yang
kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai.
Tambahan tanggung jawab legal hendaklah diberikan kepada kepala
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
2.2 Pemastian Mutu
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal
baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari
obat yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang
dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu
yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat
hendaklah memastikan bahwa:
a) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB;
b) Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan;
c) Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan;
d) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan bahan
awal dan pengemas yang benar;
e) Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama-proses
lain serta dilakukan validasi;
f) Pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan
untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang
relevan termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian
dokumen pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari
prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi
Produk Jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.
g) Obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan
peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan
pelulusan produk;
h) Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
mungkin, produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;
i) Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
j) Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;
k) Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;
l) Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk;
m) Prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui;
n) Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
3.1 Kesimpulan
Industri farmasi dalam menghasilkan suatu produk diharuskan mencapai
tujuan CPOB dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan bagi
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka diperlukan manajemen mutu yang meliputi beberapa aspek
yang saling berkaitan yaitu pemastian mutu, CPOB, pengawasan mutu, dan
pengkajian mutu.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM, 2012, Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik, Kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.